Anda di halaman 1dari 9

PENGERTIAN BELAJAR

Oleh :
Adhe Irma Juliyanti

Arti belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara etimologis
memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian
bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Belajar menurut
Baharuddin dan Esa (2009: 11) merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

Definisi belajar dapat juga diartikan sebagai segala aktivitas psikis yang dilakukan
oleh setiap individu sehingga tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah belajar.
Perubahan tingkah laku atau tanggapan karena adanya pengalaman baru, memiliki
kepandaian / ilmu setelah belajar, dan aktivitas berlatih.

Arti belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang dimana perubahan
tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan,
keterampilan, daya pikir, pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan lainnya. Belajar
merupakan sesuatu yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam masing-
masing tingakatan Pendidikan. Agar lebih memahami apa arti belajar, kita dapat merujuk
pada pendapat beberapa ahli berikut ini :

1) M. Sobry Sutikno
Menurut M. Sobry Sutikno, pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan yang baru sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini
perubahan adalah sesuatu yang dilakukan secara sadar (disengaja) dan bertujuan
untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya.
2) Thursan Hakim
Menurut Thursan Hakim, definisi belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia yang ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya fikir, dan kemampuan lainnya.
3) Skinner
Menurut Skinner, pengertian belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku yang berlaku secara progresif.
4) C.T. Morgan
Menurut C. T. Morgan, pengertian belajar adalah suatu perubahan yang relatif
dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang
telah lalu.
5) Hilgard & Bower
Menurut Hilgard & Bower, pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku
seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-ulang dalam situasi tersebut.

Kata Kunci dari pengertian belajar adalah perubahan. Perubahan dapat terjadi melalui proses
atau kegiatan mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti
arah tertentu.
PENGERTIAN BELAJAR BAHASA (MENERJEMAHKAN BAHASA)
Oleh :
Adhe Irma Juliyanti

Kegiatan pembelajaran bahasa melibatkan aspek bahasa, belajar bahasa, dan


pembelajaran bahasa. Pengertian - pengertian dibawah ini akan mengkaitkan aspek- aspek
tersebut untuk memahami tentang pembelajaran Bahasa.

1. Bahasa

Keanekaragaman pengertian bahasa yang dikemukakan oleh para ahli bahasadengan


latar belakang yang berbeda. Namun, dari beberapa pendapat yang memiliki perbedaan itu,
pada dasarnya terdapat kesamaan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi antara mahkluk
sosial di dunia.

Djarjowidjojo, (2003: 16) memberikan definisi bahasa adalah suatu sistem simbol
lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi
dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama.
Pendapat lain dari Kridalaksana (2008: 24) mendefinisikan bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi dan untuk mengidentifikasikan diri.

2. Belajar Bahasa
Manusia telah belajar bahasa sejak zaman dahulu kala, khususnya yang diperlukan
dalam berkomunikasi dengan keluarga serta dengan orang lain disekelilingnya. Jadi, untuk
dapat hidup sebagai mahklu sosial, manusia harus dibekali dengan kemampuan
berkomunikasi dengan bahasa ibunya.
Belajar bahasa yang bukan bahasa pertama ini disebut bahasa kedua atau bahasa asing.
Berdasarkan pengalaman diketahui bahwa belajar bahasa kedua termasuk sukar, baik bahasa
yang digunakan secara umum dalam masyarakat luas (bukan bahasa rumah tangga) maupun
bahasa yang hanya dipakai oleh orang asing. Kedua macam bahasa yang bukan buhasa
pertama ini disebut secara teknis ”bahasa kedua” ( yang digunakan masyarakat secara umum)
dan “bahasa asing” (yang tidak dipakai masyarakat secara umum). Untuk proses belajar yang
sukar seperti inilah “tata cara memudahkan” atau yang biasa disebut “metodologi” yang perlu
dicari dan dikembangkan secara sesungguhnya (Ahmad, 2010:22).
JENIS-JENIS BELAJAR
Oleh :
Adhe Irma Juliyanti

Setidaknya ada delapan jenis belajar yang dilakukan oleh manusia. Adapun
beberapa jenis belajar adalah sebagai berikut:
1) Belajar Rasional, yaitu proses belajar menggunakan kemampuan berpikir
sesuai dengan akal sehat (logis dan rasional) untuk memecahkan masalah.
2) Belajar Abstak, yaitu proses belajar menggunakan berbagai cara berpikir
abstrak untuk memecahkan masalah yang tidak nyata.
3) Belajar Keterampilan, yaitu proses belajar menggunakan kemampuan gerak
motorik dengan otot dan urat syaraf untuk menguasai keterampilan jasmaniah
tertentu.
4) Belajar Sosial, yaitu proses belajar memahami berbagai masalah dan cara
penyelesaian masalah tersebut. Misalnya masalah keluarga, persahabatan,
organisasi, dan lainnya yang berhubungan dengan masyarakat.
5) Belajar Kebiasaan, yaitu proses pembentukan atau perbaikan kebiasaan ke
arah yang lebih baik agar individu memiliki sikap dan kebiasaan yang lebih
positif sesuai dengan kebutuhan (kontekstual).
6) Belajar Pemecahan Masalah, yaitu belajar berpikir sistematis, teratur, dan teliti
atau menggunakan berbagai metode ilmiah dalam menyelesaikan suatu
masalah.
7) Belajar Apresiasi, yaitu belajar kemampuan dalam mempertimbangkan arti
atau nilai suatu objek sehingga individu dapat menghargai berbagai objek
tertentu.
8) Belajar Pengetahuan, yaitu proses belajar berbagai pengetahuan baru secara
terencana untuk menguasai materi pelajaran melalui kegiatan eksperimen dan
investigasi.
TEORI BELAJAR BAHASA
Oleh :
Adhe Irma Juliyanti

A. Teori Behaviorisme
Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan
oleh adanya rangsangan (stimulus). Jika rangsangan telah diamati dan diketahui
maka gerak balas pun dapat diprediksikan. Watson juga dengan tegas menolak
pengaruh naluri (instinct) dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi setiap perilaku
dapat dipelajari menurut hubungan stimulus - respons. Menurut Skinner,
perilaku verbal adalah perilaku yang dikendalikan oleh akibatnya. Bila
akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan terus dipertahankan. Kekuatan serta
frekuensinya akan terus dikembangkan. Bila akibatnya hukuman, atau bila
kurang adanya penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau pelan-pelan akan
disingkirkan.
B. Teori Nativisme
Istilah nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar bahwa pembelajaran
bahasa ditentukan oleh bakat. Bahwa setiap manusia dilahirkan sudah memiliki
bakat untuk memperoleh dan belajar bahasa. Teori tentang bakat bahasa itu
memperoleh dukungan dari berbagai sisi. Eric Lenneberg (1967) membuat
proposisi bahwa bahasa itu merupakan perilaku khusus manusia dan bahwa
cara pemahaman tertentu, pengkategorian kemampuan, dan mekanisme bahasa
yang lain yang berhubungan ditentukan secara biologis. Chomsky dalam
Hadley (1993:50) mengemukakan bahwa belajar bahasa merupakan
kompetensi khusus bukan sekedar subset belajar secara umum. Cara berbahasa
jauh lebih rumit dari sekedar penetapan Stimulus- Respon. Chomsky dalam
Hadley (1993: 48) mengatakan bahwa eksistensi bakat bermanfaat untuk
menjelaskan rahasia penguasaan bahasa pertama anak dalam waktu singkat,
karena adanya LAD.
C. Teori Kognitivisme
Menurut teori ini perkembangan bahasa harus berlandaskan pada atau
diturunkan dari perkembangan dan perubahan yang lebih mendasar dan lebih
umum di dalam kognisi manusia. Dengan demikian urutan-urutan
perkembangan kognisi seorang anak akan menentukan urutan-urutan
perkembangan bahasa dirinya Menurut aliran ini kita belajar disebabkan oleh
kemampuan kita menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi di dalam
lingkungan. Titik awal teori kognitif adalah anggapan terhadap kapasitas
kognitif anak dalam menemukan struktur dalam bahasa yang didengar di
sekelilingnya. Pemahaman, produksi, komprehensi bahasa pada anak
dipandang sebagai hasil dari proses kognitif anak yang secara terus menerus
berubah dan berkembang. Jadi stimulus merupakan masukan bagi anak yang
berproses dalam otak. Pada otak terjadi mekanisme mental internal yang diatur
oleh pengatur kognitif, kemudian keluar sebagai hasil pengolahan kognitif tadi.
D. Teori Fungsinonal
Para peneliti bahasa mulai melihat bahwa bahasa merupakan manifestasi
kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk berhubungan
dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendiri sebagai manusia
lebih mengutamakan pada bentuk bahasa dan tidak pada tataran fungsional
yang lebih dari makna yang dibentuk dari interaksi sosial.
Piaget menggambarkan penelitian itu sebagai interaksi anak dengan
lingkungannya dengan interaksi komplementer antara perkembangan kapasitas
kognitif perseptual dengan pengalaman bahasa mereka. Penelitian itu berkaitan
dengan hubungan antara perkembangan kognitif dengan pemerolehan bahasa
pertama.
E. Teori Konstruktvisme
Pembelajaran harus dibangun secara aktif oleh pembelajar itu sendiri dari pada
dijelaskan secara rinci oleh orang lain. Dengan demikian pengetahuan yang
diperoleh didapatkan dari pengalaman. Namun demikian, dalam membangun
pengalaman siswa harus memiliki kesempatan untuk mengungkapkan
pikirannya, menguji ide-ide tersebut melalui eksperimen dan percakapan atau
tanya jawab, serta untuk mengamati dan membandingkan fenomena yang
sedang diujikan dengan aspek lain dalam kehidupan mereka. Selain itu juga
guru memainkan peranan penting dalam mendorong siswa untuk
memperhatikan seluruh proses pembelajaran serta menawarkan berbagai cara
eksplorasi dan pendekatan.
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR BAHASA
Oleh :
Adhe Irma Juliyanti

Ditinjau dari segi filosofis (keilmuan dan filsafat) minimalnya ada empat teori
dasar filsafat yang dapat dijadikan prinsip pembelajaran bahasa. Keempat
prinsip dasar tersebut diuraikan sebagai berikut.
a) Humanisme
Teori ini muncul diilhami oleh perkembangan dalam psikologi yaitu
psikologi Humanisme. Teori humanisme dalam pembelajaran bahasa
pernah diimplementasikan dalam sebuah kurikulum pembelajaran
bahasa dengan istilah Humanistic curriculum yang diterapkan di
Amerika utara di akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an.
Humanistic curiculum menekankan pada pola pikir, perasaan dan
tingkah laku siswa dengan menghubungkan materi yang diajarkan pada
kebutuhan dasar dan kebutuhan hidup siswa. Tujuan utama dari teori ini
adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa agar bisa berkembang di
tengah masyarakat.
b) Progresivisme
Prinsip Progresivisme berisi wawasan sebagai berikut.
1) Penguasaan pengetahuan dan keterampilan tidak bersifat mekanistis
tetapi memerlukan daya kreasi. Pemerolehan pengetahuan dan
keterampilan melalui kreativitas ini berkembang secara
berkesinambungan.
2) Dalam proses belajarnya, siswa sering kali dihadapkan pada masalah
yang memerlukan pemecahan secara baru.
c) Rekonstruksionisme
Prinsip konstruksionisme beranggapan bahwa proses belajar disikapi
sebagai kreativitas dalam menata serta menghubungkan pengalaman
dan pengetahuan hingga membentuk suatu keutuhan. Kesalahan sebagai
bagian dari kegiatan belajar justru dapat membuahkan pengalaman dan
pengetahuan baru sebab dalam proses pembelajaran guru sebaiknya
tidak “menggurui” melainkan secara adaptif berusaha memahami jalan
pikiran siswa untuk kemudian menampilkan sejumlah kemungkinan.
Fulwier berpendapat bahwa “Like student, teacher as learner are
unique.” Guru juga perlu belajar, mengembangkan kreativitas sejalan
dengan kekhasan subyek didik, peristiwa belajar, konteks pembelajaran,
maupun terdapatnya bentuk perkembangan. Adapun prinsip-prinsip
proses belajar mengajar tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Pembelajaran berpusat pada anak sebagai pembangun pengetahuan.
2) Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestika.
3) Melakukan sesuatu yang nyata untuk pengembangan keterampilan
hidup. 4)Mengembangkan kemampuan sosial dan emosional siswa.
5) Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan.
6) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
7) Mengembangkan kreativitas siswa.
8) Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu, teknologi
informasi, dan komunikasi.
9) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik.
10) Belajar sepanjang hayat.
11) Perpaduan kompetisi, kerjasama, dan solidaritas.
TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Oleh :
Adhe Irma Juliyanti

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara 
pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari
proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan
dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan  kata lain, teori ini
lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar
seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori
apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai
aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan
dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang
ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses
belajar, ialah :

1. Proses pemerolehan informasi baru.


2. Personalia informasi ini pada individu.

Teori humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian
ilmu filsafat, kepribadian dan psikoterapi daripada bidang kajian-kajian psikologi
dalam belajar. Teori ini sangat mementingkan obyek yang dipelajari dari pada proses
belajar tersebut.

Teori humanistik ini lebih banyak membahas tentang konsep-konsep


pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, dan mengenai proses
belajar dalam bentuk yang terbaik. Atau bisa dikatakan bahwa teori ini lebih tertarik
pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling sempurna dari pada pemahaman
mengenai proses belajar seperti yang selama ini telah dikaji berdasarkan teori-teori
belajar.

Anda mungkin juga menyukai