Anda di halaman 1dari 15

Nama : Vania Widyadhana Puspa

NIM : A1E119123
Kelas : R-003/Semester 4
MK : Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu : Freddi Sarman, S.Pd.,M.Pd. & Drs. Suparjo Herlambang, M.Pd

STRATEGI DISCOVERY LEARNING & STRATEGI INKUIRI


LEARNING
A. Strategi Discovery Learning
1. Pengertian Strategi Discovery Learning
Pembelajaran pada dasarnya adalah merupakan upaya untuk mengarahkan peserta didik ke
dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang
diharapkan. Dalam pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi dan perbedaan-perbedaan
individu anak karena mereka mempunyai keunikan masing-masing yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan tersebut maka pembelajaran
benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak terampil menjadi terampil, dari yang
tidak paham menjadi paham dan dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik.
Strategi adalah merupakan sekumpulan tindakan seorang guru yang terjadi dengan bentuk yang
teratur dan sistematis di dalam kelas, dengan tujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Bahruddin juga berpendapat bahwa strategi adalah sekumpulan langkah-langkah yang harus
dilaksanakan oleh seorang guru untuk mewujudkan atau mencapai tujuan pembelajaran. Gejala
yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan strategi pengajaran yang
cenderung sama tiap kali mengajar. Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan
individual anak dan hanya berdasarkan pada keinginan guru akan sulit mengantarkan anak didik
ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran peserta
didik perlu dilatih untuk menyelidiki dan menemukan sendiri sesuatu dari apa yang dipelajari.
Strategi discovery-inquiry (menyelidiki dan menemukan) adalah strategi belajar dengan cara
mendorong dan membimbing siswa untuk menemukan sesuatu dari apa yang telah dipelajari.
Masalah dalam pembelajaran discovery adalah masalah yang bersifat tertutup, artinya jawaban
dari masalah itu sudah pasti, tugas guru hanya menggiring siswa melalui proses tanya jawab atau
diskusi tentang sesuatu yang sebenarnya jawabannya sudah pasti. Strategi pembelajaran ini
bertujuan untuk menumbuhkan keyakinan dalam diri peserta didik tentang jawaban dari suatu
masalah.
Strategi pembelajaran discovery sering juga dinamakan heuristic, yang berasal dari bahasa
Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Pembelajaran discovery menekankan
kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran
peserta didik dalam strategi pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi
pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing peserta didik untuk
belajar.
Menurut Jerome Bruner, discovery learning adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh
pengalaman.
Wilcolx juga berpendapat bahwa pembelajaran discovery (penemuan) peserta didik didorong
untuk belajar aktif melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip dan guru mendorong peserta didik untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan
yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Menurut Bell (1978) dalam Hosnan mengatakan belajar discovery (penemuan) adalah belajar
yang terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan
informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru.
Hanafiah berpendapat bahwa discovery learning adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri
pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning merupakan suatu model
pembelajaran untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri,
menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dan setia dalam ingatan serta
tidak akan mudah dilupakan oleh peserta didik.
Berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk
menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekitarnya
merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Manusia memiliki keinginan untuk mengenal
segala sesuatu melalui indera pengecapan, pendengaran, penglihatan, penciuman sejak ia masih
kecil. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus-menerus berkembang dengan
menggunakan otak dan pikirannya.
2. Konsep Belajar
Dalam konsep belajar, strategi discovery learning merupakan pembentukan kategori-kategori
atau konsep-konsep yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori
Bruner tentang kategorisasi yang tampak dalam discovery, bahwa discovery adalah pembentukan
kategori-kategori atau lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan kategori-kategori
dan sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas&difference) yang
terjadi di antara objek-objek dan kejadian-kejadian. Bruner menjelaskan dalam pembentukan
konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang
berbeda pula.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi
bahan pelajaran sesuai dengan tingkatan perkembangan kognitif peserta didik. Manipulasi bahan
pelajaran memiliki tujuan untuk memfasilitasi kemampuan peserta didik dalam berpikir sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi
melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu enactive, iconic dan
symbolic. Pada tahap enactive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk
memahami lingkungan sekitarnya, artinya dalam memahami dunia sekitarnya, anak
menggunakan pengetahuan motorik seperti melalui gigitan, sentuhan, pegangan dan sebagainya.
Kemudian pada tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-
gambar dan visualisasi verbal, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui
bentuk perumpamaan dan perbandingan. Dan pada tahap symbolic, seseorang telah mampu
memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya
dalam berbahasa dan logika.
Pada akhirnya Bruner menjelaskan yang menjadi tujuan dalam strategi discovery learning adalah
hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem
solver, seorang scientist, historin dan ahli matematic. Melalui kegiatan tersebut peserta didik
akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi, asumsi pertama ialah perolehan
pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan para penganut teori perilaku,
Bruner yakin bahwa orang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan
tidak hanya terjadi di lingkungan, tetapi juga dalam orang itu sendiri. Asumsi kedua ialah orang
mengonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan
informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam.
3. Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Discovery Learning
Beberapa prinsip penggunaan strategi discovery learning adalah sebagai berikut:
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual Tujuan utama dari strategi pembelajaran
discovery adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian strategi pembelajaran
ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
b. Prinsip interaksi Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, melainkan sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu
sendiri.
c. Prinsip bertanya Dalam menggunakan strategi ini guru berperan sebagai penanya karena
kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian
dari proses berpikir.
d. Prinsip belajar untuk berpikir Belajar bukan hanya sekedar mengingat sejumlah fakta, akan
tetapi juga merupakan proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan
potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
e. Prinsip keterbukaan
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukannya, karena pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan
berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.
4. Tujuan Pembelajaran Discovery Learning
Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran discovery (penemuan)
yaitu:
a. Dalam kegiatan penyelidikan dan penemuan peserta didik memiliki kesempatan untuk terlibat
secara aktif dalam pembelajaran.
b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkret
maupun abstrak, peserta didik juga banyak meramalkan informasi tambahan yang diberikan.
c. Peserta didik belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan
tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
d. Pembelajaran dengan penemuan dapat membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang
efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
e. Ada beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang dipelajari melalui belajar penemuan lebih bermakna.
f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih
mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
5. Langkah-Langkah Strategi Discovery Learning
Adapun langkah-langkah dalam proses penerapan pembelajaran melalui strategi discovery
learning adalah:
a. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses
pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan strategi
pembelajaran discovery sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan
kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin
proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
tahap orientasi ini adalah:
1) Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa
2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah serta tujuan setiap langkah, mulai dari
langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
b. Merumuskan Masalah
1) Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa
untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan tekateki karena masalah itu tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari
jawaban itulah yang sangat penting dalam discovery. Melalui proses berpikir beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, antara lain: 1) Masalahnya
hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang
tinggi apabila dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Oleh
karenanya guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya
memberikan topik yang akan dipelajari.
2) Masalah yang dikaji mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya guru perlu
mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawabannya sudah
ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih
dahulu oleh siswa. Artinya sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses
discovery, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman
tentang konsep-konsep yang ada dalam melakukan tahapan selanjutnya.
c. Mengajukan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk
berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak ia lahir. Potensi itu dimulai dari kemampuan untuk
menebak atau mengirangira dari suatu permasalahan. Ketika individu dapat membuktikan
tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut.
Oleh sebab itu potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus
dibina. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan mengajukan berbagai
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan gjawaban sementara, atau
dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dan suatu permasalahan yang
dikaji.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan
intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam
menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di
samping itu menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan langkah penting dalam proses
pembelajaran. Sering terjadi oleh banyaknya data yang diperoleh menyebabkan kesimpulan yang
dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data yang relevan.
6. Peranan Guru dalam Pembelajaran Discovery Learning
Dahar mengemukakan beberapa peranan guru dalam pembelajaran dengan penemuan, yakni
sebagai berikut:
a. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-
masalah yang tepat untuk diselidiki para peserta didik.
b. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para peserta didik untuk
memecahkan masalah.
c. Guru harus memerhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik, dan simbolik.
d. Jika peserta didik memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, maka guru
hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.
e. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis besar,
tujuan belajar penemuan adalah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan
generalisasi-generalisasi itu.
7. Kelebihan Dan Kelemahan Strategi Discovery Learning
Strategi pembelajaran discovery learning adalah merupakan strategi pembelajaran yang banyak
dianjurkan karena memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
a. Mengembangkan potensi intelektual. Melalui strategi ini siswa yang lambat dalam belajar
akan mengetahui bagaimana menyusun dan melakukan penyelidikan. Salah satu keuntungan
pembelajaran dengan strategi discovery learning adalah materi yang dipelajari lebih lama
membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.
b. Mengubah siswa dari memiliki motivasi dari luar menjadi motivasi dari dalam diri sendiri.
Strategi discovery learning membantu siswa untuk lebih mandiri, bisa mengarahkan diri sendiri,
dan bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri.
c. Siswa akan belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Siswa dapat dilibatkan secara
aktif dengan mendengarkan, berbicara, membaca, melihat dan berpikir. Jika otak anak selalu
dalam keadaan aktif, maka pada saat itulah seorang siswa sedang dalam keadaan belajar.
d. Mempertahankan memori. Otak manusia seperti komputer. Para ahli berpendapat bahwa cara
yang mudah mendapatkan data adalah pengaturan (organization). Penelitian membuktikan,
dengan pengaturan, informasi yang disimpan dalam otak akan berkurang kerumitannya, apalagi
jika informasi tersebut dibangun sendiri yang salah satunya dengan strategi discovery learning.
Kelebihan yang lain sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdul Majid adalah sebagai berikut:
a. Strategi ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang sehingga pembelajaran melalui strategi ini
dianggap lebih bermakna.
b. Strategi ini memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c. Strategi ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku karena adanya
pengalaman. d. Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Di samping memiliki kelebihan, strategi ini memiliki kelemahan, di antaranya adalah sebagai
berikut:
a. Jika guru kurang spesifik merumuskan teka-teki atau pertanyaan kepada siswa dengan baik
untuk memecahkan permasalahan secara sistematis, maka siswa akan bingung dan tidak terarah.
b. Sering kali guru mengalami kesulitan dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c. Dalam implementasinya strategi discovery learning memerlukan waktu yang lama, sehingga
guru sering kesulitan menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan.
d. Pada sistem pembelajaran klasikal dengan jumlah siswa yang relatif banyak, penggunaan
strategi discovery learning sulit untuk dikembangkan dengan baik.
e. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa dalam menguasai
materi, maka pembelajaran discovery learning sulit diimplementasikan.

B. Strategi Inkuiri Learning


1. Konsep Dasar Pembelajaran Inkuiri
Istilah inkuiri berasal dari Bahasa Inggris, yaitu inquiry yang berarti pertanyaan atau
penyelidikan. Pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman.
Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan
segala sesuatu. Teori yang mendasari model pembelajaran ini:
1. Secara alami manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu akan segala
sesuatu yang menarik perhatiannya;
2. Mereka akan menyadari keingintahuan akan segala sesuatu tersebut dan akan belajar untuk
menganalisis strategi berpikirnya tersebut;
3. Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan/digabungkan dengan strategi
lama yang telah dimiliki siswa;
4. Penelitian kooperatif (cooperative inquiry) dapat memperkaya kemampuan berpikir dan
membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa bersifat tentatif dan belajar
menghargai penjelasan atau solusi altematif.
Menurut Sanjaya, pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pembelajaran inkuiri dibangun dengan
asumsi bahwa sejak lahir manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri
pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekililingnya tersebut merupakan
kodrat sejak ia lahir ke dunia, melalui indra penglihatan, indra pendengaran, dan indra-indra
yang lainnya. Keingintahuan manusia terus menerus berkembang hingga dewasa dengan
menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimilikinya akan menjadi bermakna
manakala didasari oleh keingintahuan tersebut.
Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan
didisiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan
mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Selain itu inkuiri dapat
mengembangkan nilai dan sikap yang sangat dibutuhkan agar siswa mampu berpikir ilmiah,
seperti :
1) Keterampilan melakukan pengamatan, pengumpulan dan pengorganisasian data termasuk
merumuskan dan menguji hipotesis serta menjelaskan fenomena,
2) Kemandirian belajar,
3) Keterampilan mengekspresikan secara verbal,
4) Kemampuan berpikir logis, dan
5) Kesadaran bahwa ilmu bersifat dinamis dan tentatif.
Menurut Trianto, untuk melaksanakan inkuiri secara maksimal hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah, Pertama, Aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa
berdiskusi. Hal ini menuntut adanya suasana bebas (permisif) di kelas, siswa tidak merasakan
adanya tekanan/ hambatan untuk mengemukakan pendapatnya. Kedua, Inkuiri berfokus
hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif.
Tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak, kebenaran selalu bersifat sementara. Apabila
pengetahuan dipandang sebagai hipotesis, maka kegiatan belajar berkisar sekitar pengujian
hipotesis dengan pengajuan berbagai informasi yang relevan. Inkuiri bersifat open ended jika ada
berbagai kesimpulan yang berbeda dari siswa masing-masing dengan argumen yang benar.
Ketiga, Penggunaan fakta sebagai evidensi. Di dalam kelas dibicarakan validitas dan reliabilitas
tentang fakta sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya.
2. Karakteristik Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri mempunyai tiga karakteristik, yaitu:
1. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru
secara verbal, tetapi mereka berperan menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (self belief). Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab
antara guru dan siswa. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya
merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
3. Tujuan dari penggunaan strategi inkuiri dalam pembelajaran adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam inkuiri siswa tak hanya
dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan
potensi yang dimilikinya.
3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri
Dalam pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu
sebagai berikut:
1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Telah disebutkan sebelumnya bahwa tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir, karena inkuiri didasari oleh teori kognitif yang menekankan arti penting
proses internal seseorang. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri selain berorientasi pada hasil
belajar, juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dalam
pembelajaran inkuiri bukan ditentukan oleh penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran,
tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Pada inkuiri ini yang
dinilai adalah proses menemukan sendiri hal baru dan proses adaptasi yang berkesinambungan
secara tepat dan serasi antara hal baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa
2. Prinsip Interaksi
Pada dasarnya, proses pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi siswa dengan guru,
interaksi siswa dengan siswa, maupun interaksi siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai
proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur
interaksi itu sendiri. Kegiatan pembelajaran selama menggunakan pendekatan inkuiri ditentukan
oleh interaksi siswa. Keseluruhan proses pembelajaran akan membantu siswa menjadi mandiri,
percaya diri dan yakin pada kemampuan intelektualnya sendiri untuk terlibat secara aktif. Guru
hanya perlu menjadi fasilitator dan mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan kemampuan
berpikirnya melalui interaksi mereka. Guru juga harus memfokuskan pada tujuan pembelajaran,
yaitu mengembangkan tingkat berpikir yang lebih tinggi dan keterampilan berpikir kritis siswa.
3. Prinsip Bertanya
Inkuiri adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yaitu pertanyaanpertanyaan yang dapat
dijawab dan mengantarkan pada pengujian dan eksplorasi bermakna. Selama pembelajaran
inkuiri, guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa mengajukan pertanyaan-
pertanyaan mereka sendiri, yang dapat bersifat open-ended, memberi peluang siswa untuk
mengarahkan penyelidikan mereka sendiri dan menemukan jawaban-jawaban yang mungkin dari
mereka sendiri, dan mengantar pada lebih banyak pertanyaan lain. Oleh karena itu peran yang
harus dilakukan guru dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai penanya. Sebab, kemampuan
siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses
berpikir.
4. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir
(learning how you think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran
berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5. Prinsip Keterbukaan
Inkuiri menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang
mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian
sehingga memungkinkan mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat. Inkuiri melibat komunikasi
yang berarti tersedia suatu ruang, peluang, dan tenaga bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan
dan pandangan yang logis, obyektif, dan bermakna, dan untuk melaporkan hipotesis mereka.
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukannya.
Dengan demikian, peran utama guru dalam pembelajaran inkuiri adalah : Pertama, Motivator.
Memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir. Kedua, Fasilitator. Menunjukkan
jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa. Ketiga, Penanya. Menyadarkan
siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri. Keempat,
Administrator. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan didalam kelas. Kelima, Pengarah.
Memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan. Keenam, Manajer.
Mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. Ketujuh, Rewarder. Memberi
penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat inkuiri pada siswa.
4. Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :
1. Orientasi
Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran dengan
cara merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi
merupakan langkah yang sangat penting, karena keberhasilan pembelajaran inkuiri sangat
tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
memecahkan masalah. Beberapah hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi adalah :
a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah,
mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
c) Menjelaskan pentingnya topic dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka
memberikan motivasi belajar siswa.
2. Merumuskan Masalah
Pada langkah ini guru membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan
teka-teki itu. Proses berpikir dan mencari jawaban teka-teki itulah yang sangat penting dalam
strategi inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang
sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah adalah:
a) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar
yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji.
b) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki dan jawabannya pasti.
c) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih
dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui melalui proses
inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman
tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.
3. Mengajukan Hipotesis
Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu
lahir. Potensi berpikir tersebut dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau
mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru
untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan
berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara
atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang
dikaji.
4. Mengumpulkan Data Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses
mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan
hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan
dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam
tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam
menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi
harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis. Kadang banyaknya jawaban yang diperoleh menyebabkan kesimpulan
yang diputuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk
mencapai kesimpulan yang akurat guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.
5. Keunggulan Dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri
1. Keunggulan
a) Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara
seimbang.
b) Siswa menjadi aktif dalam mencari dan mengolah sendiri informasi.
c) Siswa mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide secara lebih baik.
d) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
e) Siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata tidak akan terhambat oleh siswa yang
lemah dalam belajar.
f) Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dalam transfer konsep yang dimilikinya
kepada situasi-situasi proses belajar yang baru.
g) Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
h) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep sendiri (self-concept) pada diri siswa
sehingga secara psikologis siswa lebih terbuka terhadap pengalaman baru, berkeinginan
untuk selalu mengambil dan mengeksploitasi kesempatan-kesempatan yang ada.
i) Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber yang tidak
hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber balajar.
2. Kelemahan
a) Jika guru tidak dapat merumuskan teka-teki atau pertanyaan kapada siswa dengan baik,
untuk memecahkan permasalah secara sistematis, maka akan membuat murid lebih
bingung dan tidak terarah. b. Kadang kala guru mengalami kesulitan dalam
merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
b) Dalam implementasinya memerlukan waktu panjang sehingga guru sering sulit
menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan.
c) Pada sistem klasikal dengan jumlah siswa yang relatif banyak; penggunaan pendekatan
ini sukar untuk dikembangkan dengan baik.
d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi,
maka pembelajaran ini sulit diimplementasikan oleh guru.
6. Teori-Teori Yang Relevan Dengan Pembelajaran Inkuiri
1. Teori Piaget
Piaget mengemukakan bahwa perkembangan intelektual suatu organisme didasarkan pada dua
fungsi, yaitu fungsi organisasi dan adaptasi. Fungsi organisasi memberikan organisme
kemampuan untuk mensistematikkan atau mengorganisasikan proses-proses fisik atau
prosesproses psikologi menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan (struktur kognitif).
Di samping itu, semua organisme lahir dengan kecenderungan untuk menyesuaikan diri atau
beradaptasi dengan lingkungannya.
Adaptasi tersebut dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
proses penggunaan struktur kognitif yang telah ada, dan akomodasi adalah proses perubahan
struktur koginitif. Dalam proses asimilasi, orang menggunakan struktur atau kemampuan yang
sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapi dalam lingkungannya. Dalam proses
akomodasi, orang melakukan modifikasi struktur kognitif yang sudah ada untuk menanggapi
respon terhadap masalah yang dihadapi dalam lingkungannya.
Adaptasi merupakan suatu keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Jika dalam proses
asimilasi, seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi pada lingkungannya maka akan terjadi
ketidakseimbangan, yaitu ketidaksesuaian atau ketidakcocokan antara pemahaman saat ini
dengan pengalaman baru. Pertumbuhan intelektual merupakan proses terus-menerus tentang
keadaan ketidakseimbangan dan keseimbangan (disequilibrium – equilibrium). Tetapi bila terjadi
keseimbangan kembali, maka individu itu berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi
daripada sebelumnya.
Teori Piaget tersebut yang mendasari teori konstruktivistik. Menurut teori konstruktivistik,
perkembangan intelektual adalah suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pemahamannya dari hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Anak secara aktif
membangun pengetahuannya dengan terus menerus melakukan akomodasi dan asimilasi
terhadap informasi-informasi yang diterima.
Implikasi dari teori piaget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Memusatkan perhatian pada proses berpikir anak, bukan sekadar hasilnya.
b) Menekankan pada pentingnya peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan
keterlibatannya secara aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran di kelas,
pengetahuan diberikan tanpa adanya tekanan, melainkan anak didorong
menemukan sendiri melalui preses interaksi dengan lingkungannya.
c) Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan
sehingga guru harus melakukan upaya khusus untuk mengatur kegiatan kelas
dalam bentuk individu-individu atau kelompokkelompok kecil.
Berdasarkan teori Piaget, pembelajaran inkuiri cocok bila diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran karena inkuiri menyandarkan pada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses
dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan
sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkontruksi pengetahuan dan penguasaan materi pelajaran
baru. Selain itu, yang dinilai dalam pembelajaran inkuiri adalah proses menemukan sendiri hal
baru dan proses adaptasi yang berkesinambungan secara tepat dan serasi antara hal baru dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
2. Teori Gestalt
a) Teori Gestalt menekankan kepada proses-proses intelektual yang kompleks seperti
bahasa, pikiran, pemahaman, dan pemecahan masalah sebagai aspek utama dalam proses
belajar. Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight
adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan.
Belajar terjadi karena kemampuan menangkap makna dan keterhubungan antara
komponen yang ada di lingkungannya.
Prinsip penerapan teori ini adalah:
a. Pembelajaran bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi mesti berangkat
dari suatu masalah. Melalui masalah tersebut siswa dapat mempelajari fakta.
b. Membelajarkan anak bukanlah hanya mengembangkan intelektual saja, akan
tetapi mengembangkan pribadi anak seutuhnya.
c. Kegiatan belajar akan terjadi manakala dihadapkan pada suatu persoalan yang
harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghafal fakta. Melalui persoalan yang
dihadapi, siswa akan mendapat insight yang sangat berguna untuk menghadapi
setiap masalah.
d. Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan
setiap perilaku individu. Belajar adalah melakukan reorganisasi pengalaman-
pengalaman masa lalu yang secara terus menerus disempurnakan. Dengan
demikian, proses membelajarkan adalah proses memberikan pengalaman-
pengalaman yang bermakna untuk kehidupan anak.
Inkuiri menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang
mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan sehingga siswa
dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Dengan demikian, menurut teori Gestalt,
pembelajaran inkuiri sangat sesuai bila diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.

http://ronisaputra01.blogspot.co.id/2014/11/model-embelajaran-inkuiribased-learning.html
dikutip pada tanggal 22 Mei 2016
http://repository.unpas.ac.id/12866/5/BAB%20II.pdf
https://amierkamboja88.wordpress.com
Ngalimun, dkk. 2015. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. hlm.63
https://www.pelajaran.co.id/2020/04/discovery-learning.html
https://www.dosenpendidikan.co.id/discovery-learning/
https://www.google.com/amp/s/sulipan.wordpress.com/2011/05/16/metode-
pembelajaranpenemuan-discovery-learning/amp/
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132258076/pendidikan/7strategi-pembelajaran-inkuiripdf.pdf
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132297302/penelitian/B.1g.Artikel+Ilmiah-
Teknik+dan+Strategi+Konseling+Kelompok.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/14332/59/Bab%202.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/7908/5/bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai