Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH GAYA-GAYA BELAJAR

YANTI DAMELIA : (5192131006)


MATKUL : STRATEGI PEMBELAJARAN
KELAS : PTE-B 2019
DOSEN PENGAMPU : Uli Basa Sidabutar,S,Kom.,M.Pd

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

SEPTEMBER 2020
A.Pengertian Gaya Belajar

Para ahli memberikan beberapa pengertian gaya belajar. Pada dasarnya kemampuan
seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada
yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. Oleh karena itu, siswa seringkali harus
menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.
Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa (Diah, 2012).
Menurut Munif Chatib (2012:100) menyatakan bahwa gaya belajar adalah respons
yang paling cepat diterima dalam otak seseorang untuk menerima informasi dari orang lain
ataupun lingkungannya. Respon tersebutlah yang merupakan suatu karakteristik seseorang
dalam belajar. Informasi akan lebih cepat diterima oleh otak apabila sesuai dengan gaya
belajar seseorang atau penerima informasi. Jika informasi yang berisi materi belajar sudah
diterima oleh otak, dapat dikatakan indikator hasil belajar seseorang tersebut telah tuntas.
Artinya, anak sebagai penerima informasi telah mamahami materi yang disampaikan oleh
gurunya dengan baik.
Menurut DePorter dan Hernacki dalam Septian (2014:60) , gaya belajar adalah
“kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi”. Proses dalam
mengkombinasikan informasi kedalam otak tersebut merupakan aktivitas seseorang ketika
belajar. Jika hal tersebut dapat dilakukan dengan baik, hal itu akan membuat seseorang
mudah dalam menerima informasi.
Menurut Fleming dan Mills dalam Nikmawati (2014) “gaya belajar merupakan
kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk
tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan
belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.”
M. Joko Susilo (2009: 94) mengatakan sebagai berikut : “gaya belajar adalah cara
yang cenderung dipilih seorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memperoleh
informasi tersebut”. Sedangkan Bobbi Deporter dan Mike Hernacki (2010:112)
mengemukakan bahwa gaya belajar adalah kombinasi bagai mana anda menyerap, dan
kemudian mengatur serta mengelola informasi. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Munif
Chatib (2009:136) bahwa gaya belajar adalah cara informasi masuk kedalam otak melalui
indra yang kita miliki.
Apa pun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat dan
terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Jika
seseorang bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar setiap orang itu, jika suatu
ketika, misalnya harus memandu seseorang untuk mendapatkan gaya belajar yang tepat dan
memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya.
Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat
digolongkan menurut kategori tertentu. Siswa berkesimpulan, bahwa:

1. Setiap siswa belajar menurut cara sendiri yang disebut gaya belajar. Juga guru
mempunyai gaya mengajar masing – masing.
2. Siswa dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrument tertentu.
3. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.

Informasi tentang adanya gaya belajar yang berbeda – beda mempunyai pengaruh atas
kurikulum dan proses belajar mengajar. Masalah ini sangat kompleks, sulit, memakan waktu
banyak serta biaya.
Dari pengertian – pengertian gaya belajar di atas, disimpulkan bahwa gaya belajar
adalah cara yang cenderung dipilih siswa untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-
perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses
belajar.

A. Macam-Macam Gaya Belajar


1. Gaya Belajar Menurut David Kolb
Tanpa disadari dan direncanakan sebelumnya, setiap anak memiliki cara belajarnya
sendiri. Mencoba mengenali "Gaya Belajar" anak, dan tentunya setelah guru mengenali
"Gaya Belajar"nya sendiri, akan membuat proses belajar-mengajar jauh lebih efektif.
Dari sekian banyak teori atau temuan mengenai "Gaya Belajar", dalam kesempatan ini
kita akan membahas sebuah model yang dikemukakan oleh David Kolb (Styles of
Learning Inventory, 1981).
David Kolb mengemukakan adanya empat kutub (a-d) kecenderungan seseorang dalam
proses belajar, kutub-kutub tersebut antara lain:
1. Kutub Perasaan/FEELING (Concrete Experience)
Anak belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret,
lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain.
Dalam proses belajar, anak cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap
perubahan yang dihadapinya.
2. Kutub Pemikiran/THINKING (Abstract Conceptualization)
Anak belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide,
perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang
dihadapi. Dalam proses belajar, anak akan mengandalkan perencanaan sistematis serta
mengembangkan teori dan ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
3. Kutub Pengamatan/WATCHING (Reflective Observation)
Anak belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati sebelum menilai,
menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal
yang diamati. Dalam proses belajar, anak akan menggunakan pikiran dan perasaannya
untuk membentuk opini/pendapat.

4. Kutub Tindakan/DOING (Active Experimentation)


Anak belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan
tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Dalam
proses belajar, anak akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan,
pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya.
Menurut Kolb, tidak ada individu yang gaya belajarnya secara mutlak didominasi oleh
salah satu saja dari kutub tadi. Yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari dua kutub dan
membentuk satu kecenderungan atau orientasi belajar. Empat kutub di atas membentuk
empat kombinasi gaya belajar.
Pada model di atas, empat kombinasi gaya belajar diwakili oleh angka 1 hingga 4, dengan
penjelasan seperti di bawah ini:
1. Gaya Diverger
Kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching). Anak dengan tipe
Diverger unggul dalam melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang yang berbeda.
Pendekatannya pada setiap situasi adalah "mengamati" dan bukan "bertindak". Anak
seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide
(brainstorming), biasanya juga menyukai isu budaya serta suka sekali mengumpulkan
berbagai informasi.
2. Gaya Assimillator
Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching). Anak dengan tipe
Assimilator memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi serta
merangkumkannya dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya anak tipe
ini kurang perhatian pada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak,
mereka juga cenderung lebih teoritis.
3. Gaya Converger
Kombinasi dari berfikir dan berbuat (thinking and doing). Anak dengan tipe
Converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya
mereka punya kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan. Mereka juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada
masalah sosial atau hubungan antar pribadi.
4. Gaya Accomodator.
Kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing). Anak dengan tipe
Accommodator memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang
dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam
berbagai pengalaman baru dan menantang. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan
intuisi / dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis. Dalam usaha memecahkan
masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan
masukan / informasi) dibanding analisa teknis.
Menyimak berbagai gaya belajar di atas, sebagai guru perlu kiranya kita tetap sensitif
terhadap strategi belajar kita sendiri, yang mungkin sama atau sama sekali berbeda dengan
orientasi belajar peserta didik di kelas. Perbedaan itu dapat menimbulkan kesulitan dalam
kegiatan belajar-mengajar (dalam interaksi, komunikasi, kerjasama, dan penilaian).
Jika mengajar kita pahami sebagai kesempatan membantu peserta didik untuk belajar,
maka kita harus berusaha membantu mereka memahami "Style of Learning"nya, dengan
tujuan meningkatkan segi-segi yang kuat dan memperbaiki sisi-sisi yang lemah dari
padanya.

2. Gaya menurut Bobbi DePorter bersama Mike Hernacki didalam bukunya


”Quantum Learning”
Gaya belajar ada 3 dengan Karakteristik sebagai berikut :
1. Visual (belajar dengan cara melihat)
Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya
belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan
( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih
banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang
berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat
peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak
yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi
muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di
depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-
gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-
tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam
kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan
informasi.

Ciri-ciri gaya belajar visual :


1. Bicara agak cepat
2. Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
3. Tidak mudah terganggu oleh keributan
4. Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
5. Lebih suka membaca dari pada dibacakan
6. Pembaca cepat dan tekun
7. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-
kata
8. Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
9. Lebih suka musik dari pada seni
10. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan
seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :


1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)
Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja. Siswa
yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat
pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya
hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori
dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan
apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan
melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal
auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi
anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal
lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Ciri-ciri gaya belajar auditori :


1. Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri
2. Penampilan rapi
3. Mudah terganggu oleh keributan
4. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada
yang dilihat
5. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
6. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
7. Biasanya ia pembicara yang fasih
8. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
9. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
10. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
11. Berbicara dalam irama yang terpola
12. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :


1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun
di dalam keluarga.
2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia
untuk mendengarkannya sebelum tidur.

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)


Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang
mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan
melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan
mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya
belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
1. Berbicara perlahan
2. Penampilan rapi
3. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
4. Belajar melalui memanipulasi dan praktek
5. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
6. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
7. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
8. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat
membaca
9. Menyukai permainan yang menyibukkan
10. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di
tempat itu
11. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata
yang mengandung aksi

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:

1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.


2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya:
ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar
konsep baru).
3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

3. Gaya belajar menurut Dave Meier dalam bukunya The Accelerated Learning
Gaya belajar menurut Dave Meier dikenal dengan sebutan pendekatan SAVI
a. Belajar ”Somatis”

”Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma (seperti dalam
psikosomatis). Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestetis,
praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu
belajar.

b. Belajar ”Auditori”
Belajar Auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran.
Belajar auditori merupakan cara belajar standar bagi semua masyarakat sejak
adanya manusia. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi
auditori, bahkan tanpa disadari seseorang mampu membuat beberapa area penting
didalam otak menjadi aktif.

c. Belajar ”Visual”
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat
dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa didalam otak terdapat lebih
banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang
lain. Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat
”melihat” apa yang sedang dibicarakan seseorang penceramah atau sebuah buku
atau program komputer dan lain-lain. Pembelajar visual belajar paling baik jika
mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata.

d. Belajar ”Intelektual”
Kata ”Intelektual” menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam
pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk
merenung suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan
nilai dari pengalaman tersebut. ”Intelektual” adalah bagian dari merenung,
mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna.
Intelektual (menurut Dave meier) adalah pencipta makna dalam pikiran,
sarana yang digunakan manusia untuk ”berfikir”, menyatukan pengalaman,
menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman
mental, fisik, emosiaonal dan intuitif tubuh untuk membuat makana baru bagi
dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah
pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan
pemahaman diharapkan menjadi kearifan.

4. Gaya Belajar menurut Depdiknas


Tujuh Gaya Belajar Efektif
Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Berikut adalah
tujuh gaya belajar yang mungkin bisa kita ambil :
a. Bermain dengan kata.
Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang
bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya
belajar ini sangat menyenangkan karena bisa membantu kita mengingat nama,
tempat, tanggal, dan hal-hal lainya dengan cara mendengar kemudian
menyebutkannya.
b. Bermain dengan pertanyaan.
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan
dengan cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan
tahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiaop kali muncuil jawaban, kejar dengan
pertanyaan, hingga didapatkan hasil yang paling akhirnya atau kesimpulan.
c. Bermain dengan gambar.
Anda sementar orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar,
merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki
kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau
warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu. Jika
Anda termasuk kelompok ini, tak salah bila Anda mencoba mengikutinya.
d. Bermain dengan musik.
Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu instrumen musik,
atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak orang yang suka mengingat
beragam informasi dengan cara menginat notasi atau melodi musik. Ini yang
disebut sebagai ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru
mengenai beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang
kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan itu.
Misalnya mendegarkan musik jazz, lalu tergeliik bagaimanalagu itu dibuat, siapa
yang membuat, dimana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang
mengiringi lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tapi juga manusia,
teknologi, dan situasi sosial politik pada kurun waktu tertentu
e. Bermain dengan bergerak.
Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk
mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan.
Mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara
ini adalah kalangan penari, olahragawan. Jadi jika Anda termasuk kelompok yang
aktif, tak salah mencoba belajar sambil tetap melakukan beragam aktivitas
menyenangkan seperti menari atau berolahraga.
f. Bermain dengan bersosialisasi.
Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat
informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap
berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya. Dan biasanya,
informasi yang didapat dengan cara ini, akan lebih lama terekam dalam ingatan.
g. Bermain dengan Kesendirian.
Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar
dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang
tenang dan ruang yang terjaga privasinya. Jika Anda termasuk yang seperti ini,
maka memiliki kamar pribadi akan sangat membantu Anda bisa belajar secara
mandiri.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Belajar


a. Faktor internal
1) Faktor jasmaniah

Faktor jasmaniah mencakup dua bagian yaitu kesehatan dan cacat tubuh.
Faktor kesehatan berpengaruh pada kegiatan belajar. Proses belajar akan
terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah,
kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk bila badannya lemah, kurang
darah ataupun ada gangguan pada alat indera serta tubuh. Sedangkan cacat
tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna
mengenai tubuh. Cacat itu bisa berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli,
patah kaki, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh demikian juga
mempengaruhi kegiatan belajar seseorang.
2) Faktor psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor


psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan

Kelelahan pada manusia walaupun susah dipisahkan tetapi dapat dibedakan


menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat
psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan menurunya daya tahan tubuh.
Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kurangnya minat
belajar, kelesuan dan kebosanan untuk belajar, sehingga minat dan dorongan
untuk menghasilkan sesuatu hilang. Faktor kelelahan dalam diri seseorang
berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu cara atau gaya belajar yang berbeda.

b. Faktor eksternal
a) Faktor keluarga

Seseorang yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara
orang tu a mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga.

b) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang akan mempengaruhi cara atau gaya belajar siswa antara
lain metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan
siswa dengan siswa, disiplin atau tata tertib sekolah, suasana belajar, standar
pelajaran, keadaan gedung, letak sekolah, dan lainnya. Faktor guru misalnya,
kepribadian guru, kemampuan guru memfasilitasi siswa dan hubungan antara
guru dengan siswa turut mempengaruhi cara atau gaya belajar siswa.

c) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga mempengaruhi terhadap gaya


belajar siswa. Faktor-faktor masyarakat yang mempengaruhi cara atau gaya
belajar siswa meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat, mass media,
teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

d) Faktor lingkungan

Suara

Tiap siswa mempunyai reaksi yang berbeda-beda terhadap suara, ada


yang menyukai belajar dengan mendengarkan musik lembut, keras, ataupun
menonton televisi. Ada juga yang menyukai belajar dalam suasana sepi dan
ada juga yang menyukai belajar dalam suasana ramai dalam kelompok.
Sejak 1993 tiga ahli neurobiologi Amerika Serikat melakukan
penelitian terhadap musik Mozart dan pengaruhnya terhadap kecerdasan.
Penelitian ini membuktikan bahwa IQ sekelompok mahasiswa meningkat 8
sampai 9 tingkat dalam kemampuan spasial setelah mendengar musik Mozart
selama 15 menit (Kompas.1993: 9). Kemampuan spasial merupakan salah satu
kemampuan yang dibutuhkan untuk bermatematika. Tahun 1997, empat tahun
setelah penelitian sebelumnya, Campbell (2002: 218), seorang pendidik
terkemuka di dunia dalam bidang musik dan penyembuhan, mengeluarkan
buku yang membahas hubungan musik dengan kecerdasan. Hasil penelitian ini
sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia terutama bagi pendidikan. Dari
penelitian tersebut mulai banyak sekolah dan rumah sakit menggunakan musik
sebagai musik latar dalam mengiringi setiap aktivitas.
Ada hubungan yang sangat erat antara musik dan matematika (Gunawan,
1998: 34). Jika musik terdiri dari ketukan, irama dan nada, maka matematika
adalah sebuah angka. Dalam menciptakan musik, komponen yang harus ada
adalah ketukan, irama dan nada. Sama halnya dengan matematika. Angka adalah
matematika dan matematika adalah angka. Jika musik dapat melatih otak untuk
melakukan pemikiran yang rumit, meningkatkan konsentrasi, dan menciptakan
ketenangan, maka matematika memerlukan konsentrasi yang penuh untuk
memecahkan persoalan yang rumit. Hal ini berarti musik dapat membantu anak
meningkatkan konsentrasi dan kondisi tubuh yang lebih baik dalam mengerjakan
matematika

Pencahayaan

Pencahayaan merupakan faktor yang pengaruhnya kurang dirasakan


dibandingkan pengaruh suara. Pencahayaan merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi
terdapat juga seseorang yang senang belajar ditempat terang, atau senang belajar
ditempat yang gelap, tetapi kenyamanan visual dapat juga digolongkan sebagai
salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan di dalam ruangan
maupun bangunan.

Temperatur

Tiap siswa juga mempunyai selera yang berbeda-beda. Ada yang suka
tempat sejuk, ada juga yang lebih menyukai tempat yang hangat ketika belajar.
Temperatur sama seperti faktor pencahayaan, merupakan faktor yang
pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi
terdapat juga seseorang yang senang belajar ditempat dingin, atau senang belajar
ditempat yang hangat, dan juga senang belajar ditempat dingin maupun hangat.

Desain belajar

Desain belajar ada dua macam, yaitu desaian belajar formal dan desai
belajar tidak formal. Desain formal contohnya belajar di meja dengan alat-alatnya,
sedangkan belajar tidak formal dengan belajar santai, duduk di lantai ataupun
sambil tiduran (Qodriyah, 2011).

a. Cara mengetahui gaya belajar siswa

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengetahui gaya belajar siswa yaitu:

a.  Cara Pertama

Dengan menggunakan observasi secara mendetail terhadap setiap siswa melalui


penggunaan berbagai metode belajar mengajar di kelas. Gunakan metode ceramah secara
umum, catatlah siswa-siswa yang mendengarkan dengan tekun hingga akhir. Perhatikan
siswa-siswa yang “kuat” bertahan berapa lama dalam mendengar. Klasifikasikan mereka
sementara dalam golongan orang-orang yang bukan tipe pembelajar yang cenderung
mendengarkan. Dari sini kita bisa mengklasifikasikan secara sederhana tipe-tipe siswa
dengan model-model pembelajar auditori yang lebih menonjol. Metode lain bisa digunakan,
misalnya dengan memutar film, menunjukkan gambar atau poster, dan juga menunjukkan
peta ataupun diagram.

Dengan proses belajar mengajar seperti ini, kita bisa melihat para siswa yang
mempunyai kecenderungan belajar secara visual dan juga mempunyai kecerdasan visual-
spasial akan lebih tertarik dan antusias. Setelah itu, cobalah dengan metode pembelajaran
menggunakan praktek atau simulasi. Para pembelajar kinestetik tentu saja akan sangat
antusias dengan model belajar mengajar semacam ini. Begitu seterusnya kita melihat
bagaimana reaksi siswa terhadap setiap model pembelajaran sehingga lambat laun kita akan
lebih mudah memahami dan mengetahui kecenderungan gaya belajar yang mereka.

b. Cara Kedua

Dengan memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan pekerjaan yang


membutuhkan proses penyatuan bagian-bagian yang terpisah, misalnya menyatukan model
rumah yang bagian-bagiannya terpisahkan. Ada tiga pilihan cara yang bisa dilakukan dalam
menyatukan model rumah ini, pertama adalah melakukan praktek langsung dengan mencoba
menyatukan bagian-bagian rumah ini setelah melihat potongan-potongan yang ada; kedua
adalah dengan melihat gambar desain rumah secara keseluruhan, baru mulai menyatukan; dan
ketiga adalah petunjuk tertulis langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah
tersebut dari awal hingga akhir.

Pembelajar visual akan cenderung memulai dengan melihat gambar rumah secara
utuh. Ia lebih cepat menyerap melalui gambar-gambar tersebut sebelum menyatukan bagian-
bagian rumah secara keseluruhan. Pembelajar auditory cenderung membaca petunjuk tertulis
mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah, dan tidak terlalu
mempedulikan gambar yang ada. Sedangkan pembelajar kinestetik akan langsung
mempraktekkan dengan mencoba-coba menyatukan satu bagian dengan bagian yang lain
tanpa terlebih dahulu melihat gambar ataupun membaca petunjuk tulisan. Dari pengamatan
terhadap cara kerja siswa dalam menyelesaikan tugas ini, kita akan lebih memahami gaya
mengajar siswa secara lebih mendetail.

c.  Cara Ketiga

Cara yang lebih komprehensif yaitu dengan melakukan survey atau tes gaya belajar.
Namun demikian, alat survey ataupun tes ini biasanya mengikat pada satu konsultan atau
psikolog tertentu sehingga jika kita ingin melakukan tes tersebut harus membayar dengan
sejumlah biaya tertentu, yang terkadang dirasa cukup mahal. Namun demikian, karena
menggunakan metodologi yang sudah cukup teruji, biasanya survey atau tes psikologi
semacam ini mempunyai akurasi yang tinggi sehingga memudahkan bagi guru untuk segera
mengetahui gaya belajar siswa. Nah, dari ketiga cara mengetahui gaya belajar siswa di atas
tergantung kita untuk menggunakan cara yang mana. Cara pertama dan kedua membutuhkan
usaha yang keras dari kita dalam memetakan dan mengklasifikasikan gaya mengajar siswa
yang terdapat dalam satu kelas. Namun demikian, kedua cara ini tidak membutuhkan biaya
yang mahal. Untuk lebih akurat, memang cara ketiga bisa diambil, namun konsekuensinya
tentu saja perlu mengeluarkan biaya untuk survey ataupun tes gaya belajar.

C. Penerapan Gaya Belajar


Setelah mengetahui kecenderungan gaya belajar, maka terbentuklah tipe belajar diri sendiri,
yaitu:
1. visual otak kiri
2. visual otak kanan
3. auditori otak kiri
4. auditori otak kanan
5. kinestesik otak kiri
6. kinestesik otak kanan
Berikut adalah cara belajar yang mudah, cepat, dan efektif sesuai denganmasing-
masing gaya belajar (De Porter, 2010):
1. Tipe Visual Otak Kiri
a. mempercepat proses belajar dengan membaca dan melihat materi visual dalam bentuk
bahasa, surat, kata, angka, dan membuat kontak mata dengan lawan bicara
b. lebih mudah mempelajari dengan membaca buku dan catatan yang diberikan secara
jelas dan rapi
c. dapat belajar baik dengan diiringi musik maupun tidak, karena mereka tidak terlalu
peduli dengan stimuli auditori di sekelilingnya dan juga sangat sensitif terhadap
stimuli visual dan mudah terganggu bila ada gangguan visual
d. dapat belajar dan mengingat tulisan pengucapan bahasa dan pengejaan jika materinya
disajikan dalam bentuk cetak dan terlihat rapi.
e. sangat terjadwal dan disiplin waktu
f. untuk mempercepat membaca, tipe ini harus mengingat detail kata dan angka yang
dibaca.
Instruksi yang Sesuai Untuk Gaya Visual Otak Kiri:
1) Tipe ini hanya perlu mengingat setiap detail yang dibaca dari pada harus mencari
yang tersirat
2) Meminta instruktur untuk memilih point-point yang penting dan menuliskannya di
papan tulis
2. Tipe Visual Otak Kanan
a. mempercepat proses belajar dengan alat bantu visual seperti grafik dan gambar
b. adanya kontak mata dengan guru atau pengajar daripada harus mendengarkan saja
c. diberi penjelasan secara deskriptif agar memiliki bayangan yang jelas tentang materi
yang dibicarakan
d. disediakan media, slide, video disertai dengan gambar-gambar yang menarik dan
imajinatif
e. bisa belajar baik diiringi dengan musik maupun tidak, kebisingan dan suara disekitar
tidak akan menggoyahkan konsentrasi.
f. mengingat setiap objek yang mereka lihat dalam kehidupan nyata
g. memahami bacaan dengan lebih cepat dengan membayangkan semua yang dibaca
h. sangat tertarik pada seni rupa dan desain grafik, arsitektur.
Instruksi yang sesuai dengan Gaya Visual Otak Kanan:
1) Memberikan gambaran-gambaran sekilas dari materi yang akan dipelajari
2) Membuat gambar/alat bantu visual
3. Tipe Auditori Otak Kiri
a. auditori otak kiri dapat mempecepat proses belajar dengan mendengar, berbicara dan
berdiskusi
b. menyerap makna komunikasi verbal dengan cepat
c. mengikuti perkuliahan, pelatihan verbal
d. menggunakan media yang sesuai seperti film, video, komputer dan lain-lain
e. melalui teknik manual dan pedoman instruksional yang dibaca
f. menyenangi tempat yang sunyi dan tenang untuk belajar
g. membaca dengan suara keras, suara pelan atau membaca dalam hati
Instruksi yang sesuai dengan Gaya Auditori Otak Kiri:
1) Disajikan materi dalam bentuk auditori melalui penjelasan dan diskusi
2) Membaca materi dengan suara yang keras atau merekamnya, serta belajar
berkelompok
4. Tipe Auditori Otak Kanan
a. mempercepat proses belajar dengan mendengarkan musik, mendengarkan orang lain
belajar
b. merekam suara
c. menghubungkan materi dengan irama musik
d. menghubungkan kata dan angka-angka dengan musik
e. tipe ini tidak peduli pada simbol dan bahasa yang abstrak
f. berpikir intuitif, tanpa kata-kata
g. memahami bacaan jika dibaca dengan suara keras atau membaca dalam hati
h. mempelajari strategi yang tepat
Instruksi yang sesuai dengan Gaya Auditori Otak Kanan:
1) Menggunakan kalimat-kalimat yang singkat, dengan diiringi musik atau sound
effect, disertai dengan contoh alur pikir, objek nyata atau demonstrasi
5. Tipe Kinestetik Otak Kiri
a. menggunakan pendekatan yang terorganisir, sistematis dan bertahap yang melibatkan
tubuh dan otot mereka
b. bergerak bebas agar nyaman dan relaks dan merasa tersiksa jika duduk diam
c. mendiskusikan atau merekam prestasi yang telah dicapai
d. memberikan kebebasan bergerak saat mempelajari materi
e. membuat catatan tersendiri dan menggunakan alat bantu
6. Tipe Kinestetik Otak Kanan
a. belajar dengan gerakan yang tidak terstruktur, imajinatif dan bebas
b. belajar secara “Trial and error”, eksplorasi dan mencoba menentukan hal-hal baru
c. pengalaman yang aktif berupa simulasi
d. memberikan contoh-contoh, buku-buku petunjuk praktek
e. gambaran global, bahasa sensoris
f. memberi catatan atau bahan bacaan
g. gambar yang berhubungan dengan topik
h. demonstrasi
Daftar Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah
A.

1. Saya berbicara dengan cepat


2. Cara berbicara saya singkat dan tidak
senang mendengarkan
3. Ketika menelpon, saya sambil mencoret-
coret kertas
4. Saya lebih mudah mengingat sesuatu berupa
informasi tertulis/apa yang saya lihat
daripada apa yang saya dengar
5. Saya menghafal dengan membayangkan
sesuatu yang saya hafalkan
6. Saya tahu apa yang harus saya katakan
tetapi tidak terpikir kata yang tepat
7. Saya belajar dengan cara membaca buku
8. Saya lebih mudah belajar dengan membaca
9. Konsentrasi saya tidak mudah terganggu
dengan keributan
10. Dalam pekerjaan, saya adalah perencana
dan pengatur jangka panjang yang baik
11. Sebelum mengerjakan sesuatu, saya selalu
mengikuti petunjuk gambar terlebih dahulu
12. Saya lebih mudah mengikuti petunjuk
gambar atau diagram daripada petunjuk
uraian
13. Saya bisa mengetahui suasana hati
seseorang dengan melihat ekspresi wajah
14. Saya menjelaskan dan mengajar dengan cata
menunjukkan suatu hal
15. Jika bertemu kembali dengan seseorang, hal
yang saya ingat adalah wajahnya tapi lupa
namanya
16. Saya lebih suja kegiatan demonstrasi
17. Saya lebih suka seni rupa daripada musik
18. Saya sering mengisi waktu luang dengan
menonton film/tv
Sub Total
X3 X2 X1 X0
Total=
Daftar Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah
B.

1. Ketika sata berbicara, sering dengan


intonasi/berirama
2. Saya senang mendengarkan orang bercerita
3. Cara bicara saya cepat dan senang
mendengarkan orang lain bercerita
4. Saya lebih mudah mengingat penjelasan dan
hasil diskusi daripada membaca buku
5. Saya lebih suka menghafal dengan
mengucapkannya keras-keras
6. Saya merasa kesulitan menulis suatu karya
ilmiah tetapi saya pandai berpidato
7. Saya belajar dengan cara mendengarkan
penjelasan
8. Saya lebih mudah belajar dengan cara
mendengar dan mengingat apa yang
didiskusikan daripada yang saya lihat
9. Konsentrasi saya mudah terganggu oleh
suara dan keributan
10. Saya dapat mengulang dan menirukan nada,
perubahan, dan warna suara
11. Saya mengerjakan pekerjaan sambil
berbicara dengan orang lain atau berbicara
sendiri
12. Saya selalu bertanya pada orang lain hal
yang belum saya pahami
13. Saya dapat mengetahui suasana hati
seseorang hanya dengan mendengarkan
nada suaranya
14. Saya senang menceritakan saat menjelaskan
atau mengajarkan sesuatu
15. Jika mengingat seseorang, saya sering ingat
namanya tapi lupa wajahnya
16. Saya banyak bicara, suka berdiskusi dan
menjelaskan panjang lebar
17. Saya lebih menyukai musik daripada seni
rupa
18. Saya senang mengisi waktu luang dengan
mendengarkan radio/musik
Sub Total
X3 X2 X1 X0
Total=

Daftar Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah
C.

1. Saya berbicara dengan lambat


2. Saya mendengarkan orang berbicara sambil
menggerakkan jari tangan/kaki
3. Saya berbicara, saya sambil melakukan
kegiatan fisik/banyak bergerak dan
menggunakan isyarat
4. Saya lebih mudah mengingat sesuatu
dengan cara menuliskan berkali-kali
5. Saya lebih sering menghafal sesuatu sambil
berjalan dan melihat
6. Saya tidak dapat duduk dengan tenang
untuk waktu yang lama
7. Saya lebih suka belajar dengan praktek dan
saat membaca, saya sering menggunakan
jari sebagai penunjuk
8. Saya mudah memahami pelajaran yang
berupa praktikum
9. Konsentrasi saya mudah terganggu dengan
kegiatan di sekeliling
10. Saya sangat pandai menyusun potongan
gambar
11. Cara saya mengerjakan pekerjaan adalah
dengan mencari tahu sambil bekerja
12. Ketika mencoba hal yang baru, saya senang
langsung mencobanya
13. Saya mengetahui suasana hati seseorang
dengan memperhatikan gerakan badannya
14. Saya senang menjelaskan sesuatu dengan
cara mendemonstrasikan
15. Saya selalu ingat seseorang dengan yang
semua ia kerjakan
16. Saya sangat menyukai kegiatan olahraga
dan kegiatan fisik lainnya
17. Saya senang mengisi waktu luang dengan
bermain game, dan segala sesuatu yang
menggerakkan tangan
18. Saya lebih sering membuat keputusan
berasarkan perasaan
Sub Total
X3 X2 X1 X0
Total=

Daftar Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah
1. Apakah Anda selalu membuat simbol-
simbol dan gambar dalam catatan?
2. Apakah Anda senang mempelajari tabel dan
grafik?
3. Setelah mendengarkan penjelasan dosen,
apakah Anda sering membuat peta konsep?
4. Apakah Anda senang membaca ringkasan
buku terlebih dahulu sebelum membaca
lebih detailnya?
5. Dalam mengerjakan kata, apakah Anda
sambil melihat kata yang dieja?
6. Apakah Anda sering membaca buku sambil
menandai bagian yang penting dengan
memberi warna yang mencolok?
7. Apakah Anda sering membaca buku
sebelum dan sesudah mata kuliah
berlangsung?
8. Apakah Saudara sering meluangkan waktu
ke perpustakaan untuk membaca buku?
9. Di dalam kelas, apakah Anda sering duduk
di bangku paling depan?
10. Saat kuliah, apakah Anda suka mencatat
semua informasi dengan tulisan yang
teratur?
11. Apakah di ruang belajar Anda terdapat
pajangan gambar-gambar yang berkaitan
dengan pelajaran Biologi?
12. Apakah Anda sering meluangkan waktu
untuk menyalin materi di buku dengan
kalimat sendiri yang mudah dipahami?
13. Apakah Anda menulis secara detail naskah
presentasi terlebih dahulu sebelum
mempresentasikannya?
14. Apakah Anda mempunyai buku kecil untuk
mencatat informasi/pesan penting?
15. Apakah Anda selalu menyediakan
pensil/pena dengan beberapa warna yang
berbeda?
Sub Total
X3 X2 X1 X0
Total=
Daftar Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah
1. Apakah Anda selalu masuk kuliah untuk
mendengarkan penjelasan dosen?
2. Apakah Anda merasa menyesal jika tidak
dapat mengikuti perkuliahan?
3. Apakah Anda suka berdiskusi masalah
pelajaran dengan teman?
4. Apakah Anda mempunyai sekelompok
teman untuk belajar?
5. Saat membaca buku, apakah Anda senang
dengan membaca keras-keras?
6. Apakah Anda sering merekam penjelasan
dosen dengan alat perekam?
7. Apakah Anda senang belajar dengan cara
mendengarkan teman yang sedang yang
sedang membaca keras-keras
8. Apakah Anda sering belajar dengan bantuan
iringan musik?
9. Apakah Anda sering menciptakan kalimat-
kalimat pelajaran menjadi sebuah lagu yang
mudah dihafalkan?
10. Apakah Anda sering mengajak dosen
maupun teman untuk berdiskusi?
11. Apakah Anda senang presentasi di depan
kelas?
12. Apakah Anda senang ujian lisan daripada
ujian tertulis?
13. Ketika dosen mengajar di kelas, apakah
Anda selalu mendengarkan dengan
seksama?
14. Apakah Anda sering meminta bantuan
teman untuk menjelaskan materi yang
belum Anda pahami?
15. Apakah Anda mempunyai lagu khusus yang
membangkitkan semangat untuk belajar?
Sub Total
X3 X2 X1 X0
Total=
Daftar Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah
1. Apakah Anda senang praktikum di
laboratorium daripada di kelas?
2. Di sela-sela belajar, apakah Anda sering
mengalokasikan waktu untuk bergerak dan
beristirahat secara berkala?
3. Untuk lebih mudah dalam menghafal,
apakah Anda melakukannya sambil
berjalan/melakukan sesuatu?
4. Apakah Anda membaca dengan
menggunakan jari tangan sebagai penunjuk?
5. Apakah Anda sering belajar mandiri dengan
cara mendatangi/mencari obyek langsung?
6. Apakah Anda tida pernah memaksakan
untuk belajar berjam-jam?
7. Apakah Anda sering melakukan eksplorasi
ke kebun Biologi untuk menanmbah
pemahaman?
8. Apakah Anda sering belajar di luar
ruangan?
9. Apakah Anda menghafal dengan
menuliskan informasi berkali-kali?
10. Apakah Anda selalu berusaha mendapatkan
nilai A pada mata kuliah praktikum?
11. Apakah Anda sering melakukan manipulasi
data dari konsep ilmu Biologi?
12. Apakah Anda senang terlihat aktif di kelas?
13. Jika diminta mengumpulkan PKM, apakah
saudara lebih suka PKMP daripada PKMM,
PKMK, dan PKMT?
14. Apakah Anda sering membantu penelitian
yang dilakukan oleh dosen?
15. Apakah Anda senang bergabung dengan
organisasi/UKM penelitian?
Sub Total
X3 X2 X1 X0
Total=
Bila total nilai lebih banyak pada :

1. Selalu : Tipe Visual


2. Sering : Tipe Auditori
3. Jarang : Tipe Kinestetik

DAFTAR PUSTAKA

De Porter, B. & Hernacki M. 2010. Quantum Learning. Jakarta: Kaifa


Diah. 2012. Macam-Macam Gaya Belajar Karakteristik.
http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/04/macam-macam-gaya-belajar-karakteristik.html
di akses tanggal 19 Maret 2017
Chatib, Munif. 2012. Orangtuanya manusia: Melejitkan potensi dan kecerdasan dengan
menghargai Fitrah setiap Anak. Bandung: Kaifa
Septian El Syakir. 2014. Islamic Hypno Parenting: Mendidik Anak Masa Kini ala Rasulullah.
Jakarta: PT Kawan Pustaka
Nikmawati.2014. Gaya Belajar. http://repo.iain-tulungagung.ac.id/607/3/BAB%20II.pdf
diakses tanggal 19 Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai