Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

GAYA BELAJAR

Dosen Pengampu : Drs. H. Ari Tasiman, M.Pd

Nama Anggota Kelompok : Mokhamad Ali Ma’sum (18116478)

: Sururudin Farichi (18116494)

: Wahyu Nur Khajib (18116497)

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA KEBUMEN

TAHUN AJARAN 2019/2020


A. PENGERTIAN BELAJAR
Ada beberapa pengertian belajar menurut para ahli, yaitu :
1. Witherington dalam buku edukasional psikologi mengungkapkan: ”Belajar adalah
suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola
baru dari reaksi yang berupa kecakapan sikap kebiasaan kepandaian atau suatu
pengertian.”
2. Morgan dalam buku introduction to psyikologi mengemukakan : “Belajar adalah
setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkahlaku yang terjadi sebaga
suatu hasil dari latihanatau pengalaman.
3. Menurut Ernest r. hilgard, belajar adalah suatu proses yang menghasilkan suatu
aktivitas atau yang mengubah suatu aktivitas dengan perantraan tanggapan
terhadap suatu situasi.
4. Menurut Charles e skinner, bahwa belajar adalah proses penyesuaian tingkahlaku
kearah yang lebih maju.
5. Mc. Gooch, menyatakan belajar perubahan pada perbuatan sebagai akibat dari
latihan.1

B. DEFINISI GAYA BELAJAR


1. Gaya belajar merupakan cara yang dipilih seseorang untuk menggunakan
kemampuannya (Santrock, 2010).
2. Sukadi (2008) mengungkapkan bahwa gaya belajar yaitu kombinasi antara cara
seseorang dalam menyerap pengetahuan dan cara mengatur serta mengolah
informasi atau pengetahuan yang didapat.
3. Sedangkan menurut Nasution (2008), gaya belajar adalah cara yang konsisten yang
dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara
mengingat, berpikir, dan memecahkan soal.2

C. JENIS-JENIS GAYA BELAJAR


Menurut De Poter & Hernacki (1999), menjelaskan secara umum gaya belajar
manusia dibedakan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu :

1
M. Dalyono, Psikolgi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 211-212
2
Jeanette Ophilia Papilaya, NelekeHuliselan, “Identifikasi Gaya Belajar Mahasiswa, Jurnal Psikologi
Undip. Vol 15. No.1, 2016, hlm. 58.
1. Gaya Belajar Visual, adalah gaya belajar dengan cara melihat, mengamati,
memandang, dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini terletak pada indera
penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini, mata adalah alat yang paling peka
untuk menangkap setiap gejala atau stimulus (rangsangan) belajar. Ciri-Ciri
individu yang memiliki tipe gaya belajar visual yaitu menyukaikerapian dan
ketrampilan, jika berbicara cenderung lebih cepat, suka membuat perencanaan
yang matang untuk jangka panjang, sangat teliti sampai ke hal-hal yang detail
sifatnya, mementingkan penampilan baik dalam berpakaian maupun presentasi,
lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar, mengingat
sesuatu dengan penggambaran (asosiasi) visual, tidak mudah terganggu dengan
keributan saat belajar, pembaca yang cepat dan tekun, lebih suka membaca sendiri
dari pada dibacakan orang lain, tidak mudah yakin atau percaya terhadap setiap
masalah sebelum secara mental merasa pasti, suka mencoret-coret tanpa arti selama
berbicara di telepon atau dalam rapat, lebih suka melakukan pertunjukan
(demonstrasi) daripada berpidato, lebih menyukai seni daripada musik, seringkali
mengetahui apa yang harus dikatakan akan tetapi tidak pandai memilih kata-kata,
serta kadang-kadang suka kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin
memperhatikan.
2. Gaya Belajar Auditorial, adalah gaya belajar dengan cara mendengar. Individu
dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam menggunakan indera pendengaran
untuk melakukan aktivitas belajar. Individumudah belajar, mudah menangkap
stimulus atau rangsangan apabila melalui alat indera pendengaran (telinga).
Individu dengan gaya belajar auditorial memiliki kekuatan pada kemampuannya
untuk mendengar. Ciri-Ciri individu yang memiliki tipe gaya belajar audiotorial
yaitu saat bekerja sering berbicara pada diri sendiri, mudah terganggu oleh
keributan atau hiruk pikuk disekitarnya, sering menggerakkan bibir dan
mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca, senang membaca dengan keras dan
mendengarkan sesuatu, dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama,
dan warna suara dengan mudah, merasa kesulitan untuk menulis tetapi mudah
dalam bercerita, pembicara yang fasih, lebih suka musik daripada seni yang
lainnya, lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan daripada yang dilihat, suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan
sesuatu dengan panjang lebar, dan lebih pandai mengeja dengan keras dari pada
menuliskannya.
3. Gaya Belajar Kinestetik, adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan
menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan indera perasa dan
gerakan-gerakan fisik. Individu dengan gaya belajar ini lebih mudah menangkap
pelajaran apabila bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Ciri-ciri
individuyang memiliki tipe gaya belajar kinestetik yaitu berbicara dengan perlahan,
menyentuh untuk mendapatkan perhatian, berdiri dekat ketika berbicara dengan
orang, selalu berorientasi dengan fisik dan banyak bergerak, menghafal dengan
cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca,
banyak menggunakan isyarat tubuh, tidak dapat duduk diam untuk waktu lama,
memungkinkan tulisannya jelek, ingin melakukan segala sesuatu, dan menyukai
permainan yang menyibukkan.3

Gaya Belajar David Kolb

Kolb dalam Indriana menyatakan bahwa seseorang dengan gaya pembelaran yang
dominan berarti dia lebih melakukan tugas daripada melihat tugas, dan lebih
merasakan daripada berpikir tentang pengalaman, serta dia cenderung
mengombinasikan dan mempresentasikan proses-proses tersebut.

Berikut adalah beberapa gaya pembelajaran menurut Kolb:

1. Percabangan (Merasa dan Melihat)


Seseorang yang sedang dalam gaya pembelajaran percabangan mampu melihat
segala hal dari perspektif yang berbeda dan lebih sensitif. Dia lebih suka melihat
daripada melakukan. Dia juga cenderung mengumpulkan informasi dan
menggunakan imajinasi untuk memecahkan masalah.
Selain itu, peserta didik dalam gaya pembelajaran percabangan juga sangat baik
dalam melihat berbagai situasi konkret dengan beberapa sudut pandang yang
berbeda. Kolb menyebutkan gaya ini sebagai percabangan karena ia mampu
melakukan yang terbaik dalam segala sesuatu yang membutuhkan pembangkitan
ide, misalnya proses brain storming.
Orang dengan gaya pembelajaran percabangan mempunyai minat budaya yang luas
dan suka mengumpulkan informasi. Dia lebih tertarik pada orang lain yang

3
Ibid, hlm. 58-59.
cenderung imajinatif dan emosional serta kuat dalam seni. Dia pun suka bekerja
dalam kelompok, mendengarkan dengan pikiran terbuka, dan menerima umpan
balik secara personal.
2. Asimilasi (Melihat dan Berpikir)
Pilihan gaya pembelajaran asimilasi adalah sebuah pendekatan logis dan singkat.
Berbagai ide dan konsep lebih dipentingkan dan membutuhkan penjelasan yang
cukup jelas dibandingkan peluang praktik. Seseorang yang unggul dalam
memahami informasi yang cukup luas dan mengaturnya dalam format yang jelas
dan logis. Akan tetapi, dia kurang fokus pada orang dan lebih tertarik pada ide dan
konsep-konsep abstrak.
Di samping itu, orang dengan gaya pembelajaran asimilasi lebih tertarik secara
logis pada teori-teori suara dibandingkan pendekatan berdasarkan pada nilai
praktis. Dia mementingkan keefektifan dalam informasi dan karir ilmu
pengetahuan. Dalam situasi pembelajaran formal, dia lebih suka membaca, kuliah,
mengeksplorasi.
3. Penyatuan (Melakukan dan Berpikir)
Orang-orang dengan gaya pembelajaran penyatuan bisa memecahkan masalah dan
akan meng-gunakan pembelajaran mereka untuk menemukan solusi terhadap
persoalan-persoalan praktis. Mereka lebih menyukai tugas-tugas teknis, namun
kurang perhatian terhadap orang lain dan aspek-aspek interpersonal. Mereka
adalahyang terbaik dalam mempraktikkan ide-ide dan teori-teori. Mereka bisa
memecahkan masalah dan membuat keputusan dengan menemukan berbagai solusi
bagi berbagai perta-nyaan dan masalah.
Orang-orang dengan gaya pembelajaran penyatuan lebih tertarik pada tugas-tugas
dan masalah-masalah teknis dibandingkan dengan persoalan sosial atau
interpersonal. Gaya pembelajaran seperti ini juga mampu menjadi spesial dan
mempunyai kemampuan teknologi. Selain itu, mereka juga suka bereksperimen
dengan berbagai ide baru, menstimulasi, dan bekerja dengan berbagai aplikasi
praktis.
4. Akomodasi (Melakukan dan Merasa)
Orang dengan gaya pembelajaran akomodasi adalah gaya meneruskan dan
bergantung pada intuisi daripada logika. Ia cenderung menggunakan analisis orang
lain dan lebih suka mengambil pendekatan praktis maupun eksperiensial. Ia juga
tertarik pada tantangan-tantangan dan berbagai pengalaman baru, serta
menjalankan berbagai rencana. Umumnya, ia bertindak atas dasar insting perut
dibandingkan analisis logis.
Orang dengan gaya pembelajaran akomodasi cenderung bersandar pada orang lain
dalam mendapatkan informasi daripada menjalankan analisisnya sendiri. Gaya
pembelajaran ini cukup lazim dan ber-guna dalam peran-peran yang membutuhkan
aksi dan inisiatif. Selain itu, ia lebih suka bekerja dalam tim untuk menyelesaikan
tugas. Ia membentuk target dan aktif bekerja di lapangan yang mencoba cara-cara
berbeda untuk mencapai sebuah sasaran.
Sebagaimana model perilaku lainnya, beberapa gaya pembelajaran adalah panduan
yang tidak terbatasi dengan seperangkat aturan.
Dengan demikian, banyak orang menunjukkan pilihan yang sangat kuat dengan
suatu gaya. Kemampuan mereka dalam menggunakan atau mengubahgaya-
gayayang berbeda itu jangan diang-gap sebagai sesuatu yang bisa dengan mudah
didapatkan atau datang secara alamiah. Sederhananya, mereka yang memiliki
pilihan gaya pembelajaran yang jelas, akan belajar lebih efektif karena ber-
orientasi menurut pilihan mereka sendiri.
Sebagai contoh, orang yang memilih gaya pembelajaran asimilasi tidak akan
nyaman tanpa catatan dan pengajaran. Atau, orang lain yang lebih suka
menggunakan gaya pembelajaran akomodasi, kemungkinan ia akan frustrasi jika
dipaksa membaca banyak pelajaran dan aturan, serta tidak mampu mendapatkan
pengalaman dengan cepat.4

Gaya Belajar Honey and Mumford

Fry, Ketteridge, dan Marshall mengemukakan bahwa gaya belajar adalah salah satu
istilah yang paling banyak digunakan dalam kaitannya dengan pembelajaran peserta
didik. Istilah ini kadang-kadang disalahartikan sebagai pendekatan belajar. Namun
meskipun peserta didik mungkin memiliki preferensi, mereka harus didorong untuk
menggunakan berbagai gaya belajar.
Honey dan Mumford dalam Fry, Kettedge dan Marshall, mengkategorikan gaya belajar
dalam empat klasifikasi yakni:
1. Aktivis, yakni aktif merespon paling positif terhadap situasi belajar yang
menawarkan tantangan, untuk memasukkan pengalaman dan masalah baru,

4
Usman, “Gaya Belajar Mahasiswa terhadap Model dan Strategi Pembelajaran
Dosen, Jurnal Study Pendidikan. Vol. 14 No. 2, 2016, hlm. 115-118.
kegembiraan dan kebebasan dalam pemebelajaran mereka
Reflektor yakni merespon paling posotif terhadap kegiatan pembelajaran
terstruktur dimana mereka diberikan waktu untuk mengamati, merefleksi dan
dibiarkan untuk bekerja secara bebas.
2. Teoris, yakni merespon dengan baik terhadap struktur yang rasional dan logis dan
tujuan yang jelas, dimana mereka diberi waktu untuk melakukan eksplorasi
metodis dan kesempatan untuk bertanya dan mengasah intelek mereka
3. Pragmatis, yakni merespon paling positif terhadap kegiatan belajar yang praktis
dan relevan, yang memungkinkan ruang untuk praktek dan menggunakan teori.
Mereka beranggapan bahwa gaya belajar yang disukai setiap individu mencakup
unsur-unsur dari dua atau tiga, lebih dari kategori-kategori ini. Peserta didik
mengembangkan gaya belajar yang berbeda yang menekankan padapenguasaan
model pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik.5

D. STRATEGI PEMBELAJARAN

Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method or series of


activities designed to achieve a particular educational goal.

Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan


yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.

Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas. Pertama, strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses
penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu.

Kemp dalam Wina Sanjaya, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di
atas, Dick and Carey juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu
set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk
5
Ibid, hlm. 118.
menimbulkan hasil belajar pada siswa.

Adapun jenis starategi pembelajaran yang umum diaplikasikan dalam proses


pembelajaran diantaranya;

Starategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, strategi pembelajaran ekspositori,


strategi pembelajran inkuiri, strategi pembelajran berbasis masalah, strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir, starategi pembelajaran kooperatif
strategi pembelajran konteksual dan strategi pembelajaran afektif.

Strategi pembelajaran yang dituntut pada saat ini adalah strategi pembelajaran yang
berpusat pada aktivitas peserta didik dalam suasana yang lebih demokratis, adil,
manusiawi, memberdayakan, menyenangkan, menggairahkan, menggembirakan,
membangkitkan minat belajar, merangsang timbulnya inspirasi, imajinasi, kreasi,
inovasi, etos kerja, dan semangat hidup.

Dengan cara ini, maka seluruh potensi manusia dapat tergali dan teraktualisasikan
dalam kehidupan yang pada gilirannya dapat menolong dirinya untuk menghadapi
berbagai tantangan hidup diera modern yang penuh persaingan.
Strategi pembelajaran yang demikian itulah yang diperlukan saat ini.

Pentingnya strategi pembelajaran yang demikian itu juga sebagai salah satu solusi
untuk mengatasi masalah belum berdayanya pendidikan dalam menyiapkansumber
daya manusia untuk masa depan. Para lulusan pendidikan saat ini misalnya belum
mampu berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dalam bahasa Inggris, sungguhpun
mereka sudah belajar bahasa inggris mulai dari sekolah dasar hingga program doktor.
Mereka juga belum memiliki kemampuan untuk belajar mandiri menuju masyarakat
belajar (learning society) sungguhpun mereka telah memiliki ilmu-ilmu dasar sebagai
pendukungnya.Mereka juga belum memiliki keterampilan untuk hidup (life skill)
walaupun telah diajarkan tentang berbagai konsep dan teori tentang hidup yang
sukses.

Timbulnya berbagai keadaan yang kurang menguntungkan bagi lulusan pendidikan


ini salah satu penyebabnya adalah karena strategi pembelajaran yang diterapkan oleh
guru terhadap peserta didik belum mengarah kepada pemberdayaan peserta didik
tersebut, serta belum mendorng terciptanya masyarakat belajar (learning society).Hal
ini terjadi, karena tugas pendidikan yang demikian berat itu banyak diserahkan bukan
kepada ahlinya.
Salah satu komponen pendidikan yang mendukung tugas profesional guru atau tenaga
kependidikan tersebut adalah penguasaan yang baik terhadap strategi pembelajaran.6

DAFTAR PUSTAKA
6
Ibid, hlm. 121-123.
Dalyono, M. 2012. Psikolgi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Papila, Jeanete Ophilia, & Huliselan, Neleke. (2016): Identifikasi Gaya Belajar Mahasiswa.
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 15

Usman. (2016): Analisis Gaya Belajar Mahasiswa terhadap Model dan Strategi Pembelajaran
Dosen. Jurnal Study Pendidikan, Vol. 14

Anda mungkin juga menyukai