Disusun oleh:
Farah Dzakiyah (16110056)
HALAMAN JUDUL................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
A..................................................................................................................................La
musan Masalah............................................................................................................5
C..................................................................................................................................Tu
juan..............................................................................................................................5
D..................................................................................................................................M
etode ...........................................................................................................................5
E..................................................................................................................................Te
ori................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................7
A..................................................................................................................................Pe
rpen..............................................................................................................................13
C..................................................................................................................................U
simpulan......................................................................................................................21
B..................................................................................................................................Sa
ran................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penyusun dapat menyelesaikan analisis yang berjudul “Analisis Unsur Semiotik Cerpen أيام الحمى
Dalam Ontologi Cerpen وداعا أيها الطفلKarya Jabbar Yasin” ini dengan baik dan tepat waktu.
Dan kami juga berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Bermawy Munthe, M.A selaku
dosen mata kuliah Teori sastra makro di Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami berharap analisis ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai strukturalisme genetik dan
mengetahui tentang latar belakang penulisnya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam analisis ini terdapat banyak kekurangan
dalam materi maupun data-data penguatnya. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan
saran demi perbaikan makalah yang kami buat ini. Sekiranya analisis yang telah disusun ini
dapat berguna bagi kami maupun orang yang membacanya, terima kasih.
PENDAHULUAN
1 Sumardjo dan Saini, Apresiasi Kesusastraan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm.37
2 Sutawijaya dan Rumini, Bimbingan Apresiasi Sastra Cerita Pendek dan Novel (Jakarta: Depdikbud, 1996), hlm.1
3 Ibid, hlm.3
4 Nurgiyantoro dan Burhan, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2012),hlm.10
5
Dalam sebuah karya sastra, semiotik dapat diketahui melalui lambang-lambang atau simbol-
simbol dengan bahasa sebagai alat komunikasinya. Manusia dengan perantara tanda-tanda
dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Tanda itu tidak satu macam saja, tetapi ada
beberapa macam berdasarkan hubungan antara penanda dan petandanya. Tanda dibagi
menjadi dua bagian yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penerapan tanda
tersebut dapat dianalisis melalui cerpen. Hampir semua cerpen, baik di Indonesia maupun di
Arab seringkali memasukkan unsur-unsur semiotik dalam ceritanya. Salah satu diantaranya
adalah Cerpen Arab أيام الحمىDalam Ontologi Cerpen وداعا أيها الطفلKarya Jabbar Yasin. Kisah
tentang tokoh Aku dalam cerpen tersebut juga menarik bagi penulis karena penulis
menemukan adanya makna tersirat dari beberapa tanda semiotika dalam cerpen tersebut.
B. Rumusan Masalah
- Apa yang disebut Teori Semiotik ?
- Apa saja unsur semiotik yang terdapat dalam cerpen karya Jabbar yasin ?
- Apa saja makna dari unsur-unsur tersebut?
C. Tujuan Masalah
- Mengetahui pengertian teori Semiotik
- Mengetahui unsur-unsur semiotik yang ada dalam cerpen karya Jabbar yasin
- Mengetahui makna dari setiap unsur semiotik yang ada
D. Metode Penelitian
Metode-metode operasional yang ditempuh oleh teori Strukturalisme-Semiotik dalam
menganalisis suatu karya sastra adalah sebagai berikut:
1. Membangun teori strukturalisme-Semiotik sastra sesuai dengan genre yang
diteliti.
2. Melakukan pembacaan secara cermat, mencatat sistem tanda, symbol-simol dalam
bacaan karya sastra tersebut.
3. Studi diawali dari kajian unsur intrinsik (kesatuan dan koherensinya) sebagai data
dasar yaitu tanda.
4. Kemudian, langkah selanjutnya menghubungkan tanda-tanda dengan realitas
masyarakatnya.
E. Teori Semiotik
Semiotik menjadi salah satu kajian yang bahkan menjadi tradisi dalam teori komunikasi.
Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda
merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu
sendiri. (Littlejohn, 2009 : 53). Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang
6
terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga diketahui
bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan. Konsep pemaknaan ini tidak terlepas dari
perspektif atau nilai-nilai ideologis tertentu serta konsep kultural yang menjadi ranah
pemikiran masyarakat di mana simbol tersebut diciptakan. Kode kultural yang menjadi salah
satu faktor konstruksi makna dalam sebuah simbol menjadi aspek yang penting untuk
mengetahui konstruksi pesan dalam tanda tersebut. Konstruksi makna yang terbentuk inilah
yang kemudian menjadi dasar terbentuknya ideologi dalam sebuah tanda. Sebagai salah satu
kajian pemikiran dalam cultural studies, semiotik tentunya melihat bagaimana budaya
menjadi landasan pemikiran dari pembentukan makna dalam suatu tanda. Semiotik
mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-
tanda tersebut mempunyai arti. (Kriyantono, 2007 : 261).
7
BAB II
PEMBAHASAN
6 Ibid, hlm.34
8
Tabel 1 Bagan Trikotomi Charles Sander Pierce (hubungan tanda dengan objeknya)
7 Ibid, hlm.34
9
1. Indeks
Indeks adalah tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya.
Atau bisa juga disebut tanda sebagai suatu bukti. Contohnya: Disuatu daerah terlihat
kepulan asap hitam, akan menunjukkan bahwa didaerah tesebut sedang terjadi kebakaran.
Penanda indeks ini disebut dengan indeks bencana. Dapat juga dilihat dijalan terlihat
kerumunan orang-orang yang berkumpul, mobil yang hancur dan polisi. Mobil yang
hancur merupakan penanda indeks ditempat tersebut baru saja terjadi kecelakaan lalu
lintas. Proses penandaan indeks dapat diperkirakan menurut pengetahuan peneliti. Simbol
merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan atau perjanjian yang telah disepakati
bersama sebelumnya. Simbol dapat dipahami artinya jika telah ada kesepakatan bersama
mengenai makna dari simbol tersebut. Contohnya penanda simbol dapat dilihat pada
jilbab pada umat muslim. Bagi umat muslim diseluruh dunia jilbab merupkan lambang
umat muslim untuk perempuan menutup auratnya.Namun bagi pemeluk agama lainnya
jilbab hanya kain penutup kapala saja. Meski begitu dalam praktiknya, proses penandaan
tidak dapat dilakukan secara mutually exclusive sebab dalam konteks-konteks tertentu
ikon dapat menjadi simbol. Banyak simbol yang berupa ikon. Disamping menjadi indeks,
sebuah tanda sekaligus juga berfungsi sebagai symbol.8 Peirce menyebut tanda sebagai
representamen dan konsep, benda, gagasan,dan seterusnya, yang diacuinya sebagai objek.
Makna (impresi, kogitasi, perasaan, dan seterusnya) yang kita peroleh dari sebuah tanda
oleh Peirce diberi istilah interpretan. Tiga dimensi ini selalu hadir dalam signifikasi. Oleh
karena itu, Peirce memandang sebagai sebuah struktur triadik.
Dalam sudut pandang Charles Sander Pierce, proses signifikan bisa saja menghasilkan
rangkaian hubungan yang tidak berkesudahan. Sehingga sebuah interpretant dapat
menjadi representamen, akan menjadi interpretan lagi, dan akan menjadi representamen
lagi dan akan begitu seterusnya.
2. Ikon
Ikon merupakan tanda yang menggambarkan ciri utama sesuatu meskipun sesuatu
sebagai objek acuan tersebut tidak tertera. Ikon banyak ditemukan dalam wilayah
representasi manusia. Seperti foto, patung dan lukisan merupakan wujud objek ikon yang
diciptakan agar mirip dengan objek acuannya secara visual. Ikon adalah suatu benda fisik
8 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakarta: Granit, 2004), hlm.17
10
(dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. Representasi
ini ditandai dengan kemiripan. Misalnya, foto Megawati adalah ikon Megawati. Gambar
Amien Rais adalah ikon Amien Rais. Ikon bisa berupa benda, warna, gejala sosial,
maupun sesuatu yang sering disebut sehingga dianggap penting (Santosa, 1993: 12).Zoest
mengurai ikon dalam tiga macam perwujudan : (1) ikon spasial atautopologis, yang
ditandai dengan adanya kemiripan antara ruang/profil dan bentuk teks dengan apa yang
diacunya; (2) ikon relasional atau diagramatik dimana terjadi kemiripan antara hubunga
dua unsur tekstual dengan hubungan dua unsur acuan, dan (3) ikon metafora, di sini
bukan lagi dilihat adanya kemiripan antara tanda dan acuan, namun antara dua acuan :
kedua-duanya diacu dengan tanda yang sama; yang pertama bersifat langsung danyang
kedua bersifat tak langsung. Biasanya dalam konteks seni, ikon ini muncul dalam
parable, alegori atau kisah metafisis. Pandangan Pierce tentang ikon pengertiannya relatif
sama dengan istilah simbol dalam wawasan Saussure. Hal ini ditegasan Eco, “Saussure
called symbols what Pierce called icons”.9
3. Indeks
Indeks adalah tanda yang hadir akibat terdapatnya hubungan ciri acuan yang sifatnya
tetap contohnya kata api memiliki indeks asap. Hubungan indeksikal antar api dengan
asap terjadi karena terdapatnya hubungan yang bersifat tetap. Masing masing kata indeks
memiliki ciri utama secara individu. Ciri yang satu dengan yang lainnya berbeda dan
tidak dapat saling menggantikan. Ciri utama api misalnya berbeda dengan asap. Indeks
bisa ditemukan ketika dalam suatu teks terdapat tanda yang memilik isifat nyata,
berurutan, dan mengisyaratkan sesuatu. Apabila suatu tanda sudah lazim digunakan oleh
masyarakat secara konvensional, maka tanda tersebut bisa dikenali sebagai simbol.
Menurut Charles Sander Pierce dalam Danesi (2012: 37), indeks dibagi menjadi tiga jenis
dasar yaitu :-Indeks ini mengacu pada lokasi spasial (ruang) sebuah benda, mahluk dan
peristiwa dalam hubungannya dengan pengguna tanda. Tanda yang dibuat dengan tangan
seperti jari yang menunjuk, kata penjelas seperti atau , kata keterangan seperti atau , dan
figur seperti anak panah, semuanya merupakan contoh-contoh indeks ruang.-Indeks ini
saling menghubungkan benda-benda dari segi waktu. Kata keterangan seperti atau grafik
garis waktu yang melambangkan poin-poin waktu yang terletak di kiri dan kanan satu
10
Berdasarkan bagan diatas dapat dijelaskan bahwa pikiran merupakan perantara antar simbol
dengan acuannya. Atas dasar pemikiran itu pula menghasilkan penggambaran maupun
konseptualisasi acuan simbolik. Dengan demikian gambaran hubungan antara tanda
kebahasaan berupa kata ataupun kalimat dengan dunia acuan yang membuahkan satuan
pengertian tersebut. Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu diluar perwujudan bentuk
simbolik itu sendiri. Simbol tidak dapat disikapi secara isolatif, atau terpisah dari hubungan
asosiatif dengan simbol lainnya. Pada dasarnya simbol dapat dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu simbol-simbol universal yang berkaitan dengan arketipos, simbol kultural yang
dilatarbelakangi oleh suatu kebudayaan tertentu, dan simbol individual yang biasanya dapat
11 Ibid, hlm.157
13 Ibid, hlm.263
14 Ibid, hl.266
13
yaitu lingkungan tekstual dan lingkungan budaya. Lingkungan tekstual yaitu semua kata
dalam paragraf dan karangan yang menentukan makna konotatif itu. Sedangkan pengaruh
lingkungan budaya menjadi jelas terlihat apabila kita meletakkan kata tertentu dalam
lingkungan budaya yang berbeda. Sebagai contoh, kata teratai bagi umumnya bangsa
Indonesia hanya mengandung makna keindahan dari salah satu jenis bunga saja. Akan tetapi
bagi bangsa India, makna bunga teratai mengandung simbolisme agama yang dalam bagi
pemeluk agama Hindu dan Budha.Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa makna
denotatif berlaku umum,sedangkan makna konotatif bersifat subjektif karena terdapat
pergeseran makna dan penambahan rasa serta nilai-nilai tertentu. Berdasarkan uraian
mengenai ikon, indeks dan simbol serta makna konotasi dan denotasi yang tersebut diatas,
dapat disimpulkan bahwa untuk menemukan ikon, indeks dan simbol tergantung pada
kepekaan pembaca. Hal yang terpenting adalah pembaca mampu membedakan unsur-unsur
dan gejala-gejala tekstual yang dapat dianggap sebagai tanda yang bermakna. Maka
pembacalah yang bertugas memberikan makna-makna yang terdapat dalam sebuah karya
sastra.
Pada analisis ini, pembahasan hanya dibatasi pada judul cerpen yang kedua yaitu “ ” ايام الحمى
Hari yang panas. Cerpen ini banyak berisi tentang kisah-kisah kemanusiaan, kebahagiaan,
penyiksaan, penderitaan dan kematian. Tentang seorang anak yang berperan sebagai
pencerita kehidupan yang dialaminya. Cerpen ini teridri dari 25 episode yang cerita yang
tidak saling menyatu, tetapi bertema sama. Kebanyakan cerita dari akhir episode berakhir
pada kematian. Cerpen ini berusaha untuk mengembalikan cerita-cerita masa lalu. Cerita
lebih cenderung pada kenangan masa lalu, dunia anak-anak, dan duka yang mendalam karena
perpisahan.
14
1. Unsur Internal
b. Alur
Cerpen ايام الحمىterdiri dari 25 episode dengan beberapa tokoh dan setting yang
berbeda. Untuk mempermudah proses analisis alur, dalam bagian ini akan dipilih
beberapa episode saja sesuai dengan urutan peristiwa yang berlangsung di tiap-tiap
episode.
Episode Hari-Hari Demam:
- Kondisi ibuku sekarang sudah membaik, suhunya sudah mulai menurun,
jawab kakakku dengan kata-katanya kemudian seekor nyamuk besar hinggap di
mulutku. Aku menggerakkan bibirku dan meminta bantuan
- Ibu si ‘aku’ sakit, kemudian si ‘aku’ demam
Episode Rumah Tuan Nasir
- Pertama. Tuan Nasir, rumahnya di pinggir desa. Pada tahun berikutnya,
dia memutuskan untuk pindah ke daerah Shatt, di mana ada banyak kebun sayur
di sana.
- Sebelum tengah malam, Nasir, istri dan anak-anaknya benar-benar telah
meninggalkan desa untuk terakhir kalinya.
Episode Pernukahan Ibnu Syamsah
- Telah datang rombongan dari rumah paling jauh di desa, yang mana
rombongan tersebut berjalan melewati rumah al-Mukhtar, sebelum seorang
pemuda masuk di sekitar rumah aneh yang sudah ditinggal sejak dua tahun lalu.
- Di pagi hari, terdengar teriakan dari rumah ‘Abbas. Ibunya menemukan
‘Abbas telah meninggal di atas ranjangnya. Jasim mengenakan pakaian hitam
dan sejak saat itu ia melepaskan hidupnya. Pada tahun berikutnya, tersiar rumor
bahwa ‘Abbas meninggal karena dosis arak yang berlebihan yang ditemukan di
atas kasurnya.
Episode Ketakutan Pertama
- Sejak kemarin aku berada di rumah bibiku. Putranya yaitu Toha, datang
mengunjungi kami dan ketika ia pulang kembali, aku dibawa bersamanya
- Menjelang sore, anak Bibiku pulang dari sekolah. Kami menyantap
makanan dengan cepat dan aku kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, ibuku
sedang tergeletak di tanah dan terdapat kucing di jendela melihat kita.
15
- Dari beberapa kutipan episode yang diambil kesimpulan bahwa cerpen ايام
الحمممىmenggunakan alur maju yakni alur yang melukiskan kejadian yang
nampak. Meski cerpen mengisahkan masa lalu, tapi cerita disusun dengan
peristiwa kronologis, dari sebab ke akibat.
c. Tokoh dan Penokohan
Dalam sebuah cerita, tokoh biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh utama dan
tokoh tambahan. Dalam cerpen ايممام الحمممى, tokoh utama dalam beberapa episode
berbeda.
- Tokoh utama ‘Aku’ (sebagai narator), terdapat dalam episode:
Hari-hari demam, Malam Asyuro, Putri Muaidi, Kamar Mandi at-Tamimi,
Pembunuhan, Pagi, Madu, Kakak, Anting, Kenangan pahit, Kunjungan, Arjun,
Makam Darussalam, dan Ketakutan Pertama.
Tokoh tambahan dalam cerpen yang bertokoh utama ‘Aku’: Ibu, Ayah, Saudara
laki-laki, Bibi, Ali.
- Dalam cerpen yang tidak menceritakan ‘Aku’
- Rumah Tuan Nasir: Tuan Nasir - Cafe Zuhzan: Zuhzan
- Rancangan Kematian: Mukholaf - Untaian Kisah: Hatim
-Pernikahan Ibnu Syamsah: Abbas
Hubungan Antar Tokoh
Tokoh yang berhubungan dengan ‘Aku’
- Ali, baik
- Polisi, jahat
- Segerombolan orang Iran, jahat
Ayah
Ibu
Aku Sdra. lk-lk
Bibi
16
- Ibuku menggendongku dan meletakkanku di bahunya lalu aku memeluk
kepalanya. (Eps. Malam as-syuro). Sifat anak-anak yang manja.
- Ali berkata: “Itu adalah anjing betina yang ada di rumah Qahthan, anjing
itulah yang tidur disana”. Ia menunjuk anjing betina itu, yang menggonggong
sambil mengibas-kibaskan ekornya.
- Aku berteriak : Qahthan. (‘Aku’ dan Ali sedih karena anjing milik Qathan
ditembak petugas patroli)
2. Ibu: Penyayang
“Sejak kemarin ibuku telah menyiapkan ouzi (sejenis makanan). Sehari
sebelumnya ia mencuci pakaian dan handukku. Kemudian menyusunnya sacara
teratur dalam ouzi berbentuk bintang”.(Eps.Kamar Mandi at-Tamimi)
3. Bibi: Baik dan penyayang, perhatian
“Bibiku meletakkan tangannya diatas dahiku”, saat si ‘aku’ sakit, bibi merawatnya
dengan penuh kasih sayang. (Eps. Hari-hari demam)
4. Ayah: Baik dan Penyayang
Ayah ku menarik kedua lenganku dan mengarahkanku ke depan tubuhnya, kami
melewati jalan yang disekat oleh dua dinding, kemudian terlihat dihadapan kami
buah anggur dan di bawahnya terdapat kendi-kendi.
5. Sudara laki-laki: Peduli
“Kami akan membawanya kerumah sakit” (Eps. Hari-hari demam)
d. Latar
Dalam cerpen ايممام الحمممىpenggambaran latar tempat disebutkan dalam beberapa
episode yakni peristiwa terjadi di Baghdad, Irak.
-Setelah sekian lama aku membeli sebuah gambar, dan pada waktu itu saudara
laki-lakiku memasuki rumah dengan membawa sebuah bingkai yang tidak seorang
pun melihat apa isi bingkai itu. (Rumah ’Aku’)
-Ketika telah sampai di Baghdad, ibu Ali berkata “Kota kita tidak ada apa-apanya”
(Eps. Kamar mandi at-Tamimi)
-Antara masjid Khan Haidar dan jembatan sungai ada hotel pemimpin yang
dipimpin oleh siswa dari pedesaan dan tentara yang menghabiskan liburan mereka
di Baghdad. (Eps. Kakak)
Selain latar tempat, terdapat juga latar waktu, yaitu: meliputi waktu sehari-hari
seperti pagi, siang, sore, malam, musim dingin, musim panas dan musim semi.
e. Sudut Pandang
17
Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen ايام الحمىadalah sudut pandang orang
pertama, yang mana si ‘Aku’ sebagai narator yang menceritakan kisahnya. Selain
sudut pandang orang pertama, beberapa episode dalam cerpen ini juga menggunakan
sudut pandang orang ketiga (Eps. Rumah Tuan Nasir, Rancangan Kematian, Untaian
Kisah, kafe Zuhzan dan pernikahan Ibnu Syamsah), yakni pengarang sebagai
bayang-bayang tokoh utama.
2. Unsur Eksternal
- Biografi Jabbar Yassin
Jabbar Yassin Hussein lahir di Baghdad, Irak pada tahun 1954. Setelah partai Ba’ath
merebut kekuasaan kembali pada tahun 1968, ia bergabung dalam partai Komunis
pada usia empat belas tahun. Jabbar Yassin berulang kali ditangkap dan disiksa karena
kegiatan politiknya. Pada tahun 1976, ia ditangkap dan harus meninggalkan
negaranya. Kemudian Jabbar Yassin pergi ke Perancis bersama beberapa warga Irak
lainnya. Saat di Perancis, ia mulai menulis cerita pendek, puisi, novel dan essay
dalam upaya untuk mengingat apa yang ia tinggalkan.
Pada awal tahun 1990-an, buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Perancis, termasuk . ‘ وداعمما ايهمما الطفمملAdieu I’enfant (1996) sebuah cerita yang
menggambarkan masa kecilnya. Kemudian Lecteur de Bagdad, Contes et nouvelles
(2000) dan Histoires de jour, contes de nuit (2003). Tulisan-tulisan Hussein telah
diterjemahkan dalam delapan bahasa Eropa. Pada tahun 2004, ia dianugerahi hadiah
“Autor zwischen Grenzen”oleh kota Trieste. Sejak tahun 1992, Jabbar Yassin tinggal
di dekat La Rochelle di Perancis.
- Isu Politik
Kekacauan politik Irak bermulai Sejak partai Ba’ath merebut kekuasaan kembali pada
tahun 1968. Setelah bergabung di partai sosialis yang didirikan Michael Aflag,
Saddam Husaen banyak memperoleh kepercayaan melaksanakan misi-misi penting.
Satu tugas yang pernah diembannya adalah membunuh Presiden Abdul Karim Kasim.
Namun misi ini gagal, hingga Saddam melarikan diri ke Suriah dan kemudian ke
Mesir sambil belajar di Fakultas Hukum Universitas Kairo. Pada tahun 1963, Saddam
kembali ke Irak dan dipercaya sebagai anggota Dewan Pimpinan Partai Baath. Karier
Saddam terus berkibar hingga terakhir menapak ke kursi presiden pada tahun 1979.
Saddam tidak segan-segan menendang siapapun yang bisa mengganggu
kepemimpinannya. Saddam menjalankan kekuasaanya dengan cara yang diktator.
18
Mengeksekusi kelompok oposisi dan kalangan militer yang menentangnya. Jabbar
Yassin adalah pengikut partai komunis bahkan ia adalah ketua pemuda komunis
Baghdad. Ketika partai komunis berasimililasi ke partai Ba’ath untuk membentuk
‘Front Nasional Progresif Patriotik’ ia mengundurkan diri. Sejak saat itu dan
seterusnya, Jabbar Yassin ditempatkan dibawah pengawasan konstan oleh rezim. Ia
dilarang melanjutkan belajar ataupun bekerja. Pada tahun 1976 Jabbar Yassin
meninggalkan Irak dan tinggal di Perancis.
- Isu Sosial
Keadaan masyarakat Irak dibawah kepimpinan pemerintahan yang otoriter
menjadikan banyak pergolakan diantara warga negaranya. Perang dengan Amerika
menambah parah kondisi sosial di Irak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah penulis lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut. Cerpen ini memiliki unsur intrinsik yang terdiri atas alur, tokoh dan
penokohan, serta latar waktu dan latar tempat. Penulis menggunakan pendekatan struktural
dalam menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita. Unsur-unsur tersebut saling
berhubungan satu sama lain sehingga membentuk satu kesatuan cerita yang utuh.
Unsur Semiotik yang ada dalam cerpen ini yaitu : Ikon terdiri atas pepohonan, kuda dan
tentara. Indeks yang terdiri atas Indeks kerukunan dan Indeks Kesakitan. Yang terakhir yaitu
symbol, terdiri dari kopiah putih, kota Baghdad, Arak dan keledai.
21
B. Saran
Penulis hanya membahas unsur struktural dan unsur semiotik berupa ikon,indeks dan simbol
yang terdapat dalam cerpen, sehingga banyak aspek-aspekyang dapat ditelaah lebih lanjut
oleh penulis selanjutnya. Penulis menyarankan untuk mengkaji lebih lanjut tentang nilai
moral dan kepribadian tokoh “aku”. Penulis berharap untuk bisa terus memperbaiki analisis
ini sehingga bisa menjadi rujukan yang baik untuk membedah karya-karya penulis lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumardjo dan Saini, 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Sutawijaya dan Rumini, 1996. Bimbingan Apresiasi Sastra Cerita Pendek dan Novel Jakarta:
Depdikbud
Nurgiyantoro dan Burhan, 2012. Teori Pengkajian Fiksi Yogyakarta: Gajah Mada University
Ibnu Hamad, 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: Granit
22