Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS UNSUR SEMIOTIK CERPEN ‫ أيام الحمى‬DALAM

ONTOLOGI CERPEN ‫ وداعا أيها الطفل‬KARYA JABBAR YASIN

Mata Kuliah : Teori Sastra Makro


Dosen pengampu: Prof. Dr. Bermawy Munthe, M.A

Disusun oleh:
Farah Dzakiyah (16110056)

BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................................................2

KATA PENGANTAR..................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4

A..................................................................................................................................La

tar Belakang Masalah..................................................................................................4


B..................................................................................................................................Ru

musan Masalah............................................................................................................5
C..................................................................................................................................Tu

juan..............................................................................................................................5
D..................................................................................................................................M

etode ...........................................................................................................................5
E..................................................................................................................................Te

ori................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................7

A..................................................................................................................................Pe

ngertian Teori Semiotik...............................................................................................7


B..................................................................................................................................Ce

rpen..............................................................................................................................13
C..................................................................................................................................U

nsur-unsur Struktural dalam cerpen............................................................................13


D..................................................................................................................................U

nsur-unsur Semiotik dalam cerpen..............................................................................18

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................21


A..................................................................................................................................Ke

simpulan......................................................................................................................21
B..................................................................................................................................Sa
ran................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penyusun dapat menyelesaikan analisis yang berjudul “Analisis Unsur Semiotik Cerpen ‫أيام الحمى‬
Dalam Ontologi Cerpen ‫ وداعا أيها الطفل‬Karya Jabbar Yasin” ini dengan baik dan tepat waktu.
Dan kami juga berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Bermawy Munthe, M.A selaku
dosen mata kuliah Teori sastra makro di Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami berharap analisis ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai strukturalisme genetik dan
mengetahui tentang latar belakang penulisnya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam analisis ini terdapat banyak kekurangan
dalam materi maupun data-data penguatnya. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan
saran demi perbaikan makalah yang kami buat ini. Sekiranya analisis yang telah disusun ini
dapat berguna bagi kami maupun orang yang membacanya, terima kasih.

Yogyakarta, 16 Desember 2018


PenulisBAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan masyarakat dan
merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi.
Karya sastra ditulis atau diciptakan oleh pengarang bukan hanya untuk dirinya sendiri,
melainkan disampaikan oleh pembaca. Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya
realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia
nyata. Sebagai cerminan kehidupan tidak berarti karya sastra itu sendiri meskipun bersifat
rekaan, tetapi tetap mengacu pada realitas dunia nyata. Karya sastra berkembang seiring
berjalannya waktu. Dibandingkan zaman dahulu, karya sastra di zaman modern ini terlihat
lebih banyak perkembangannya karena manusia di zaman sekarang lebih kreatif dalam
menciptakan kreasi-kreasi karya sastra itu sendiri. Ada berbagai macam jenis karya sastra
yang dapat dinikmati, seperti puisi, prosa dan drama. Prosa sendiri terbagi menjadi berbagai
macam bentuk penyajian antara lain novel, cerita rakyat, dan cerpen (cerita pendek).
Cerpen adalah cerita atau parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar
terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta relatif pendek). 1 Cerita pendek
adalah cerita yang pada hakikatnya merupakan salah satu wujud pernyataan seni yang
menggunakan bahasa sebagai media komunikasi.2 Cerita pendek pada dasarnya adalah cerita
yang menceritakan : hal (benda atau manusia, juga keadaan), dan peristiwa.3 Kelebihan
cerpen yang khas adalah kemampuan mengemukakan masalah yang kompleks dalam bentuk
(dan waktu) yang sedikit.4 Dari pemaparan diatas, pengertian cerpen menurut penulis yaitu
kisah ringan yang mengandung makna dan pesan tertentu dengan bahasa sehari-hari, mudah
dimengerti dan dapat dibaca dengan sekali duduk.

1 Sumardjo dan Saini, Apresiasi Kesusastraan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm.37

2 Sutawijaya dan Rumini, Bimbingan Apresiasi Sastra Cerita Pendek dan Novel (Jakarta: Depdikbud, 1996), hlm.1

3 Ibid, hlm.3

4 Nurgiyantoro dan Burhan, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2012),hlm.10
5
Dalam sebuah karya sastra, semiotik dapat diketahui melalui lambang-lambang atau simbol-
simbol dengan bahasa sebagai alat komunikasinya. Manusia dengan perantara tanda-tanda
dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Tanda itu tidak satu macam saja, tetapi ada
beberapa macam berdasarkan hubungan antara penanda dan petandanya. Tanda dibagi
menjadi dua bagian yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penerapan tanda
tersebut dapat dianalisis melalui cerpen. Hampir semua cerpen, baik di Indonesia maupun di
Arab seringkali memasukkan unsur-unsur semiotik dalam ceritanya. Salah satu diantaranya
adalah Cerpen Arab ‫ أيام الحمى‬Dalam Ontologi Cerpen ‫ وداعا أيها الطفل‬Karya Jabbar Yasin. Kisah
tentang tokoh Aku dalam cerpen tersebut juga menarik bagi penulis karena penulis
menemukan adanya makna tersirat dari beberapa tanda semiotika dalam cerpen tersebut.

B. Rumusan Masalah
- Apa yang disebut Teori Semiotik ?
- Apa saja unsur semiotik yang terdapat dalam cerpen karya Jabbar yasin ?
- Apa saja makna dari unsur-unsur tersebut?

C. Tujuan Masalah
- Mengetahui pengertian teori Semiotik
- Mengetahui unsur-unsur semiotik yang ada dalam cerpen karya Jabbar yasin
- Mengetahui makna dari setiap unsur semiotik yang ada

D. Metode Penelitian
Metode-metode operasional yang ditempuh oleh teori Strukturalisme-Semiotik dalam
menganalisis suatu karya sastra adalah sebagai berikut:
1. Membangun teori strukturalisme-Semiotik sastra sesuai dengan genre yang
diteliti.
2. Melakukan pembacaan secara cermat, mencatat sistem tanda, symbol-simol dalam
bacaan karya sastra tersebut.
3. Studi diawali dari kajian unsur intrinsik (kesatuan dan koherensinya) sebagai data
dasar yaitu tanda.
4. Kemudian, langkah selanjutnya menghubungkan tanda-tanda dengan realitas
masyarakatnya.

E. Teori Semiotik
Semiotik menjadi salah satu kajian yang bahkan menjadi tradisi dalam teori komunikasi.
Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda
merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu
sendiri. (Littlejohn, 2009 : 53). Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang
6
terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga diketahui
bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan. Konsep pemaknaan ini tidak terlepas dari
perspektif atau nilai-nilai ideologis tertentu serta konsep kultural yang menjadi ranah
pemikiran masyarakat di mana simbol tersebut diciptakan. Kode kultural yang menjadi salah
satu faktor konstruksi makna dalam sebuah simbol menjadi aspek yang penting untuk
mengetahui konstruksi pesan dalam tanda tersebut. Konstruksi makna yang terbentuk inilah
yang kemudian menjadi dasar terbentuknya ideologi dalam sebuah tanda. Sebagai salah satu
kajian pemikiran dalam cultural studies, semiotik tentunya melihat bagaimana budaya
menjadi landasan pemikiran dari pembentukan makna dalam suatu tanda. Semiotik
mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-
tanda tersebut mempunyai arti. (Kriyantono, 2007 : 261).

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Semiotik


Teori yang digunakan penulis dalam pengkajian ini adalah teori semiotik Charles Sander Pierce.
Charles SanderPierce memahami bagaimana manusia itu bernalar, hingga sampai pada akhirnya
ia yakin bahwa manusia berpikir dalam tanda. Charles Sander Pierce menandaskan bahwa
tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki
hubungan sebab-akibat dengan tanda-tanda atau arena ikatan konvensional dengan tanda-tanda
tersebut.5. Dalam semiotika,Charles Sander Pierce melihat tanda, acuannya dan penggunanya
sebagai tiga titik dalam segitiga (Triangle). Charles Sander Pierce yang dipandang sebagai
pendiri semiotika Amerika menjelaskan modelnya secara sederhana yaitu tanda sebagai sesuatu
yang dikaitan oleh seseorang dalam beberapa hal atau kapasitas dan seringkali mengulang-ulang
pernyataan bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Tanda
menunjukkan kepada seseorang, yakni menciptakan dibenak orang tersebut suatu tanda yang
lebih berkembang. Tanda itu disebut Interpretant dari tanda-tanda pertama. Makna tanda
menurut Pierce adalah mengemukakan sesuatu. Ia menyebutnya dengan signataure
presentament, dan acuannya disebut dalam bahasa inggris dengan object. Jadi, suatu tanda pasti
akan mengacu pada satu acuan. Setelah tanda dihubungkan dengan acuannya, maka akan
muncul tanda yang baruyang disebut interpretant. Charles Sander Pierce membedakan
hubungan tanda dengan acuannya menjadi tiga, yaitu dengan istilah ikon untuk kesamaannya,
indeks untuk hubungan sebab-akibat, dan symbol untuk asosiasi konvensional.6 Perbedaan ikon,
indeks dan simbol dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

5 Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.31-34

6 Ibid, hlm.34
8
Tabel 1 Bagan Trikotomi Charles Sander Pierce (hubungan tanda dengan objeknya)

Berdasarkan klasfikasi diatas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:Ikon adalah


hubungan antara objek atau acuan yang menunjukkan suatukemiripan. Seringkali terlihat
dalam tanda-tanda visual misalnya sebuah patung dapat dikatakan sebagai ikon, foto atau
gambar orang yang terkenal juga dapat dikatakan ikon, dan tulisan P dicoret dijalanan dapat
juga dikatakan ikon yang berarti dilarang parkir didaerah yang dimaksud. Pada dasarnya ikon
merupakan suatu tanda yang menggambarkan ciri sesuatu meskipun sesuatu yang dijadikan
objek acuannya tidak tertera.

7 Ibid, hlm.34
9
1. Indeks
Indeks adalah tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya.
Atau bisa juga disebut tanda sebagai suatu bukti. Contohnya: Disuatu daerah terlihat
kepulan asap hitam, akan menunjukkan bahwa didaerah tesebut sedang terjadi kebakaran.
Penanda indeks ini disebut dengan indeks bencana. Dapat juga dilihat dijalan terlihat
kerumunan orang-orang yang berkumpul, mobil yang hancur dan polisi. Mobil yang
hancur merupakan penanda indeks ditempat tersebut baru saja terjadi kecelakaan lalu
lintas. Proses penandaan indeks dapat diperkirakan menurut pengetahuan peneliti. Simbol
merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan atau perjanjian yang telah disepakati
bersama sebelumnya. Simbol dapat dipahami artinya jika telah ada kesepakatan bersama
mengenai makna dari simbol tersebut. Contohnya penanda simbol dapat dilihat pada
jilbab pada umat muslim. Bagi umat muslim diseluruh dunia jilbab merupkan lambang
umat muslim untuk perempuan menutup auratnya.Namun bagi pemeluk agama lainnya
jilbab hanya kain penutup kapala saja. Meski begitu dalam praktiknya, proses penandaan
tidak dapat dilakukan secara mutually exclusive sebab dalam konteks-konteks tertentu
ikon dapat menjadi simbol. Banyak simbol yang berupa ikon. Disamping menjadi indeks,
sebuah tanda sekaligus juga berfungsi sebagai symbol.8 Peirce menyebut tanda sebagai
representamen dan konsep, benda, gagasan,dan seterusnya, yang diacuinya sebagai objek.
Makna (impresi, kogitasi, perasaan, dan seterusnya) yang kita peroleh dari sebuah tanda
oleh Peirce diberi istilah interpretan. Tiga dimensi ini selalu hadir dalam signifikasi. Oleh
karena itu, Peirce memandang sebagai sebuah struktur triadik.
Dalam sudut pandang Charles Sander Pierce, proses signifikan bisa saja menghasilkan
rangkaian hubungan yang tidak berkesudahan. Sehingga sebuah interpretant dapat
menjadi representamen, akan menjadi interpretan lagi, dan akan menjadi representamen
lagi dan akan begitu seterusnya.
2. Ikon
Ikon merupakan tanda yang menggambarkan ciri utama sesuatu meskipun sesuatu
sebagai objek acuan tersebut tidak tertera. Ikon banyak ditemukan dalam wilayah
representasi manusia. Seperti foto, patung dan lukisan merupakan wujud objek ikon yang
diciptakan agar mirip dengan objek acuannya secara visual. Ikon adalah suatu benda fisik

8 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakarta: Granit, 2004), hlm.17
10
(dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. Representasi
ini ditandai dengan kemiripan. Misalnya, foto Megawati adalah ikon Megawati. Gambar
Amien Rais adalah ikon Amien Rais. Ikon bisa berupa benda, warna, gejala sosial,
maupun sesuatu yang sering disebut sehingga dianggap penting (Santosa, 1993: 12).Zoest
mengurai ikon dalam tiga macam perwujudan : (1) ikon spasial atautopologis, yang
ditandai dengan adanya kemiripan antara ruang/profil dan bentuk teks dengan apa yang
diacunya; (2) ikon relasional atau diagramatik dimana terjadi kemiripan antara hubunga
dua unsur tekstual dengan hubungan dua unsur acuan, dan (3) ikon metafora, di sini
bukan lagi dilihat adanya kemiripan antara tanda dan acuan, namun antara dua acuan :
kedua-duanya diacu dengan tanda yang sama; yang pertama bersifat langsung danyang
kedua bersifat tak langsung. Biasanya dalam konteks seni, ikon ini muncul dalam
parable, alegori atau kisah metafisis. Pandangan Pierce tentang ikon pengertiannya relatif
sama dengan istilah simbol dalam wawasan Saussure. Hal ini ditegasan Eco, “Saussure
called symbols what Pierce called icons”.9
3. Indeks
Indeks adalah tanda yang hadir akibat terdapatnya hubungan ciri acuan yang sifatnya
tetap contohnya kata api memiliki indeks asap. Hubungan indeksikal antar api dengan
asap terjadi karena terdapatnya hubungan yang bersifat tetap. Masing masing kata indeks
memiliki ciri utama secara individu. Ciri yang satu dengan yang lainnya berbeda dan
tidak dapat saling menggantikan. Ciri utama api misalnya berbeda dengan asap. Indeks
bisa ditemukan ketika dalam suatu teks terdapat tanda yang memilik isifat nyata,
berurutan, dan mengisyaratkan sesuatu. Apabila suatu tanda sudah lazim digunakan oleh
masyarakat secara konvensional, maka tanda tersebut bisa dikenali sebagai simbol.
Menurut Charles Sander Pierce dalam Danesi (2012: 37), indeks dibagi menjadi tiga jenis
dasar yaitu :-Indeks ini mengacu pada lokasi spasial (ruang) sebuah benda, mahluk dan
peristiwa dalam hubungannya dengan pengguna tanda. Tanda yang dibuat dengan tangan
seperti jari yang menunjuk, kata penjelas seperti atau , kata keterangan seperti atau , dan
figur seperti anak panah, semuanya merupakan contoh-contoh indeks ruang.-Indeks ini
saling menghubungkan benda-benda dari segi waktu. Kata keterangan seperti atau grafik
garis waktu yang melambangkan poin-poin waktu yang terletak di kiri dan kanan satu

9 Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.158


11
sama lain, dan tanggal dikalender, semuanya merupakan contoh indeks temporal.-Indeks
ini saling menghubungkan pihak-pihak yang ambil bagian dalam sebuah situasi. Kata
ganti orang atau kata ganti tak tentu adalah contoh indeks orang.
4. Simbol
Simbol berasal dari kata Yunani “sym-ballein” yang berarti melemparkan Bersama suatu
(benda, perbuatan) dikaitan dengan suatu ide. Simbol dalam pandangan Pierce dalam
istilah sehari-hari lazim disebut kata (word) ,nama (name), dan label (label). Sebab itu
tidak mengherankan apabila pengertian tanda, simbol, maupun kata seringkali tumpang
tindih. Seperti halnya Pierce, Ogden dan Richards juga menggunakan istilah simbol
dengan pengertian yang kurang lebih sama dengan simbol dalam wawasan Pierce. Dalam
pandangan Ogden dan Richards, simbol memiliki hubungan asosiatif dengan gagasan
atau referensi serta referen atau dunia acuan. Sebagaimana dalam wawasan Pierce,
hubungan ketiga butir tersebut bersifat konvensional. Simbol memiliki hubungan
asosiatif dengan gagasan atau refrensi serta referen atau dunia acuan. Sebagaimana dalam
wawasan Charles Sander Pierce, hubungan ketiga hal tersebut bersifat konvensional.
Hubungan antara simbol, thought of reference (pikiran atau referensi), dengan referent
(acuan) dapat dgambarkan melalui bagan semiotik triangle

10

Berdasarkan bagan diatas dapat dijelaskan bahwa pikiran merupakan perantara antar simbol
dengan acuannya. Atas dasar pemikiran itu pula menghasilkan penggambaran maupun
konseptualisasi acuan simbolik. Dengan demikian gambaran hubungan antara tanda
kebahasaan berupa kata ataupun kalimat dengan dunia acuan yang membuahkan satuan
pengertian tersebut. Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu diluar perwujudan bentuk
simbolik itu sendiri. Simbol tidak dapat disikapi secara isolatif, atau terpisah dari hubungan
asosiatif dengan simbol lainnya. Pada dasarnya simbol dapat dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu simbol-simbol universal yang berkaitan dengan arketipos, simbol kultural yang
dilatarbelakangi oleh suatu kebudayaan tertentu, dan simbol individual yang biasanya dapat

10 Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.159


12
ditafsirkan dalam konteks keseluruhan karya seorang pengarang.11 Salah satu cara yang
digunakan para ahli untuk membahas lingkup makna yang lebih besar ini adalah dengan
membedakan antara makna denotatif dengan makna konotatif. Makna denotatif pada
dasarnya meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata (yang disebut sebagai makna
referensial). Makna denotatif suatu kata ialah makna yang biasa kita temukan dalam kamus.
Sebagai contoh, di dalam kamus, kata mawar berarti ‘sejenis bunga’. Sedangkan makna
konotatif ialah makna denotatif ditambah dengan segala gambaran, ingatan, dan perasaan
yang ditimbulkan oleh kata mawar itu.12 Pembedaan makna denotatif dan konotatif biasanya
digunakan dalam proses penandaan simbol. Salah satu cara yang digunakan para ahli untuk
membahas lingkup makna yang lebih besar ini adalah dengan membedakan antara makna
denotatif (denotasi) dan makna konotatif (konotasi). Denotasi adalah hubungan yang
digunakan di dalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara bebas memegang peranan
penting di dalam ujaran (Lyonsdalam Sobur, 2004: 263). Makna denotasi bersifat langsung,
yaitu makna khususyang terdapat dalam sebuah tanda, dan pada intinya dapat disebutsebagai
gambaran sebuah petanda (Berger dalam Sobur, 2004: 263). Makna denotatif suatu kata
adalah ialah makna yang biasa kita temukan dalam kamus. Sebagai contoh, di dalam kamus
kata hitam berarti warna dasar. Jika denotasi sebuah kata adalah definisi objektif kata
tersebut, maka konotasi sebuah kata adalah makna subjektif atau emosionalnya. Ini sejalan
dengan pendapat Arthur Asa Berger yang menyatakan bahwa kata konotasi melibatkan
simbol-simbol, historis, dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional.13 Konotasi adalah
kata yang mempunyai makna tambahan bagi makna denotatifnya. Seperti pada kata hitam
yang berarti warna dasar pada makna denotatifnya, maka kata hitam bila dikaji dari makna
konotatifnya dapat ditambah gambaran, ingatan dan perasaan yang ditimbulkan oleh kata
hitam tersebut. Misalnya makna konotasi hitam adalah pengganti untuk keadaan yang buruk.
Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna
evaluatif.14 Makna konotatif sebuah kata dipengaruhi dan ditentukan oleh dua lingkungan,

11 Ibid, hlm.157

12 Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.262-263

13 Ibid, hlm.263

14 Ibid, hl.266
13
yaitu lingkungan tekstual dan lingkungan budaya. Lingkungan tekstual yaitu semua kata
dalam paragraf dan karangan yang menentukan makna konotatif itu. Sedangkan pengaruh
lingkungan budaya menjadi jelas terlihat apabila kita meletakkan kata tertentu dalam
lingkungan budaya yang berbeda. Sebagai contoh, kata teratai bagi umumnya bangsa
Indonesia hanya mengandung makna keindahan dari salah satu jenis bunga saja. Akan tetapi
bagi bangsa India, makna bunga teratai mengandung simbolisme agama yang dalam bagi
pemeluk agama Hindu dan Budha.Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa makna
denotatif berlaku umum,sedangkan makna konotatif bersifat subjektif karena terdapat
pergeseran makna dan penambahan rasa serta nilai-nilai tertentu. Berdasarkan uraian
mengenai ikon, indeks dan simbol serta makna konotasi dan denotasi yang tersebut diatas,
dapat disimpulkan bahwa untuk menemukan ikon, indeks dan simbol tergantung pada
kepekaan pembaca. Hal yang terpenting adalah pembaca mampu membedakan unsur-unsur
dan gejala-gejala tekstual yang dapat dianggap sebagai tanda yang bermakna. Maka
pembacalah yang bertugas memberikan makna-makna yang terdapat dalam sebuah karya
sastra.

B. Cerpen ‫ايام الحمى‬


Cerpen ‫ ايام الحمى‬dalam Ontologi Cerpen ‫“ وداعا ايها الطفل‬Selamat Tinggal Nak” adalah sebuah
ontologi cerpen masterpiece karya Jabbar Yassin yang terdiri dari 138 halaman dan terbagi
atas tiga judul cerita yaitu I. ‫ وداعا ايها الطفل‬, II: ‫ ايام الحمى‬dan III: ‫ وداع‬berbahasa Arab yang
ditulis pada tahun 1976. Diterbitkan pertama kali di Mesir tahun 2001.

Pada analisis ini, pembahasan hanya dibatasi pada judul cerpen yang kedua yaitu “ ‫” ايام الحمى‬
Hari yang panas. Cerpen ini banyak berisi tentang kisah-kisah kemanusiaan, kebahagiaan,
penyiksaan, penderitaan dan kematian. Tentang seorang anak yang berperan sebagai
pencerita kehidupan yang dialaminya. Cerpen ini teridri dari 25 episode yang cerita yang
tidak saling menyatu, tetapi bertema sama. Kebanyakan cerita dari akhir episode berakhir
pada kematian. Cerpen ini berusaha untuk mengembalikan cerita-cerita masa lalu. Cerita
lebih cenderung pada kenangan masa lalu, dunia anak-anak, dan duka yang mendalam karena
perpisahan.

C. Unsur-unsur Struktural dalam Cerpen

14
1. Unsur Internal
b. Alur
Cerpen ‫ ايام الحمى‬terdiri dari 25 episode dengan beberapa tokoh dan setting yang
berbeda. Untuk mempermudah proses analisis alur, dalam bagian ini akan dipilih
beberapa episode saja sesuai dengan urutan peristiwa yang berlangsung di tiap-tiap
episode.
Episode Hari-Hari Demam:
- Kondisi ibuku sekarang sudah membaik, suhunya sudah mulai menurun,
jawab kakakku dengan kata-katanya kemudian seekor nyamuk besar hinggap di
mulutku. Aku menggerakkan bibirku dan meminta bantuan
- Ibu si ‘aku’ sakit, kemudian si ‘aku’ demam
Episode Rumah Tuan Nasir
- Pertama. Tuan Nasir, rumahnya di pinggir desa. Pada tahun berikutnya,
dia memutuskan untuk pindah ke daerah Shatt, di mana ada banyak kebun sayur
di sana.
- Sebelum tengah malam, Nasir, istri dan anak-anaknya benar-benar telah
meninggalkan desa untuk terakhir kalinya.
Episode Pernukahan Ibnu Syamsah
- Telah datang rombongan dari rumah paling jauh di desa, yang mana
rombongan tersebut berjalan melewati rumah al-Mukhtar, sebelum seorang
pemuda masuk di sekitar rumah aneh yang sudah ditinggal sejak dua tahun lalu.
- Di pagi hari, terdengar teriakan dari rumah ‘Abbas. Ibunya menemukan
‘Abbas telah meninggal di atas ranjangnya. Jasim mengenakan pakaian hitam
dan sejak saat itu ia melepaskan hidupnya. Pada tahun berikutnya, tersiar rumor
bahwa ‘Abbas meninggal karena dosis arak yang berlebihan yang ditemukan di
atas kasurnya.
Episode Ketakutan Pertama
- Sejak kemarin aku berada di rumah bibiku. Putranya yaitu Toha, datang
mengunjungi kami dan ketika ia pulang kembali, aku dibawa bersamanya
- Menjelang sore, anak Bibiku pulang dari sekolah. Kami menyantap
makanan dengan cepat dan aku kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, ibuku
sedang tergeletak di tanah dan terdapat kucing di jendela melihat kita.

15
- Dari beberapa kutipan episode yang diambil kesimpulan bahwa cerpen ‫ايام‬
‫ الحمممى‬menggunakan alur maju yakni alur yang melukiskan kejadian yang
nampak. Meski cerpen mengisahkan masa lalu, tapi cerita disusun dengan
peristiwa kronologis, dari sebab ke akibat.
c. Tokoh dan Penokohan
Dalam sebuah cerita, tokoh biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh utama dan
tokoh tambahan. Dalam cerpen ‫ايممام الحمممى‬, tokoh utama dalam beberapa episode
berbeda.
- Tokoh utama ‘Aku’ (sebagai narator), terdapat dalam episode:
Hari-hari demam, Malam Asyuro, Putri Muaidi, Kamar Mandi at-Tamimi,
Pembunuhan, Pagi, Madu, Kakak, Anting, Kenangan pahit, Kunjungan, Arjun,
Makam Darussalam, dan Ketakutan Pertama.
Tokoh tambahan dalam cerpen yang bertokoh utama ‘Aku’: Ibu, Ayah, Saudara
laki-laki, Bibi, Ali.
- Dalam cerpen yang tidak menceritakan ‘Aku’
- Rumah Tuan Nasir: Tuan Nasir - Cafe Zuhzan: Zuhzan
- Rancangan Kematian: Mukholaf - Untaian Kisah: Hatim
-Pernikahan Ibnu Syamsah: Abbas
Hubungan Antar Tokoh
Tokoh yang berhubungan dengan ‘Aku’
- Ali, baik
- Polisi, jahat
- Segerombolan orang Iran, jahat

Ayah

Ibu
Aku Sdra. lk-lk

Bibi

- NB: Semua tokoh dalam keluarga ‘Aku’ berhubungan baik.


Penjelasan Karakter:
1. Aku, digambarkan sebagai seorang anak kecil yang polos, lugu, penurut,
penyayang. Berikut kutipan yang menggambarkan tokoh ‘Aku’:

16
- Ibuku menggendongku dan meletakkanku di bahunya lalu aku memeluk
kepalanya. (Eps. Malam as-syuro). Sifat anak-anak yang manja.
- Ali berkata: “Itu adalah anjing betina yang ada di rumah Qahthan, anjing
itulah yang tidur disana”. Ia menunjuk anjing betina itu, yang menggonggong
sambil mengibas-kibaskan ekornya.
- Aku berteriak : Qahthan. (‘Aku’ dan Ali sedih karena anjing milik Qathan
ditembak petugas patroli)
2. Ibu: Penyayang
“Sejak kemarin ibuku telah menyiapkan ouzi (sejenis makanan). Sehari
sebelumnya ia mencuci pakaian dan handukku. Kemudian menyusunnya sacara
teratur dalam ouzi berbentuk bintang”.(Eps.Kamar Mandi at-Tamimi)
3. Bibi: Baik dan penyayang, perhatian
“Bibiku meletakkan tangannya diatas dahiku”, saat si ‘aku’ sakit, bibi merawatnya
dengan penuh kasih sayang. (Eps. Hari-hari demam)
4. Ayah: Baik dan Penyayang
Ayah ku menarik kedua lenganku dan mengarahkanku ke depan tubuhnya, kami
melewati jalan yang disekat oleh dua dinding, kemudian terlihat dihadapan kami
buah anggur dan di bawahnya terdapat kendi-kendi.
5. Sudara laki-laki: Peduli
“Kami akan membawanya kerumah sakit” (Eps. Hari-hari demam)
d. Latar
Dalam cerpen ‫ ايممام الحمممى‬penggambaran latar tempat disebutkan dalam beberapa
episode yakni peristiwa terjadi di Baghdad, Irak.
-Setelah sekian lama aku membeli sebuah gambar, dan pada waktu itu saudara
laki-lakiku memasuki rumah dengan membawa sebuah bingkai yang tidak seorang
pun melihat apa isi bingkai itu. (Rumah ’Aku’)
-Ketika telah sampai di Baghdad, ibu Ali berkata “Kota kita tidak ada apa-apanya”
(Eps. Kamar mandi at-Tamimi)
-Antara masjid Khan Haidar dan jembatan sungai ada hotel pemimpin yang
dipimpin oleh siswa dari pedesaan dan tentara yang menghabiskan liburan mereka
di Baghdad. (Eps. Kakak)
Selain latar tempat, terdapat juga latar waktu, yaitu: meliputi waktu sehari-hari
seperti pagi, siang, sore, malam, musim dingin, musim panas dan musim semi.
e. Sudut Pandang
17
Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen ‫ ايام الحمى‬adalah sudut pandang orang
pertama, yang mana si ‘Aku’ sebagai narator yang menceritakan kisahnya. Selain
sudut pandang orang pertama, beberapa episode dalam cerpen ini juga menggunakan
sudut pandang orang ketiga (Eps. Rumah Tuan Nasir, Rancangan Kematian, Untaian
Kisah, kafe Zuhzan dan pernikahan Ibnu Syamsah), yakni pengarang sebagai
bayang-bayang tokoh utama.
2. Unsur Eksternal
- Biografi Jabbar Yassin
Jabbar Yassin Hussein lahir di Baghdad, Irak pada tahun 1954. Setelah partai Ba’ath
merebut kekuasaan kembali pada tahun 1968, ia bergabung dalam partai Komunis
pada usia empat belas tahun. Jabbar Yassin berulang kali ditangkap dan disiksa karena
kegiatan politiknya. Pada tahun 1976, ia ditangkap dan harus meninggalkan
negaranya. Kemudian Jabbar Yassin pergi ke Perancis bersama beberapa warga Irak
lainnya. Saat di Perancis, ia mulai menulis cerita pendek, puisi, novel dan essay
dalam upaya untuk mengingat apa yang ia tinggalkan.
Pada awal tahun 1990-an, buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Perancis, termasuk . ‫‘ وداعمما ايهمما الطفممل‬Adieu I’enfant (1996) sebuah cerita yang
menggambarkan masa kecilnya. Kemudian Lecteur de Bagdad, Contes et nouvelles
(2000) dan Histoires de jour, contes de nuit (2003). Tulisan-tulisan Hussein telah
diterjemahkan dalam delapan bahasa Eropa. Pada tahun 2004, ia dianugerahi hadiah
“Autor zwischen Grenzen”oleh kota Trieste. Sejak tahun 1992, Jabbar Yassin tinggal
di dekat La Rochelle di Perancis.
- Isu Politik
Kekacauan politik Irak bermulai Sejak partai Ba’ath merebut kekuasaan kembali pada
tahun 1968. Setelah bergabung di partai sosialis yang didirikan Michael Aflag,
Saddam Husaen banyak memperoleh kepercayaan melaksanakan misi-misi penting.
Satu tugas yang pernah diembannya adalah membunuh Presiden Abdul Karim Kasim.
Namun misi ini gagal, hingga Saddam melarikan diri ke Suriah dan kemudian ke
Mesir sambil belajar di Fakultas Hukum Universitas Kairo. Pada tahun 1963, Saddam
kembali ke Irak dan dipercaya sebagai anggota Dewan Pimpinan Partai Baath. Karier
Saddam terus berkibar hingga terakhir menapak ke kursi presiden pada tahun 1979.
Saddam tidak segan-segan menendang siapapun yang bisa mengganggu
kepemimpinannya. Saddam menjalankan kekuasaanya dengan cara yang diktator.
18
Mengeksekusi kelompok oposisi dan kalangan militer yang menentangnya. Jabbar
Yassin adalah pengikut partai komunis bahkan ia adalah ketua pemuda komunis
Baghdad. Ketika partai komunis berasimililasi ke partai Ba’ath untuk membentuk
‘Front Nasional Progresif Patriotik’ ia mengundurkan diri. Sejak saat itu dan
seterusnya, Jabbar Yassin ditempatkan dibawah pengawasan konstan oleh rezim. Ia
dilarang melanjutkan belajar ataupun bekerja. Pada tahun 1976 Jabbar Yassin
meninggalkan Irak dan tinggal di Perancis.
- Isu Sosial
Keadaan masyarakat Irak dibawah kepimpinan pemerintahan yang otoriter
menjadikan banyak pergolakan diantara warga negaranya. Perang dengan Amerika
menambah parah kondisi sosial di Irak.

Jabbar Yassin mengatakan bahwa ketakutan, kepanikan dan kekejaman adalah


kepribadian Irak yang mencolok. Kisah menakutkan, pembunuhan, orang-orang
dieksekusi dan militer yang meludah di wajah. Ada banyak adegan dalam cerpen ‫وداعا‬
‫ ايها الطفل‬dilukiskan dengan kekerasan dan kematian. Keinginan Jabbar Yassin untuk
kembali ke negara asalnya juga tergambar dalam cerpen ini, dalam “Maka rumah
saya hilang selamanya” (Hal.125), narator berusaha untuk memahami masa lalu
mengenai rumah yang ditinggalkannya. Kenangan memainkan peran penting dalam
tulisan Jabbar Yassin. Cerita ini lebih cenderung ke memori dunia anak-anak,
kesedihan narator di masa kecilnya.

D. Unsur-unsur Semiotik dalam cerpen


1. Ikon
- Kuda, Pepohonan, Tentara
Kuda merupakan salah satu ikon dalam cerpen ini yang dapat dimaknai,
“Rombongan orang Iran!. Aku mendengar sudaraku berkata seperti itu, kemudian ia
bersembunyi di belakang trowongan tua. Sedikit demi sedikit aku membuka kelopak
mataku yang terasa berat untuk melihat segerombol orang yang dikawal oleh kuda
gemuk yang ditunggangi seorang laki-laki yang memakai tutup kepala berwarna hitam”
Makna : “segerombol orang yang dikawal oleh kuda gemuk” kuda dalam hal ini dapat
dimaknai sebagai seekor hewan yang gagah tentu mengikuti dengan tuannya yaitu
segerombolan orang-orang Iran
Pepohonan adalah ikon yang bisa dimaknai dalam cerpen ini,
“Ini adalah sebuah masalah, kita harus menyingkir sejenak, sebelum gerombolan itu
menangkap kita”. Kata ibuku sambil menjauhi pohon cabe yang ada di sekelilingnya.
19
Makna : “menjauhi pohon cabe” Pohon dalam hal ini dapat diasrtikan sebagai
tumbuhan yang harus dihindari karena dengan mendekat ke pohon cabe yang cukup
pendek, maka keberadaan mereka akan diketahui oleh gerombolan itu.
Tentara adalah ikon yang juga bisa dimaknai dalam cerpen ini,
“Sebulan setelahnya, pemuda tersebut meninggalkan tentaranya karena alasan
kemiskinan yang membuatnya menjadi gila”
Makna : “meninggalkan tentaranya” dalam hal ini, sang pemuda itu karena
kemiskinannya, ia meninggalkan profesinya sebagai tentara
- Desa
Desa dalam cerpen ini merupakan ikon yang cukup banyak disebutkan dan patut menjadi ikon
utama karena kehidupan tokoh utama banyak berkecimpung di dalam desa.
“Dua api masih menyala dengan pancaran remang-remang, ketika ayah pengantin pria
berterimakasih kepada hadirin. Seperti biasa, anjing-anjing berhenti menggonggong di
keheningan malam desa ketika semua orang terlelap”.
Makna : di daerah pedesaan meskipun disiang hari, belum tentu hening dan sepi, tapi
bila malam hari dipedesaan tentu hening dan sepi
2. Indeks
- Indeks Kesakitan
Dalam cerpen ini di episode awal akan ditemukan bahwa tokoh aku sedang mengalami sakit
yang diketahui dari perkataannya “Aku mengatur tubuhku kemudian membuka penutup
yang membanjiriku, dan mengganti wajah teras baru, dan diantara mereka menari
dengan cahaya. Kedua tangannya menyentuh dahiku, aku merasa sangat berat seperti
dinding yang terbuat dari tanah”.
- Indeks Kerukunan
Dalam cerpen ini, dapat kita ketahui bersama, bahwa terdapat cukup banyak konflik
yang terjadi seperti pada kalimat “Tetapi Nasir meyakinkan mereka bahwa dia akan
membangun rumah beton dan tidak akan mengganggu kebun milik orang lain. Al-
Mukhtar setuju dengan Nasir dengan syarat, ia harus mengelilingi rumahnya dengan
pagar tembok”
3. Simbol
- Kopiah putih
Dalam cerpen ini, kopiah putih menandakan bahwa seseorang itu elegan dan terpandang, juga
memiliki strata social yang berpengaruh di daerah itu jika menggunakan kopiah putih
Seperti dalam episode rencana kematian “Dan yang berjalan di belakangnya adalah
adiknya, Mukhollaf. Mereka memakai kopiah putih bersih dan di atas kepalanya
memakai ikat kepala yang tinggi dari daun semanggi.”
- Baghdad
20
Baghdad dalam cerpen ini, merupakan symbol perantauan, karena latar tempat dalam
cerita ini yaitu di pedesaan, seperti dalam konteks ini “Maka dari itu dia pergi ke
Baghdad, menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mencari saudara perempuannya
tersebut. Akan tetapi ketika dia menemukannya, saudara perempuannya ternyata
sudah menikah dengan pemuda tersebut.”
- Keledai
Keledai dalam cerpen ini juga bisa menjadi symbol kemiskinan seseorang “ Suatu hari
keledai yang pucat itu membawaku ke penggilingan dan ayahku yang menuntunnya.”
- Arak
Arak dalam cerpen ini menjadi symbol kekerabatan “ Beberapa saat kemudian, para
remaja berkumpul mengelilingi meja, ‘Abbas mulai menuangkan arak di gelas-gelas.
Di sisi lain rumah, suara penyanyi semakin keras, kemudian muncul Zaghorid dari
rumah lain”.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah penulis lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut. Cerpen ini memiliki unsur intrinsik yang terdiri atas alur, tokoh dan
penokohan, serta latar waktu dan latar tempat. Penulis menggunakan pendekatan struktural
dalam menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita. Unsur-unsur tersebut saling
berhubungan satu sama lain sehingga membentuk satu kesatuan cerita yang utuh.
Unsur Semiotik yang ada dalam cerpen ini yaitu : Ikon terdiri atas pepohonan, kuda dan
tentara. Indeks yang terdiri atas Indeks kerukunan dan Indeks Kesakitan. Yang terakhir yaitu
symbol, terdiri dari kopiah putih, kota Baghdad, Arak dan keledai.
21
B. Saran
Penulis hanya membahas unsur struktural dan unsur semiotik berupa ikon,indeks dan simbol
yang terdapat dalam cerpen, sehingga banyak aspek-aspekyang dapat ditelaah lebih lanjut
oleh penulis selanjutnya. Penulis menyarankan untuk mengkaji lebih lanjut tentang nilai
moral dan kepribadian tokoh “aku”. Penulis berharap untuk bisa terus memperbaiki analisis
ini sehingga bisa menjadi rujukan yang baik untuk membedah karya-karya penulis lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Sumardjo dan Saini, 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sutawijaya dan Rumini, 1996. Bimbingan Apresiasi Sastra Cerita Pendek dan Novel Jakarta:
Depdikbud

Nurgiyantoro dan Burhan, 2012. Teori Pengkajian Fiksi Yogyakarta: Gajah Mada University

Sobur, 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Ibnu Hamad, 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: Granit

Al-Helya, 2015, Strukturalisme-Semiotik (http://alhelya746.blogspot.com/2015/03/teori-


strukturalisme-semiotik-a.html)

22

Anda mungkin juga menyukai