Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Gaya Belajar
a. Pengertian Gaya Belajar
Pengalaman belajar seseorang sangat erat kaitannya dengan gaya belajar,
cara belajarnya yang dipengaruhi oleh berbagai variabel, yaitu faktor
fisik , emosional, sosiologis, dan lingkungan. Gaya belajar merupakan
sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu
belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang untuk
berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang sulit dan baru
melalui presepsi yang berbeda.Gaya belajar atau learning style ialah cara
bereaksi dengan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya
dalam belajar atau proses belajar mengajar di sekolah. Gaya belajar
seseorang adalah kombinasi dari bagaimana mereka menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi.Menurut James dan
Gardner(dalam Ghufron dan Risnawati,2014:42) berpendapat bahwa gaya
belajar adalah cara yang kompleks dimana para siswa menganggap dan
merasa paling efektif dan efisien dalam memproses, menyimpan dam
memanggil kembali Pada awal pengalaman belajar langkah pertama yang
perlu dilakukan ialah mengenali modalitas kita visual, yaitu bagaimana
menyerap informasi dengan mudah. Apakah modalitas kita visual, yaitu
belajar melalui apa yang dilihat ; apakah auditorial yaitu belajar melalui
apa yang didengar; ataukah kinestetik yaitu belajar dengan memalui gerak
dan sentuhan. Gaya belajar adalah cara seseorang dalam menerima
informasi yang dengan menggunakan tingkat kefokusan yang berbeda-
beda agar mendaptkan hasil belajar yang optimal. Dengan kata lain gaya
belajar adalah strategi seseorang dalam mendapatkan informasi dengan
baik Terkadang gaya belajar dominan seseorang bisa berubah-ubah untuk

7
8

tugas yang berbeda pula. Terkadang seseorang cenderung menggunakan


gaya belajar tertentu untuk suatu tugas dan adakalanya cenderung
menggunakan kombinasi beberpa gaya belajar untuk tugas yang lain.
Mengetahui gaya belajar dominan anak didik adalah salah satu cara jitu
untuk dapat meningkatkan prestasinya disekolah atau menumbuhkan
kecintaanya terhadap belajar.dengan baik dan memahami apabila yang
dipelajari terkait dengan apa yang sudah diketahui dan metode
pembelajaran yang digunakan sesuai dengan gaya belajar mereka (gaya
belajar mendengar, melihat, dan mendengar atau melakukan) dan berbagai
kecerdasan yang mereka miliki.Agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan semestinya dan agar murid dapat memperoleh hasil belajar yang
baik, sebaiknya guru mengetahui karakteristik mereka yang visual,auditori
dan kinestetik. Dapat dikatakan bahwa gaya belajar merupakan cara yang
dapat digunakan seseorang untuk menerima informasi. Berikut merupakan
tipe-tipe gaya belajar.
b. Tipe-tipe Gaya Belajar
Terdapat sekian banyak gaya belajar yang diciptakan oleh para ahli.
Namun, para ahli dibidang ini telah menyepakati adanya tiga gaya belajar
yang umum atau yang lazin dimiliki setiap orang. Ketiga gaya belajar
tersebut visual, auditori, kinestetik. Gaya belajar visual adalah cara belajar
dengan mengandalkan pengelihatannya. Gaya belajar auditori adalah cara
belajar dengan mengandalkan pendengaannya. Gaya belajar kinestetik
adalah cara belajar dengan mengandalkan gerakannya.
9

Gambar.1
Tipe Gaya Belajar

Audiotori

Visual Kinestetik

Gaya
Belajar

1) Gaya Belajar Visual


Gaya belajar visual adalah gaya belajar di mana gagasan, konsep, data,
dan informasi lainnya dikemas dalam bentuk gambar siswa yang memiliki
tipe belajar visual memiliki interest yang tinggi ketika diperlihat ide peta,
plot, dan ilustrasi visual lainnya. Gaya belajar visual seperti ini
menjelaskan bahwa kita harus melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa
mempercayainya.Menurut De Porter dan Hernacki(2015:12) menjelaskan
bahwa orang bergaya belajar visual lebih dekat dengan ciri seperti lebih
suka mencoret-coret ketika berbicara di telpon, berbicara dengan cepat,
dan lebih suka melihat peta dari pada mendengar penjelasan.Umumnya
orang yang bergaya visual dalam menyerap informasi menerangkan
strategi visual yang kuat dengan gambar dan ungkapan yang berciri visual.
Menurut Hariyanto dan Suyono(2017;252) Indikator gaya belajar siswa
yaitu :
1) Rapi dan teratur
Siswa visual lebih memperhatikan penampilannya, baik dalam segi
berpakaian maupun kondisi lingkungan disekitarnya. Mereka menyukai
kerapihan dan juga keindahan. Mereka biasanya memunyai catatan
10

pelajaran yang rapi. Selain itu mereka juga tidak menyukai tempat yang
berantakan karena dapat mengganggu proses belajar mereka.
2) Sulit menerima intruksi verbal
Siswa yang memiliki gaya belajar visual sering kali lupa hal-hal yang
disampaikan secara lisan dan lebih sering meminta bantuan orang lain
untuk mengulangi instruksi verbal tersebut. Banyak dari para orang visual
yang kurang peka terhadap respons instruksi verbal dan akan mudah lupa
dengan apa yang disampaikan orang lain sampai mereka diberikan
instruksi secara visual yang disertai dengan tulisan, gambar, diagram
ataupun bagan.
3) Teliti terhadap detail
Siswa lebih cermat dan berhati-hati dalam mengamati materi pelajaran,
dan memperhatikan dengan detail pada apa yang siswa kerjakan.
4) Mengingat apa yang dilihat, dari pada yang didengar
Siswa lebih menitik beratkan ketajaman penglihatan. Bukti-bukti konkrit
harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka mudah untuk
memahaminya. Seorang anak yang memunyai gaya belajar visual akan
lebih mudah mengingat dengan cara melihat, misalnya membaca buku,
melihat demonstrasi yang dilakukan guru, melihat contoh-contoh yang
tersebar di alam atau fenomena alam dengan cara observasi, bisa juga
dengan melihat pembelajaran yang disajikan melalui TV atau video kaset.
5) Biasanya tidak terganggu oleh keributan
Seseorang yang memiliki gaya belajar visual ini dapat belajar baik diiringi
dengan musik maupun tidak. Kebisingan dan suara di sekitarnya tidak
akan mampu menggoyahkan konsentrasi mereka karena mereka lebih
terfokus pada apa yang mereka lihat daripada apa yang mereka dengar.
Jika tipe visual ini sedang berfikir, mereka akan melihat ke arah langit-
langit, pandangan mata ke kanan dan ke kiri, karena otak mereka
memproses data dengan melihat setiap kata atau simbol. Memang semua
orang pun pasti akan melakukan hal yang sama bila sedang melihat
11

gambar atau simbol, tapi tipe visual ini melakukannya lebih sering
dibandingkan dengan orang lain.

6) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak


Siswa yang memiliki gaya belajar visual tidak mudah
menjabarkan/menjelaskan suatu hal, oleh karena itu mereka cenderung
menjawab hanya pada intinya saja.Untuk mengatasi beberapa masalah
yang dipaparkan diatas, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan
sehingga belajar tetap bisa dilakukan dengan memberikan hasil yang
maksimal. Salah satunya adalah menggunakan beragam bentuk wawancara
untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran.
2) Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang mengandalkan pada
pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya karakteristik model
belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat
utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus
mendengarkan terlebih dahulu baru kemudian bisa mengingat dan
memahami informasi yang diperoleh. Siswa yang mempunyai gaya belajar
ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua
memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk lisan secara
langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
Pembelajaran yang Mendidik dijelaskan bahwa “orang bergaya belajar
auditorial lebih dekat dengan ciri seperti lebih suka berbicara sendiri, lebih
menyukai ceramah atau seminar dari pada membaca buku, dan atau lebih
suka berbicara dari pada menulis. Kata-kata khas yang digunakan oleh
auditorial dalam pembicaraan tidak jauh dari ungkapan “aku mendengar
apa yang kau katakan” dan kecepatan bicaranya sedang dalam menyerap
informasi umumnya orang bergaya belajar auditorial menerapkan stategi
pendengaran yang kuat dengan suara dan ungkapan yang berciri
pendengaran.Menurut Ricki Linksman(2017:200-210) Indikator gaya
belajar siswa yaitu:
12

1) Mudah terganggu oleh keributan


Siswa yang mempunyai gaya belajar auditori, mereka cenerung sangat
peka dengan gangguan auditori. ketika siswa sedang belajar dikelas
atau diluar kelas mereka akan merasa terganggu bila ada suara-suara di
sekitarnya. Seperti suara orang lain di luar kelas, suara mobil, suara
kipas angin atau suara yang dapat mengganggu konsentrasi bekajar
mereka.
2) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
Siswa yang cenderung suka dengan membaca dengan keras tujuannya
untuk mempercepat belajarnya yaitu membaca secara pintas, dan
mereka cenderung membayangkan teks yang ada seperti penayangan
flm dengan disertai efek suara, nada suara, perasaan, dan music untuk
membuat materi menjadi lebih hidup. Dengan begitu mereka lebih
cepat memahami bacaan jika dibaca dengan suara yang keras. Mereka
juga suka menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika
sedang membaca. Hal itu dilakukan agar mereka lebih memahami
materi daripada hanya sekedar dibaca di dalam hati
3) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita Siswa
yang mempunyai tipe gaya belajar auditori cenderung kesulitan dalam
menulis karena tulisannya jelek dan siswanya lebih semangat dalam
bercerita di kelas.
4) Suka berbicara di depan umum, suka berdiskusi di dalam kelompok,
dan menjelaskan sesuatu panjang lebar Siswa yang mempunyai tipe
gaya belajar auditori dalam kesehariannya tidak nyaman dengan
keadaan yang sepi, dan meraka mereka cenderung merubah keadaan
yang sepi menjadi ramai, berisik, dengan cara bernyayi, berbicara
dengan keras, mendengarkan music. Siswa juga cenderung senang
mendiskusikan sesuatu dengan cara membuka percakapan secara
panjang lebar.
5) Menyukai musik atau sesuatu yang bernada dan berirama Siswa yang
mempunyai gaya belajar auditori cenderung menyukai music, nada-
13

nada, irama, dan nada suara. Mereka senang mendengarkan suarasuara


yang indah, melodi yang manis, dan suara yang membuat hati mereka
senang. Mereka terkadang merasa tidak suka denga suara-suara yang
nyaring, seperti suara sirine, dan suara keributan.Beberapa pendekatan
yang bisa dilakukan untuk masalah kesulitankesulitan belajar seperti di
atas yang pertama adalah menggunakan tipe rekam sebagai alat bantu,
alat ini digunakan untuk merekam bacaan atau catatan yang dibacakan
atau ceramah pengajar di depan kelas untuk kemudian di dengarkan
kembali. Pendekatan kedua adalah dikakukan dengan cara wawancara
atau terlibat dlaam kelompok diskusi.

3. Gaya Belajar Kinestetik


Seperti yang dijelaskan oleh De Porter dan Hernacki dalam bukunya
Rachmawati(2013:226) Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang
mendidik : ” bahwa orang yang bergaya belajar kinestetik lebih dekat
dengan ciri seperti saat berpikir lebih baik ketika bergerak atau berjalan,
lebih menggerakan anggota tubuh ketika bicara dan merasa sulit untuk
duduk diam. Umumnya orang bergaya belajar kinestetik dalam menyerap
informasi menerapkan strategi fisikal dan ekspresi yang berciri fisik
”Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik cara membaca dan
mendengarkannya salahsatu kegiatan yang membosankan. Memberi
instruksi yang diberikan secara tertulis maupun lisan seringkali mudah
dilupakan, karena mereka cenderung lebih memahami tugasnya jika
mereka mencobanya secara langsung.Menurut Popi Sopiatin dan Sohari
Sahrani(2017:23) Indikator gaya belajar siswa yaitu:
1) Berbicara dengan perlahan Siswa yang mempunyai gaya belajar
kinestetik cenderung bicara dengan perlahan dan pelan, berbeda
dengan siswa visual yang berbicara dengan kecepatan bicara yang
cepat dan auditori dengan kecepatan berbicara sedang. Banyak siswa
yang tidak senang pada penjelasan yang panjang lebar. Mereka
14

menyukai guru yang menggunakan kata-kata kunci dan perbuatan,


serta memberikan bimbingan jika mereka membutuhkannya.
2) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak Siswa kinestetik
biasa memiliki perkembangan oto-otot yang besar, banyak
menggunkan isyarat tubuh, menggunakan jari sebagai petunjuk ketika
membaca, suka mempraktikkan secara langsung.
3) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama Siswa yang mempunyai
tipe gaya belajar kinestetik tidak bisa duduk diam di satu tempat.
Karena mereka senang bergerak. Dalam proses pembelajaran harus
diberikan gerakan-gerakan yang positif yang dapat membantu proses
belajar mereka.
4) Belajar melalui memanipulasi dan praktik Siswa yang mempunyai
gaya belajar kinestetik sangat suka dengan tantangan, dan menemukan
hal-hal yang baru. Mereka termotivasi pada lingkungan yang
kompetitif. Mereka juga senang berkompetisi dengan diri sendiri atau
dengan orang lain.
5) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh Siswa bergaya belajar
kinestetik ini mudah menghafal atau belajar dengan cara bergerak atau
berjalan-jalan.

B. Manfaat Gaya Belajar


Maanfaat Dengan mengetahui gaya belajar peserta didik. Peserta didik
dapat menyesuaikan gaya mengajarnya dengan kebutuhan siswa, misalnya
dengan menggunakan berbagai gaya mengajar sehingga muridmurid dapat
memperoleh cara yang efektif baginya. Maka disini guru sangat dituntut
untuk mengetahui gaya belajar siswa dan mengembangkan pembelajaran
saat akan mengajar.
2. Pembelajaran Tematik
Kurikulum tematik berkembang sejak tahun 2013 yang dikenal dengan
kurikulum 2013 sebagai rintisan penerapan pembelajaran tematik untuk
kelas tinggi atau kelas 5 dan 6 Pembelajaran tematik merupakan suatu
15

pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa


aspek baik dalam indra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Menurut Joni.T.R (dalam F Tirtoni,2018:3) yang mengartikan
pembelajaran tematik sebagai suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara
holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran tematik akan terjadi apabila
peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi tema menjadi pengendali dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam eksplorasi tema maka
siswa akan sekaligus belajar tentang proses dan isi beberapa mata
pelajaran secara serempak.
a. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran disekolah dasar pembelajaran
tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut.
1) Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa
(student centered).
2) Memberikan pengalaman langsung Dengan pengalaman langsung ini,
siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (kongkret) sebagai dasar untuk
memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3) Pemisahan mata pelajaran, tidak begitu jelas Fokus pembelajaran
diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan siswa.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajaran tematik
menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran.
5) Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel)
dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan
mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkan dengan kehidupan siswa
dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
b. Penilaian Pembelajaran Tematik
16

Dalam pembelajaran yang berbasis tematik, penilaian pembelajaran


dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran lainnya. Hal ini dijelaskan
Permendikbud No 66 tahun 2013. Penilaian hasil belajar siswa pada
jenjang sekolah dasar didasarkan pada prinsip-prinsip:
a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan
tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,
menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.
d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada
pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik,
prosedur, dan hasilnya.
f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
c. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik
1) Pembelajaran tematik berdasarkan pada suatu tema tertemtu. Ketika
seseorang akan merancang pembelajaran tematik maka ia akan
menentukan tema tertentu, seperti tema tentang lingkungan anak didik.
2) Sehubungan dengan pembelajaran tematik berangkat dari satu tema
dengan pandangan dari berbagai prespektif, maka dimungkinkan terjadi
penggabungan kompetensi dasar dari berbagai kompetensi yang ada dalam
sislabus baik dari segi konten, atau dari segi waktu.
3) Pencapaian kompetensi dasar (mata pelajaran tertentu) dalam suatu
pembelajaran tematik tidak harus mencapai semuanya.
4) Pembelajaran tematik yang biasanya dilaksanakan pada kelas awal,
titik tolaknya adalah pencapaian kompetensi membaca, menulis, dan
berhitung serta penanaman nilai moral.
5) Sesuai dengan prinsip pembelajaran tematik yang menekankan pada
pengalaman, maka setiap pelaksanan pembelajaran tematik selalu
17

mempergunakan sumber belajar yang kongret atau paling tidak berupa alat
peraga yang bisa dicerap oleh anak didik
6) Judul maupun jumlah tema yang dipilih atau yang ditentukan oelh
masing-masing sekolah, disesuaikan dengan karakteristik anak didik,
minat, lingkungan, dan daerah setempat.Kemampuan guru untuk
melaksanakan pembelajaran tematik kadangkadang sangat terbatas, maka
untuk memudahkan pelaksanaannya dapat mempergunakan team teaching,
sebuah kelas dapat disusun oleh beberapa guru untuk pelaksanaan
pembelajaran.

C. Hasil Penelitian yang Relevan


Beberapa hasil penelitian yang terdahulu yang relevan dengan judul
bersangkutan mengenai gaya belajar.Penelitian relevan ini untuk
memperkuatmpeneliti melakukan penelitian. Hasil penelitian berikut
antara lain;
1. Dalam skripsi yang berjudul Learning Style Of 3rd Grade Student at SDN
Tukangan Yogyakarta (Edisi ke-1 Tahun ke-6,2017) diakukan oleh Chris
Hilda Fitriani, PGSD Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian
menunjukan bahwa gaya belajar yang yang cenderung digunakan siswa
kelas III B bervariasi antara visual, audio, dan kinestetik. Kecenderungan
gaya belajar siswa kelas III B di SDN Tukangan Yogyakarta adalah
dengan cara mendengarkan dan melihat penjelasan dari guru. Gaya belajar
siswa mengacu pada gaya belajar visual dan audio.
2. Hasil penelitian skripsi yang ditulis oleh Mulyati yang berjudul
Identifikasi Gaya Belajar Siswa Kelas V SD Se-Gugus 03 Kecamatan
Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2014/201. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif. Pengambilan data menggunakan data
angket sebagai penentuan hasil gaya belajar. Siswa kelas V SD se-gugus 3
Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo, cenderung memilki gaya
belajar visual. Hasil gaya belajar visual diperoleh dengan rincian dari 111
18

siswa, memiliki 53 atau 53,15% yang memiliki gaya belajar visual. Siswa
yangmemilki gaya belajar audio sebanyak 34 siswa atau 30,63% dan untuk
gaya belajar kinestetik dimiliki oleh 18 siswa dengan rincian
16,22%.
3. Skripsi yang berjudul Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi Studi
Siswa Berprestasi pada SMAN 1 dan MAN 1 Yogyakarta, Kelas X ditulis
oleh Noneng Siti Rosidah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Hasil yang didapatkan gaya belajar siswa SMAN 1 Yogyakarta memiliki
gaya belajar yang bervariasi. namun yang lebih dominan ditunjukan pada
gaya belajar pengamatan dan pemikiran. Sedangkan pada MAN 1
Yogyakarta, gaya belajar yang menunjukan arah tindakan.Beberapa hasil
penelitian yang terdahulu yang relevan dengan judul bersangkutan
mengenai gaya belajar.

Penelitian relevan ini untuk memperkuat peneliti melakukan penelitian.


Hasil penelitian berikut antara lain;
1. Dalam Proposal yang berjudul’’Analisis Gaya Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Tematik Di Kelas V SD Negeri 28 Kelakik’’Kurikulum
2013 pada tahun 2023 Hasil penelitian ini menunjukan bahwa gaya
belajar yang yang cenderung digunakan siswa kelas V bervariasi
antara visual, auditori, dan kinestetik. Kecenderungan gaya belajar
siswa kelas V diSD Negeri 28 Kelakik adalah dengan cara
mendengarkan dan melihat penjelasan dari guru. Gaya belajar siswa
mengacu pada gaya belajar visual dan auditori.
2. Hasil penelitian Proposal yang ditulis oleh Diana Pangesta yang
berjudul Analisis Gaya Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik di
Kelas V SD Negeri 28 Kelakik Kecamatan Nanga Pinoh Kabupaten
Melawi Tahun Ajaran 2023 Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Pengambilan data menggunakan Wawancara sebagai
penentuan hasil gaya belajar Siswa kelas V SD Negeri 28 Kelakik
Kecamatan Nanga Pinoh Kabupaten Melawi,
19

Hasil wawancara dengan guru wali kelas V,tentang gaya belajar siswa
dalam pembelajaran tematik di SD Negeri 28 Kelakik,Masing-masing
memiliki gaya belajar yang berbeda satu sama lain.Gaya belajar visual
contohnya: (1). saya cukup kesulitan karena siswa masih cukup sulit
memahami konteks,dan sering sekali terkecoh dalam pembelajaran
dengan bahan gambar, diagram, peta dan lain lain. Gaya belajar
auditori contohnya: (1).saya menggunakan kosa kata yang baik dan
benar, saya mengucapkan kata perkata dengan jelas agar mudah di
pahami, dan biasanya saya akan menggunakan metode yang menarik
agar siswa lebih senang dalam belajar. Gaya Belajar Kinestetik
contohnya: (1). Karena menggunakan objek nyata yang tentu saja tidak
di gemari atau yang sudah di ketahui oleh siswa.
3. Proposal yang berjudul Analisis Gaya Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Tematik di Kelas V SD Negeri 28 Kelakik , ditulis oleh
Diana Pangesta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil
yang didapatkan gaya belajar siswa SD Negeri 28 Kelakik memiliki
gaya belajar yang bervariasi. namun yang lebih dominan ditunjukan
pada gaya belajar pengamatan dan pemikiran. Sedangkan pada SD
Negeri 28 Kelakik, gaya belajar yang menunjukan arah tindakan.

Anda mungkin juga menyukai