FAKULTAS TEKNIK
SEPTEMBER 2020
A.Pengertian Gaya Belajar
Para ahli memberikan beberapa pengertian gaya belajar. Pada dasarnya kemampuan
seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada
yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. Oleh karena itu, siswa seringkali harus
menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.
Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa (Diah, 2012).
Menurut Munif Chatib (2012:100) menyatakan bahwa gaya belajar adalah respons
yang paling cepat diterima dalam otak seseorang untuk menerima informasi dari orang lain
ataupun lingkungannya. Respon tersebutlah yang merupakan suatu karakteristik seseorang
dalam belajar. Informasi akan lebih cepat diterima oleh otak apabila sesuai dengan gaya
belajar seseorang atau penerima informasi. Jika informasi yang berisi materi belajar sudah
diterima oleh otak, dapat dikatakan indikator hasil belajar seseorang tersebut telah tuntas.
Artinya, anak sebagai penerima informasi telah mamahami materi yang disampaikan oleh
gurunya dengan baik.
Menurut DePorter dan Hernacki dalam Septian (2014:60) , gaya belajar adalah
“kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi”. Proses dalam
mengkombinasikan informasi kedalam otak tersebut merupakan aktivitas seseorang ketika
belajar. Jika hal tersebut dapat dilakukan dengan baik, hal itu akan membuat seseorang
mudah dalam menerima informasi.
Menurut Fleming dan Mills dalam Nikmawati (2014) “gaya belajar merupakan
kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk
tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan
belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.”
M. Joko Susilo (2009: 94) mengatakan sebagai berikut : “gaya belajar adalah cara
yang cenderung dipilih seorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memperoleh
informasi tersebut”. Sedangkan Bobbi Deporter dan Mike Hernacki (2010:112)
mengemukakan bahwa gaya belajar adalah kombinasi bagai mana anda menyerap, dan
kemudian mengatur serta mengelola informasi. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Munif
Chatib (2009:136) bahwa gaya belajar adalah cara informasi masuk kedalam otak melalui
indra yang kita miliki.
Apa pun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat dan
terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Jika
seseorang bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar setiap orang itu, jika suatu
ketika, misalnya harus memandu seseorang untuk mendapatkan gaya belajar yang tepat dan
memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya.
Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat
digolongkan menurut kategori tertentu. Siswa berkesimpulan, bahwa:
1. Setiap siswa belajar menurut cara sendiri yang disebut gaya belajar. Juga guru
mempunyai gaya mengajar masing – masing.
2. Siswa dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrument tertentu.
3. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.
Informasi tentang adanya gaya belajar yang berbeda – beda mempunyai pengaruh atas
kurikulum dan proses belajar mengajar. Masalah ini sangat kompleks, sulit, memakan waktu
banyak serta biaya.
Dari pengertian – pengertian gaya belajar di atas, disimpulkan bahwa gaya belajar
adalah cara yang cenderung dipilih siswa untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-
perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses
belajar.
3. Gaya belajar menurut Dave Meier dalam bukunya The Accelerated Learning
Gaya belajar menurut Dave Meier dikenal dengan sebutan pendekatan SAVI
a. Belajar ”Somatis”
”Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma (seperti dalam
psikosomatis). Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestetis,
praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu
belajar.
b. Belajar ”Auditori”
Belajar Auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran.
Belajar auditori merupakan cara belajar standar bagi semua masyarakat sejak
adanya manusia. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi
auditori, bahkan tanpa disadari seseorang mampu membuat beberapa area penting
didalam otak menjadi aktif.
c. Belajar ”Visual”
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat
dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa didalam otak terdapat lebih
banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang
lain. Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat
”melihat” apa yang sedang dibicarakan seseorang penceramah atau sebuah buku
atau program komputer dan lain-lain. Pembelajar visual belajar paling baik jika
mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata.
d. Belajar ”Intelektual”
Kata ”Intelektual” menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam
pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk
merenung suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan
nilai dari pengalaman tersebut. ”Intelektual” adalah bagian dari merenung,
mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna.
Intelektual (menurut Dave meier) adalah pencipta makna dalam pikiran,
sarana yang digunakan manusia untuk ”berfikir”, menyatukan pengalaman,
menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman
mental, fisik, emosiaonal dan intuitif tubuh untuk membuat makana baru bagi
dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah
pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan
pemahaman diharapkan menjadi kearifan.
Faktor jasmaniah mencakup dua bagian yaitu kesehatan dan cacat tubuh.
Faktor kesehatan berpengaruh pada kegiatan belajar. Proses belajar akan
terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah,
kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk bila badannya lemah, kurang
darah ataupun ada gangguan pada alat indera serta tubuh. Sedangkan cacat
tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna
mengenai tubuh. Cacat itu bisa berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli,
patah kaki, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh demikian juga
mempengaruhi kegiatan belajar seseorang.
2) Faktor psikologis
3) Faktor kelelahan
b. Faktor eksternal
a) Faktor keluarga
Seseorang yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara
orang tu a mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga.
b) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang akan mempengaruhi cara atau gaya belajar siswa antara
lain metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan
siswa dengan siswa, disiplin atau tata tertib sekolah, suasana belajar, standar
pelajaran, keadaan gedung, letak sekolah, dan lainnya. Faktor guru misalnya,
kepribadian guru, kemampuan guru memfasilitasi siswa dan hubungan antara
guru dengan siswa turut mempengaruhi cara atau gaya belajar siswa.
c) Faktor masyarakat
d) Faktor lingkungan
Suara
Pencahayaan
Temperatur
Tiap siswa juga mempunyai selera yang berbeda-beda. Ada yang suka
tempat sejuk, ada juga yang lebih menyukai tempat yang hangat ketika belajar.
Temperatur sama seperti faktor pencahayaan, merupakan faktor yang
pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi
terdapat juga seseorang yang senang belajar ditempat dingin, atau senang belajar
ditempat yang hangat, dan juga senang belajar ditempat dingin maupun hangat.
Desain belajar
Desain belajar ada dua macam, yaitu desaian belajar formal dan desai
belajar tidak formal. Desain formal contohnya belajar di meja dengan alat-alatnya,
sedangkan belajar tidak formal dengan belajar santai, duduk di lantai ataupun
sambil tiduran (Qodriyah, 2011).
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengetahui gaya belajar siswa yaitu:
a. Cara Pertama
Dengan proses belajar mengajar seperti ini, kita bisa melihat para siswa yang
mempunyai kecenderungan belajar secara visual dan juga mempunyai kecerdasan visual-
spasial akan lebih tertarik dan antusias. Setelah itu, cobalah dengan metode pembelajaran
menggunakan praktek atau simulasi. Para pembelajar kinestetik tentu saja akan sangat
antusias dengan model belajar mengajar semacam ini. Begitu seterusnya kita melihat
bagaimana reaksi siswa terhadap setiap model pembelajaran sehingga lambat laun kita akan
lebih mudah memahami dan mengetahui kecenderungan gaya belajar yang mereka.
b. Cara Kedua
Pembelajar visual akan cenderung memulai dengan melihat gambar rumah secara
utuh. Ia lebih cepat menyerap melalui gambar-gambar tersebut sebelum menyatukan bagian-
bagian rumah secara keseluruhan. Pembelajar auditory cenderung membaca petunjuk tertulis
mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah, dan tidak terlalu
mempedulikan gambar yang ada. Sedangkan pembelajar kinestetik akan langsung
mempraktekkan dengan mencoba-coba menyatukan satu bagian dengan bagian yang lain
tanpa terlebih dahulu melihat gambar ataupun membaca petunjuk tulisan. Dari pengamatan
terhadap cara kerja siswa dalam menyelesaikan tugas ini, kita akan lebih memahami gaya
mengajar siswa secara lebih mendetail.
c. Cara Ketiga
Cara yang lebih komprehensif yaitu dengan melakukan survey atau tes gaya belajar.
Namun demikian, alat survey ataupun tes ini biasanya mengikat pada satu konsultan atau
psikolog tertentu sehingga jika kita ingin melakukan tes tersebut harus membayar dengan
sejumlah biaya tertentu, yang terkadang dirasa cukup mahal. Namun demikian, karena
menggunakan metodologi yang sudah cukup teruji, biasanya survey atau tes psikologi
semacam ini mempunyai akurasi yang tinggi sehingga memudahkan bagi guru untuk segera
mengetahui gaya belajar siswa. Nah, dari ketiga cara mengetahui gaya belajar siswa di atas
tergantung kita untuk menggunakan cara yang mana. Cara pertama dan kedua membutuhkan
usaha yang keras dari kita dalam memetakan dan mengklasifikasikan gaya mengajar siswa
yang terdapat dalam satu kelas. Namun demikian, kedua cara ini tidak membutuhkan biaya
yang mahal. Untuk lebih akurat, memang cara ketiga bisa diambil, namun konsekuensinya
tentu saja perlu mengeluarkan biaya untuk survey ataupun tes gaya belajar.
DAFTAR PUSTAKA