PENDEKATAN HISTORIS
Oleh :
Kanijah 2288201080
Semester 3 Kelas C
2023
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................i
Bab I Pendahuluan..........................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................1
Bab II Pembahasan.........................................................................................2
3.1 Simpulan..........................................................................................11
3.2 Saran................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Cerita pendek adalah karangan sastra pendek yang berbentuk prosa. dalam
cerita pendek dipisahkan dengan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh
pertikaian, konflik, ataupun peristiwa yang mengharukan maupun menyenangkan,
dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan.
Menurut Naning Pranoto (2015:4), cerita pendek atau cerpen adalah cerita
yang ditulis pendek. Seberapa pendekkah ? Panjang atau pendek itu relatif.
Selanjutnya, dikatakan bahwa patokan yang dipakai untuk panjang atau pendek
sebuah cerpen adalah yang sudah umum berlaku. Sebagai patokan atau pedoman
umum, Pranoto mengatakan 2000 kata sampai dengan 10.000 kata.
Cerpen Clara atawa Wanita Yang Diperkosa, penulis Seno Gumira Aji
Darma memadukan pengalamannya dan imajinasinya yang dituangkan kedalam
sebuah cerpen dengan bahasa yang sederhana. Dalam cerita tersebut tergambar
bagaimana orang-orang “pribumi” memperlakukan orang keturunan china.
Bagaimana dengan sadis dan biadabnya orang pribumi mendzolimi orang lain,
padahal mereka berpijak di atas wilayah dan daerah yang sama. Salah satunya
pada kutipan :
Saya mengambil HP saya, dan saya dengar pesan Papa “kalau kamu
dengar pesan ini, mudah-mudahan kamu sudah sampai di Hong Kong,
Sydney, atau paling tidak Songapore. Tabahkanlah hatimu Clara. Kedua
adikmu, Monica dan Shinta, telah dilempar ke dalam api setelah
diperkosa. Mama juga diperkosa, lantas bunuh diri, melompat dari lantai
empat. Barangkali Papa akan Menyusul juga. Papa tidak tahu apakah
hidup ini masih berguna. Rasanya Papa ingin mati saja.
Cerita ini seolah mengingatkan kita pada tragedi yang telah berlalu.
Bagaimana orang-orang pribumi selalu mempermasalahkan kehadiran keturunan
china. Sejarah etnis china di indonesia selalu diwarnai peristiwa kekerasa,
diskriminasi sampai kekerasan fisik. Hampir setiap pergantian periode di
Indonesia etnis China menjadi korban kekerasan dalam sentimen anti-China.
Misal peristiwa pembantaian di Muara Angke masa VOC yang menelan korban
lebih dari 10.000 orang China yang dibantai atas perintah pemerintah VOC.
Kerusuhan Maret 1942, peristiwa September 1965, dan terutama kerusuhan 13-15
Mei 1998 di Jakarta dan beberapa kota lainnya. Peristiwa-peristiwa itu merupakan
contoh malapetaka terbesar yang dialami oleh keturunan China di Indonesia
setelah kemerdekaan.
Sebenarnya, jika kita cermati, kerusuhan Mei 1998 telah dimulai sejak 2
Mei 1998 di Medan, Sumatera Utara. Saat itu, terjadi demonstrasi mahasiswa
yang berakhir bentrokan. Peristiwa ini kemudian berlanjut hingga tanggal 4,
sekelompok pemuda melakukan pembakaran di beberapa titik atau daerah di
Medan. Massa yang berada di sekitarnya terpancing untuk melakukan perusakan
beberapa bangunan dan menyerang aparat keamanan. Saat itu, sentimen anti polisi
berkembang sehingga beberapa kantor dan pos polisi menjadi sasaran amuk
massa. Mahasiswa berusaha mengendalikan situasi namun gagal karena telah
diamuk massa yang telah meluas.
Menurut data dari Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRK) dan diperkuat
hasil penyelidikan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), kelompok tersebut
sangat sulit diidentifikasi namun mempunyai banyak kesamaan, yaitu: a)
Berpakaian seragam sekolah, b) berbadan tegap, rambut cepak, memakai sepatu
boot (militer) dengan wajah sangar, c) mempersiapkan berbagai perlengkapan
kerusuhan seperti; batu, cairan pembakar dan alat pembakar, mereka di tempatkan
dengan menggunakan alat transportasi seperti truk dan kendaraan bermotor
lainnya.
Peristiwa ini terus berlangsung hingga tanggal 15, dimana terjadi juga
peristiwa perkosaan dan pelecehan seksual terhadap perempuan yang mayoritas
berasal dari etnis China. Pada Kerusuhan Mei, Tim Relawan untuk Kemanusiaan
(TRK) mencatat korban yang jatuh berjumlah 1.190 orang akibat ter atau dibakar,
27 orang akibat senjata atau dan lainnya, 91 luka-luka. Angka di atas belum
termasuk korban kekerasan seksual di beberapa kota.
Lagi pula peristiwa seperti ini dapat mendorong warga non-pribumi untuk
melarikan modalnya ke luar negeri dan lebih parah lagi kalau terjadi eksodus
warga non-pribumi keluar Indonesia. Resikonya, situasi ekonomi makin kacau,
karena sebagian besar kekuatan-kekuatan ekonomi efektif dipegang oleh China.
Kita tidak bisa membayangkan, bagaimana kalau para konglomerat itu dengan
tiba-tiba menghentikan produksi dan melarikan modalnya. Ekonomi makin
ambruk, jika ditinjau dari keadaan Indonesia kala itu
Bagi non-pribumi terutama yang kaya, saya yakin mereka tidak bisa tidur
nyenyak menikmati kekayaanya kalau tetangga sekitarnya miskin. Kemiskinan itu
dengab mudah menyulut isu rasial dan yang menjadi korban terlbih dahulu adalah
warga Non-pribui (kalau ini terjadi biasanya sudah todak pandang bulu apakah
China tersebut kaya atau miskin, Islam atau tidak).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Cerita pendek atau cerpen adalah karya fiksi pendek yang hanya
menceritakan suatu sisi kehidupan tokoh cerita yang dikemas dengan plot atau
alur cerita yang menarik. Historis mengacu pada cerita pendek yang mengambil
bahan-bahan dari sejarah, baik tokoh maupun masa kejadian serta bahan lainnya.
Pengambilan suasana dan tokoh-tokoh masa silam bertujuan untuk menampilkan
kenyataan pada waktu itu dan membawanya kepada pembaca pada masa kini.
Bahan karya historis ini diambil dari penelitian sejarah, kemudian diolah dengan
analisis sesuai dengan zaman dan masa waktunya, dan ditafsirkan menurut daya
imajinasi sang pengarang. Karya historis ini meliputi tiga tipe, yaitu (1) pengarang
hanya mengolah data yang sudah pasti, (2) pengarang menafsirkan data itu, dan
(3) fakta sejarah hanya berfungsi sebagai kerangka atau latar belakang.
3.2 Saran
Edlwin. Saya dan Saksi Sejarah (Kerusuhan Mei 1998). 10% future, 90% history,
diakses dari http://sebelasipadualabsky.blogspot.com/2011/05/ pada 30
Oktober pukul 22:10
Wayan. 2020. Mengenali dan Menuliskan Ide menjadi Cerpen. Indonesia : Surya
Dewata.
https://balaibahasajateng.kemdikbud.go.id/2014/02/historisme-historis-dan-
historiografi-dalam-cerpen/ pada 30 Oktober pukul 21.39