Anda di halaman 1dari 12

BAB I

Definisi Kemampuan Belajar


Secara umum pengertian kemampuan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah
suatu kesanggupan, kecakapan seseorang dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan
memiliki kemampuan atau mampu apabila ia bisa dan sanggup melakukan sesuatu yang
memang harus dilakukannya. Kemampuan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk
melakukan suatuperbuatan. Kemampuan bisa juga merupakan kesanggupan bawaan sejak
lahir, atau merupakan hasil latihan maupun praktek. Berikut adalah beberapa pendapat para
ahli tentang definisi kemampuan belajar, yaitu:

1. Menurut Yusdi “kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu.


Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan”
2. Menurut Muhibbin Syah (2008: 141), kemampuan belajar adalah tingkat keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam sebuah program.Oct 19, 2016.
3. Menurut Donald (Sardiman 2009:73-74) mengemukakan kemampuan adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya pikiran dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
4. Menurut Ayuningtyas (2005:21) minat belajar adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan yang menimbulkan keinginan untuk berhubungan lebih aktif yang ditandai
adanya hubungan perasaan senang tanpa ada paksaan siswa yang memiliki minat
belajar yang tinggi dalam kelasnya akan menimbulkan keinginan untuk berhubungan
lebih aktif dengan proses belajar di kelas seperti sering bertanya pada guru, rajin
mengerjakan pekerjaan rumah, mencari referensi materi pelajaran sekolah dengan rasa
senang, ikhlas dalam menjalankan kegiatan tanpa ada pemaksaan dari dalam dan dari
luar individu.
5. Menurut Walgito (2004:88) persepsi merupakan pengorganisasian,
penginterprestasikan terhadap stimulus yang diinderakan sehingga merupakan sesuatu
yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Karena itu
dalam penginderaan orang akan mengaitkan dengan objek.
6. Menurut Robbin dan Stephen kemampuan adalah kapasitas seseorang individu untuk
melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
7. Menurut Ramayulis, dalam bukunya Metodologi Pendidikan Agama Islam,kemampuan
adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas ataupekerjaan yang
dibebankan kepadanya.
8. Hamalik, mengemukakan bahwa kemampuan belajar adalah “suatu bentuk
pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara- cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan”.
9. Greenberg dan Baron dalam Buyung (2007:38) mendefinisikan kemampuan sebagai
kapabilitas mental dan fisik untuk mengerjakan berbagai tugas.

BAB II

Macam-Macam Gaya Belajar


Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki secara umum gaya belajar manusia dibedakan ke
dalam tiga kelompok besar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar
kinestetik"
1. Visual (Vial Learners)

Gaya Belajar Visual menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret
harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan
penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa
karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah
kebutuhan melihat sesuatu (informasi/ pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau
memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki
pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan alam berdialog
secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara
lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.

Ciri-ciri pelajar visual:

a. Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
b. Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
c. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman
lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
d. Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat
pasif dalam kegiatan diskusi.
e. Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
f. Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
g. Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu

2. Auditori (aditory Learners)

Gaya belajar Auditori (Anditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa
memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar
menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan.
Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi
itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa
diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam
bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.

Ciri-ciri Gaya Belajar Auditori:

a. Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang
didiskusikan dalam kelompok/ kelas
b. Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/radio
c. Cenderung banyak omong
d. Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang
dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
e. Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
f. Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
g. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya
anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dan lain-lain.

3.Kinestetik (Kinestetic Learners)

Gaya Belajar Kinestetik mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang
memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa
karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter
pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus
mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa
menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.

Ciri-ciri Gaya Belajar kinestetik yaitu :

a. Menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, termasuk saat belajar.


b. Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak.
c. Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru
menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
d. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
e. Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambang
f. Menyukai praktek/ percobaan f) Menyukai permainan dan aktivitas fisik

Gaya belajar adalah cara yang diambil oleh masing-mmasing orang dalam menyerap informasi
baru dan sulit, bagaimana mereka berkonsentrasi, memproses dan menampung informasi yang
masuk ke otak. Richard Bandler, John Grinder, dan Michael Grinder, dalam karya mereka Neuro
Linguistic Programming (NLP) mengemukakan bukti kuat bahwa secara umum kita memiliki ciri
belajar yang dominan yaitu: visual, auditori dan kinestetik.

Kemudian Ken Dunn dan Rita Dunn mengemukakan factor pendukung gaya belajar meliputi:
Lingkungan, Emosional, Sosiologis, Fisiologis, dan psikologis. Barbara Prashnig dalam bukunya
The Power of Learning Styles menulis bahwa gaya belajar dipengaruhi juga oleh kerja otak.
Dominasi kerja otak kiri menghasilkan gaya pemrosesan analitis sedangkan dominasi kerja otak
kanan menghasilkan gaya pemrosesan holistis. Penelitian para ahli pendidikan menemukan
bahwa 3/5 gaya belajar bersifat genetis, sisanya ketekunan dan pengalaman. Ada baiknya mulai
dari sekarang kita lebih memperhatikan gaya belajar anak-anak kita. Dengan begitu potensi
yang ada pada anak akan lebih berkembang dengan baik.

BAB III

Macam-Macam Kecerdasan Pembelajaran


Kecerdasan berasal dari kata "cerdas" yang berarti "pintar dan cerdik", tanggap terhadap
masalah dan memahami informasi dengan cepat setelah mendengarnya. Kecerdasan adalah
kesempurnaan perkembangan mental. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya, dalam hal ini masalah yang membutuhkan
kemampuan akal.

Menurut Dusek, kecerdasan dapat didefinisikan dengan dua cara, yaitu kuantitatif dan
kualitatif. Secara kuantitatif, kecerdasan adalah proses belajar untuk memecahkan masalah
yang dapat diukur dengan tes kecerdasan, sedangkan secara kualitatif, kecerdasan adalah cara
berpikir tentang bagaimana mengintegrasikan dan mengelola informasi eksternal yang
disesuaikan dengan diri sendiri.

Berdasarkan pengertian kecerdasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah


kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, dalam hal ini masalah
yang memerlukan kemampuan akal dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.

Selain itu, Raymond Bernard Cattel mengklasifikasikan kemampuan mental menjadi dua jenis,
yaitu intelligence fluid (gf) dan intelligence crystallized (gc). intelligence fluid adalah
kemampuan berdasarkan faktor biologis bawaan yang diperoleh saat lahir dan tidak tergantung
pada pengaruh pendidikan dan pengalaman. Dan intelligence crystallized adalah keterampilan
yang mencerminkan pengaruh pengalaman, pendidikan, dan budaya pada seseorang,
kecerdasan itu meningkat pada seseorang ketika pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan
individu meningkat.

Macam-macam Kecerdasan Menurut Psikolog Howard Gardner:

1. Kecerdasan Logika-Matematika

Skill yang unggul: pemecahan masalah, logika yang tepat, melihat tren dan pola, dan
memahami sebuah hubungan. Selain itu, juga memiliki cara berpikir secara konseptual dan
abstrak. Karier yang menjanjikan: matematikawan, ekonom, auditor, akuntan, ilmuwan, ahli
taktik, analis komputer, dan teknisi.

2. Kecerdasan Linguistik

Skill yang unggul: penggunaan kata-kata secara efektif, ungkapannya mudah dipahami oleh
orang lain, kemampuan berbicara dan menulis, kosa kata luas, pandai bermain kata-kata. Karier
yang menjanjikan: pembicara publik, pustakawan, politisi, penyiar radio, pembawa acara TV,
YouTuber, jurnalis, pengacara, kurator, ahli patologi wicara, penulis, dan marketing.

3. Kecerdasan Interpersonal atau Kecerdasan Emosional

Skill yang unggul: pandai merasakan emosi orang lain, paham motif atau mood seseorang
mereka, keterampilan komunikasi baik verbal maupun non-verbal. Karier yang menjanjikan:
berkaitan dengan sumber daya manusia (HR/psikolog), konselor, manajemen, hubungan
masyarakat, direktur sosial, guru, dan pekerja sosial.

4. Kecerdasan Intrapersonal

Skill yang unggul: baik dalam memahami diri sendiri, selalu menghargai dan menghormati
kondisi manusia lain, mudah memahami perasaan batin sekitar. Karier yang menjanjikan:
psikolog, penulis, terapis, konselor, pekerja sosial, teolog, pengusaha, dan penyair.

5. Kecerdasan Musikal

Skill yang unggul: bisa merasakan ritme dan suara yang baik untuk musik hingga dapat
memecahkan nada, ritme, nada, dan timbre suara dengan mudah. Karier yang menjanjikan:
konduktor, musisi, guru piano, komposer, guru tari, terapis musik, dan direktur paduan suara.

6. Kecerdasan Visual-Spasial
Skill yang unggul: pintar melihat atau memvisualisasikan dunia dalam tiga dimensi, pencitraan
mental yang kuat, bisa menggambar dari ingatan atau pengalaman sebelumnya, keterampilan
grafis yang sangat baik dan bisa membuat karya seni yang mengesankan. Karier yang
menjanjikan: arsitek, guru geometri, insinyur, surveyor, perencana kota, seniman grafis,
dekorator interior, fotografer, pilot, dan kartografer.

7. Kecerdasan Tubuh-Kinestetik

Skill yang unggul: dapat menggunakan fisiknya dengan sangat baik, dapat berkomunikasi
dengan baik menggunakan bahasa tubuh, sangat baik dalam tingkat ketangkasan, kontrol, dan
gerakan, serta pandai dalam berolahraga. Karier yang menjanjikan: terapis fisik, penari, atlet,
pelatih, instruktur kebugaran, pemilik gym, aktor, mekanik, dan tukang kayu.

8. Kecerdasan Naturalis

Skill yang unggul: mampu membaca dan memahami alam dengan sangat baik, memiliki
kepekaan terhadap unsur-unsur tak hidup dari semua makhluk hidup, senang berada di luar
ruangan, pandai merawat tumbuhan dan hewan. Karier yang menjanjikan: ahli botani, ahli
kelautan, konselor perkemahan, pemimpin pasukan pramuka , tukang kebun, astronom, ahli
meteorologi, ahli geologi, dan arsitek lanskap.

9. Kecerdasan Eksistensial

Skill yang unggul: punya kepekaan mendalam dengan makna keberadaan manusia dan unsur
lainnya, nyaman membicarakan pertanyaan-pertanyaan serius dan berusaha untuk
menemukan jawabannya.
BAB IV

Multiple Intelligences
 Definisi Multiple Intelligences

Kecerdasan menurut Multiple Intelligences dapat didefinisikan sebagai : kemampuan untuk


menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata; kemampuan untuk menghasilkan
persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan; kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau
menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.
Multiple intelligences memiliki karakteristik konsep sebagai berikut:

1. Semua inteligensi itu berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat. Dalam pengertian ini,
tidak ada inteligensi yang lebih baik atau lebih penting dari inteligensi yang lain
(Gardner, 1993; Hine; 2003; Armstrong, 1993; 1996).
2. Semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang tidak persis sama. Semua
kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan, dan dikembangkan secara optimal;
3. Terdapat banyak indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan. Dengan latihan,
seseorang dapat membangun kekuatan kecerdasan yang dimiliki dan menipiskan
kelemahan-kelemahan;
4. Semua kecerdasan yang berbeda-beda tersebut bekerjasama untuk mewujudkan
aktivitas yang diperbuat manusia. Satu kegiatan mungkin memerlukan lebih dari satu
kecerdasan, dan satu kecerdasan dapat digunakan dalam berbagai bidang (Gardner,
1993 : 37-38).
 Ciri-ciri Teori Multiple Intelligences
Sampai saat ini, teori MI masih berfokus pada upaya mengenali dan menguraikan bakat
bukannya pada membuat struktur halus dan berfungsinya kecerdasan
Teori multiple intelligences Howard Gardner memiliki beberapa ciri penting yang
membedakannya dengan teori kecerdasan lain.
Menurut teori MI, setiap orang memiliki semua kecerdasan yang dicetuskan Gardner. Teori MI
adalah teori fungsi kognitif. Teori ini menandaskan bahwa setiap orang memiliki semua
kapasitas kecerdasan. Hanya saja, semua kecerdasan tersebut bekerja dengan cara yang
berbeda-beda, tetapi berfungsi bersama-sama secara khas dalam diri seseorang. Seseorang
mungkin memiliki semua kecerdasan pada tingkat yang relatif tinggi, sementara orang lain
mungkin hanya memiliki kecerdasan-kecerdasan itu dalam kondisi paling dasar (relatif rendah)
(Armstrong, 1994:11).

Pada umumnya, orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat
penguasaan yang memadai (adequate). Menurut Gardner, setiap orang, sebenarnya,
mempunyai kapasitas untuk mengembangkan kecerdasan-kecerdasannya hingga tingkat
tertinggi, asalkan memperoleh dukungan, pengayaan, dan pembelajaran yang tepat atau pas
buat(Armstrong, 1994:11). Ini berarti, seorang anak yang memperoleh dukungan positif dari
orang tua, fasilitas yang menunjang, bimbingan yang intensif akan memiliki peluang untuk
mengembangkan kecerdasan-kecerdasannya, seperti bermain musik, bercerita, melukis, dan
menari (lebih lanjut, lihat Gardner, 1993)

Pada umumnya, kecerdasan-kecerdasan bekerja bersamaan melalui cara yang kompleks.


Menurut Gardner, kecuali pada diri orang savant dan orang yang mengalami cidera otak,
kecerdasan-kecerdasan itu tidak berdiri sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan selalu
berinteraksi satu dengan yang lain. Ketika bermain sepak bola, misalnya, seseorang tidak
semata-mata mengandalkan kecerdasan kinestetik (untuk menendang) tetapi juga
memanfaatkan kecerdasan visual-spasial (untuk mengorientasikan diri dan mengantisipasi
lintasan bola).
Ada berbagai cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori. Tidak ada seperangkat ciri
standar yang musti dimiliki untuk disebut cerdas. Seseorang tetap disebut cerdas linguistik
karena kemahirannya bercerita, meskipun ia tidak lancar membaca. Demikian pula dengan
orang yang tidak piawai di lapangan sepak bola, dapat dikategorikan cerdas dalam kinestetik
apabila ia pandai menari dan luwes dalam gerak-gerik. Teori MI menekankan keberagaman cara
orang menunjukkan bakat, baik dalam satu kecerdasan tertentu maupun antarkecerdasan
(Armstrong, 1996:11-12).

 Sembilan Kecerdasan dalam Multiple Intelligences

Kecerdasan Verbal-Linguistik
Kecerdasan verbal-linguistik berkaitan erat dengan kata-kata, baik lisan maupun tertulis beserta
dengan aturan-aturannya. Seorang anak yang cerdas dalam verbal-linguistik memiliki
kemampuan:

Kecerdasan Logika-Matematika
Kecerdasan logika-matematika berkaitan dengan kemampuan mengolah angka dan atau
kemahiran menggunakan logika.

Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, arah, dan ruang
secara akurat serta mengubah penangkapannya tersebut ke dalam bentuk lain seperti dekorasi,
srsitektur, lukisan, patung.

Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan gerak-kinestetik berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh
untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta keterampilan mempergunakan tangan
untuk mencipta atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang
spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan
keakuratan menerima rangsang, sentuhan, dan tekstur.

Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal berkaitan dengan kemampuan menangkap bunyi-bunyi, membedakan,
menggubah, dan mengekspresikan diri melalui bunyi-bunyi atau suara-suara yang bernada dan
berirama. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, melodi, dan warna suara.

Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerjasama dengan
orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak kecakapan, yakni kemampuan berempati pada
orang lain, kemampuan mengorganisasi sekelompok orang menuju ke tujuan suatu tujuan
bersama, kemampuan mengenali dan membaca pikiran orang lain, kemampuan berteman atau
menjalin kontak (Armstrong, 1993:11;2002:21-22). Kecerdasan interpersonal dibangun, antar
lain, atas kemampuan inti untuk mengenali perbedaan, khususnya perbedaan besar dalam
suasana hati, temperamen, motivasi, dan intensi (maksud) (Gardner, 1993:23).

Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan aspek internal dalam diri seseorang, seperti,
perasaan hidup, rentang emosi, kemampuan untuk membedakan emosi-emosi, menandainya,
dan menggunakannya untuk memahami dan membimbing tingkah laku sendiri (Gardner,
1993:24-25).
Kecerdaan Naturalis
Kecerdasan naturalis berkaitan dengan kemahiran dalam mengenali dan mengklasifikasikan
flora dan fauna dalam lingkungannya. Kecerdasan ini juga berkaitan dengan kecintaan
seseorang pada benda-benda alam, binatang, dan tumbuhan. Kecerdasan naturalis juga
ditandai dengan kepekaan terhadap bentuk-bentuk alam, seperti dedaunan, awan, batu-
batuan.

Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menempatkan diri
dalam lingkup kosmos yang terjauh, dengan makna hidup, makna kematian, nasib dunia
jasmani maupun kejiwaan, dan dengan makna pengalaman mendalam seperti cinta atau
kesenian (Armstrong, 1996). Kecerdasan eksistensial juga berkaitan dengan kemampuan
merasakan, memimpikan, dan menjadi pemikir menyangkut hal-hal yang besar (menjadi
pemimpin) (Theacorn, 2003).

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Multiple Intelligences

Kecerdasan yang dimiliki seseorang dapat berkembang sampai tingkat kemampuan yang
disebut mumpuni. Pada tingkat ini, kemampuan seseorang di bidang tertentu, yang berkaitan
dengan kecerdasan itu, akan terlihat sangat menonjol. Menurut Armstrong (1993:21-22)
berkembang tidaknya suatu kecerdasan bergantung pada tiga faktor penting berikut:
≠ faktor biologis (biological endowment), termasuk di dalamnya faktor keturunan atau genetis
dan luka atau cedera otak sebelum, selama, dan setelah kelahiran.

≠ Sejarah hidup pribadi, termasuk di dalamnya adalah pengalaman-pengalaman (bersosialisasi


dan hidup) dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang lain, baik yang membangkitkan
maupun yang menghambat perkembangan kecerdasan.
≠ Latar belakang kultural dan historis, termasuk waktu dan tempat seseorang dilahirkan dan
dibesarkan serta sifat dan kondisi perkembangan historis atau kultural di tempat yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Larson, Donna. 2001. “Multiple Intelligences : A Perspective in Learning and

Jurnal kemampuan belajar.https://akper-manggala.e-journal.id/JIKA/article/download/


47/45/140
Applicability. http://www.ddlarson.com/mipaper.html

The Acorn. 2003. “The Ten Intelligences”. http://www.theacornschool.org.

Sukadi, Progressive learning" Learning by Spirit". Bandung: Publishing, 2008. S. Nasition


Berbagai pendekatan dalam proses belajar & mengajar. Jakarta:Bumi Aksara, 2008.

pengaruh gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik - fajarisnaeni


http://fajarisnaeni.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15307/2017/10/PENGARUH-
GAYA-BELAJAR-VISUAL-AUDITORIAL-DAN-KINESTETIK-TERHADAP-PRESTASI-BELAJAR-SISWA.pdf

Minarti, "Pengertian Gaya Belajar & Macam-macam Gaya Belajar" dalam


bp://mimartinalaga.blogspot.com/2013/03/pengertian gaya-belajar-berbagai macam.html,
diakses 19 Oktober 2017.

Armstrong, Thomas, 7 Kinds of Smart: Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda


Berdasarkan Teori Multiple Intelligences, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Artikel detikedu, "9 Jenis Kecerdasan Menurut Psikolog, Kamu Cenderung yang Mana?"
selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6510956/9-jenis-kecerdasan-menurut-
psikolog-kamu-cenderung-yang-mana.

Anda mungkin juga menyukai