Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KARAKTERISTIK BELAJAR INDIVIDU


Manusia adalah unik, demikian pula siswa. Siswa memiliki karakteristik
belajar sendiri yang berbeda dengan teman-temannya. Karakteristik cara belajar
siswa di pengaruhi oleh banyak faktor, baik keluarga, lingkungan, sekolah dan
lain-lain.
Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola
dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat dibagi dalam tiga
kategori. Ketiga kategori tersebut adalah  cara belajar visual, auditorial  dan 
kinestetik  yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu.
Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya memiliki salah satu
karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara
belajar yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu
memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol, sehingga jika ia
mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya
untuk menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika individu menemukan metode
belajar yang sesuai dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia
menjadi “pintar” sehingga kursus-kursus atau pun les privat secara intensif
mungkin tidak diperlukan lagi.
Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara belajar seperti
disebutkan diatas, menurut De Porter & Hernacki, adalah sebagai berikut:

*Karakteristik perilaku individu dengan cara belajar visual


Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-
ciri perilaku sebagai berikut:

1. Rapi dan teratur.


2. Berbicara dengan cepat.
3. Mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik.
4. Teliti dan rinci.
5. Mementingkan penampilan.
6. Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar.
7. Mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual.
8. Memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik.
9. Biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika
sedang belajar.
10. Sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta
instruksi secara tertulis).
11. Merupakan pembaca yang cepat dan tekun.
12. Lebih suka membaca daripada dibacakan.
13. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.
14. Dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap
waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan
berbagai hal lain yang berkaitan.
15. Jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti
selama berbicara.
16. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau “tidak”.
17. Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/ berceramah.
18. Lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik.
19. Seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan
dalam kata-kata.

*Karakteristik perilaku individu dengan cara belajar auditorial


Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan
ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

1. Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja.


2. Mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik.
3. Lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca.
4. Jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras.
5. Dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara.
6. Mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai
dalam bercerita.
7. Berbicara dalam irama yang terpola dengan baik.
8. Berbicara dengan sangat fasih.
9. Lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya.
10. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
daripada apa yang dilihat.
11. Senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang
lebar.
12. Mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang
berhubungan dengan visualisasi.
13. Lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada
menuliskannya.
14. Lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku
humor/komik.
*Karakteristik perilaku individu dengan cara belajar kinestetik
Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan
ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

1. Berbicara dengan perlahan.


2. Menanggapi perhatian fisik.
3. Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka.
4. Berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain.
5. Banyak gerak fisik.
6. Memiliki perkembangan otot yang baik.
7. Belajar melalui praktek langsung atau manipulasi.
8. Menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung.
9. Menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang
membaca.
10. Banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal).
11. Tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama.
12. Sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut.
13. Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.
14. Pada umumnya tulisannya jelek.
15. Menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik).
16. Ingin melakukan segala sesuatu

Dengan mempertimbangkan dan melihat cara belajar apa yang paling


menonjol dari diri seseorang maka orangtua atau individu yang bersangkutan
(yang sudah memiliki pemahaman yang cukup tentang karakter cara belajar
dirinya) diharapkan dapat bertindak secara arif dan bijaksana dalam memilih
metode belajar yang sesuai
2.2 PERBEDAAN INTELIGENSI, BAKAT,MINAT, KEPRIBADIAN DALAM
PROSES DAN HASIL BELAJAR

A. INTELEGENSI

A. Definisi Intelegensi
1. Alferd Binet (1857-1911) dan Theodeore Simon
Intelegensi adalah kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan
tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut
telah dilaksanakan dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri.

2. Lewis Madison ( 1916)


Intelegensi sebagai kemampuan seseorang berfikir abstrak.

3. George D. Stoddard (1941)


Intelegensi sebagai bentuk kemampuan untuk memahami masalah-masalah
yang bercirikan :
 Mengandung kesukaran
 Kompleks, yang mengandung bermacam jenis tugas yang harus diatasi
dengan baik dalam arti bahwa individu yang inteligen mampu menyerap
kemampuan baru dan memadukannya dengan kemampuan yang sudah
dimiliki untuk kemudian digunakan dalam menghadapi masalah.
 Abstrak, mengandung simbol-simbol yang memerlukan analisis dan
interpretasi.
 Ekonomis, yang dapat diselesaikan dengan menggunakan proses mental
yang efisien dari segi penggunakan waktu.
 Diarahkan pada satu tujuan, yaitu bukan dilakukan tanpa maksud melainkan
mengikuti suatu arah atau target yang jelas.
 Mempunyai nilai sosial, yaitu cara dan hasil pemecahan masalah yang dapat
diterima oleh nilai dan norma sosial.
 Berasal dari sumbernya, yaitu pola fikir yang membangkitkan kreativitas
untuk menciptakan sesuatu yang baru.
4. Wechlsler (1965)
Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan mencapai suatu
tujuan, untuk berpikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan
lingkungan secara efektif.

5. Walters dan Gardner (1986)


Intelegensi adalah serangkaian kemampuan yang memungkinkan individu
memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu
budaya tertentu.

6. Flynn (1987)
Intelegensi adalah kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan
belajar dari pengalaman.

Maka dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Intelegensi


adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang dapat digunakan untuk
menyesuaikan diri terhadap kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat
berpikir yang sesuai dengan tujuannya.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi


Menurut M. Ngalim Purwanto (2004: 55-56), ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi intelegensi yang mengakibatkan terjadinya perbedaan
antara intelegensi seseorang dengan yang lain. Adapun faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang, yaitu :
1. Pembawaan
pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir
batas kesanggupan kita, yakni dapat tindaknya seseorang memecahkan suatu
soal, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita.

2. Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan,
Tiap organ (fisik dan psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

3. Pembentukan
pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi.

4. Minat dan pembawaan yang khas


minat mengarahkan pembuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dan
dorongan bagi pembawaan itu. Dorongan-dorongan (motif-motif) yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.

5. Kebebasan
kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang
tertentu dalam memecahkan masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih
metode juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.

Sedangkan menurut Bayley, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan


intelektual individu, yaitu:
a. Keturunan
b. Latar belakang sosial ekonomi
c. Lingkungan hidup
d. Kondisi fisik
e. Iklim emosi

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak


faktor yang mempengaruhi intelegensi seseorang. Maka sebagai seorang pendidik
seorang guru harus mampu membantu mempengaruhi kemampuan intelektual
siswa agar dapat berfungsi secara maksimal dan mencoba melengkapi program
pengajaran yang ditujukan bagi mereka yang lambat dalam belajar.
B. BAKAT

A. Definisi Bakat
Chaplin (1972) dan Reber (1988) mendeskripsikan bahwa Bakat (aptitude)
adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang (Muhibbin syah, 2010:133).
Sedangkan menurut Semiawan, dkk, (1984:1), Bakat adalah kemampuan
bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih.
Sementara menurut Wijaya (1988:66) bakat adalah suatu kondisi pada
seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai
suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus, misalnya:
berupa kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bakat adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan
atau keterampilan yang bersifat umum ataupun khusus. Namun bakat juga
harus disertai dengan latihan khusus untuk mencapai suatu kecakapan,
pengetahuan, dan keterampilan khusus.
Sri Milfayetti (2015: 62) menyebutkan karakteristik individu yang di
golongkan berbakat secara akademik adalah :
1. Kemampuan untuk belajar tinggi
2. Kekuatan dan kepekaan fikiran
3. Keingin tahuan dan dorongan

B. Jenis-jenis Bakat
1. Kinetik Fisik (Bodily Kinesthic)
Bakat dalam menggunakan badan untuk memecahkan masalah dan
mengekspresikan ide serta perasaan.

2. Bahasa (Linguistic)
Bakat untuk menggunakan kata-kata, baik oral maupun verbal, secara
efektif.
3. Logika dan Matematis (Logical-Mathematical)
Bakat untuk mengerti dan menggunakan angka secara efektif, termasuk
mempunyai kemampuan kuat untuk mengerti logika.

4. Musikalitas (Musical)
Bakat untuk memahami musik melalui berbagai cara.

5. Pemahaman Alam (Naturalist Intelligence)


Mengenali dan menggolongkan dunia tumbuhan dan binatang, termasuk
dalam
memahami fenomena alam.

C. MINAT

A. Definisi Minat
1. Tampubolon (1991: 41)
Minat adalah suatu perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat berkembang
jika ada motivasi.

2. Djali (2008: 121)


Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri.

3. Mohamad Surya (2003: 100)


Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi
suatu objek
.
4. Slameto (2003: 180)
Minat sebagai suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas maka dapat disimpukan minat adalah
suatu proses pengembangan dalam mencampurkan seluruh kemampuan yang ada
untuk mengarahkan individu kepada suatu kegiatan yang diminatinya.

B. Jenis-jenis minat
Menurut Guilford (1956) ada beberapa jenis minat, yaitu :
1. Minat vokasional, merujuk pada bidang – bidang pekerjaan.
 Minat profesional : minat keilmuan, seni dan kesejahteraan sosial.
 Minat komersial : minat pada pekerjaan dunia usaha, jual beli,
periklanan,akuntansi, kesekretariatan dan lain – lain.
 Minat kegiatan fisik, mekanik, kegiatan luar, dan lain – lain.

2. Minat avokasional, yaitu minat untuk memperoleh kepuasan atau hobi.


Misalnya petualang, hiburan, apresiasi, ketelitian dan lain – lain.

Menurut Milton (1961:397) minat dibagi menjadi dua yaitu:


1. Minat subyektif , Perasaan yang menyatakan bahwa pengalaman-
pengalaman tertentu yang bersifat menyenangkan.
2. Minat obyektif, Reaksi yang merangsang kegiatan dalam lingkungannya.

Menurut Samsudin (1961: 8) minat jika dilihat dari segi timbulnya terdiri dari
dua macam yaitu:
1. Minat spontan, minat yang timbul dengan sendirinya secara langsung.
2. Minat yang disengaja, minat yang dimiliki karena dibangkitkan atau
ditimbulkan

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa


Muhibbin Syah (2003: 132) membedakan faktor-faktor yang
mempengaruhi minat menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yang meliputi :
 aspek fisiologis
kondisi jasmani dan tegangan otot (tonus) yang menandai tingkat
kebugaran tubuh siswa, hal ini dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam pembelajaran.

 aspek psikologis
Aspek psikologis merupakan aspek dari dalam diri siswa yang terdiri dari,
intelegensi, bakat siswa, sikap siswa, minat siswa, motivasi siswa.

2. Faktor Eksternal Siswa


 Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial terdiri dari sekolah, keluarga, masyarakat dan teman
sekelas
 Lingkungan Nonsosial
Lingkungan sosial terdiri dari gedung sekolah dan letaknya, faktor materi
pelajaran, waktu belajar, keadaan rumah tempat tinggal, alat-alat belajar.

3. Faktor Pendekatan Belajar


Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses
mempelajari materi tertentu.

Sedangkan menurut Crow (1973:22), ada beberapa faktor yang


mempengaruhi minat. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. The Factor Inner Urge
Rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai
dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan
minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini seseorang
mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.

2. The Factor Of Social Motive


Minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal. Disamping itu juga
dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia dan oleh motif sosial,
missal seseorang berminat pada prestasi tinggi agar dapat status sosial
yang tinggi pula.

3. Emosional Factor
Faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap obyek
misalnya perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan
tertentu dapat pula membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah
semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya
kegagalan yang dialami akan menyebabkan minat seseorang berkembang.

D. PERBEDAAN INTELEGENSI, BAKAT DAN MINAT


Intelegensi dan Bakat merupakan kemampuan yang berasal dari hereditas
(pembawaan). Cepat atau lambatnya seseorang misalnya dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya dipengaruhi tingkat intelegensinya dan bakatnya. Akan tetapi
tingkat intelegensi seseorang dapat berubah karena dipengaruhi faktor-faktor
tentu, misalnya orang yang rajin mengasah kemampuan akademiknya dengan
berlatih terus menerus akan mengalami peningkatan IQ. Sedangkan bakat akan
terus ada dalam diri seseorang, apakah ia latih atau tidak kemampuan bakat
seseorang akan selalu sama (bersifat permanen). Intelegensi dan bakat merupakan
kemampuan yang berasal dari genetik, sementara minat merupakan kemampuan
yang berupa kemauan seseorang yang tinggi terhadap sesuatu yang dipengaruh
oleh lingkungannya. Minat sangat dipengaruhi oleh lingkungan sebab dapat
berubah karena perubahan trend maupun perubahan hobby seseorang (berorientasi
pada hobby). Akan tetapi minat akan berpengaruh besar dalam perkembangan
intelegensi dan bakat seseorang sebab dengan memiliki minat akan
membangkitkan motivasi seseorang dalam mengasah kemampuan yang ada pada
dirinya.
Maka berdasarkan penjelasan diatas maka point-point perbedaan dan
persamaan intelegensi, bakat dan minat dapat disimpulkan dalam tabel sebagai
berikut :

Intelegensi Bakat Minat


Pembawaan (Hereditas) Pembawaan (Hereditas) Lingkungan
Lepas dari aspek suka Lepas dari aspek suka Orientasi pada hobi/
atau tidak suka atau tidak suka kesukaan semata
Permanen, tetapi dapat
Tidak mudah berubah Mudah berubah sesuai
berubah jika dipengaruhi
dan bersifat permanen dengan tren yang ada
faktor-faktor tertentu
Genetik lebih dominan Genetik lebih dominan Genetik tidak dominan
Membutuhkan latihan Membutuhkan latihan Membutuhkan latihan
Tidak selalu berdasarkan
Membutuhkan motivasi Membutuhkan motivasi
motivasi

E. KETERKAITAN INTELEGENSI, BAKAT DAN MINAT DALAM


PROSES BELAJAR SISWA
Intelegensi, bakat dan minat pada hakikatnya memiliki persamaan dalam
konsep perkembangan. Intelegensi dan bakat yang tidak diasah atau dilatih tidak
akan mengalami kemajuan. Sementara tanpa adanya minat dalam
mengembangkan intelegensi dan bakat akan mempengaruhi perkembangan atau
tidak akan mengalami kemajuan sama sekali sebab minat merupakan indikator
motivasi anak didik dalam mempelajari dan menunjukkan kinerja yang tinggi
dalam proses belajar. Bakat akan sulit berkembang dengan baik apabila tidak
diawali dengan adanya minat untuk hal tersebut atau hal yang berkaitan dengan
bidang yang akan ditekuni, misalnya seni, musik, hitung menghitung, bahasa, dan
lain-lain merupakan hasil interaksi antara bakat bawaan dan faktor lingkungan
serta didukung dengan faktor kepribadian dan sikap kerja seseorang.
Intelegensi, bakat dan minat memiliki hubungan satu sama lain, dimana jika
salah satunya tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi yang lain. Hal ini dapat
kita cermati dari hasil penelitian Heller, Monks, dan Passow (Wimbarti : 2000),
bahwa dari 100 anak yang memiliki IQ tinggi di California yang diteliti sejak
tahun 1920 hingga sekarang diantara mereka ada yang menjadi orang terkenal,
diantaranya senator, sebagian menerima hadiah nobel untuk Iptek, menjadi
bintang film terkenal, sutradara tersohor, novelis dan lain-lain. Namun ada juga
diantara mereka yang menjadi pembersih kantor, tukang sapu jalan, dan pekerja
kasar lainnya. Dengan demikian orang-orang yang memiliki kemampuan IQ yang
tinggi tidak selamanya akan berhasil dalam hidupnya. Penelitian serupa juga
dilakukan oleh Harjito dkk., (1993) pada siswa SMA di Indonesia yang
memperoleh prestasi belajar rendah atau yang mempunyai permasalahan
kesukaran belajar di sekolah. Hasilnya menunjukkan tidak selamanya siswa yang
memiliki prestasi belajar rendah dan memiliki kesukaran belajar berasal dari siswa
yang memiliki inteligensi rendah. Kenyataan menunjukkan beberapa siswa yang
memiliki IQ diatas rata-rata memiliki prestasi belajar yang rendah dan beberapa
memiliki permasalahan dalam belajar.
Maka dapat disimpulkan bahwa Intelegensi, bakat dan minat pada peserta
didik harus dikembangkan secara bersamaan dan bertahap. Sebab ketiganya
memiliki keterkaitan satu sama lain. Seorang anak didik yang tahu akan kapasitas
intelegensi, bakat dan minatnya sejak dini akan mampu menjadikan bakat tersebut
sebagai bekal untuk memperoleh kekuatan saat mereka dewasa nanti dan akan
membuka peluang bagi mereka untuk menjadi orang yang sukses. Adapun guru
sebagai fasiliatator pembelajaran yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
siswa sebaiknya dapat mengenali kemampuan seperti apa yang dimiliki oleh
siswanya.
Untuk meningkatkan kemampuan intelegensi, bakat dan minat peserta didik
dengan baik maka seorang pendidik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Dorongan. Dorongan secara berlebihan (pemaksaan) pada anak didik dapat
melunturkan motivasi anak untuk mengembangkan diri mereka.
2. Pujian. Pujian yang berlebihan tanpa kendali emosi dapat membawa anak
terjebak ke dalam sikap lupa diri.

BAB III
KESIMPULAN
Tidak ada satupun individu sama persis dengan individu yang lain. Setiap
individu unik baik karena faktor –faktor yang diturunkan oleh kedua orang tua
maupun akibat hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Perbedaan yang
khas dan unik tersebut disebut dengan keberagaman individual. Keberagaman
individual menyebabkan perbedaan kemampuan intelegensi, bakat dan minat pada
setiap individu.
Dengan memahami kapasitas (intelegensi, bakat dan minat) anak didiknya,
seorang guru akan mampu merancang model pembelajaran seperti apa yang sesuai
dengan kemampuan intelegensi anak didiknya sehingga dapar meningkatkan
minat dan motivasi yang tinggi dalam proses belajar peserta didik. Proses
pembelajaran yang dilandasi oleh pemahaman terhadap peserta didik juga dapat
mengembangkan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu seorang
guru yang mengenali bakat dan minat peserta didik akan mampu mengarahkan
anak didiknya dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Sehingga
dengan adanya perkembangan-perkembangan tersebut diharapkan dapat menjadi
indikator meningkatnya hasil prestasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/31846690/Perbedaan_Intelegensi_Bakat_dan_Minat_d
alam_belajar_siswa.docx

http://www.psychologymania.com/2012/06/perbedaan-karakteristik-cara-belajar.html

Anda mungkin juga menyukai