Program Studi
Mata Kuliah
Dosen Pengampu
Dari situlah dapat diketahui bahwa ada unsur yang harus diperhatikan oleh
LAD ialah (1) korpus ucapan yang berfungsi menggiatkan LAD, (2) ada peran
semantik, (3) pernah perkembangan kognitif dalam pemerolehan bahasa. Dengan
demikian anak di dunia ini memperoleh struktur bahasa yang sama walaupun berlatar
budaya yang berbeda.
1
biologis yang disebut hipotesis alam. Bahasa itu kompleks dan rumit karena tidak
dapat dipelajari dalam waktu yang sangat singkat melalui peniruan (imitation).
Menurut Chomsky bahasa pertama tidak dapat diperoleh dari orang lain karena dalam
bahasa penuh dengan penyimpangan dan kesalahan kaidah penuturan (performan).
2
Belajar tidak sekadar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon
sebagaimana dalam teori behaviorisme. Lebih dari itu belajar dengan teori
kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. teori belaar
kognitivisme ini lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu
sendiri. Ilmu pengetahuan dibangun di dalam diri seseorang melalui proses interaksi
yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak hanya berjalan secara
terpisah, tetapi melalui proses mengalir, menyeluruh, dan berkelanjutan.
3
yang diterimanya dari lingkungan sekitar. Ada perilaku verbal dalam setiap anak
yakni bahasa yang menyiratkan suatu wujud sesuatu yang dimiliki, digunakan, dan
bukan dilakukan.
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diambil,
dan dihasilkan oleh respon belajar terhadap rangsangan tanggapan dapat diperkuat
dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku yang diinginkan. Ada
beberapa tokoh dalam aliran behaviorisme yaitu Edwar Lee Thorndike, Ivan Pavlov,
Edwin Guthrie, Clark Hull, dan B.F.Skinner (Hariyanto,2011:68).
2. Selain dikaitkan dengan teori bahasa, pedagogik Bahasa pun selalu terkait dengan
pendekatan pembelajaran Bahasa Indonesia.
a. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang dapat mengarahkan pada
pengalaman siswa. Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran meliputi tujuh
komponen, yaitu konstruksivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya (Johnson,2002;Nurhadi,et al
2003:10).
(1) Konstruksivisme merupakan landasan berpikir pendekatan Contekstual Teaching
and Learning, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas, dan tidak serta
merta.
(2) Menemukan merupakan bagian initi dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru
harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun
materi yang diajarkannya. Kata kunci strategi inkuiri adalah siswa menemukan
sendiri.
(3) Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya
dalam, pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan pikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya
merupakan bagian yang penting dalam rangka melaksanakan pembelajaran yang
berbasis inkuiri yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
4
(4) Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antarteman,
antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu, semua adalah anggota
masyarakat belajar.
(5) Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh
cara menegrjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model tentang
bagaimana cara belajar. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang
siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh.
(6) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan pada masa lalu. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru
diterima.
(7) Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran dalam hal perkembangan
belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa
mengalami proes pembelajaran dengan benar.
b. Pendekatan Komunikatif
Pengajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif diarahkan untuk
membentuk kompetensi komunikatif secara utuh bukan semata-mata membentuk
kompetensi kebahasaan. Dalam kompetensi komunikatif terdapat beberapa unsur yang
perlu dimiliki pemakai bahasa. Unsur-unsur tersebut menurut Swain (dalam
Syafi;i,1994) sebagai berikut:
(1) Pengetahuan dan sistem kaidah gramatikal yang meliputi ejaan, fonologi,
morfologi, sintaksis, dan penguasaan kosakata,
(2) Penguasaan segi-segi sosiolinguistik berupa memahami kesesuaian penggunaan
berbagai kosakata dan kaidah gramatikal untuk digunakan dalam berbagai fungsi
komunikasi seperti persuasi, narasi, eksposisi, argumentasi, deskripsi, memberi
perintah dan sebagainya, juga berupa kemampuan memilih ragam bahasa yang
tepat dalam berkomunikasi, suasana, serta lancar komunikasi;
(3) Penguasaan kewacanaan berupa kemampuan menyusun gagasan-gagasan dalam
bentuk turunan yang kohesif dan koheren;
(4) Pengusaan startegi komunikasi, berupa kemampuan menggunakan strategi
nonverbal untuk mengatasi berbagai kesenjangan yang terjadi di antara pembicara
atau penulis dengan pendengar atau pembaca.
5
c. Pendekatan Terpadu (Integratif)
Konsep pendekatan untegratif menekankan kepada penyajian materi
pembelajaran bahasa secara terpadu yang bertolak pada satu tema tertentu. Pandangan
teoritis yang melandasi pendekatan integratif adalah whole language, yaitu suatu
falsafah, dalam arti pandangan tentang kebenaran mengenai hakikat proses belajar dan
bagaimana mendorong proses tersebut agar berlangsung secara optimal di kelas
(Syafie’i,1995:143). Dua prinsip itu melandasi pembelajaran integratif; (1)
pembelajaran berpusat pada makna, maksudnya pengalaman pembelajaran berbahasa
baik secara lisan maupun tulisan harus bermakna dan bertujuan fungsional, dan nyata
atau realistis. (2) pembelajaran yang berpusat pada siswa, artinya dalam komponen
perencanaa pengajaran harus diperhatikan keberadaan dan latar belakang budaya
siswa.
Pendekatan terpadu berlandaskan pada prinsip-prinsip (1) siswa aktif dalam
pembelajaran untuk mengonstruksi, (2) bahasa digunakan untuk bermacam-macam
tujuan dengan berbagai macam pola, dan (3) pengetahuam diorganisasikan dan
dibentuk oleh pembelajar secara individu melalui interaksi sosial.
d. Pendekatan Proses (Lokakarya Penulis)
Calkins (dalam Tompkins,1994:60) menyatakan bahwa lokakarya penulis
adalah cara baru dalam mengimplementasikan menulis proses. Dalam proses
pembelajaran, lokakarya penulis memberikan penekanan kepada siswa. Guru hanya
berfungsi sebagai fasilitator, mediator, dan motivator. Tugas guru membantu siswa
agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Tompkins (1994:59) mengemukakan bahwa lokakrya penulis dapat dibagi
menjadi tiga tahapan, yakni pembelajaran mini, menulis mandiri, dan berbagi tulisan,
langkah-langkah yang termasuk dalam pembelajaran mini, yakni (1) memperkenalkan
prosedur lokakrya penulis, menyampaikan konsep-konsep tulisan, keterampilan dan
strategi menulis; (2) menawarkan berbagai topik yang sesuai dengan dunia siswa dan
buku-buku acuan yang dapat digunakan siswa untuk menulis; (3) memberikan
informasi mengenai topik dan membuat hubungan dengan sastra atau tulisan lainnya;
(4) menyuruh siswa untuk membuat catatan mengenai topik pada sebuah poster untuk
diperlihatkan di ruang kelas atau di dalam buku mereka; (5) menyuruh siswa untuk
6
merefleksikan bagaimana mereka dapat menggunakan informasi ini dalam tulisan
mereka.