Anda di halaman 1dari 75

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL MR.

JUSTICE RAFLESS KARYA E.W HORNUNG

Makalah ini dibuat untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kritik Sastra

Dosen Pengampu: Dr. Hj. Prima Gusti Yanti, M.Hum

Disusun oleh:

Mega Krisnawati 1601045106


Astri Pebrianti 1601045038

Kelas: 7D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita nikmat islam, iman dan ikhsan. Tidak lupa shalwat serta salam
kita curahkan kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW. Dalam makalah ini,
penulis ingin membahas tentang tinjauan analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik
novel Mr. Justice Rafless karya E.W Hornung. Penulis juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada Dr. Hj. Prima Gusti Yanti, M.Hum selaku dosen pengampu
mata kuliah Sastra Banding, Orang tua, serta rekan-rekan yang mana telah
memberikan bimbingan dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Makalah ini disusun sedemikian rupa dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Sastra Banding.

Penulis menyadari bahwa tidak sepenuhnya penyusunan makalah ini


tersususn dengan baik tanpa bantuan dan kerja sama dari semua pihak. Penulis
memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih terbilang kurang
baik, baik kesalahan yang disengaja maupun yang tidak disengaja karena
kesempurnaan bukanlah ada pada diri penulis melainkan hanya milik Allah SWT.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. ii


Daftar Isi ........................................................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
BAB II : KAJIAN TEORI ............................................................................ 3
A. Pengertian Novel ............................................................................. 3
B. Unsur Intrinsik Novel ...................................................................... 3
1) Tema ........................................................................................
2) Latar .........................................................................................
3) Alur ..........................................................................................
4) Sudut pandang .........................................................................
5) Gaya bahasa .............................................................................
6) Amanat ....................................................................................
7) Tokoh dan penokohan .............................................................
C. Unsur Ekstrinsik Novel ................................................................... 8
BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 23
1. Analisis unsur intrinsik ................................................................... 23
a) Tema ........................................................................................
b) Alur ..........................................................................................
c) Latar .........................................................................................
d) Gaya bahasa .............................................................................
e) Sudut pandang .........................................................................
f) Amanat ....................................................................................
2. Analisis unsur ekstrinsik .....................................................................
BAB V : PENUTUP ..................................................................................... 36
Simpulan ......................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 38

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya sastra merupakan suatu bentuk komunikasi yang disampaikan
dengan cara yang khas dengan memberi kebebasan pada pengarang untuk
menuangkan kreativitas imajinasinya. Hal tersebut menyebabkan karya sastra
menjadi lain, tidak lazim, namun juga bersifat kompleks sehingga memiliki
berbagai kemungkinan penafsiran, dan sekaligus menyebabkan pembaca
menjadi terbatabata untuk berkomunikasi dengannya (Nurgiyantoro, 2000:34–
35).
Salah satu jenis sastra yang menarik untuk dikaji yaitu novel. Novel
merupakan sebuah karya sastra prosa berupa rangkaian suatu cerita. Berbeda
dengan cerpen, novel mempunyai isi yang lebih Panjang, tokoh yang lebih
banyak, dan memiliki plot yang rumit. Novel tidak serta merta dibuat untuk
mendatangkan nilai ekonomis kepada pengarang, melainkan juga memberikan
nilai estetik dan edukasi bagi pembacanya. Maka dari itu, pengkajian terhadap
salah satu genre karya sastra tersebut dimaksudkan untuk mengungkapkan nilai
estetis melaui unsur unsur yang mengikatnya.
Pada umumnya karya sastra prosa baik cerpen, novel, naskah drama, dan
sebaginya memiliki dua unsur. Pertama, unsur intrinsik merupakan unsur yang
terdapat dalam cerita. Unsur tersebut memiliki fungsi sebagai pembangun
cerita dari dalam. Adapun unsur ekstrinsik yaitu unsur yang berada diluar
cerita, unsur ini bisanya adalah biografi pengarang, latar belakang, dan nilai-
nilai yang dapat diambil dalam suatu karya. Mengkaji unsur intrinsik dan
ekstrinsik sangat penting untuk mengetahui bagaimana suatu karya dapat
terbentuk oleh pengarang.
Novel karangan E.W Hornung ini memuat kisah mengenai pertemanan
antara pemain kriket yang bersma-sama membuat misi pencurian kepada
seorang rentenir. Siapa sangka dikala siang hari Raffles bermain kriket, namun
di malam hari ia menjadi pencuri di negaranya Inggris. Pencurian tidak
dimaksudkan untuk memperkaya diri sendiri, ia memiliki maksud dan tujuan

4
tertentu yaitu membebaskan korban dari kejahatan rentenir. Novel ini
mendunia dan menarik bagi pembacanya sehingga penulis merasa tertarik
untuk mengkaji novel ini dengan menggunakan analisis struktural.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Mr. Justice Rafless
karya E.W Hornung
2. Bagaimana unsur ekstrinsik yang terdapat dalam novel Mr. Justice Rafless
karya E.W Hornung

C. Tujuan Penulisan
Setiap karya tulis ilmiah memiliki tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan
permasalahan yang ada, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Mengetahui unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Mr. Justice
Rafless karya E.W Hornung
b. Mengetahui unsur ekstrinsik yang terdapat dalam novel Mr. Justice
Rafless karya E.W Hornung

5
BAB II
KAJIAN TEORI

1. Novel
A. Pengertian novel
Menurut Tarigan (dalam Yuliana, 2017: 22) novel atau sering disebut sebagai
roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang
melukiskan para tokoh, gerak serta adegan nyata yang representatif dalam suatu
alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Novel memunyai ciri
bergantung pada tokoh, menyajikan lebih dari satu impresi, menyajikan lebih dari
satu efek, menyajikan lebih dari satu emosi. Sedangkan Nurgiyantoro
mengemukakan bahwa novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh unsur-
unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel juga diartikan
sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak
dan sifat pelaku.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar mengenai pengertian novel di atas,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa novel adalah karya tulis yang berupa cerita
fiksi, cerita fiksi tersebut mengisahkan suatu keadaan umumnya kehidupan manusia
yang disajikan dengan gaya yang reprrsentatif. Unsur yang membangun cerita
dalam novel tersebut baik dari dalam (unsur intrinsik) atau baik dari luar (unsur
ekstrinsik). Berbeda dengan cerpen, cerita yang berupa karya sastra prosa ini lebih
panjang terdiri dari beberapa ratus halaman kurang lebih 50-200 an.
B. Unsur Intrinsik Novel

(Yuliana, 2017: 22) novel sebagai karya fiksi dibangun oleh sebuah unsur yang
disebut unsur intrinsik. Unsur pembangun sebuah novel tersebut meliputi tema,
alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Unsur
intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung ikut serta dalam
membangun cerita. Hal ini didukung oleh pendapat Nurgiyantoro yaitu, unsur
intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra,
unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.

6
Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta
membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat
sebuah novel berwujud. Atau, sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca,
unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel.
Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita,
plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa,
dan lain-lain. Berikut ini penjelasan mengenai unsur-unsur intrinsik suatu karya
fiksi meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa,
dan amanat.

1) Tema

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra
dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang
menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko &
Rahmanto, 1986:142) dalam Nurgiyantoro (2010: 68). Tema dipandang sebagai
dasar cerita atau gagasan umum dalam sebuah karya fiksi. Tema dalam sebuah
karya fiksi sebelumnya telah ditentukan oleh pengarang untuk mengembangkan
ceritanya.

2) Alur
Alur atau plot adalah jalinan peristiwa atau kejadian dalam suatu karya
sastra untuk mencapai efek tertentu. Alur merupakan urutan peristiwa atau
kejadian dalam suatu cerita yang dihubungkan secara sebab-akibat. Alur juga
dapat diartikan sebagai peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita yang memiliki
penekanan pada hubungan kausalitas. Alur juga disebut sebagai urutan-urutan
kejadian dalam sebuah cerita. Hal ini sesuai dengan pendapat Stanton (1965)
dalam Nurgiyantoro (2010 : 113) yaitu, plot adalah cerita yang berisi urutan
kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat,
peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang
lain.
3) Latar
Latar disebut juga setting. Latar adalah segala keterangan, pengacuan, atau
petunjuk yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan situasi terjadinya peristiwa

7
dalam suatu cerita. Latar berfungsi sebagai pemberi kesan realistis kepada
pembaca. Selain itu, latar digunakan untuk menciptakan suasana tertentu yang
seolah-olah sungguh ada dan terjadi. Hal ini didukung oleh pendapat Abrams
(1981: 175) dalam Nurgiyantoro (12010: 214), Latar atau setting yang disebut juga
sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Hudson (1963) membedakan latar sosial dan latar fisik/material. Latar sosial
mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan
sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain yang melatari peristiwa.
Adapun yang dimaksud dengan latar fisik adalah tempat di dalam wujud fisiknya,
yaitu, bangunan, daerah, dan sebagainya. Ada novel yang dinilai berhasil karena
penggarapan latar sosialnya yang cermat dan menarik, yaitu kehidupan dan adat
kebiasaan suatu tempat atau suatu kelompok masyarakat (Sudjiman, 1991: 45).
Pelataran merupakan proses penggarapan latar dalam cerita.
Pelataran dalam sebuah cerita mencakup keseluruhan latar kisah yang
ditentukan oleh si pengarang. Makin spesifik dan terinci penggambaran latar cerita,
makin hidup latar itu. Penggambaran latar yang terinci mencegah timbulnya tautan
yang stereotip, yaitu mencegah pembaca terlalu mudah dan terlalu cepat menautkan
latar tertentu dengan konotasi tertentu. Di dalam cerita rekaan, boleh jadi tempat
merupakan faktor yang paling penting. Di dalam cerita itu dijajagi pengaruh suatu
latar geografis dalam arti fisik maupun spiritual terhadap tokoh; misalnya,
pengaruh daerah kelahiran atau tempat seseorang dibesarkan (Sudjiman, 1991: 46-
47).
4) Sudut Pandang

Abrams mengungkapkan sudut pandang merupakan cara dan atau


pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan
tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam
sebuah karya fiksi kepada pembaca. Sudut pandang cerita itu sendiri secara
garis besar dapat dibedakan ke dalam dua macam yaitu persona pertama ―aku,
dan persona ketiga ―dia (Nurgiyantoro, 1998: 248-249).

Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona ketiga,


gaya dia, narator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan

8
tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya; ia, dia, mereka.
Sudut pandang dia dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat
kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak
pengarang, narator, dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan tokoh dia, jadi bersifat mahatahu, di lain pihak ia terikat, mempunyai
keterbatasan pengertian terhadap tokoh dia yang diceritakan itu, jadi bersifat
terbatas, hanya selaku pengamat saja (Nurgiyantoro, 1998: 256-257).

Dalam pengisahan cerita yang menggunakan sudut pandang persona


pertama gaya aku, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita.
Sudut pandang persona pertama dapat dibedakan ke dalam dua golongan
berdasarkan peran dan kedudukan si ―aku dalam cerita. Si ―aku mungkin
menduduki peran utama, jadi tokoh utama protagonis, mungkin hanya
menduduki peran tambahan, jadi tokoh tambahan protagonis, atau berlaku
sebagai saksi (Nurgiyantoro, 1998: 262-263). Nurgiyantoro (1998: 266)
melanjutkan, penggunaan sudut pandang yang bersifat campuran dalam sebuah
novel, mungkin berupa penggunaan sudut pandang persona ketiga dengan
teknik dia mahatahu dan dia sebagai pengamat, persona pertama dengan teknik
aku sebagai tokoh utama dan aku tambahan atau sebagai saksi, bahkan dapat
berupa campuran antara persona pertama dan ketiga, antara aku dan dia
sekaligus.

5) Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah alat atau sarana utama pengarang untuk melukiskan,
menggambarkan, dan menghidupkan cerita secara estetika. Gaya bahasa juga
dapat diartikan sebagai cara pengarang mengungkapkan ceritanya melalui
bahasa yang digunakan dalam cerita untuk memunculkan nilai keindahan.
Contohnya gaya bahasa personifikasi yang digunakan untuk mendeskripsikan
benda-benda mati dengan cara memberikan sifat-sifat seperti manusia atau
mengubah benda mati menjadi benda yang seolah-olah hidup.

6) Amanat

9
Amanat adalah pesan moral yang disampaikan seorang pengarang
melalui cerita. Amanat juga disebut sebagai pesan yang mendasari cerita
yang ingin disampaikan pengarang kepada para pembaca.

7) Tokoh

Dalam pengkajian unsur-unsur fiksi sering ditemukan istilah


“tokoh” dan “penokohan”, “watak”/”karakter”, dan “penokohan.”.
perbedaan istilah-istilah tersebut perlu dipahami. Menurut Abrams (dalam
Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita adalah orang (-orang) yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca
ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Menurut (Aminuddin, 2013: 79) peristiwa dalam karya sastra fiksi


seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu diemban oleh
tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mengemban peristiwa
dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita
disebut dengan tokoh.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh


adalah orang atau pelaku yang ditampilkan dalam sebuah cerita atau karya
sastra yang memiliki peranan yang sangat penting. Karena tanpa adanya
tokoh dalam suatu cerita bisa dikatakan cerita tersebut tidak akan hidup dan
tidak akan menarik untuk dibaca.

Menurut Nurgiyantoro (2010: 176-178) tokoh-tokoh cerita dalam


sebuah fiksi dapat dibedakan berdasarkan beberapa hal meliputi:

Berdasarkan peranannya dalam suatu cerita, maka tokoh cerita


dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama
adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang
bersangkutan, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya sebagai
pelengkap saja.

Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, yaitu tokoh protagonis dan


tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang

10
salah satu jenisnya secara populer disebut hero. Tokoh protagonis
menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan pembaca, harapan-
harapan pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh penyebab
terjadinya konflik.

8) Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang
yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2010: 166). Cara
pengarang menampilkan tokoh atau pelaku disebut dengan penokohan.
Boulton melalui Aminuddin (2013: 79) mengungkapkan bahwa cara
pengarang menggambarkan atau memunculkan tokohnya itu dapat
berbagai macam. Mungkin pengarang menampilkan tokoh sebagai
pelaku yang hanya hidup di alam mimpi, pelaku yang memiliki semangat
perjuangan dalam mempertahankan hidup dan lain sebagainya.
Watak atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap dari para tokoh
seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas
pribadi seorang tokoh. Dalam upaya memahami watak pelaku, dapat
ditelusuri lewat :
a) Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya
b) Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran-gambaran
kehidupannya maupun cara berpakaian
c) Menunjukkan bagaimana perilakunya
d) Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri
e) Memahami bagaimana jalan pikirannya
f) Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya
g) Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain berbincang-bincang
dengannya
h) Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan reaksi
terhadapnya
i) Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya.

Tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra kebanyakan berupa manusia,


atau makhluk lain yang mempunyai sifat seperti manusia. Artinya, tokoh
cerita itu haruslah hidup secara wajar mempunyai unsur pikiran atau

11
perasaan yang dapat membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan
sehingga pembaca merasa seolah-olah berhadapan dengan manusia
sebenarnya. Dengan demikian, istilah “penokohan” lebih luas
pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus
mencap masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, dan
bagaimana penempatan dan pelukisan dalam sebuah cerita sehingga
sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro,
2010: 165-166).

C. Unsur Ekstrinsik Novel

Nurgiyantoro, (dalam Yuliana, 2017: 22) unsur ekstrinsik adalah unsur-


unsur yang membangun karya sastra dari luar. Meskipun unsur-unsur itu
berada di luar teks sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun
atau sistem organisme teks tersebut. Secara lebih khusus, ia dapat dikatakan
sebagai unsur-unsur yang memengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra,
tetapi itu tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Berbeda dengan
Nurgiyantoro, Mido (dalam Yuliana, 2017: 22) mengemukakan bahwa unsur
ekstrinsik itu merupakan latar belakang dan sumber informasi bagi karya
sastra yang tidak dapat diabaikan karena mempunyai nilai, arti, dan
pengaruhnya. Biarpun penting kehadirannya, tetapi unsur ekstrinsik itu tidak
menjadi dasar eksistensi kehadiran sebuah karya sastra. Unsur ekstrinsik
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bangunan karya sastra. Unsur
ekstrinsik memberi warna dan rasa khusus terhadap karya sastra yang pada
akhirnya dapat diinterpretasikan sebagai makna. Sehandi (dalam Yuliana,
2017: 22) unsur-unsur ekstrinsik yang mempengaruhi karya sastra dapat juga
dijadikan sebagai potret realitas objektif masyarakat dan lingkungannya pada
saat karya sastra tersebut diciptakan.

12
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Unsur Intrinsik Novel Mr. Justice Raffles Pencuri Legendaris dari Inggris
Karya E.W. Hornung

Tema

Tema yang diangkat dala Novel Mr. Justice Raffles Pencuri Legendaris dari
Inggris mengungkapkan tentang misteri kasus hutang keluarga Garland kepada Dan
Levy si Lintah Darat licik. Dalam novel ini, secara garis besar menceritakan Raffles
dalam menghadapi Dan Levy, seorang renternir tua yang licik dan suka memeras
orang kaya dan terlebih lagi pemuda kaya dalam lilitan utang, yang bernama Teddy
Garland. Dengan tipu daya dan taktik jitu, serta bantuan adik kelasnya, Bunny,
Raffles berhasil mengelabui Levy dan melepaskan Teddy dari jerat utang.

Tokoh dan Penokohan

Dari novel Mr. Justice Raffles Pencuri Legendaris dari Inggris, terdapat
banyak tokoh diantaranya adalah :

1. Raffles

Raffles merupakan tokoh utama novel Mr. Justice Raffles Pencuri Legendaris
dari Inggris. Hal ini dikarenakan novel tersebut menceritakan petualangan Raffles
dalam memecahkan kasus hutang Teddy Garland kepada Dan Levy. Dalam novel,
tokoh Raffles digambarkan sebagai detektif yang mempunyai karakter yang
berbeda jika dibandingkan dengan tokoh detektif lainnya. Biasanya tokoh detektif
digambarkan dengan karakter yang patuh dan taat hukum, namun dalam novel ini
E.W Hornung sebagai pengarang novel menggambarkan tokoh Raffles sebagai
tokoh detektif sekaligus pencuri. Karakternya tergambar jelas sesuai dalam judul
novel tersebut, ‘si pencuri legendaris. Selain itu, Raffles digambarkan sebagai
kalangan terpelajar Inggris yang melawan keserakahan dan kemewahan berlebih.

 Pemain Kriket

13
“Dia pemain kriket paling dikagumi yang pernah ada di sekolah,”
kataku.”Kapten tim kriket, orang tercepat pada umur lima belas dan juara
atletis pada tingkat akhir.” (halaman 108)
 Misterius
Raffles telah menghilang dari kota ini, bahkan aku tidak bisa menebak di
mana dia, hingga aku menerima pesan kawat darinya untuk bertemu pukul
07.31 di Stasiun Charing Cross besok malam. (halaman 3)
“Banyak sekali hal yang tidak kau ketahui tentang aku, Bunny,” kata
Raffles dengan letih. (halaman 5)
 Penyayang dan perhatian
“ Ada apa? Apa yang kau sembunyikan?” tanya Raffles. Kasih sayangnya
kepada pemuda itu terdengar nyaring pada salam pertamanya.” (halaman
21)
“Kawan juniorku yang baik, aku tidak peduli ini terbayang olehmu atau
tidak. Kau tidur di sini dan tidurlah sekarang juga. Aku bisa memperbaiki
semua masalahmu dan Barraclough akan membawakan peralatanmu
sebelum kau bangun.” (halaman 34)
“Tidurlah di tempatku. Aku jarang tidur di kamar benar, Bunny/” (halaman
34)
 Peduli (penolong)
Raffles menyimak cerita dengan seksama, dengan konsentrasi penuh yang
menandakan keseriusannya. Wajahnya tidka berubah lagi saat mendengar
apa pun. Dia menjadi penuh perhatian bagaikan juri di
bangkunya.(halaman 29)
“Anak itu terjerumus dalam lubang yang lebih besar daripada yang dia
kira. Kita harus mengeluarkannya sebelum pertandingan dimulai. Ini tugas
kita, Bunny!” (halaman 42)
 Penipu
“Tidak Bunny, sesekali membolos dari sekolah adalah rekor ternedahku
sebagai penipu, walaupun terpaksa aku akui memang itu pertanda buruk.”
(halaman 44)
 Jeli dan cerdas

14
Imajinasi dan pandangan Raffles ke depan jelas cenderung mendahului
perkataannya, bahkan ide-idenya akan mengkristal saat turunnya mengalir,
menjadi cukup gambling bagi pendengarnya. Kalimat yang dimulai dengan
gagasan samar pada akhirnya akan menjadi proyek yang jelas. Raffles
bagaikan membuat gambar yang menyatu pada focus lensa dengan
perincian yang banyak. (halaman 61)

Ketika Raffles bernegosiasi dengan Levy, Raffles sangat lihai dalam


bermain kata dan membuat si lawan bicara menjadi tunduk atau mengikuti alur
pikirannya, sekalipun yang menjadi lawan bicara adalah Levy si renternir licik dan
menakutkan. Berikut cuplikan dalam novel :

“Syaratku agak panjang, Mr. Levy.”


“Tidak Masalah. Katakan apa maumu.”
“Kembalikan hipotek Mr. Garland. Maafkan utangnya yang lain
sebagaimana kau ingin dimaafkan. Jika iya, surat itu akan sampai di
tanganmu, atau aku akan berada di tangan poisi, sebelum minggu depan!”
(halaman 175)

Penggambaran kecerdikan Raffles juga diperjelas oleh pengarang melalui


monolog tokoh Aku (Bunny). Di bawah ini adalah cuplikannya:

Sekedar bentuk dan cara barter yang ideal ini saja sudah membuat seluruh
serat tubuhku menegang. Apalagi semua itu diucapkan dengan sederhana
dan mantap, dengan suara yang membujuk dan menenangkan alih-alih
dengan sewenag-wenang atau memerintah. Kecerdikan Raffles dibalas
dengan ledakan emosi Levy yang tidak beralasan kuat. (halaman 175)
Saat Raffles menyadari bahwa dirinya dikuntit oleh dua pemuda suruhan
Dan Levy. Sikap cerdasnya tergambar saat dia menghindari atau melarikan diri
dengan lihainya dari penguntit Levy. Raffles melakukannya seperti telah
direncanakan sebelumnya, padahal Raffles melakukannya diluar dari
ekspektasinya. Hal itu membuktikan bahwa Raffles benar-benar cerdik dan juga jeli
setiap akan bertindak.
Tanpa sepengetahuan Bunny, Raffles telah mengetahui rencana Levy
menyuruh dua orang untuk menguntit Raffles dan menggagalkan usaha Raffles. Hal

15
itu membuktikan bahwa Raffles mempunyai sifat yang sangat jeli dan cerdik.
Rencana Levy secara tuntas diketahui oleh Raffles.
“Bunny kawanku yang baik, kau pikir di mana aku menghabiskan akhir
pecan ini? Kau piker akum au terlibat dengan orang licik seperti Shylock
tanpa mengawasi dia dan mengungkap rencananya yang
sesungguhnya?......” (halaman 244)
 Sopan
“Bukan begitu, Sir,” kata Raffles dengan lembut, “akulah yang tidak
berhak mengungkapkannya.” (halaman 92)
“Tidak dengan uangku,” jawab Raffles sambal tersenyum.” Masalahya
tidak seserius yang Teddy kira. Hanya perlu penyesuaian.” (halaman 92)
 Riang dan percaya diri
Dalam sekejap Raffles menjadi riang dan percaya diri yang menular.
Namun Mr. Garland tidak mampu pulih secepat itu. (halaman 95)
Raut wajah Raffles semakin menampakan kepercayaan diri yang selalu
menular kepadaku.” (halaman 96)
Ingin sekali aku memberi tahu Raffles tentang itu, mengingatkan dia agar
mewaspadai keliahaian Levy yang lebih cerdik dan licik. Namun, Raffles
bahkan tidak mau menatap mataku. Dia sudah tampak terlalu puas dengan
kemampuannya dan keunggulannya dalam tawar menawar ini. (halaman
181)
 Jiwa pemimpin
“Demi menyelamatkan nama baik Teddy, pertama-tama. Aku akan pergi
langsung ke Lord’s dengan kereta kudamu kalau diizinkan. Aku lumayan
mengenal Studley, dia akan mempertahankan Tedyy hingga detik terakhir.”
“Tapi bagaimana kau bisa menjelaskan ketidakhadiran Teddy?” Tanyaku.
“Aku akan menjelaskannya,” kata Raffles dengan muram.”Aku bisa
menyelamatkan nama baiknya untuk sementara, setidaknya di Lord’s.”
(halaman 97)
“Kau tidak harus ikut,Bunny,” kata Raffles kepadaku. Kalau diantara
kedua tugas ini ada yang bisa dilakukan seorang diri, itu tugasku.”
(halaman 99)

16
 Berani akan tantangan
“Lantas, maukah kau memberi tahu kami siapa dia?” tanya Raffles sambal
membalas tatapan mematikan itu dengan senyum penuh minat, tapi
menjawab dengan nada suara yang terdengar geli sehingga sama dengan
mencari mati dihadapan Daniel Levy.” (halaman 131)

Raffles selalu siap akan tantangan, sekalipun tantangan itu akan


membahayakan dirinya sendiri. Dalam dialog Raffles dengan Levy saat mereka
merundingkan sebuah kesepakatan mengenai keluarga Garland. Dialog Raffles
menggambarkan bahwa dia adalah sosok yang berani akan tantangan. Berikut
cuplikannya :

“Aku selalu siap mencoba sensasi baru, Mr. Levy, dan sudah bertahun-
tahun aku tertarik secara akademis kepada seni pencurian. Benar begitu,
Bunny?” (halaman 178)

 Setia kawan
Tentu saja aku bergegas pergi dari tempat yang membuat tertekan itu.
Tentu saja Raffles tetap bersama teman-temannya yang sedang bersedih,
senag Raffles tidak pergi. (halaman 141)
Dalam cuplikan di atas, menandakan bahwa Raffles adalah seorang
teman yang sangat setia. Susah maupun senang Raffles akan tetap bersama
teman-temannya.
 Bertanggung jawab
“Salahku,” kata Raffles dengan penuh penyesalan. “Kejadian itu aku yakin,
seutuhnya ideku, Bunny. Karen aitulah aku akan menantang peringatan
bajingan tau itu, dan menyelamatkan Mr. Garland seperti kita telah
menyelamatkan anaknya!” (halaman 147)

Cuplikan di atas merupakan ungkapan penyesalan dan pengakuan Raffles


pada Bunny bahwa masalah keluarga Garland merupakan kesalahannya dan dia
merasa harus bertanggung jawab atas perbuatanya tersebut.

 Religious

17
“Demi Daniel di sarang pendusta,” gumam Raffles sambal meyeka air dari
matanya.”

Ungkapan tersebut diucapkan Raffles pada saat mengelak tuduhan Daniel


Levy. Dan ucapannya tersebut merupakan bentuk sumpahnya yang dia kutip dalam
Kitab Daniel. Dikutip dalam https://www.abbalove.org/index.php , kitab Daniel
adalah salah satu kitab Alkitab yang memuat suatu laporan aktivitas-aktivitas dan
penglihatan Daniel, seorang Yahudi terhormat dalam pembuangan di Babel. Kitab
Daniel dipandang sebagai teks kanonik baik dalam keyakinan Yahudi maupun
Kristen. Hal ini menandakan bahwa Raffles adalah seorang yang religious.

“Hanya Tuhan yang tahu! Belum pasti. Stasiun dan pelabuhan selalu
diawasi setelah terjadi pembunuhan besar.” (halaman 393)

Ujaran Raffles adalah ujaran umat beragama pada umumnya. Dia percaya
bahwa Tuhan selalu menyertainya. Ujaran menyebut nama Tuhan, sering dia
ucapkan dalam percakapannya dengan Bunny.

 Keras kepala
Sifat keras kepala Raffles terlihat saat tokoh Bunny berbeda pendapat saat
dia meragukan kesepakatan yang dilakukan antara Raffles dan Levy. Bunny tidak
suka cara Raffles melakukan kesepakatan dengan orang jahat seperti Dan Levy.
Namun segala perkataannya ditepis langsung oleh Raffles. Berikut cuplikan dalam
novel:
Percuma berdebat dengan Raffles saat suasana hatinya seperti ini. Aku
tetap mendebat, tapi dia tidak mengindahkan perkataanku. (halaman 182)
 Focus
Inilah Raffles yang sedang melakukan kejahatan terbarunya. Dia tidak
mendengarkan dan pasti tidak melihatku. Dia tidak pernah mendongak dari
pekerjaanya. Kadang-kadang wajahnya ditundukkan dan aku bisa melihat
konsentrasi penuh di sana. (halaman 227)

2. Dan Levy

18
Dan levy adalah seorang renternir tua yang sangat berpengaruh di Eropa. Dia
adalah seorang Yahudi.

Penggambaran tokoh Dan Levy juga dipaparkan secara analisis oleh pengarang.
Seperti pada cuplikan novel di bawah ini:

Levy sedari tadi berbaring dengan wajah kuning pucat yang mengerut dan mata
merah yang ditutup. Sekarang matanya dibuka dengan berapi-api, dan bibirnya
yang kering mengumpat dengan sepenuh hati kepada hakim di atas lemari loker.
(halaman 299)

“Aku tidak sengaja menggunakan istilah perdagangan,” orang Yahudi itu


menjelaskan,” (halaman 124).

Penggambaran watak tokoh Levy dilakukan secara dramatis oleh pengarang


melalui dialog tokoh Bunny.

“Seorang bajingan tua lain, Maharaja Hathipur, dan utangnya yang sangat
tersohor. Rupanya sudah bertahun-tahun dia dalam cengekraman Mr.
Shylock, tapi laih-alih mengambil satu pond aging Maharaja, Mr. Shylock
selalu memperbesar jumlah utangnya. Tentu saja itu tugas utama renternir,
tapi sekarang kata orang angkanya sudah sampai enam digit. Tidak ada
orag yang bersimpati kepada kafir tua, konon dia berteman dengan Nana
Sahib sebelum pemberontakan yang menewaskan banyak tentara dan orang
Inggris, dan dia hanya selamat karena berpaling dari kaumnya tepat pada
waktunya; bagaimanapun, berbicara moral sama dengan maling teriak
maling. Namun aku yakin orang-orang sudah berkongsi untuk
meminjamkan utang kepada si kulit hitam itu dan memberikan bunga yang
masuk akal, tapi si kulit putih selalu bisa menghalau sindikat itu. Mereka
hampir berhasil menyelesaikannya, ketika Levy tua memperdaya si hitam
ke dalam pemborosan baru ala Oriental. Singkatnya begitulah kasus
mereka berdua! Para pemeras itu menyuruh si Yahudi untuk pergi ke
Carlsbad tahun ini sebelum kasus disidangkan, dan tagihannya yang sangat
besar akan mencekik klien-kliennya lamanya begitu dia kembali.”
(halaman 48-49)

19
Pada paragraf tersebut, digambarkan bahwa tokoh Levy mempunyai
sifat kikir, penipu, kejam, pemeras juga.
 Bersosok menakutkan
Wajah besar Levy yang menyapa kami dengan keramahan yang lihai dan
agak mengejek , bahkan memberiku kesan yang lebih kuat lagi. Bagian-
bagian wajahnya yang besar dengan garis wajahnya yang berkeriput lebih
menyerupai petinju bayaran yang garang daripada renternir biasa yang
licik, terutama hidungnya tampak dominan dan mengancam. (halaman 66)
Aku melihat Levy membuka tutup kepalan kedua tangannya besar, dan
rahangnya yang seperti serigala bergerak-gerak dengan menonjol saat dia
menggertakkan giginya. Dan aku sedang mengagumi kemampuan monster
itu mengendalikan dirinya saat mendadak dia menukik ke atas meja di
sampingku,… “ (halaman 262)
 Laki-laki yang bertubuh gemuk
Pengarang menggambarkan fisik dan sifat Dan Levy secara tekstual dalam
dialog Raffles “dan mendengar si laki-laki jelek gemuk itu memaki istrinya karena
menjatuhkan kalung.” (halaman 7).
 Suka memaki/menghina
Dan mendengar si laki-laki jelek gemuk itu memaki istrinya karena
menjatuhkan kalung. (halaman 7).
“Baiklah, jika begitu uang sama dengan apa saja. Jika kau tidak punya dan
tidak bisa mengemis atau mencarinya, kau harus membelinya dengan harga
tertentu. Aku menjual uangku, itu saja. Dan aku berhak menjualnya dengan
harga sesukaku jika aku bisa mendapatkannya. Silakan kalau kau
menganggap orang yang membayar hargaku itu bodoh, itu tergantung pada
seberapa dia memerlukan uang pada saat itu, dan itu urusan dia bukan
urusanmu.” (halaman 71)
Wajah besar Levy yang menyapa kami dengan keramahan yang lihai dan
aga mengejek, bahkan memberiku kesan yang lebih kuat lagi.” (halaman 65)
“Kalian pencoleng, penipu, penjahat, kalian berdua.” (halaman 159)
 Keji dan temperamental

20
Lalu, si bajingan tua menyambar perempuan itu dan mengguncangnya
seperti tikus, sampai aku menodongnya lagi, dan bersumpah dalam Bahasa
Jerman bahwa kalau dia menampakan diri di balkon dalam dua menit ke
depan, dia akan menajdi ein toter Englander! Itu termasuk ungkapan yang
tercetus di luar kepala, artinya ‘mayat orang Inggris.’(halaman 54)
“Dan Levy orang yang kasar dan sulit dikalahkan,” kataku akhirnya
dengan tidak gembira. (halaman 56)
“Itu saja yang mau kau katakan ?” dia menggelegar. Jika iya dasar setan
kecil, keluar!” (halaman 69)
“Seret bocah itu,” seru Levy. “Dan lempar dia ke jalan. Panggil Moses
agar membantumu.” (halaman 74)
“Kerah tengkukknya disambar, lalu dia ditendang dan diguncang agar
keluar dari kamarnya, bahkan kerahnya lepas sehingga terlempar
menyusul dia. “ (halaman 74)
“Keparat kau!” desis si pemilik sambal melempar benda itu ke meja dengan
bunyi yang menyeramkan.”
“Silakan, dasar bajingan! Tapi kita akan berurusan lagi, saudara-saudara
penjahat yang hebat!” (halaman 75)

Sikap temperamental dari Levy juga tergambar jelas secara dramatis, ketika
Raffles berhasil membuat Levy dengan paksa menyepakati persyaratan yang
diajukan Raffles. Seperti dalam cuplikan di bawah ini:

Dalam amarahnya yang mendadak, orang liar itu telah melempar gelas
kosongnya ke perapian, disusul berondongan kata makian yang jarang
kudengar dari manusia. (halaman 176)
“Berhenti!” Levy berteriak membusa dengan amarah yang kuat.”(halaman
301)

Penokohan Levy yang keji digambarkan secara jelas oleh pengarang ketika
pada bagian Levy menyerang Bunny di rumah kosong.

Si bajingan pertama-tama menggigit tanganku, sehingga aku mempunyai


bekasnya hingga hari ini. Setelah itu, dengan kedua tangannya sendiri, dia
mencekal leherku, dan aku kira saat-saat terakhirku sudah datang. Dia

21
meremas leherku keras sekali sehingga aku piker batang tenggorokanku
akan meledak, aku pikir mataku akan terlepas dari rongganya.
Cengkeramnnya sekuat gorilla, dan diiringi oleh banjir makian dan
seringai titidan setan. (halaman 342)
 Licik
Wajahnya yang licik dan berkerut-kerut itu mudah dibaca. Saat wajah itu
mendadak bersinar dengan kelam, aku merasa kami berhadapan dengan
kejahatan yang lebih buruk daripada sekadar segera diadukan. (halaman
131)
Namun, aku melihat dia menahan senyum licik pada matanya yang sulit
ditebak, dan aku tidak terkejut saat orang itu berbalik seperti taktik
tembakan panah kekaisaran Parthia.(halaman 137)
Sifat liciknya digambarkan secara dramatis melalui sudut pandang Bunny.
Pada saat Levy berpura-pura mabuk dan melemparkan botol minuman ke muka
Raffles. Levy tidak mengakui kemenangan Raffles sehingga dia berlaku curang.
Aku sedang heran bagaimana seseorang bisa mabuk dengan sangat tiba-
tiba, saat alcohol murni yang mewah itu dilempar dengan bidikan yang
paling sadar, beserta gelasnya, dengan telak ke wajah Raffles, lalu surat
disambar dari genggaman Raffles dan dilempar ke api. (halaman 263)

3. Teddy Garland
Pemain kriket dari Eton and Trinity Colleg yang juga merupakan
teman Raffles. Dijelaskan dalam cuplikan novel pada halaman 13 “Teddy
yang dimaksud adalah Edward M. Garland dari Eton and Trinity Colleg,
penjaga gawang untuk tim Cambridge. Teddy salah seorang dari sekian
pemain kriket yang banyak dibantu Raffles. Mereka berteman di suatu
rumah pedesaan….”.
Ciri-ciri dari Teddy Garland digambarkan secara eksplisit dalam
novel, “….. dengan pipinya yang sehat berwarna merah muda dan merah
tua, serta matanya yang coklat keemasan laksana ratna cempaka bening.
Merah muda wajahnya memudar di depan mata kami, merah tuanya berubah
menajdi kuning pucat.” (halaman 21).

22
 Pemain kriket
Teddy yang dimaksud adalah Edward M. Garland dari Eton and Trinity
Colleg, penjaga gawang untuk tim Cambridge. Teddy salah seorang dari
sekian pemain kriket yang banyak dibantu Raffles. (halaman 13)
 Suka hura-hura
Namun dengan licik aku curiga bahwa benih hura-hura telah ditebar
dengan bebas, … (halaman 13).
 Sembrono dan lancang
“Pandangan mata yang menunjukan temannya berniat melakukan tindak
criminal: selembar kertas surat dipenuhi percoobaan tanda tangan.”
(halaman 22)
 Putus asa
“Aku akan hancur sebelum pertandingan dimulai. Pasti!” Pemuda malang
itu bersikeras dan berbalik kepadaku karena Raffles menggeleng.”Dan
ayahku pasti kecewa, dan.. dan..” (halaman 25)
“Pemuda pirang ini sangat sensitive, tapi juga sangat putus asa. Hal ini
terlihat dari dahi berkerut dan mulut gugup,……” (halaman 28)
“Aku memang tetap akan datang. Seandainya aku sudah menembak diriku
dulu.” (halaman 31)
 Manja
“Namun, memang dia bodoh, atau bodoh dan criminal seperti
perkataannya. Ini cerita lama, tentang anak yang merepotkan ayah yang
memanjakannya.” (halaman 27)
 Boros
Ada juga pemborosan yang lebih gegabah, yang tentu saja kurang diketahui
Raffles karena anak nakal kita ini lebih cepat mengakui dirinya seperti itu
daripada sebagai orang bodoh. (halaman 27)
 Penyayang
“Malah Teddy berteriak senang berdiri memandangi ayahnya dan
menghujani laki-laki tua itu dengan pertanyaan seolah-olah mereka berdua
saja di lorong ini. Mengapa ada kabar demikian di koran? Siapa yang
memasangnya? Apakah benar isinya?” (halaman 132)

23
“Kalau begitu, aku tidak mengerti,” seru si putra dengan terlalu
lugu.”Menurutku ini sangat tidak lucu. Aku akan mengahajar pelakunya.”
(halaman 133)
Kalimat yang diujarkan Teddy mempunyai makna bahwa Teddy
sangat khawatir akan kondisi ayahnya yang diberitakan sakit keras padahal
kenyataannya ayahnya dalam kondisi sehat. Pada cuplikan dialog Teddy
halaman 133, Teddy mengungkapkan kekesalannya terhadap berita palsu
terkait ayahnya, hal itu membuktikan bahwa Teddy benar-benar merasa
khawatir dan sangat menyayangi ayahnya.
 Berani
Terjadi pada saat dialog Teddy mengusir Levy dari rumahnya.
“Untuk mengusirmu keluar dari rumah in kalau kau tidak angkat kaki
sekarang juga!” (halaman 136)
“Demi segala Tuhanku, jangan mendesakku, Mr. Levy! Ini topimu, itu
pintunya! Dan jangan pernah kau berani melangkahkan kakimu di rumah
ini lagi.” (halaman 137)
“Bukan rumahku, aku tahu, tapi aku anak pemilik rumah ini,” balas Teddy
dengan menantang, “keluar kau!” (halaman 137)

4. Bunny Manders
 Waspada
“Lagi pula, kataku saat menuruni tangga marmer, kau sudah banyak
bercerita tentang pemuda itu kepadaku. Aku ingat pernah mendengar kau
bilang utangnya banyak, misalnya.” (halaman 15)
 Peduli dan penyayang
“Lalu, kedua kualitas itu tetap ada pada si pemuda. Di mata Raffles dan
aku yang bahkan kemudian bertekad untuk menjaganya dari segala yang
telah hilang dari kami. Pikiran itu muncul dalam benakku secara cukup
alami.” (halaman 32)

Bunny adalah junior Raffles. Ia sangat menyayangi sahabatnya itu, ia adalah


satu-satuny orang yang merasa khawatir dan cemas setiap Raffles melancarkan
suatu misi, terlebih saat misi untuk menaklukan Levy. Bunny selalu menasihati

24
Raffles untuk tidak melakukan hal-hal yang buruk dan ekstrim sekalipun
perkataannya tidak pernah didengar oleh Raffles. Namun Bunny tetap mendukung
apa yang Raffles lakukan dan ikut berkecimplung setiap misi Raffles, hal ini
bertujuan agar dia dapat melindungi sahabatnya dari kelicikan Levy.

“Tugasku tidak apa-apa,” kataku dengan gagah berani.”Tugasmu yang


aku cemaskan.”(halaman 319)

Cuplikan di atas merupakan dialog Bunny kepada Raffles yang menyatakan


kekhawatirannya akan tugas Raffles, yakni mencairkan cek yang telah
ditandatangani Levy ke Bank yang lokasinya jauh di kota. Bunny tidak merasa
keberatan tugas yang Raffles berikan padanya, justru malah dia mengkhwatirkan
Raffles sahabatnya. Selain itu rasa peduli Bunny pada Raffles juga diperjelas secara
dramatis ketika Bunny membujuk Raffles untuk tidak melakukan hal yang rendah
seperti Levy lakukan, di bawah ini kutipan dialognya:

“Raffles,” kataku dengan suara rendah yang mungkin bergetar,”ini bukan


peran yang perlu kau mainkan sama sekali! Maksudku bukan tugsa kecil di
bank itu. Maksudku seluruh pemerasan ini. Kau tidak seperti ini, Raffles.
Ini merusak segalanya!” (halaman 320)
“Karena ini bukan permainanmu!” aku berteriak dengan segenap
kekuatanku untuk membujuknya.”Karena hal semacam inilah yang akan
dilakukan Dan Levy sendiri. Ini permainan Dia. Kau menyeret dirimu ke
kelas Levy-“ (halaman 321)
 Simpati
“Aku turut prihatin untuk keadaanmu,” Kataku dari lubuk hatiku.”Aku
maklum” (halaman 35)
 Berani
“Silakan saja dua lawan satu,” aku menarik napas dengan menantang,
“Aku tidak peduli.”(halaman 67)
“Kau menyangkal angka itu?” benakku (halaman 69)
 Patuh
Sikap yang tergambar pada Bunny saat Raffles menginstruksikan segala
rencanya untuk menolong sahabatnya, Teddy dari jeratan hutang Dan Levy.

25
Terbukti pada saat Bunny menjalankan tugas pertamanya pada saat Teddy
hilang, Bunny diminta untuk merahasiakannya dari Ms. Belsize, tunangan
Teddy.
 Setia kawan
“Yah, sekarang aku harus terlibat. Kalau Raffles ingin diselamatkan dari
akibat kesintingannya sendiri, Cuma aku yang bisa menolongnya. Inilah
kesempatanku untuk membuktikan arti diriku yang
sesungguhnya.”(halaman 217)
Meskipun Bunny tidak menyukai cara Raffles melakukan kesepakatan
dengan Levy, pada cuplikan di atas membuktikan bahwa dalam hati kecilnya Bunny
tidak tega meninggalkan kawanya berjuang sendirian melawan Levy. Hal ini
diungkapkannya pada saat dia menyusul Raffles.
“Aku Cuma takut kau akan mau langsung pulang dari Calais, Bunny!”
“Oh tidak, tidak akan.”
“Jadi, kau akan ikut denganku berkeliling dunia?”
“Sampai ke paling ujung-ujungnya, A.J.!” (halaman 397)
Kutipan diatas adalah dialog antara Raffles dan Bunny. Dalam dialog
pertama Raffles mengungkapkan ketakutannya jika Bunny akan meningga;kan dia
sendirian dalam pelariannya dari Mackenzie, dengan tegas Bunny mengatakan
bahwa dia akan mengikuti kemana pun Raffles pergi, sekalipun sampai ujung
dunia.”
 Jujur

Dalam karakter Bunny yang jujur dibuktikan saat dia selalu menjaga rahasia
dari rekan-rekannya, yakni Ms Belsize dan Raffles. Diceritakan bahwa Bunny tidak
pernah mau membocorkan rahasia yang diberikan atau dikatakan padanya.
Termasuk saat Raffles menanyakan tentang Ms. Belsize.

“Aku ingin memberi tahu Raffles bahwa Camilla mencintainya, karena kini
setidaknya aku tahu Camilla, demikian. Namun, aku sudah berjanji kepada
Camilla , apalagi itu janji yang harus kujaga demi kebaikan mereka berdua
dan demi janji itu sendiri.” (halaman 387)
 Religious

26
Sosok Bunny dalam novel ini adalah rekan sekaligus partner Raffles yang
selalu mengutamakan kejujuran dan perilaku yang baik. Dia tidak suka berbohong
dan selalu menentang perbuatan yang dianggapnya tidak baik. Dalam novel,
walaupun dia sangat mendukung apa yang Raffles rencanakan, dia tetap menegur
sahabatnya itu jika dinilai telah melakukan hal yang di luar norma. Seperti saat
Raffles melakukan pemerasan terhadap Levy di rumah kosong, dia menegur Raffles
dan mencoba membujuk Raffles untuk mengehentikan hal tersebut, selain itu pada
peristiwa malam buta di rumah Levy, dia tidak sengaja membuat Levy jatuh
pingsan. Dalam dialognya, dia merasa sangat khawatir dan cemas, bahkan berharap
jika Levy agar tetap hidup. Beberapa peristiwa tersebut, menunjukan bahwa Bunny
orang yang religious. Termasuk ungkapannya ketika dia mendengar bahwa
pembunuh Levy telah ditangkap. Dia secara langsung mendoakan pembunuh Levy
dengan menyebut nama Tuhan. Berikut kutipan dialognya:

“Semoga Tuhan mengampuni kedua penjahat malang itu!” kataku


lainnya.” (halaman 398)
5. Mr. Garland

Mr. Garland dulunya adalah seorang penjudi, akibat dari perjudian yang dia
lakukan ini lah yang membuat segala aset kekayaannya hangus dan membuatnya
dan anaknya yang bernama Teddy berurusan denga renternir tua yang licik Dan
Levy. Hal ini diungkapkan melalui dialog Raffles berikut cuplikannya:

“Afrika Selatan!” jawab Raffles dengan ringkas. “Emas dari Afrika Selatan
sedang berpindah tangan di sana, dan Garland tua yang malang mulai ikut
bertaruh. Itu yang menghabisinya. Sudah pasti pemain lama mencium bau
mangasa. Pembuat bir kita yang terhormat pun menjadi penjudi yang
gegabah, bertaruh pada apa saja dan akhirnya hangus untuk menutupi
kerugiannya. Kerugian ini cukup besar untuk menghancurkannya,
walaupun tidak terlalu besar. Ribuan pound diminta dalam waktu yang
terlalu singkat. Dia tidak sempat mengajukan hipotek resmi. Jadi, dia harus
memilih antara membayar, gagal, atau meminjam besar-besaran! Maka,
Garland tua meminjam sepuluh ribu dari Dan Levy… dan bertaruh lagi!”
(halaman 146)

27
Pada cuplikan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Mr. Garland
mempunyai karakter yang lugu karena dengan mudahnya Levy menjebak Mr.
Garland dengan kelicikan dan ketamakannya.

Kemudian diperjelas lagi pada dialog Raffles, berikut cuplikan dialog


Raffles:
“Dan kalah lagi, dan meminjam lagi, kali ini untuk sekuritas rumahnya.
Singkatnya, semua harta seharusnya merupakan miliknya sudah berbulan-
bulan dan bertahun-tahun ada di tangan Dan Levy.” (halaman 147)
Beberapa penyebutan karakter Mr. Garland digambarkan secara dramatis
oleh pengarang melalui monolog tokoh Bunny.
 Ramah
“Maksudmu dia tidak di sini?” jawab suara yang sangat ramah, dengan
nada yang sangat terkejut sehingga aku bersimpati kepada Mr.Garland
sebelum kami bertemu.
“Aku mengira akan bertemu tipikal orang kaya yang ceroboh, laki-laki
berpotongan militer dengan kulit kemerahan, suara keras dan pakaian yang
lebih baik. Aku malah berjabat tangan dengan lelaki lanjut usia yang
lembut, matanya yang bak hati berbinar dengan agagh berani di tengah
kerutan-kerutan yang letih dan sangat ramah dalam bercakap walaupun
sedikit pemalu. Aku langsung menyukainya.”
 Pengertian
“Ku pikir dia akan sangat kecewa jika tidak bertemu Teddy, terutama
karena hari ini mereka pasti seharian hanya bisa bertemu sebentar sekali.”
(halaman 87)
Dalam dialog tersebut, mengandung pesan bahwa tokoh Mr. Garland
mempunyai kepekaan dan pengertian terhadap perasaan tokoh Ms. Belsize
yang merupakan tunangan dari putranya, Teddy.
 Bijaksana
“Semoga Tuhan memberkahimu, Raffles!” gumam Mr. Garland dengan
suara tersekat.” Aku tida akan meminta perinciannya sedikit pun. Anakku
yang malang mendatangi orang yang tepat. Dia tahu lebih baik mencari

28
jalan lain daripada meminta bantuan Ayah dan anak sama saja!” (halaman
92)
6. Ms. Belsize
 Seorang wanita yang cantik
“…. dan aku mengagumi sosoknya yang kuat dan kepala cantiknya yang tenang
tapi berkeluh-keluh saat aku berusaha membujuknya agar tidak ingin pergi ke
Lord’s.” (halaman 106)
 Pemberani dan sentimental

“Matanya lembut tapi cemerlang, halus tapi sinis, tenang tapi gegabah, serta
sentimental tapi pemberani, dan lain-lain” (halaman 107)

 Menyelidik

“Aku bermaksud memberikan kesan bahwa kelegaanku tadi memang berarti


tidak ada apa-apa yang patut dicurigai dari Raffles. Tapi rupanya Camilla
tidak pernah bisa diperdaya dengan mudah. Sayangnya itu tampak di matanya
yang pemberani, sebelum dia membuka mulutnya yang tegas.” (halaman 110)

“Tapi, kau sepertinya mengira ada hal lain yang lebih buruk,” akhirnya dia
berkata.

Dia pun berterus terang kepadaku bahwa temanku Mr. Raffles memang agak
menarik perhatiannya daripada yang sudah di utarakannya. Alasannya adalah
Teddy sangat menyanjung Raffles, itu saja, karena itu jugalah dia menagjukan
pertanyaan-pertanyaan menyelidik dan komentar-komentar yang mengecam.

 Cemburu

“Sungguh aku pun sudah tahu buah ini, sudah terlalu sering mengecap
dagingnya yang pahit sehingga tidak mungkin aku salah menebaknya. Nama
lainyya adalah kecemburuan.”(halaman 112)

7. Meester Mackenzie

Meester Mackenzie adalah seorang detektif dari Scoteland yard yang


ditugaskan untuk memata-matai Raffles. Sebelumnya mereka pernah bertemu di
Milchester Abbey. Kali ini dai datang untuk megawasi Raffles dalam kasus Dan

29
Levy. Dalam novel, dia digambarkan seorang lelaki lebih dari paruh baya, bertubuh
sangat kurus. Kutipan novel :

“Detektif kurus itu memang orang pertama yang kami lihat di peron. Sekurus
tulang, bertulang sendi kaku dan berusia lebih dari paruh baya,….” (halaman
395)

Lattar

Novel Mr. Justice Raffles: Pencuri Legendaris dari Inggris sarat dengan
latar. Hal ini sesuai dengan tema yang diusung dan alur cerita yang telah dibahas
sebelumnya. Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, yakni teori
Hudson yang dikemukakan oleh Panuti Sudjiman, latar pada karya fiksi dibedakan
atas latar fisik dan latar sosial. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan
masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup,
bahasa, dan lain-lain yang melatari peristiwa. Adapun yang dimaksud dengan latar
fisik adalah tempat di dalam wujud fisiknya, yaitu, bangunan, daerah, dan
sebagainya.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita, berlatar di London, Inggris.


Beberapa destinasi yang ada di London disebutkan oleh tokoh dalam novel ini,
diantaranya adalah Stasiun Charing Cross, alun-alun Trafalgar, Hotel Savoy, Lord’s
Cricket Ground, Whitehall, Cambridge, Albany, Holborn dan beberapa destinasi
lain yang ada di London. Pada awal cerita ini mengulas tentang pertemuan pertama
kali anatara Raffles dan Dan Levy di Carlsbad, Austria.

Gambaran suasana latar fisik sebuah apartemen di kota Piccadilly, London


dideskripsikan oleh pencerita melalui apa saja yang Bunny lihat dari kaca jendela
tempatnya memandang ke luar, seperti yang terlihat dalam kutipan berikut ini:

“Malam ini cerah. Langit penuh bintang di atas halaman komplek


apartemen Albany baru sedikit berkurang biru indahnya dibandingkan saat
dengan Raffles dan aku masuk dua jam lalu. Lalu lintas pada malam musim
dingin yang membeku. Ini malam untuk minum anggur dan anggur
berbuih.” (halaman 37)

30
Dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa apartemen Albany tempat dia
tinggal, berlokasi di kota Piccadilly, digambarkan juga dalam kutipan tersebut
bahwa kejadian nya pada saat musim dingin. Selain itu, pengarang juga
mendeskripsikan lattar tempat lainnya, yakni rumah Mr. Garland. Seperti dalam
cuplikan di bawah ini:

“Namun, sudah lewat banyak dari jam sebelas saat kami melewati
Kensington ke sebuah rumah yang belum pernah aku lihat, rumah yang
selama ini tertutup oleh deret apartemen.”
“Rumah itu berdiri tepat selepas jalan raya Kensington Gore, lahannya
bertahan di tengah lingkungan metropolitan; membentang dari satu sisi
jalan ke sisi lain, dan semakin jauh ke belakang daripada yang bisa kami
lihat. Pekarangan yang hijau dan pohon yang menjulang, rumput yang
berkilauan dan pohon-pohon anggur yang seperti Kristal, membuat
seseorang lebih terkesan dengan kuat (senang) daripada jika melihat
sebuah rumah berbentuk mansion dengan jendela tinggi dan menara.
Namun, dua arus kereta kuda bekertak-kertuk tanpa henti dalam jarak
beberapa meter dari tangga teras tempat kami bertiga berdiri dengan
tercengang.” (halaman 89)

Dalam kutipan di atas menyatakan bahwa rumah Mr. Garland berada di


kompleks Kensingtone. Digambarkan bahwa Kensington merupakan kompleks
rumah area kelas atas. Dalam laman Wikipedia yang penulis jadikan sebagai
sumber rujukan juga menyatakan hal yang sama tentang Kensington. Kensington
terkenal dengan bangunan Victoria megah dan kedutaan besar.

 Kapal
“Raffles duduk diam selama beberapa menit di tempat duduknya. Saat
mencelupkan dayungnya, dia memelakan ceburannya sehingga bahkan
tidak terdengar olehku.” (halaman 276)

Waktu

Novel ini menceritakan pencuri legendaris dari inggris yang bernama


Raffles. Menurut analisis penulis, novel ini berlatar waktu pada masa abad ke-19.

31
Dijelaskan pada halaman awal novel ini terdapat kutipan “Mari berkenalan dengan
pemain kriket tampan dari Inggris abad ke-19, A.J. Raffles.” (halaman v). Beberapa
hal lain juga mendukung novel ini berlatar waktu abad 19, salah satunya adalah
teknologi komunikasi yang digunakan oleh tokoh dalam novel ini yakni pesan
kawat. Dikutip dalam laman Wikipedia, pesan kawat merupakan pesan yang
dikirmkan oleh alat yang dinamakan telegraf. Telegraf dipatenkan di Inggris pada
tahun 1837 (abad 19). Yang kedua adalah adanya penampilan penyair dari Surrey,
Albert Craig, membacakan bait puisi sebelum para pemain kriket memasuki
lapangan. Fenomena ini hanya disaksikan pada kurun waktu abad 19 saja. Berikut
kutipannya :

“Sementara orang-orang menantikan para pemain memasuki lapangan,


terdengar logat Yorkshire sang Penyair dari Surrey, Albert Craig,
membacakan puisi terbarunya … “ (halaman 187).

Menurut sumber yang penulis rujuk, Albert Craig (2 September 1849-8 Juli
1909) umumnya dikenal sebagai The Surrey Poet, meskipun ia tidak pernah
menggunakan istilah itu sendiri, sebaliknya menandatangani karya-karyanya
sebagai “AC Cricket Rhymester”. Ia akan menghadiri pertandingan kriket dan
sepak bola untuk menulis sajak dan esai singkat yang menggambarkan para pemain
dan acara, kemudian mencetaknya di media masaa dan dijual kepada orang banyak.
Selanjutnya adalah penyebutan mata uang farthing. Dalam sejarah perkembangan
mata uang Inggris, farthing merupakan salah satu koin kuno Inggris yang bernilai
1/960 pound sterling. Farthing dicetak mulai pada tahun 1860 (abad 19).

 Semua rangkaian peristiwa terjadi dalam dua puluh empat jam.


“Ketegangan semakin terasa karena aku terjaga semalam suntuk, dan aku
hampir tidak sadar bahwa semua itu terjadi dalam dua puluh empat jam.”
(halaman 141)
 Hujan
Dengan diiringi hujan yang masih tiada henti mengguyur rumah-rumah
kaca, aku mengetahui bahwa dia perempuan yang baru menjadi janda
miskin dan terpaksa tinggal di rumah semisambung di dekat
sungai.”(halaman 112)

32
 Malam hari (12.10 malam)
“Pelarian terakhir kami pada malam yang penuh olahraga itu berakhir saat
kami secara bersamaan melompat masuk ke gerbong yang berbeda,
sementara peron seolah-olah meluncur menjauh dari kereta jam 12.10
malam.” (halaman 246)

Suasana

 Panik
Saat Teddy tertangkap basah memasuki ruangan Raffles.
Dengan wajar Garland terlompat dari meja tempatnya sedang menulis
saat dia ditepuk dan dipanggul dari belakangnya. Namun, itu saja.
Gerakannya yang wajar. Dia tidak maju untuk menjabat tangan Raffles,
tidak ada senyum penyambut pada wajah segar pemuda itu yang baisanya
membuatku teringat Phoebus dalam lukisan karya Guido…………….
Merah muda wajahnya memudar di depan mata kami, merah tuanya
berubah menjadi kuning pucat. Teddy Garland berdiri seperti menempel ke
meja di belakangnya, mencengkeram tepi meja sekuat tenaga. (halaman 21)
Situasi panik juga tergambar pada tokoh Aku (Bunny) pada saat Bunny
berpura-pura menjadi klien Levy.
“Namun aku menahan kakiku, walaupun aku merasakannya hampir
gemetaran. Dengan memasukan tangan ke saku dada, aku mulai mengambil
isi amplop pemberian Raffles sambal berbicara dengan nada suara yang
semalam telah dilatih dengan cukup baik di Albany.” (halaman 66)

Saat Bunny merasa bahwa Levy telah mati ditangannya.

“Aku kewalahan sekarang, lututku menyatu, gigiku bergeretak ketakutan.


Aku juga tidak sanggup lagi melihat tubuh besar yang tergeletak tiarap,
atau kepala lunglai yang menghadap ke samping di lantai kayu parket.”
(halaman 268)

33
Pada saat Levy dan Raffles saling berduel meyudutkan satu sama lain
tentang peristiwa di Carlsband yang telah lampau. Seperti dalam cuplikan novel di
bawah ini :

“Levy sendiri telah mengubah nada suaranya pada kata-kata terakhir.


Orang bermata paling jeli dan bertelinga paling tajam di Eropa pun
mungkin hanya mengira mereka sedang bergurau. Aku sendiri bisa
menangkap bayang-bayang yang lebih halus, permainan lirik dan geriap
dua arah, ombak perseteruan tersembunyi yang samar. Jadi, sekarang aku
melihat Levy sedang berdebat dengan diri sendiri tentang apakah sebaiknya
dia menerima tantangan lancang ini dan mengadukan Raffles sekarang
juga. Aku melihat dia ragu-ragu, melihat dia berpikir. Wajahnya yang licik
dan berkerut-kerut itu mudah dibaca. Saat wajah itu mendadak bersinar
dengan kelam, aku merasa kami berhadapan dengan kejahatan yang lebih
buruk daripada sekadar segera diadukan.” (halaman 131)
Perjuangan Bunny menyusul Raffles tanpa terlihat oleh penguntit Levy.
“Sebentar kemudian, tinggal terdengar detak jantungku sendiri saat aku
menaiki sisa anak tangga dengan sol sepatu karet.” (halaman 220)

Situasi menegangkan terjadi pada Bunny lagi ketika dia diberi tugas untuk
mengawasi Levy yang tergeletak di ruangan kosong sebuah menara (rumah kosong)
selama Raffles pergi ke bank untuk mencairkan cek. Di bawah ini cuplikan yang
menggambarkan suasana tersebut:

“… karena keheningan menara ini segera membuatku merinding.


Keheningannya tidak mutlak, dan itu (selalu) merupakan kemugkinan terburuk.
Tangga kayu berderi lebih dari satu kali. Ada bunyi gerisik kecil, samar dan jauh,
seperti bunyi dari daun kering atau jendela yang longgar, di bagian tengah
rumah.”

“Walaupun tidak ada apa-apa selepas bunyi-bunyi itu, aku kembali tegang
dan dahiku selalu mengerut.” (halaman 326-327)

 Kecewa

34
“Aku tidak tahu harus berpikir apa,” kata Raffles dengan sedih, “Tidak ada
yang berlangsung seperti perkiraanku. Kau harus ingat kita telah terang-
terangan berbuat jahat kepada Dan Levy, terlepas dari perbuatan kita yang
lainnya dan sudah pasti membuat musuh di samping jalan.”(halaamn 84)
“Belum pernah aku melihat suasana hati Raffles sepesimis ini. Aku tidak
merasa sesuram Raffles dalam kedua masalah yang ada, tapi aku
membatasi komentarku kepada masalah yang paling membebani
pikirannya.” (halaman 84)
 Bingung
Saat Raffles dan Bunny memikirkan keberadaan Teddy yang tiba-tiba
menghilang tanpa kabar. Tergambarr jelas bahwa tokoh Raffles dan Bunny
mencoba untuk menebak keberadaan Teddy saat itu.
“Kalau begitu bagaimana dengan rumah ayahnya?”
“Tinggal itu kesempatan kita,” kata Raffles. “Mereka tidak memasang
telepon, tapi karena kau sudah di sini, aku berpikiran untuk pergi ke sana
dan memeriksa apakah Teddy ada di sana. Kau tahu bagaimana keadaanya
semalam. Kau juga tahu, sesudah kita bangun, ingatan kita bisa membuat
kesan bahwa sesuatu lebih buruk daripada yang sesungguhnya. Semoga dia
langsung menemui ayahnya. Jika itu benar, dia pasti kembali ke sini untuk
mengambil peralatannya. Dan demi Jupiter, Bunny ada yang menaiki
tangga!”

Alur

Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, tetapi tiap kejadian
itu hanya dihubungkan secara sebab akibat. Peristiwa-peristiwa yang terjadi
menyebabkan konflik, pertikaian, klimaks, dan penyelesaian. Peristiwa, konflik,
dan klimaks merupakan tiga unsur yang amat esensial dalam pengembangan sebuah
plot cerita (Nurgiyantoro, 1994: 116).
Senada dengan pendapat Nurgiantoro, (Solihati, 2016: 117) alur dapat dibagai
menjadi enam tahap, tahap itu adalah 1) tahap perkenalan (eksposisi), 2) alur
memuncak, 3) tahap pertikaian (klimaks), 4) alur menurun, 5) tahap peleraian
(resolusi).

35
Pengaluran novel Mr. Justice Raffles ini menggunakan alur maju. Urutan
kejadian yang terjadi sangat urut, bermula dari pengenalan seorang A.J Raffles dan
narrator (Bunny), lalu misi pencurian seorang rentenir Daniel Levy, dan akhirnya
sampai ke tahap penyelesaian dimana Raffles pergi dan Levy sudah tertembak.
Pengarang menggunakan pengaluran maju namun agak terkesan membingungkan
tetapi, dari inti cerita yang dituliskan cukup menjelaskan setiap detail peristiwa
yang terjadi. Penggambaran permasalahan yang terjadi pada tokoh utama Raffles
diceritakan sangat jelas, seolah-olah kejadian itu memang ada dalam kehidupan
nyata.

1) Tahap perkenalan
Pada novel Mr. Justice Raffles kisah dimulai dengan kepulangan A. J.
Raffles dari Carlsbad semacam tempat pengobatan di Austria. Raffles yang
mulanya sehat dan atletis, kini tampak kurus dan lesu ketika Bunny
menemuinya di stasiun kereta. Dia mengatakan pada sahabatnya yang
sekaligus narator dalam buku ini yaitu Bunny Manders, apa saja yang
dilakukannya selama ia di Carlsbad termasuk menceritakan sebuah ‘misi
pencurian’ yang melibatkan seorang rentenir yang cukup ternama, Daniel
Levy, yang dijuluki Mr. Shylock itu. Dalam kutipan :
“Tapi aku melihatnya begitu aku mengambil kalung itu,” kata Raffles,
“dan mendengar si laki-laki jelek gemuk itu memaki istrinya karena
menjatuhkan kalung. Laki-laki itu juga bilang istrinya pasti melakukannya
dengan sengaja . tegurannya memang benar, Bunny. tidak perlu kau
menegurku untuk membuatku sadar betapa berengseknya aku. Aku sadar
ucapanmu benar dan aku terpanggi; untuk membenahi keadaan apapun
caranya. Aku pergi ke Carlsbad begitu pemiliknya yang tidak sah pergi
agar tidak berisiko.” (hlm: 7)

2) Tahap pemunculan konflik


Kemudian, alur bergerak pada awal pemunculan konflik. Pada kisah ini
awal konflik terjadi saat Raffles dan Bunny menemukan salah satu sahabat
Raffles yang juga murid kriketnya, Teddy Garland, sedang berusaha

36
memalsukan cek milik Raffles. Teddy yang sedang mengalami masalah
keuangan, tak bisa mengambil risiko pertandingan kriketnya besok
berantakan karena ancaman dari sang rentenir, yang tidak lain adalah Dan
Levy. Di luar dugaan Bunny, Raffles begitu mudah memaafkan bahkan
menawarkan bantuan untuk membantu Teddy melunasi hutangnya. Namun,
Raffles tidak membayar hutang Teddy dengan uangnya. Dengan
kecerdikannya, dia mengajak Bunny untuk bersandiwara mengecoh Dan
Levy, termasuk berniat mencuri. Dalam kutipan :
“….cukuplah ku katakan bahwa Garland muda tidak sedang menulis pesan.
Dia sedang menulisi pesan sebuah cek dengan cermat disalinnya ke buku
cek milik Raffles dari cek lama yang diambil dari buku bank bernama A.J
RAFFLES. Hingga inilah hasilnya pandangan mata yang menunjukkan
temannya berniat melakukan tindakan criminal: selembar kertas surat
dipenuhi percobaan tanda tangan. Namun, Raffles bisa berbalik dan
dengan perasaan iba yang tak terbatas menatap pemuda nelangsa yang
masih membelalak kepadanya” (hlm: 22)
“itulah jebakan psikologis untuk merampok pundi-pundi uang si kikir kalua
dia memang punya pundi-pundi. Itu bisa mengulur waktu untuk
penyelidikan kita” (hlm: 46)

3) Tahap pertikaian (klimaks)


Pada puncak konflik perjalanan Raffles dan Bunny menghadapi Mr.
Shylock dengan dendamnya, baik pada ayah-anak Garland, maupun
terutama pada Raffles yang telah mengecohnya, merupakan petualangan
seru yang disuguhkan dalam novel ini. Dalam kutipan :
“…sekarang aku datang dan memilihkan brankas untuk aku bobol demi
kesetraan dan keadilan, tidak untuk memperkaya si pencuri cerdik, tapi
untuk mengembalikan benda pemilik si peminjam uang yang jujur. Ini
semacam kejahatan murni, criminal murni seperti soda jahe murni dari
alcohol!” (hlm: 178)
“Pemula bisa melakukannya, Mr. Levy, kalua semua brankas mudah
dibobol seperti kantor pengacara di Gray Inn Square itu.” (hlm: 257)

37
“untuk sementara, Raffles buta sama sekali. Sama kataku, wajahnya
berlumuran darah dan wiski selagi si raja pengkhianat menertawakan hasil
perbuatannya yang keji. Namun, itu juga berlangsung sesaat. Dengan
cukup bodoh si bajingan itu berbalik memunggungi aku. Pertama, aku
meloncat dari kursi, lalu aku meloncat kepadanya seperti macan tutul.
Kujatuhkan dia dengan sepuluh jariku mencekal lehernya dan terdengar
derak lantai di kayu parket dengan tengkorak Levy menjadi benda mati di
tanganku sesudahnya.” (hlm: 263)

4) Klimaks menurun (antiklimaks)


Setelah itu menuju ke anti klimaks, pada tahap ini konflik mulai menurun,
pada novel ini antiklimaks ditandai dengan tertangkapnya rentenir jahat Dan
Levy oleh Raffles dan Bunny setelah berbagai macam perlawanan dan yang
dilakukan Levy kepada mereka. Ia disekap dan di borgol.
“Aku masih mengawasi penjahat malang ini, menghalau lalat darinya, dan
kadang-kadang mengipasi dia dengan bendera, mungkin atas dorongan
kemanusiaan daripada membuatnya tenang selama mungkin, saat Raffles
kembali untuk menerangi lakon bisu ini seperti sinar matahari yang tajam”
(hlm: 346)
5) Tahap peleraian (resolusi)
Penyelesaian kisah ini diceritakan bahwa Levy meninggal dilaporkan
tertembak mati di pagar depan kediamannya di Themes Valley. Sedangkan
Raffles dan Bunny pergi karena menjadi incaran beberapa orang terkait
kematian Levy. Mereka pergi ke stasiun dengan menyamar sampai akhirnya
ada kabar dari pesan kawat bahwa ternyata pembunuh dan Levy sudah
ditemukan. Hingga pada akhirnya Teddy Garland tahu perbuatan pencurian
yang selama ini dilakukan Raffles dan Bunny.
“ini jauh lebih baik dari pada menyamar tanpa jati diri” kata Raffles (hlm
: 395)
“semua tercantum dalam pesan kawat yang ditunjukannya kepadaku.”
Kata Raffles. “pesan bahwa pembunuh Dan Levy sudah menyerahkan diri
kepada polisi!” (hlm: 397)

38
“aku harap kau mau menceritakan kepada kami pertarungan antara Raffles
Dan Levy seperti apa, masudku seluruh peeprangan yang diperjuangkan
dan dimennagi oleh A.J untukku dan ayahku yang malang! Dunia pasti akan
melihat orang seperti apa dia sesungguhnya.” (hlm: 403)

Gaya Bahasa

1. Hiperbola
 “Bunyi itu berirama lambat dan teratur, seperti ada palu menempa besi di
kejauhan, atau semacam mesin yang hanya terdengar saat tidak ada bunyi
lain. “ (halaman 328)
 “Ada sesuatu tentang keseluruhan lelaki ini yang terpaksa kusaksikan,
sesuatu yang tangguh dan sangat waspada, sesuatu yang secara
mencurigakan menyerupai bibit api yang hendak melompat menyala.”
(halaman 340)
 “Maka, aku mendengarkan jam menara berdetak menghitung detik dengan
lebih jelas seperti palu di kejauhan, dan enam puluh detak aku hitung
menjadi semenit selama rentang waktu yang terasa seperti berjam-jam
padahal bisa saja kurang dari satu jam.” (halaman 339)
 “Aku Cuma tahu bahwa matahari, yang mulai menumpahkan sinarnya lewat
sebuah lubang palka dan keluar dari jendela lain,.. “ (halaman 339)
 “Suasana tempat ini segera menjadi tak tertahankan dalam panasnya yang
tidak sehat dan kelembapannya yang asam” (halaman 339)
 “Aku merasa darah dan dagingku bisa kapan saja menjadi seluruhnya
dikuasai oleh Levy, begitupula keunggulan yang ada di pihakku.” (halaman
340)
 “Namun, itu tida k mengurangi perasaan inferior yang halus dan mendalam,
yang semakin menggerogotiku hampir setiap menit pada pagi hari tak
berujung itu, dan membuatku mendambakan pelepasan berupa pertarungan
fisik secara adil sekalipun.” (halaman 340)
 “Ayo! Berat badanmu melawan usia mudaku, dan semoga setan mengambil
orang yang kalah!” (halaman 341)
 “Sampai ke paling ujung-ujungnya, A.J.!” (halaman 397)

39
 “Jauh di bawah sana aku mendengar, atau aku berpikir aku mendengar,
sebuah langkah kaki seringan bulu, lalu selangkah lagi beberapa saat
kemudian.” (halaman 341)
 Tentu saja, aku melompat ke arahnya seperti iblis dan dalam sekejap aku
menikmati keunggulan yang memalukan.” (halaman 341)
 “Dia meremas leherku keras sekali sehingga aku piker batang
tenggorokanku akan meledak, aku pikir mataku akan terlepas dari
rongganya. Cengkeramnnya sekuat gorilla, dan diiringi oleh banjir makian
dan seringai titisan setan.” (halaman 342)
 “Aku mengerut seperti alat music concertina, Bunyy, dan aku Cuma
berharap badanku akan bisa dilebarkan kembali.” (halaman 10)

Sudut Pandang

Sudut pandang dari novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama
pelaku sampingan. Tokoh Bunny dalam novel ini diposisikan sebagai narrator
cerita, dia menceritakan kisah detektifnya bersama A.J Raffles yang merupakan
tokoh utama dari novel ini. Bunny dalam novel selain sebagai narrator cerita juga
terlibat langsung dalam cerita yang dikisahkannya itu. Bersama Raffles, dia
berusaha untuk menaklukan Dan Levy sebagai tokoh antagonis dalam novel ini.
Berikut kutipan yang menunjukan Bunny sebagai narrator cerita dan sekaligus
tokoh yang terlibat langsung dalam cerita.

Raffles telah menghilang dari kota ini, bahkan aku tidak bisa menebak di mana
dia, hingga aku menerima pesan kawat darinya untuk bertemu pukul 07.31 di
Stasiun Charing Cross besok malam. Terjadinya pada Selasa sebelum
pertandingan antarperguruan tinggi, alias dua minggu penuh setelah dia
menghilang secara misterius. (halaman 3)

“Yah, sekarang aku harus terlibat. Kalau Raffles ingin diselamatkan dari
akibat kesintingannya sendiri, Cuma aku yang bisa menolongnya. Inilah
kesempatanku untuk membuktikan arti diriku yang sesungguhnya.”(halaman
217)

40
Amanat

Pencuri dan rentenir sama-sama salah. Sama-sama bukanlah profesi yang


pantas ditiru, apa pun alasannya. Setiap orang berpotensi untuk melakukan apa saja,
baik atau buruk. Tetapi, setiap diri punya pilihan-pilihan hidupnya sendiri. Ketika
seseorang memiliki sedikit saja niat baik di hatinya, maka itu merupakan sebuah
peluang yang potensial untuk mengarahkannya menjadi lebih baik. Juga sebaliknya.
Dan, meski terkadang sebuah kesenangan sekadar dianggap sesuatu yang sepele,
siapa yang akan menyangka jika suatu saat kesenangan itu bisa pula
menjerumuskan pelakunya pada sesuatu yang buruk jika dilakukan tidak pada
tempatnya. Jadi sifat baik ataupun buruk seseorang, intinya pada pengendalian diri
orang tersebut. Dan seperti kata Raffles, kalau setiap orang berpotensi untuk
melakukan kebaikan maupun kejahatan.

C. Unsur Ekstrinsik Novel


Nurgiyantoro, (dalam Yuliana, 2017: 22) unsur ekstrinsik adalah unsur-
unsur yang membangun karya sastra dari luar. Meskipun unsur-unsur itu
berada di luar teks sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun
atau sistem organisme teks tersebut. Secara lebih khusus, ia dapat dikatakan
sebagai unsur-unsur yang memengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra,
tetapi itu tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Berbeda dengan
Nurgiyantoro, Mido (dalam Yuliana, 2017: 22) mengemukakan bahwa unsur
ekstrinsik itu merupakan latar belakang dan sumber informasi bagi karya sastra
yang tidak dapat diabaikan karena mempunyai nilai, arti, dan pengaruhnya.
Biarpun penting kehadirannya, tetapi unsur ekstrinsik itu tidak menjadi dasar
eksistensi kehadiran sebuah karya sastra. Unsur ekstrinsik menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari bangunan karya sastra. Unsur ekstrinsik memberi warna
dan rasa khusus terhadap karya sastra yang pada akhirnya dapat
diinterpretasikan sebagai makna. Sehandi (dalam Yuliana, 2017: 22) unsur-
unsur ekstrinsik yang mempengaruhi karya sastra dapat juga dijadikan sebagai
potret realitas objektif masyarakat dan lingkungannya pada saat karya sastra
tersebut diciptakan.

41
42
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Unsur Intrinsik Novel Mr. Justice Raffles Pencuri Legendaris dari Inggris
Karya E.W. Hornung

Tema

Tema yang diangkat dala Novel Mr. Justice Raffles Pencuri Legendaris dari
Inggris mengungkapkan tentang misteri kasus hutang keluarga Garland kepada Dan
Levy si Lintah Darat licik. Dalam novel ini, secara garis besar menceritakan Raffles
dalam menghadapi Dan Levy, seorang renternir tua yang licik dan suka memeras
orang kaya dan terlebih lagi pemuda kaya dalam lilitan utang, yang bernama Teddy
Garland. Dengan tipu daya dan taktik jitu, serta bantuan adik kelasnya, Bunny,
Raffles berhasil mengelabui Levy dan melepaskan Teddy dari jerat utang.

Tokoh dan Penokohan

Dari novel Mr. Justice Raffles Pencuri Legendaris dari Inggris, terdapat
banyak tokoh diantaranya adalah :

8. Raffles

Raffles merupakan tokoh utama novel Mr. Justice Raffles Pencuri Legendaris
dari Inggris. Hal ini dikarenakan novel tersebut menceritakan petualangan Raffles
dalam memecahkan kasus hutang Teddy Garland kepada Dan Levy. Dalam novel,
tokoh Raffles digambarkan sebagai detektif yang mempunyai karakter yang
berbeda jika dibandingkan dengan tokoh detektif lainnya. Biasanya tokoh detektif
digambarkan dengan karakter yang patuh dan taat hukum, namun dalam novel ini
E.W Hornung sebagai pengarang novel menggambarkan tokoh Raffles sebagai
tokoh detektif sekaligus pencuri. Karakternya tergambar jelas sesuai dalam judul
novel tersebut, ‘si pencuri legendaris. Selain itu, Raffles digambarkan sebagai
kalangan terpelajar Inggris yang melawan keserakahan dan kemewahan berlebih.

43
 Pemain Kriket
“Dia pemain kriket paling dikagumi yang pernah ada di sekolah,”
kataku.”Kapten tim kriket, orang tercepat pada umur lima belas dan juara
atletis pada tingkat akhir.” (halaman 108)
 Misterius
Raffles telah menghilang dari kota ini, bahkan aku tidak bisa menebak di
mana dia, hingga aku menerima pesan kawat darinya untuk bertemu pukul
07.31 di Stasiun Charing Cross besok malam. (halaman 3)
“Banyak sekali hal yang tidak kau ketahui tentang aku, Bunny,” kata
Raffles dengan letih. (halaman 5)
 Penyayang dan perhatian
“ Ada apa? Apa yang kau sembunyikan?” tanya Raffles. Kasih sayangnya
kepada pemuda itu terdengar nyaring pada salam pertamanya.” (halaman
21)
“Kawan juniorku yang baik, aku tidak peduli ini terbayang olehmu atau
tidak. Kau tidur di sini dan tidurlah sekarang juga. Aku bisa memperbaiki
semua masalahmu dan Barraclough akan membawakan peralatanmu
sebelum kau bangun.” (halaman 34)
“Tidurlah di tempatku. Aku jarang tidur di kamar benar, Bunny/” (halaman
34)
 Peduli (penolong)
Raffles menyimak cerita dengan seksama, dengan konsentrasi penuh yang
menandakan keseriusannya. Wajahnya tidka berubah lagi saat mendengar
apa pun. Dia menjadi penuh perhatian bagaikan juri di
bangkunya.(halaman 29)
“Anak itu terjerumus dalam lubang yang lebih besar daripada yang dia
kira. Kita harus mengeluarkannya sebelum pertandingan dimulai. Ini tugas
kita, Bunny!” (halaman 42)
 Penipu
“Tidak Bunny, sesekali membolos dari sekolah adalah rekor ternedahku
sebagai penipu, walaupun terpaksa aku akui memang itu pertanda buruk.”
(halaman 44)

44
 Jeli dan cerdas
Imajinasi dan pandangan Raffles ke depan jelas cenderung mendahului
perkataannya, bahkan ide-idenya akan mengkristal saat turunnya mengalir,
menjadi cukup gambling bagi pendengarnya. Kalimat yang dimulai dengan
gagasan samar pada akhirnya akan menjadi proyek yang jelas. Raffles
bagaikan membuat gambar yang menyatu pada focus lensa dengan
perincian yang banyak. (halaman 61)

Ketika Raffles bernegosiasi dengan Levy, Raffles sangat lihai dalam


bermain kata dan membuat si lawan bicara menjadi tunduk atau mengikuti alur
pikirannya, sekalipun yang menjadi lawan bicara adalah Levy si renternir licik dan
menakutkan. Berikut cuplikan dalam novel :

“Syaratku agak panjang, Mr. Levy.”


“Tidak Masalah. Katakan apa maumu.”
“Kembalikan hipotek Mr. Garland. Maafkan utangnya yang lain
sebagaimana kau ingin dimaafkan. Jika iya, surat itu akan sampai di
tanganmu, atau aku akan berada di tangan poisi, sebelum minggu depan!”
(halaman 175)

Penggambaran kecerdikan Raffles juga diperjelas oleh pengarang melalui


monolog tokoh Aku (Bunny). Di bawah ini adalah cuplikannya:

Sekedar bentuk dan cara barter yang ideal ini saja sudah membuat seluruh
serat tubuhku menegang. Apalagi semua itu diucapkan dengan sederhana
dan mantap, dengan suara yang membujuk dan menenangkan alih-alih
dengan sewenag-wenang atau memerintah. Kecerdikan Raffles dibalas
dengan ledakan emosi Levy yang tidak beralasan kuat. (halaman 175)
Saat Raffles menyadari bahwa dirinya dikuntit oleh dua pemuda suruhan
Dan Levy. Sikap cerdasnya tergambar saat dia menghindari atau melarikan diri
dengan lihainya dari penguntit Levy. Raffles melakukannya seperti telah
direncanakan sebelumnya, padahal Raffles melakukannya diluar dari
ekspektasinya. Hal itu membuktikan bahwa Raffles benar-benar cerdik dan juga jeli
setiap akan bertindak.

45
Tanpa sepengetahuan Bunny, Raffles telah mengetahui rencana Levy
menyuruh dua orang untuk menguntit Raffles dan menggagalkan usaha Raffles. Hal
itu membuktikan bahwa Raffles mempunyai sifat yang sangat jeli dan cerdik.
Rencana Levy secara tuntas diketahui oleh Raffles.
“Bunny kawanku yang baik, kau pikir di mana aku menghabiskan akhir
pecan ini? Kau piker akum au terlibat dengan orang licik seperti Shylock
tanpa mengawasi dia dan mengungkap rencananya yang
sesungguhnya?......” (halaman 244)
 Sopan
“Bukan begitu, Sir,” kata Raffles dengan lembut, “akulah yang tidak
berhak mengungkapkannya.” (halaman 92)
“Tidak dengan uangku,” jawab Raffles sambal tersenyum.” Masalahya
tidak seserius yang Teddy kira. Hanya perlu penyesuaian.” (halaman 92)
 Riang dan percaya diri
Dalam sekejap Raffles menjadi riang dan percaya diri yang menular.
Namun Mr. Garland tidak mampu pulih secepat itu. (halaman 95)
Raut wajah Raffles semakin menampakan kepercayaan diri yang selalu
menular kepadaku.” (halaman 96)
Ingin sekali aku memberi tahu Raffles tentang itu, mengingatkan dia agar
mewaspadai keliahaian Levy yang lebih cerdik dan licik. Namun, Raffles
bahkan tidak mau menatap mataku. Dia sudah tampak terlalu puas dengan
kemampuannya dan keunggulannya dalam tawar menawar ini. (halaman
181)
 Jiwa pemimpin
“Demi menyelamatkan nama baik Teddy, pertama-tama. Aku akan pergi
langsung ke Lord’s dengan kereta kudamu kalau diizinkan. Aku lumayan
mengenal Studley, dia akan mempertahankan Tedyy hingga detik terakhir.”
“Tapi bagaimana kau bisa menjelaskan ketidakhadiran Teddy?” Tanyaku.
“Aku akan menjelaskannya,” kata Raffles dengan muram.”Aku bisa
menyelamatkan nama baiknya untuk sementara, setidaknya di Lord’s.”
(halaman 97)

46
“Kau tidak harus ikut,Bunny,” kata Raffles kepadaku. Kalau diantara
kedua tugas ini ada yang bisa dilakukan seorang diri, itu tugasku.”
(halaman 99)
 Berani akan tantangan
“Lantas, maukah kau memberi tahu kami siapa dia?” tanya Raffles sambal
membalas tatapan mematikan itu dengan senyum penuh minat, tapi
menjawab dengan nada suara yang terdengar geli sehingga sama dengan
mencari mati dihadapan Daniel Levy.” (halaman 131)

Raffles selalu siap akan tantangan, sekalipun tantangan itu akan


membahayakan dirinya sendiri. Dalam dialog Raffles dengan Levy saat mereka
merundingkan sebuah kesepakatan mengenai keluarga Garland. Dialog Raffles
menggambarkan bahwa dia adalah sosok yang berani akan tantangan. Berikut
cuplikannya :

“Aku selalu siap mencoba sensasi baru, Mr. Levy, dan sudah bertahun-
tahun aku tertarik secara akademis kepada seni pencurian. Benar begitu,
Bunny?” (halaman 178)

 Setia kawan
Tentu saja aku bergegas pergi dari tempat yang membuat tertekan itu.
Tentu saja Raffles tetap bersama teman-temannya yang sedang bersedih,
senag Raffles tidak pergi. (halaman 141)
Dalam cuplikan di atas, menandakan bahwa Raffles adalah seorang
teman yang sangat setia. Susah maupun senang Raffles akan tetap bersama
teman-temannya.
 Bertanggung jawab
“Salahku,” kata Raffles dengan penuh penyesalan. “Kejadian itu aku yakin,
seutuhnya ideku, Bunny. Karen aitulah aku akan menantang peringatan
bajingan tau itu, dan menyelamatkan Mr. Garland seperti kita telah
menyelamatkan anaknya!” (halaman 147)

Cuplikan di atas merupakan ungkapan penyesalan dan pengakuan Raffles


pada Bunny bahwa masalah keluarga Garland merupakan kesalahannya dan dia
merasa harus bertanggung jawab atas perbuatanya tersebut.

47
 Tegar
(halaman 152)
 Religious
“Demi Daniel di sarang pendusta,” gumam Raffles sambal meyeka air dari
matanya.”

Ungkapan tersebut diucapkan Raffles pada saat mengelak tuduhan Daniel


Levy. Dan ucapannya tersebut merupakan bentuk sumpahnya yang dia kutip dalam
Kitab Daniel. Dikutip dalam https://www.abbalove.org/index.php , kitab Daniel
adalah salah satu kitab Alkitab yang memuat suatu laporan aktivitas-aktivitas dan
penglihatan Daniel, seorang Yahudi terhormat dalam pembuangan di Babel. Kitab
Daniel dipandang sebagai teks kanonik baik dalam keyakinan Yahudi maupun
Kristen. Hal ini menandakan bahwa Raffles adalah seorang yang religious.

“Hanya Tuhan yang tahu! Belum pasti. Stasiun dan pelabuhan selalu
diawasi setelah terjadi pembunuhan besar.” (halaman 393)

Ujaran Raffles adalah ujaran umat beragama pada umumnya. Dia percaya
bahwa Tuhan selalu menyertainya. Ujaran menyebut nama Tuhan, sering dia
ucapkan dalam percakapannya dengan Bunny.

 Keras kepala
Sifat keras kepala Raffles terlihat saat tokoh Bunny berbeda pendapat saat
dia meragukan kesepakatan yang dilakukan antara Raffles dan Levy. Bunny tidak
suka cara Raffles melakukan kesepakatan dengan orang jahat seperti Dan Levy.
Namun segala perkataannya ditepis langsung oleh Raffles. Berikut cuplikan dalam
novel:
Percuma berdebat dengan Raffles saat suasana hatinya seperti ini. Aku
tetap mendebat, tapi dia tidak mengindahkan perkataanku. (halaman 182)
 Focus
Inilah Raffles yang sedang melakukan kejahatan terbarunya. Dia tidak
mendengarkan dan pasti tidak melihatku. Dia tidak pernah mendongak dari
pekerjaanya. Kadang-kadang wajahnya ditundukkan dan aku bisa melihat
konsentrasi penuh di sana. (halaman 227)

48
9. Dan Levy

Dan levy adalah seorang renternir tua yang sangat berpengaruh di Eropa. Dia
adalah seorang Yahudi.

Penggambaran tokoh Dan Levy juga dipaparkan secara analisis oleh pengarang.
Seperti pada cuplikan novel di bawah ini:

Levy sedari tadi berbaring dengan wajah kuning pucat yang mengerut dan mata
merah yang ditutup. Sekarang matanya dibuka dengan berapi-api, dan bibirnya
yang kering mengumpat dengan sepenuh hati kepada hakim di atas lemari loker.
(halaman 299)

“Aku tidak sengaja menggunakan istilah perdagangan,” orang Yahudi itu


menjelaskan,” (halaman 124).

Penggambaran watak tokoh Levy dilakukan secara dramatis oleh pengarang


melalui dialog tokoh Bunny.

“Seorang bajingan tua lain, Maharaja Hathipur, dan utangnya yang sangat
tersohor. Rupanya sudah bertahun-tahun dia dalam cengekraman Mr.
Shylock, tapi laih-alih mengambil satu pond aging Maharaja, Mr. Shylock
selalu memperbesar jumlah utangnya. Tentu saja itu tugas utama renternir,
tapi sekarang kata orang angkanya sudah sampai enam digit. Tidak ada
orag yang bersimpati kepada kafir tua, konon dia berteman dengan Nana
Sahib sebelum pemberontakan yang menewaskan banyak tentara dan orang
Inggris, dan dia hanya selamat karena berpaling dari kaumnya tepat pada
waktunya; bagaimanapun, berbicara moral sama dengan maling teriak
maling. Namun aku yakin orang-orang sudah berkongsi untuk
meminjamkan utang kepada si kulit hitam itu dan memberikan bunga yang
masuk akal, tapi si kulit putih selalu bisa menghalau sindikat itu. Mereka
hampir berhasil menyelesaikannya, ketika Levy tua memperdaya si hitam
ke dalam pemborosan baru ala Oriental. Singkatnya begitulah kasus
mereka berdua! Para pemeras itu menyuruh si Yahudi untuk pergi ke
Carlsbad tahun ini sebelum kasus disidangkan, dan tagihannya yang sangat

49
besar akan mencekik klien-kliennya lamanya begitu dia kembali.”
(halaman 48-49)
Pada paragraf tersebut, digambarkan bahwa tokoh Levy mempunyai
sifat kikir, penipu, kejam, pemeras juga.
 Bersosok menakutkan
Wajah besar Levy yang menyapa kami dengan keramahan yang lihai dan
agak mengejek , bahkan memberiku kesan yang lebih kuat lagi. Bagian-
bagian wajahnya yang besar dengan garis wajahnya yang berkeriput lebih
menyerupai petinju bayaran yang garang daripada renternir biasa yang
licik, terutama hidungnya tampak dominan dan mengancam. (halaman 66)
Aku melihat Levy membuka tutup kepalan kedua tangannya besar, dan
rahangnya yang seperti serigala bergerak-gerak dengan menonjol saat dia
menggertakkan giginya. Dan aku sedang mengagumi kemampuan monster
itu mengendalikan dirinya saat mendadak dia menukik ke atas meja di
sampingku,… “ (halaman 262)
 Laki-laki yang bertubuh gemuk
Pengarang menggambarkan fisik dan sifat Dan Levy secara tekstual dalam
dialog Raffles “dan mendengar si laki-laki jelek gemuk itu memaki istrinya karena
menjatuhkan kalung.” (halaman 7).
 Suka memaki/menghina
Dan mendengar si laki-laki jelek gemuk itu memaki istrinya karena
menjatuhkan kalung. (halaman 7).
“Baiklah, jika begitu uang sama dengan apa saja. Jika kau tidak punya dan
tidak bisa mengemis atau mencarinya, kau harus membelinya dengan harga
tertentu. Aku menjual uangku, itu saja. Dan aku berhak menjualnya dengan
harga sesukaku jika aku bisa mendapatkannya. Silakan kalau kau
menganggap orang yang membayar hargaku itu bodoh, itu tergantung pada
seberapa dia memerlukan uang pada saat itu, dan itu urusan dia bukan
urusanmu.” (halaman 71)
Wajah besar Levy yang menyapa kami dengan keramahan yang lihai dan
aga mengejek, bahkan memberiku kesan yang lebih kuat lagi.” (halaman 65)
“Kalian pencoleng, penipu, penjahat, kalian berdua.” (halaman 159)

50
 Keji dan temperamental
Lalu, si bajingan tua menyambar perempuan itu dan mengguncangnya
seperti tikus, sampai aku menodongnya lagi, dan bersumpah dalam Bahasa
Jerman bahwa kalau dia menampakan diri di balkon dalam dua menit ke
depan, dia akan menajdi ein toter Englander! Itu termasuk ungkapan yang
tercetus di luar kepala, artinya ‘mayat orang Inggris.’(halaman 54)
“Dan Levy orang yang kasar dan sulit dikalahkan,” kataku akhirnya
dengan tidak gembira. (halaman 56)
“Itu saja yang mau kau katakan ?” dia menggelegar. Jika iya dasar setan
kecil, keluar!” (halaman 69)
“Seret bocah itu,” seru Levy. “Dan lempar dia ke jalan. Panggil Moses
agar membantumu.” (halaman 74)
“Kerah tengkukknya disambar, lalu dia ditendang dan diguncang agar
keluar dari kamarnya, bahkan kerahnya lepas sehingga terlempar
menyusul dia. “ (halaman 74)
“Keparat kau!” desis si pemilik sambal melempar benda itu ke meja dengan
bunyi yang menyeramkan.”
“Silakan, dasar bajingan! Tapi kita akan berurusan lagi, saudara-saudara
penjahat yang hebat!” (halaman 75)

Sikap temperamental dari Levy juga tergambar jelas secara dramatis, ketika
Raffles berhasil membuat Levy dengan paksa menyepakati persyaratan yang
diajukan Raffles. Seperti dalam cuplikan di bawah ini:

Dalam amarahnya yang mendadak, orang liar itu telah melempar gelas
kosongnya ke perapian, disusul berondongan kata makian yang jarang
kudengar dari manusia. (halaman 176)
“Berhenti!” Levy berteriak membusa dengan amarah yang kuat.”(halaman
301)

Penokohan Levy yang keji digambarkan secara jelas oleh pengarang ketika
pada bagian Levy menyerang Bunny di rumah kosong.

Si bajingan pertama-tama menggigit tanganku, sehingga aku mempunyai


bekasnya hingga hari ini. Setelah itu, dengan kedua tangannya sendiri, dia

51
mencekal leherku, dan aku kira saat-saat terakhirku sudah datang. Dia
meremas leherku keras sekali sehingga aku piker batang tenggorokanku
akan meledak, aku pikir mataku akan terlepas dari rongganya.
Cengkeramnnya sekuat gorilla, dan diiringi oleh banjir makian dan
seringai titidan setan. (halaman 342)
 Licik
Wajahnya yang licik dan berkerut-kerut itu mudah dibaca. Saat wajah itu
mendadak bersinar dengan kelam, aku merasa kami berhadapan dengan
kejahatan yang lebih buruk daripada sekadar segera diadukan. (halaman
131)
Namun, aku melihat dia menahan senyum licik pada matanya yang sulit
ditebak, dan aku tidak terkejut saat orang itu berbalik seperti taktik
tembakan panah kekaisaran Parthia.(halaman 137)
“ Dalam bentuk hipotek ………. (halaman 147)
Sifat liciknya digambarkan secara dramatis melalui sudut pandang Bunny.
Pada saat Levy berpura-pura mabuk dan melemparkan botol minuman ke muka
Raffles. Levy tidak mengakui kemenangan Raffles sehingga dia berlaku curang.
Aku sedang heran bagaimana seseorang bisa mabuk dengan sangat tiba-
tiba, saat alcohol murni yang mewah itu dilempar dengan bidikan yang
paling sadar, beserta gelasnya, dengan telak ke wajah Raffles, lalu surat
disambar dari genggaman Raffles dan dilempar ke api. (halaman 263)
 Tamak
(halaman 148)

10. Teddy Garland


Pemain kriket dari Eton and Trinity Colleg yang juga merupakan
teman Raffles. Dijelaskan dalam cuplikan novel pada halaman 13 “Teddy
yang dimaksud adalah Edward M. Garland dari Eton and Trinity Colleg,
penjaga gawang untuk tim Cambridge. Teddy salah seorang dari sekian
pemain kriket yang banyak dibantu Raffles. Mereka berteman di suatu
rumah pedesaan….”.

52
Ciri-ciri dari Teddy Garland digambarkan secara eksplisit dalam
novel, “….. dengan pipinya yang sehat berwarna merah muda dan merah
tua, serta matanya yang coklat keemasan laksana ratna cempaka bening.
Merah muda wajahnya memudar di depan mata kami, merah tuanya berubah
menajdi kuning pucat.” (halaman 21).
 Pemain kriket
Teddy yang dimaksud adalah Edward M. Garland dari Eton and Trinity
Colleg, penjaga gawang untuk tim Cambridge. Teddy salah seorang dari
sekian pemain kriket yang banyak dibantu Raffles. (halaman 13)
 Suka hura-hura
Namun dengan licik aku curiga bahwa benih hura-hura telah ditebar
dengan bebas, … (halaman 13).
 Sembrono dan lancang
“Pandangan mata yang menunjukan temannya berniat melakukan tindak
criminal: selembar kertas surat dipenuhi percoobaan tanda tangan.”
(halaman 22)
 Putus asa
“Aku akan hancur sebelum pertandingan dimulai. Pasti!” Pemuda malang
itu bersikeras dan berbalik kepadaku karena Raffles menggeleng.”Dan
ayahku pasti kecewa, dan.. dan..” (halaman 25)
“Pemuda pirang ini sangat sensitive, tapi juga sangat putus asa. Hal ini
terlihat dari dahi berkerut dan mulut gugup,……” (halaman 28)
“Aku memang tetap akan datang. Seandainya aku sudah menembak diriku
dulu.” (halaman 31)
 Manja
“Namun, memang dia bodoh, atau bodoh dan criminal seperti
perkataannya. Ini cerita lama, tentang anak yang merepotkan ayah yang
memanjakannya.” (halaman 27)
 Boros
Ada juga pemborosan yang lebih gegabah, yang tentu saja kurang diketahui
Raffles karena anak nakal kita ini lebih cepat mengakui dirinya seperti itu
daripada sebagai orang bodoh. (halaman 27)

53
 Penyayang
“Malah Teddy berteriak senang berdiri memandangi ayahnya dan
menghujani laki-laki tua itu dengan pertanyaan seolah-olah mereka berdua
saja di lorong ini. Mengapa ada kabar demikian di koran? Siapa yang
memasangnya? Apakah benar isinya?” (halaman 132)
“Kalau begitu, aku tidak mengerti,” seru si putra dengan terlalu
lugu.”Menurutku ini sangat tidak lucu. Aku akan mengahajar pelakunya.”
(halaman 133)
Kalimat yang diujarkan Teddy mempunyai makna bahwa Teddy
sangat khawatir akan kondisi ayahnya yang diberitakan sakit keras padahal
kenyataannya ayahnya dalam kondisi sehat. Pada cuplikan dialog Teddy
halaman 133, Teddy mengungkapkan kekesalannya terhadap berita palsu
terkait ayahnya, hal itu membuktikan bahwa Teddy benar-benar merasa
khawatir dan sangat menyayangi ayahnya.
 Berani
Terjadi pada saat dialog Teddy mengusir Levy dari rumahnya.
“Untuk mengusirmu keluar dari rumah in kalau kau tidak angkat kaki
sekarang juga!” (halaman 136)
“Demi segala Tuhanku, jangan mendesakku, Mr. Levy! Ini topimu, itu
pintunya! Dan jangan pernah kau berani melangkahkan kakimu di rumah
ini lagi.” (halaman 137)
“Bukan rumahku, aku tahu, tapi aku anak pemilik rumah ini,” balas Teddy
dengan menantang, “keluar kau!” (halaman 137)

11. Bunny Manders


 Waspada
“Lagi pula, kataku saat menuruni tangga marmer, kau sudah banyak
bercerita tentang pemuda itu kepadaku. Aku ingat pernah mendengar kau
bilang utangnya banyak, misalnya.” (halaman 15)
 Peduli dan penyayang
“Lalu, kedua kualitas itu tetap ada pada si pemuda. Di mata Raffles dan
aku yang bahkan kemudian bertekad untuk menjaganya dari segala yang

54
telah hilang dari kami. Pikiran itu muncul dalam benakku secara cukup
alami.” (halaman 32)

Bunny adalah junior Raffles. Ia sangat menyayangi sahabatnya itu, ia adalah


satu-satuny orang yang merasa khawatir dan cemas setiap Raffles melancarkan
suatu misi, terlebih saat misi untuk menaklukan Levy. Bunny selalu menasihati
Raffles untuk tidak melakukan hal-hal yang buruk dan ekstrim sekalipun
perkataannya tidak pernah didengar oleh Raffles. Namun Bunny tetap mendukung
apa yang Raffles lakukan dan ikut berkecimplung setiap misi Raffles, hal ini
bertujuan agar dia dapat melindungi sahabatnya dari kelicikan Levy.

“Tugasku tidak apa-apa,” kataku dengan gagah berani.”Tugasmu yang


aku cemaskan.”(halaman 319)

Cuplikan di atas merupakan dialog Bunny kepada Raffles yang menyatakan


kekhawatirannya akan tugas Raffles, yakni mencairkan cek yang telah
ditandatangani Levy ke Bank yang lokasinya jauh di kota. Bunny tidak merasa
keberatan tugas yang Raffles berikan padanya, justru malah dia mengkhwatirkan
Raffles sahabatnya. Selain itu rasa peduli Bunny pada Raffles juga diperjelas secara
dramatis ketika Bunny membujuk Raffles untuk tidak melakukan hal yang rendah
seperti Levy lakukan, di bawah ini kutipan dialognya:

“Raffles,” kataku dengan suara rendah yang mungkin bergetar,”ini bukan


peran yang perlu kau mainkan sama sekali! Maksudku bukan tugsa kecil di
bank itu. Maksudku seluruh pemerasan ini. Kau tidak seperti ini, Raffles.
Ini merusak segalanya!” (halaman 320)
“Karena ini bukan permainanmu!” aku berteriak dengan segenap
kekuatanku untuk membujuknya.”Karena hal semacam inilah yang akan
dilakukan Dan Levy sendiri. Ini permainan Dia. Kau menyeret dirimu ke
kelas Levy-“ (halaman 321)
 Simpati
“Aku turut prihatin untuk keadaanmu,” Kataku dari lubuk hatiku.”Aku
maklum” (halaman 35)
 Berani

55
“Silakan saja dua lawan satu,” aku menarik napas dengan menantang,
“Aku tidak peduli.”(halaman 67)
“Kau menyangkal angka itu?” benakku (halaman 69)
 Optimis
 Patuh
Sikap yang tergambar pada Bunny saat Raffles menginstruksikan segala
rencanya untuk menolong sahabatnya, Teddy dari jeratan hutang Dan Levy.
Terbukti pada saat Bunny menjalankan tugas pertamanya pada saat Teddy
hilang, Bunny diminta untuk merahasiakannya dari Ms. Belsize, tunangan
Teddy.
 Setia kawan
“Yah, sekarang aku harus terlibat. Kalau Raffles ingin diselamatkan dari
akibat kesintingannya sendiri, Cuma aku yang bisa menolongnya. Inilah
kesempatanku untuk membuktikan arti diriku yang
sesungguhnya.”(halaman 217)
Meskipun Bunny tidak menyukai cara Raffles melakukan kesepakatan
dengan Levy, pada cuplikan di atas membuktikan bahwa dalam hati kecilnya Bunny
tidak tega meninggalkan kawanya berjuang sendirian melawan Levy. Hal ini
diungkapkannya pada saat dia menyusul Raffles.
“Aku Cuma takut kau akan mau langsung pulang dari Calais, Bunny!”
“Oh tidak, tidak akan.”
“Jadi, kau akan ikut denganku berkeliling dunia?”
“Sampai ke paling ujung-ujungnya, A.J.!” (halaman 397)
Kutipan diatas adalah dialog antara Raffles dan Bunny. Dalam dialog
pertama Raffles mengungkapkan ketakutannya jika Bunny akan meningga;kan dia
sendirian dalam pelariannya dari Mackenzie, dengan tegas Bunny mengatakan
bahwa dia akan mengikuti kemana pun Raffles pergi, sekalipun sampai ujung
dunia.”
 Jujur

Dalam karakter Bunny yang jujur dibuktikan saat dia selalu menjaga rahasia
dari rekan-rekannya, yakni Ms Belsize dan Raffles. Diceritakan bahwa Bunny tidak

56
pernah mau membocorkan rahasia yang diberikan atau dikatakan padanya.
Termasuk saat Raffles menanyakan tentang Ms. Belsize.

“Aku ingin memberi tahu Raffles bahwa Camilla mencintainya, karena kini
setidaknya aku tahu Camilla, demikian. Namun, aku sudah berjanji kepada
Camilla , apalagi itu janji yang harus kujaga demi kebaikan mereka berdua
dan demi janji itu sendiri.” (halaman 387)
 Religious

Sosok Bunny dalam novel ini adalah rekan sekaligus partner Raffles yang
selalu mengutamakan kejujuran dan perilaku yang baik. Dia tidak suka berbohong
dan selalu menentang perbuatan yang dianggapnya tidak baik. Dalam novel,
walaupun dia sangat mendukung apa yang Raffles rencanakan, dia tetap menegur
sahabatnya itu jika dinilai telah melakukan hal yang di luar norma. Seperti saat
Raffles melakukan pemerasan terhadap Levy di rumah kosong, dia menegur Raffles
dan mencoba membujuk Raffles untuk mengehentikan hal tersebut, selain itu pada
peristiwa malam buta di rumah Levy, dia tidak sengaja membuat Levy jatuh
pingsan. Dalam dialognya, dia merasa sangat khawatir dan cemas, bahkan berharap
jika Levy agar tetap hidup. Beberapa peristiwa tersebut, menunjukan bahwa Bunny
orang yang religious. Termasuk ungkapannya ketika dia mendengar bahwa
pembunuh Levy telah ditangkap. Dia secara langsung mendoakan pembunuh Levy
dengan menyebut nama Tuhan. Berikut kutipan dialognya:

“Semoga Tuhan mengampuni kedua penjahat malang itu!” kataku


lainnya.” (halaman 398)
12. Mr. Garland

Mr. Garland dulunya adalah seorang penjudi, akibat dari perjudian yang dia
lakukan ini lah yang membuat segala aset kekayaannya hangus dan membuatnya
dan anaknya yang bernama Teddy berurusan denga renternir tua yang licik Dan
Levy. Hal ini diungkapkan melalui dialog Raffles berikut cuplikannya:

“Afrika Selatan!” jawab Raffles dengan ringkas. “Emas dari Afrika Selatan
sedang berpindah tangan di sana, dan Garland tua yang malang mulai ikut
bertaruh. Itu yang menghabisinya. Sudah pasti pemain lama mencium bau

57
mangasa. Pembuat bir kita yang terhormat pun menjadi penjudi yang
gegabah, bertaruh pada apa saja dan akhirnya hangus untuk menutupi
kerugiannya. Kerugian ini cukup besar untuk menghancurkannya,
walaupun tidak terlalu besar. Ribuan pound diminta dalam waktu yang
terlalu singkat. Dia tidak sempat mengajukan hipotek resmi. Jadi, dia harus
memilih antara membayar, gagal, atau meminjam besar-besaran! Maka,
Garland tua meminjam sepuluh ribu dari Dan Levy… dan bertaruh lagi!”
(halaman 146)

Pada cuplikan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Mr. Garland


mempunyai karakter yang lugu karena dengan mudahnya Levy menjebak Mr.
Garland dengan kelicikan dan ketamakannya.

Kemudian diperjelas lagi pada dialog Raffles, berikut cuplikan dialog


Raffles:
“Dan kalah lagi, dan meminjam lagi, kali ini untuk sekuritas rumahnya.
Singkatnya, semua harta seharusnya merupakan miliknya sudah berbulan-
bulan dan bertahun-tahun ada di tangan Dan Levy.” (halaman 147)
Beberapa penyebutan karakter Mr. Garland digambarkan secara dramatis
oleh pengarang melalui monolog tokoh Bunny.
 Ramah
“Maksudmu dia tidak di sini?” jawab suara yang sangat ramah, dengan
nada yang sangat terkejut sehingga aku bersimpati kepada Mr.Garland
sebelum kami bertemu.
“Aku mengira akan bertemu tipikal orang kaya yang ceroboh, laki-laki
berpotongan militer dengan kulit kemerahan, suara keras dan pakaian yang
lebih baik. Aku malah berjabat tangan dengan lelaki lanjut usia yang
lembut, matanya yang bak hati berbinar dengan agagh berani di tengah
kerutan-kerutan yang letih dan sangat ramah dalam bercakap walaupun
sedikit pemalu. Aku langsung menyukainya.”
 Pengertian

58
“Ku pikir dia akan sangat kecewa jika tidak bertemu Teddy, teruttama
karena hari ini mereka pasti seharian hanya bisa bertemu sebentar sekali.”
(halaman 87)
Dalam dialog tersebut, mengandung pesan bahwa tokoh Mr. Garland
mempunyai kepekaan dan pengertian terhadap perasaan tokoh Ms. Belsize
yang merupakan tunangan dari putranya, Teddy.
 Bijaksana
“Semoga Tuhan memberkahimu, Raffles!” gumam Mr. Garland dengan
suara tersekat.” Aku tida akan meminta perinciannya sedikit pun. Anakku
yang malang mendatangi orang yang tepat. Dia tahu lebih baik mencari
jalan lain daripada meminta bantuan Ayah dan anak sama saja!” (halaman
92)
13. Ms. Belsize
 Seorang wanita yang cantik
“…. dan aku mengagumi sosoknya yang kuat dan kepala cantiknya yang tenang
tapi berkeluh-keluh saat aku berusaha membujuknya agar tidak ingin pergi ke
Lord’s.” (halaman 106)
 Pemberani dan sentimental

“Matanya lembut tapi cemerlang, halus tapi sinis, tenang tapi gegabah, serta
sentimental tapi pemberani, dan lain-lain” (halaman 107)

 Menyelidik

“Aku bermaksud memberikan kesan bahwa kelegaanku tadi memang berarti


tidak ada apa-apa yang patut dicurigai dari Raffles. Tapi rupanya Camilla
tidak pernah bisa diperdaya dengan mudah. Sayangnya itu tampak di matanya
yang pemberani, sebelum dia membuka mulutnya yang tegas.” (halaman 110)

“Tapi, kau sepertinya mengira ada hal lain yang lebih buruk,” akhirnya dia
berkata.

Dia pun berterus terang kepadaku bahwa temanku Mr. Raffles memang agak
menarik perhatiannya daripada yang sudah di utarakannya. Alasannya adalah

59
Teddy sangat menyanjung Raffles, itu saja, karena itu jugalah dia menagjukan
pertanyaan-pertanyaan menyelidik dan komentar-komentar yang mengecam.

 Cemburu

“Sungguh aku pun sudah tahu buah ini, sudah terlalu sering mengecap
dagingnya yang pahit sehingga tidak mungkin aku salah menebaknya. Nama
lainyya adalah kecemburuan.”(halaman 112)

14. Meester Mackenzie

Meester Mackenzie adalah seorang detektif dari Scoteland yard yang


ditugaskan untuk memata-matai Raffles. Sebelumnya mereka pernah bertemu di
Milchester Abbey. Kali ini dai datang untuk megawasi Raffles dalam kasus Dan
Levy. Dalam novel, dia digambarkan seorang lelaki lebih dari paruh baya, bertubuh
sangat kurus. Kutipan novel :

“Detektif kurus itu memang orang pertama yang kami lihat di peron. Sekurus
tulang, bertulang sendi kaku dan berusia lebih dari paruh baya,….” (halaman
395)

Latar

Novel Mr. Justice Raffles: Pencuri Legendaris dari Inggris sarat dengan
latar. Hal ini sesuai dengan tema yang diusung dan alur cerita yang telah dibahas
sebelumnya. Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, yakni teori
Hudson yang dikemukakan oleh Panuti Sudjiman, latar pada karya fiksi dibedakan
atas latar fisik dan latar sosial. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan
masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup,
bahasa, dan lain-lain yang melatari peristiwa. Adapun yang dimaksud dengan latar
fisik adalah tempat di dalam wujud fisiknya, yaitu, bangunan, daerah, dan
sebagainya.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita, berlatar di London, Inggris.


Beberapa destinasi yang ada di London disebutkan oleh tokoh dalam novel ini,
diantaranya adalah Stasiun Charing Cross, alun-alun Trafalgar, Hotel Savoy, Lord’s
Cricket Ground, Whitehall, Cambridge, Albany, Holborn dan beberapa destinasi

60
lain yang ada di London. Pada awal cerita ini mengulas tentang pertemuan pertama
kali anatara Raffles dan Dan Levy di Carlsbad, Austria.

Gambaran suasana latar fisik sebuah apartemen di kota Piccadilly, London


dideskripsikan oleh pencerita melalui apa saja yang Bunny lihat dari kaca jendela
tempatnya memandang ke luar, seperti yang terlihat dalam kutipan berikut ini:

“Malam ini cerah. Langit penuh bintang di atas halaman komplek


apartemen Albany baru sedikit berkurang biru indahnya dibandingkan saat
dengan Raffles dan aku masuk dua jam lalu. Lalu lintas pada malam musim
dingin yang membeku. Ini malam untuk minum anggur dan anggur
berbuih.” (halaman 37)

Dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa apartemen Albany tempat dia


tinggal, berlokasi di kota Piccadilly, digambarkan juga dalam kutipan tersebut
bahwa kejadian nya pada saat musim dingin. Selain itu, pengarang juga
mendeskripsikan lattar tempat lainnya, yakni rumah Mr. Garland. Seperti dalam
cuplikan di bawah ini:

“Namun, sudah lewat banyak dari jam sebelas saat kami melewati
Kensington ke sebuah rumah yang belum pernah aku lihat, rumah yang
selama ini tertutup oleh deret apartemen.”
“Rumah itu berdiri tepat selepas jalan raya Kensington Gore, lahannya
bertahan di tengah lingkungan metropolitan; membentang dari satu sisi
jalan ke sisi lain, dan semakin jauh ke belakang daripada yang bisa kami
lihat. Pekarangan yang hijau dan pohon yang menjulang, rumput yang
berkilauan dan pohon-pohon anggur yang seperti Kristal, membuat
seseorang lebih terkesan dengan kuat (senang) daripada jika melihat
sebuah rumah berbentuk mansion dengan jendela tinggi dan menara.
Namun, dua arus kereta kuda bekertak-kertuk tanpa henti dalam jarak
beberapa meter dari tangga teras tempat kami bertiga berdiri dengan
tercengang.” (halaman 89)

Dalam kutipan di atas menyatakan bahwa rumah Mr. Garland berada di


kompleks Kensingtone. Digambarkan bahwa Kensington merupakan kompleks

61
rumah area kelas atas. Dalam laman Wikipedia yang penulis jadikan sebagai
sumber rujukan juga menyatakan hal yang sama tentang Kensington. Kensington
terkenal dengan bangunan Victoria megah dan kedutaan besar.

 Kapal
“Raffles duduk diam selama beberapa menit di tempat duduknya. Saat
mencelupkan dayungnya, dia memelakan ceburannya sehingga bahkan
tidak terdengar olehku.” (halaman 276)

Waktu

Novel ini menceritakan pencuri legendaris dari inggris yang bernama


Raffles. Menurut analisis penulis, novel ini berlatar waktu pada masa abad ke-19.
Dijelaskan pada halaman awal novel ini terdapat kutipan “Mari berkenalan dengan
pemain kriket tampan dari Inggris abad ke-19, A.J. Raffles.” (halaman v). Beberapa
hal lain juga mendukung novel ini berlatar waktu abad 19, salah satunya adalah
teknologi komunikasi yang digunakan oleh tokoh dalam novel ini yakni pesan
kawat. Dikutip dalam laman Wikipedia, pesan kawat merupakan pesan yang
dikirmkan oleh alat yang dinamakan telegraf. Telegraf dipatenkan di Inggris pada
tahun 1837 (abad 19). Yang kedua adalah adanya penampilan penyair dari Surrey,
Albert Craig, membacakan bait puisi sebelum para pemain kriket memasuki
lapangan. Fenomena ini hanya disaksikan pada kurun waktu abad 19 saja. Berikut
kutipannya :

“Sementara orang-orang menantikan para pemain memasuki lapangan,


terdengar logat Yorkshire sang Penyair dari Surrey, Albert Craig,
membacakan puisi terbarunya … “ (halaman 187).

Menurut sumber yang penulis rujuk, Albert Craig (2 September 1849-8 Juli
1909) umumnya dikenal sebagai The Surrey Poet, meskipun ia tidak pernah
menggunakan istilah itu sendiri, sebaliknya menandatangani karya-karyanya
sebagai “AC Cricket Rhymester”. Ia akan menghadiri pertandingan kriket dan
sepak bola untuk menulis sajak dan esai singkat yang menggambarkan para pemain
dan acara, kemudian mencetaknya di media masaa dan dijual kepada orang banyak.
Selanjutnya adalah penyebutan mata uang farthing. Dalam sejarah perkembangan

62
mata uang Inggris, farthing merupakan salah satu koin kuno Inggris yang bernilai
1/960 pound sterling. Farthing dicetak mulai pada tahun 1860 (abad 19).

 Semua rangkaian peristiwa (1-141) terjadi dalam dua puluh empat jam.
“Ketegangan semakin terasa karena aku terjaga semalam suntuk, dan aku
hampir tidak sadar bahwa semua itu terjadi dalam dua puluh empat jam.”
(halaman 141)
 Hujan
“Dengan diiringi hujan yang masih tiada henti mengguyur rumah-rumah
kaca, aku mengetahui bahwa dia perempuan yang baru menjadi janda
miskin dan terpaksa tingga di rumah semisambung di dekat sungai.”
(halaman 112)
 Malam hari (12.10 malam)
“Pelarian terakhir kami pada malam yang penuh olahraga itu berakhir saat
kami secara bersamaan melompat masuk ke gerbong yang berbeda,
sementara peron seolah-olah meluncur menjauh dari kereta jam 12.10
malam.” (halaman 246)

Suasana

 Panik
Saat Teddy tertangkap basah memasuki ruangan Raffles.
“ Dengan wajar Garland terlompat dari meja tempatnya sedang menulis
saat dia ditepuk dan dipanggul dari belakangnya. Namun, itu saja.
Gerakannya yang wajar. Dia tidak maju untuk menjabat tangan Raffles,
tidak ada senyum penyambut pada wajah segar pemuda itu yang baisanya
membuatku teringat Phoebus dalam lukisan karya
Guido……………”.“Merah muda wajahnya memudar di depan mata kami,
merah tuanya berubah menjadi kuning pucat. Teddy Garland berdiri seperti
menempel ke meja di belakangnya, mencengkeram tepi meja sekuat
tenaga.” (halaman 21)
Situasi panik juga tergambar pada tokoh Aku (Bunny) pada saat Bunny
berpura-pura menjadi klien Levy.

63
“Namun aku menahan kakiku, walaupun aku merasakannya hampir
gemetaran. Dengan memasukan tangan ke saku dada, aku mulai mengambil
isi amplop pemberian Raffles sambal berbicara dengan nada suara yang
semalam telah dilatih dengan cukup baik di Albany.” (halaman 66)
Saat Bunny merasa bahwa Levy telah mati ditangannya.
“Aku kewalahan sekarang, lututku menyatu, gigiku bergeretak ketakutan.
Aku juga tidak sanggup lagi melihat tubuh besar yang tergeletak tiarap, atau
kepala lunglai yang menghadap ke samping di lantai kayu parket.” (halaman
268)
 Menegangkan dan mencengkam
pada saat Raffles mencuri kalung Zamrud (halaman 53)

Pada saat Levy dan Raffles saling berduel meyudutkan satu sama lain
tentang peristiwa di Carlsband yang telah lampau. Seperti dalam cuplikan novel di
bawah ini :

“Levy sendiri telah mengubah nada suaranya pada kata-kata terakhir. Orang
bermata paling jeli dan bertelinga paling tajam di Eropa pun mungkin hanya
mengira mereka sedang bergutau. Aku sendiri bisa menangkap bayang-
bayang yang lebih halus, permainan lirik dan geriap dua arah, ombak
perseteruan tersembunyi yang samar. Jadi, sekarang aku melihat Levy
sedang berdebat dengan diri sendiri tentang apakah sebaiknya dia menerima
tantangan lancang ini dan mengadukan Raffles sekarang juga. Aku melihat
dia ragu-ragu, melihat dia berpikir. Wajahnya yang licik dan berkerut-kerut
itu mudah dibaca. Saat wajah itu mendadak bersinar dengan kelam, aku
merasa kami berhadapan dengan kejahatan yang lebih buruk daripada
sekadar segera diadukan.” (halaman 131)
Perjuangan Bunny menyusul Raffles tanpa terlihat oleh penguntit Levy.
“Sebentar kemudian, tinggal terdengar detak jantungku sendiri saat aku
menaiki sisa anak tangga dengan sol sepatu karet.” (halaman 220)

Situasi menegangkan terjadi pada Bunny lagi ketika dia diberi tugas untuk
mengawasi Levy yang tergeletak di ruangan kosong sebuah menara (rumah kosong)

64
selama Raffles pergi ke bank untuk mencairkan cek. Di bawah ini cuplikan yang
menggambarkan suasana tersebut:

“… karena keheningan menara ini segera membuatku merinding.


Keheningannya tidak mutlak, dan itu (selalu) merupakan kemugkinan terburuk.
Tangga kayu berderi lebih dari satu kali. Ada bunyi gerisik kecil, samar dan jauh,
seperti bunyi dari daun kering atau jendela yang longgar, di bagian tengah rumah.”

“Walaupun tidak ada apa-apa selepas bunyi-bunyi itu, aku kembali tegang
dan dahiku selalu mengerut.” (halaman 326-327)

 Kecewa
“Aku tidak tahu harus berpikir apa,” kata Raffles dengan sedih, “Tidak ada
yang berlangsung seperti perkiraanku. Kau harus ingat kita telah terang-
terangan berbuat jahat kepada Dan Levy, terlepas dari perbuatan kita yang
lainnya dan sudah pasti membuat musuh di samping jalan.”(halaamn 84)
“Belum pernah aku melihat suasana hati Raffles sepesimis ini. Aku tidak
merasa sesuram Raffles dalam kedua masalah yang ada, tapi aku
membatasi komentarku kepada masalah yang paling membebani
pikirannya.” (halaman 84)
 Bingung
Saat Raffles dan Bunny memikirkan keberadaan Teddy yang tiba-tiba
menghilang tanpa kabar. Tergambarr jelas bahwa tokoh Raffles dan Bunny
mencoba untuk menebak keberadaan Teddy saat itu.
“Kalau begitu bagaimana dengan rumah ayahnya?”
“Tinggal itu kesempatan kita,” kata Raffles. “Mereka tidak memasang
telepon, tapi karena kau sudah di sini, aku berpikiran untuk pergi ke sana
dan memeriksa apakah Teddy ada di sana. Kau tahu bagaimana keadaanya
semalam. Kau juga tahu, sesudah kita bangun, ingatan kita bisa membuat
kesan bahwa sesuatu lebih buruk daripada yang sesungguhnya. Semoga dia
langsung menemui ayahnya. Jika itu benar, dia pasti kembali ke sini untuk
mengambil peralatannya. Dan demi Jupiter, Bunny ada yang menaiki
tangga!”

65
Alur

Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, tetapi tiap kejadian
itu hanya dihubungkan secara sebab akibat. Peristiwa-peristiwa yang terjadi
menyebabkan konflik, pertikaian, klimaks, dan penyelesaian. Peristiwa, konflik,
dan klimaks merupakan tiga unsur yang amat esensial dalam pengembangan sebuah
plot cerita (Nurgiyantoro, 1994: 116).
Senada dengan pendapat Nurgiantoro, (Solihati, 2016: 117) alur dapat dibagai
menjadi enam tahap, tahap itu adalah 1) tahap perkenalan (eksposisi), 2) alur
memuncak, 3) tahap pertikaian (klimaks), 4) alur menurun, 5) tahap peleraian
(resolusi).
Pengaluran novel Mr. Justice Raffles ini menggunakan alur maju. Urutan
kejadian yang terjadi sangat urut, bermula dari pengenalan seorang A.J Raffles dan
narrator (Bunny), lalu misi pencurian seorang rentenir Daniel Levy, dan akhirnya
sampai ke tahap penyelesaian dimana Raffles pergi dan Levy sudah tertembak.
Pengarang menggunakan pengaluran maju namun agak terkesan membingungkan
tetapi, dari inti cerita yang dituliskan cukup menjelaskan setiap detail peristiwa
yang terjadi. Penggambaran permasalahan yang terjadi pada tokoh utama Raffles
diceritakan sangat jelas, seolah-olah kejadian itu memang ada dalam kehidupan
nyata.
6) Tahap perkenalan
Pada novel Mr. Justice Raffles kisah dimulai dengan kepulangan A. J.
Raffles dari Carlsbad semacam tempat pengobatan di Austria. Raffles yang
mulanya sehat dan atletis, kini tampak kurus dan lesu ketika Bunny
menemuinya di stasiun kereta. Dia mengatakan pada sahabatnya yang
sekaligus narator dalam buku ini yaitu Bunny Manders, apa saja yang
dilakukannya selama ia di Carlsbad termasuk menceritakan sebuah ‘misi
pencurian’ yang melibatkan seorang rentenir yang cukup ternama, Daniel
Levy, yang dijuluki Mr. Shylock itu. Dalam kutipan :
“Tapi aku melihatnya begitu aku mengambil kalung itu,” kata Raffles,
“dan mendengar si laki-laki jelek gemuk itu memaki istrinya karena
menjatuhkan kalung. Laki-laki itu juga bilang istrinya pasti melakukannya
dengan sengaja . tegurannya memang benar, Bunny. tidak perlu kau

66
menegurku untuk membuatku sadar betapa berengseknya aku. Aku sadar
ucapanmu benar dan aku terpanggi; untuk membenahi keadaan apapun
caranya. Aku pergi ke Carlsbad begitu pemiliknya yang tidak sah pergi
agar tidak berisiko.” (hlm: 7)

7) Tahap pemunculan konflik


Kemudian, alur bergerak pada awal pemunculan konflik. Pada kisah ini
awal konflik terjadi saat Raffles dan Bunny menemukan salah satu sahabat
Raffles yang juga murid kriketnya, Teddy Garland, sedang berusaha
memalsukan cek milik Raffles. Teddy yang sedang mengalami masalah
keuangan, tak bisa mengambil risiko pertandingan kriketnya besok
berantakan karena ancaman dari sang rentenir, yang tidak lain adalah Dan
Levy. Di luar dugaan Bunny, Raffles begitu mudah memaafkan bahkan
menawarkan bantuan untuk membantu Teddy melunasi hutangnya. Namun,
Raffles tidak membayar hutang Teddy dengan uangnya. Dengan
kecerdikannya, dia mengajak Bunny untuk bersandiwara mengecoh Dan
Levy, termasuk berniat mencuri. Dalam kutipan :
“….cukuplah ku katakan bahwa Garland muda tidak sedang menulis pesan.
Dia sedang menulisi pesan sebuah cek dengan cermat disalinnya ke buku
cek milik Raffles dari cek lama yang diambil dari buku bank bernama A.J
RAFFLES. Hingga inilah hasilnya pandangan mata yang menunjukkan
temannya berniat melakukan tindakan criminal: selembar kertas surat
dipenuhi percobaan tanda tangan. Namun, Raffles bisa berbalik dan
dengan perasaan iba yang tak terbatas menatap pemuda nelangsa yang
masih membelalak kepadanya” (hlm: 22)
“itulah jebakan psikologis untuk merampok pundi-pundi uang si kikir kalua
dia memang punya pundi-pundi. Itu bisa mengulur waktu untuk
penyelidikan kita” (hlm: 46)

8) Tahap pertikaian (klimaks)


Pada puncak konflik perjalanan Raffles dan Bunny menghadapi Mr.
Shylock dengan dendamnya, baik pada ayah-anak Garland, maupun

67
terutama pada Raffles yang telah mengecohnya, merupakan petualangan
seru yang disuguhkan dalam novel ini. Dalam kutipan :
“…sekarang aku datang dan memilihkan brankas untuk aku bobol demi
kesetraan dan keadilan, tidak untuk memperkaya si pencuri cerdik, tapi
untuk mengembalikan benda pemilik si peminjam uang yang jujur. Ini
semacam kejahatan murni, criminal murni seperti soda jahe murni dari
alcohol!” (hlm: 178)
“Pemula bisa melakukannya, Mr. Levy, kalua semua brankas mudah
dibobol seperti kantor pengacara di Gray Inn Square itu.” (hlm: 257)
“untuk sementara, Raffles buta sama sekali. Sama kataku, wajahnya
berlumuran darah dan wiski selagi si raja pengkhianat menertawakan hasil
perbuatannya yang keji. Namun, itu juga berlangsung sesaat. Dengan
cukup bodoh si bajingan itu berbalik memunggungi aku. Pertama, aku
meloncat dari kursi, lalu aku meloncat kepadanya seperti macan tutul.
Kujatuhkan dia dengan sepuluh jariku mencekal lehernya dan terdengar
derak lantai di kayu parket dengan tengkorak Levy menjadi benda mati di
tanganku sesudahnya.” (hlm: 263)

9) Klimaks menurun (antiklimaks)


Setelah itu menuju ke anti klimaks, pada tahap ini konflik mulai menurun,
pada novel ini antiklimaks ditandai dengan tertangkapnya rentenir jahat Dan
Levy oleh Raffles dan Bunny setelah berbagai macam perlawanan dan yang
dilakukan Levy kepada mereka. Ia disekap dan di borgol.
“Aku masih mengawasi penjahat malang ini, menghalau lalat darinya, dan
kadang-kadang mengipasi dia dengan bendera, mungkin atas dorongan
kemanusiaan daripada membuatnya tenang selama mungkin, saat Raffles
kembali untuk menerangi lakon bisu ini seperti sinar matahari yang tajam”
(hlm: 346)
10) Tahap peleraian (resolusi)
Penyelesaian kisah ini diceritakan bahwa Levy meninggal dilaporkan
tertembak mati di pagar depan kediamannya di Themes Valley. Sedangkan
Raffles dan Bunny pergi karena menjadi incaran beberapa orang terkait

68
kematian Levy. Mereka pergi ke stasiun dengan menyamar sampai akhirnya
ada kabar dari pesan kawat bahwa ternyata pembunuh dan Levy sudah
ditemukan. Hingga pada akhirnya Teddy Garland tahu perbuatan pencurian
yang selama ini dilakukan Raffles dan Bunny.
“ini jauh lebih baik dari pada menyamar tanpa jati diri” kata Raffles (hlm
: 395)
“semua tercantum dalam pesan kawat yang ditunjukannya kepadaku.”
Kata Raffles. “pesan bahwa pembunuh Dan Levy sudah menyerahkan diri
kepada polisi!” (hlm: 397)
“aku harap kau mau menceritakan kepada kami pertarungan antara Raffles
Dan Levy seperti apa, masudku seluruh peeprangan yang diperjuangkan
dan dimennagi oleh A.J untukku dan ayahku yang malang! Dunia pasti akan
melihat orang seperti apa dia sesungguhnya.” (hlm: 403)

Gaya Bahasa

1. Simile
Majas simile ini membandingkan kegiatan dengan menggunakan ungkapan
yang maknanya serupa dan disampaikan secara lebih lugas dengan
mempergunakan kata-kata tugas tertentu sebagai penanda keeksplisitan.
Biasanya menggunakan kata hubung berupa : bak, bagaikan, atau seperti Jadi
pembaca langsung bisa menebak arti dari perumpamaan yang digunakan.
Dalam novel MJR ini gaya bahasa simile dapat kita lihat dalam kutipan :
1) “Ada sesuatu tentang keseluruhan lelaki ini yang terpaksa kusaksikan,
sesuatu yang tangguh dan sangat waspada, sesuatu yang secara
mencurigakan menyerupai bibit api yang hendak melompat menyala.”
(halaman 340
Keterangan: menyerupai bibit api menunjukkan adanya emosi yang
membara dari tingkah laku lelaki itu yang perlu diwaspadai oleh orang.
2) “Tentu saja, aku melompat ke arahnya seperti iblis dan dalam sekejap aku
menikmati keunggulan yang memalukan.” (halaman 341)
Keterangan : kata iblis merupakan ungkapan yang menunjukan makna
sebagai makhluk yang menakutkan dan ganas.

69
2. Personifikasi
gaya bahasa ini mmebandingkan seakan-akan sifat-sifat benda mati memiliki
sifat-sifat seperti yang dimiliki manusia dalam merasa dan bertingkah laku.
Dalam novel MJR ini gaya bahasa simile dapat kita lihat dalam kutipan :
1) “Aku cuma tahu bahwa matahari, yang mulai menumpahkan sinarnya
lewat sebuah lubang palka dan keluar dari jendela lain,.. “ (halaman 339)
Keterangan : matahari adalah benda mati yang sudah pasti tidak bisa
keluar dari jendela dari manapun.
2) “Suasana tempat ini segera menjadi tak tertahankan dalam panasnya
yang tidak sehat dan kelembapannya yang asam” (halaman 339)
Keterangan : panas adalah kondisi cuaca yang tidak memiliki takaran
sehat atau tidaknya layaknya kondisi tubuh manusia, begitupun
kelembapan yang sudah pasti tidak memiliki rasa asam.

3. Sinekdok
Merupakan bahasa kiasan yang mempergunakan sebagian untuk menyatakan
keseluruhannya, atau sebaliknya. Dalam novel MJR ini gaya bahasa simile
dapat kita lihat dalam kutipan :
1) “Aku merasa darah dan dagingku bisa kapan saja menjadi seluruhnya
dikuasai oleh Levy, begitupula keunggulan yang ada di pihakku.”
(halaman 340)
Keterangan: darah dan daging adalah hanya sebagian diri dari Raffles,
padahal yang dimaksud adalah diri Raffles seluruhnya.

4. Hiperbola
Merupakan majas yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan yang
berlebihan, bahkan membandingkan sesuatu dengan cara yang hampir tidak
masuk akal.
1) “Dia meremas leherku keras sekali sehingga aku piker batang
tenggorokanku akan meledak, aku pikir mataku akan terlepas dari
rongganya. Cengkeramnnya sekuat gorilla, dan diiringi oleh banjir
makian dan seringai titisan setan.” (halaman 342)

70
Keterangan: cengkraman sekuat gorilla, banjir makian dan seringai titisan
tesan menunjukkan ungkapan kesan yang berlebihan dari tindakan siksaan
dan kekerasan.
2) “Namun, itu tidak mengurangi perasaan inferior yang halus dan
mendalam, yang semakin menggerogotiku hampir setiap menit pada pagi
hari tak berujung itu, dan membuatku mendambakan pelepasan berupa
pertarungan fisik secara adil sekalipun.” (halaman 340)
Keterangan: kata menggerogotiku merupakan ungkapan kesan yang
berlebihan.

Sudut Pandang

Sudut pandang dari novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama
pelaku sampingan. Tokoh Bunny dalam novel ini diposisikan sebagai narrator
cerita, dia menceritakan kisah detektifnya bersama A.J Raffles yang merupakan
tokoh utama dari novel ini. Bunny dalam novel selain sebagai narrator cerita juga
terlibat langsung dalam cerita yang dikisahkannya itu. Bersama Raffles, dia
berusaha untuk menaklukan Dan Levy sebagai tokoh antagonis dalam novel ini.
Berikut kutipan yang menunjukan Bunny sebagai narrator cerita dan sekaligus
tokoh yang terlibat langsung dalam cerita.

Raffles telah menghilang dari kota ini, bahkan aku tidak bisa menebak di mana
dia, hingga aku menerima pesan kawat darinya untuk bertemu pukul 07.31 di
Stasiun Charing Cross besok malam. Terjadinya pada Selasa sebelum
pertandingan antarperguruan tinggi, alias dua minggu penuh setelah dia
menghilang secara misterius. (halaman 3)

“Yah, sekarang aku harus terlibat. Kalau Raffles ingin diselamatkan dari
akibat kesintingannya sendiri, Cuma aku yang bisa menolongnya. Inilah
kesempatanku untuk membuktikan arti diriku yang sesungguhnya.”(halaman
217)

Amanat

Pencuri dan rentenir sama-sama salah. Sama-sama bukanlah profesi yang pantas
ditiru, apa pun alasannya. Setiap orang berpotensi untuk melakukan apa saja, baik

71
atau buruk. Tetapi, setiap diri punya pilihan-pilihan hidupnya sendiri. Ketika
seseorang memiliki sedikit saja niat baik di hatinya, maka itu merupakan sebuah
peluang yang potensial untuk mengarahkannya menjadi lebih baik. Juga sebaliknya.
Dan, meski terkadang sebuah kesenangan sekadar dianggap sesuatu yang sepele,
siapa yang akan menyangka jika suatu saat kesenangan itu bisa pula
menjerumuskan pelakunya pada sesuatu yang buruk jika dilakukan tidak pada
tempatnya. Jadi sifat baik ataupun buruk seseorang, intinya pada pengendalian diri
orang tersebut. Dan seperti kata Raffles, kalau setiap orang berpotensi untuk
melakukan kebaikan maupun kejahatan.

C. Unsur Ekstrinsik Novel Mr. Justice Raffles Pencuri Legendaris dari Inggris
Karya E.W. Hornung

Novel Mr. Justice Raffles merupakan novel yang ditulis oleh Ernest William
Hornung pada abad ke-19. Hal ini diperkuat dalam biografi penulis yang
menunjukan bahwa E.W Hornung merupakan novelis asal Inggris yang terkenal
dengan kisah pencurian budiman di akhir abad ke-19 yang lahir pada 7 Juni
1866 dan meninggal pada 22 Maret 192, (Mr. Justice Raffles, 2013: 411). Selain
itu, pada bagian awal buku, penulis juga memperkenalkan tokoh Raffles ini
sebagai pemain kriket dari Inggirs abad ke-19. E.W Hornung banyak
menghabiskan hidupnya di Prancis dan Inggris. Maka dari itu dalam karya-
karyanya dominan menunjukan penggambaran latar sosial masyarakat Inggris.
Abad ke-19 di Inggris merupakan era Victoria (1830-1880). Periode ini
disebut sebagai periode Victoria karena terjadi pada masa kepemimpinan Ratu
Victoria. Pada masa ini juga terjadi revolusi industri yang membawa
perkembangan ekonomi dan teknologi industri yang pesat hingga ke seluruh
dunia. Revolusi ini mengandung segi-segi positif dan negatif. Salah satu
masalah yang paling serius adalah perbedaan yang semakin mencolok antara
yang kaya dan yang miskin. Pada novel karya E.W Hornung tokoh yang
digambarkan sangat mencolok antara kehidupan miskin dan kaya adalah
keluarga Garland, dan Camilla Bersize. Mereka merupakan masyarakat yang
semula kaya namun berubah menjadi miskin karena terjerat hutang. Hal itu

72
dikarenakan pada saat itu di Inggris banyak yang berprofesi sebagai seorang
pemberi uang pinjaman namun dengan kelicikan (rentenir) dan kegiatan
perjudian yang bisa menjatuhkan seseorang yang tadinya kaya menjadi miskin,
dalam novel ini rentenir kaya licik digambarkan oleh sosok Daniel Levy.
Dari segi kesusastraan, karya sastra yang unggul pada masa ini adalah prosa
atau novel.. Prosa lebih banyak dihasilkan dalam Periode Victoria. Membaca
novel menjadi sebuah kebiasaan yang tidak dapat dihilangkan dari masyarakat
Inggris pada masa Victoria. Karya-karya novel yang dihasilkan dalam Periode
Victoria umumnya disebut “novel-novel masalah” (problem novels). Hal ini
bisa kita dihat dalam tema yang diangkat dalam novel Mr. Justice Raffels yaitu
mengungkapkan tentang misteri kasus hutang keluarga Garland kepada Dan
Levy si lintah darat licik dan suka memeras orang kaya dan terlebih lagi pemuda
kaya dalam lilitan utang. Permasalahan ini dipecahkan oleh tokoh Raffles dan
Bunny dimana seorang rentenir harus membayar kejahatannya.
Ciri penting lainnya adalah bahwa kesusteraan prosa dan puisi pada era
Victoria ini memiliki tujuan untuk meningkatkan moral masyarakat maka,
novel ini disebut “novel-novel didakdik”. Jadi novel tidak saja menggambarkan
hidup bagaimana adanya, tetapi juga mengetengahkan bagaimana hidup itu
seharusnya. Nilai moral yang bisa kita ambil dalam novel ini adalah pencuri dan
rentenir sama-sama salah. Sama-sama bukanlah profesi yang pantas ditiru, apa
pun alasannya. Dan seperti kata Raffles, kalau setiap orang berpotensi untuk
melakukan kebaikan maupun kejahatan.

73
BAB III
PENUTUP

Simpulan

74
DAFTAR PUSTAKA
Winliam. Januari 2016. Kesusasteraan Inggris. Diunduh dari
http://winliam55.blogspot.com/2016/01/kesusasteraan-inggris.html pada
Jumat 03 Januari 2020.
Alfan. Feburari 2019. Periode Victoria Sejarah Latar Belakang Sosial

Masyarakat Inggris Periode Victoria. Diunduh dari

https://penapenasastra.blogspot.com/2019/02/periode-victoria.html

pada Jumat 03 Januari 2020.

Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Yuliana. 2017. BAB II Landasan Teori. Universitas Muhammadiyah Malang.


Diunduh dari
http://eprints.umm.ac.id/35960/3/jiptummpp-gdl-fitriyulia-48365-babii.pdf
pada Selasa 07 Mei 2019

75

Anda mungkin juga menyukai