oleh Kelompok 5:
NAOMIRA INTANIA SIREGAR (Ketua)
ANNISA SYAHFITRI
GALANG PRASETYA
2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Menganalisis Kebahasaan Artikel dan/atau Buku Ilmiah.
Makalah ini telah kami susun secara maksimal. Makalah ini dibuat untuk
mendapatkan nilai Bahasa Indonesia. Dalam membuat makalah ini bagian tersulit
adalah cara menganalisis kebahasaan artikel dan/atau buku ilmiah. Tidak dapat
disangkal bahwa butuh usaha yang keras dalam penyelesaian makalah ini.
Laporan ini telah kami selesaikan secara cepat dengan bantuan dari anggota
kelompok, di antaranya: Naomira Intania Siregar, Jihan Dwi Kartika, Afif Falah Ahmad
Damanik, Annisa Syahfitri, Galang Prasetya, dan Zainna Azzahra Lubis. Oleh karena
itu, kami sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga, dan pikirannya yang telah
diberikan.
Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Tapi kami sebagai penyusun sudah berusaha sebaik mungkin.
Sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan manfaat dan inspirasi bagi kami
maupun para pembaca sekalian.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………..i
Daftar Isi………………………………………………………………………………….....ii
BAB I: PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan……….………….……………………………………..………5
3.2 Saran..………………….…………….……………………………………..5
Daftar Pustaka..……………………..………………..…………………………….6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Bagaimana cara menemukan unsur kebahasaan artikel opini dan buku ilmiah?
BAB II
PEMBAHASAN
a. Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam cerita. Tokoh utama adalah tokoh
sentral atau tokoh yang sangat penting perannya dalam fiksi. Tokoh tambahan adalah
tokoh bawah atau tokoh yang tidak selalu diceritakan namun memiliki hubungan
dengan tokoh utama. Tokoh protagonis adalah tokoh yang disukai pembaca karena
sifat-sifatnya (biasanya hero, baik, penyelamat). Tokoh antagonis adalah tokoh yang
tidak disukai pembaca karena sifat-sifatnya (biasanya jahat, pengecut). Penokohan
merupakan teknik atau cara-cara tokoh ditampilkan atau dicitrakan di dalam fiksi.
Para ahli menunjukkan dua cara menampilkan atau mencitrakan tokoh, yakni cara
analitik dan cara dramatik. Secara analitik, perwatakan tokoh-tokoh cerita
ditampilkan atau dicitrakan langsung dalam bentuk perincian oleh pengarang. Secara
dramatik, perwatakan tokoh-tokoh cerita dicitrakan melalui dialog, pikiran, perasaan,
lukisan fisik, perbuatan, dan komentar atau penilaian tokoh lain dalam fiksi.
b. Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan
kausalitas. Di dalam alur terkandung peristiwa, konflik, dan klimaks. Peristiwa
merupakan peralihan dari satu situasi kepada situasi yang lain, baik peristiwa
fungsional (penentu bagi perkembangan alur), kaitan (satu peristiwa dikaitkan
dengan peristiwa yang lain agar masuk akal), maupun acuan (peristiwa yang diacu
melalui tokoh). Konflik merupakan peristiwa yang memunculkan kejadian-kejadian
yang sangat penting yang disebabkan oleh adanya interaksi antartokoh, tokoh
dengan masyarakat, tokoh dengan dirinya sendiri dalam dua atau lebih masalah yang
bertentangan. Klimaks merupakan konflik yang mencapai tahap memuncak dan tak
terhindarkan. Secara garis besar, alur dibagi dalam tiga bagian, yaitu awal, tengah,
dan akhir.
c. Latar atau setting adalah gambaran yang digunakan untuk menempatkan peristiwa
di dalam suatu penceritaan fiksi. Latar ini menyaran pada tempat, waktu, sosial
sehingga latar seringkali dibedakan menjadi tiga macam, yakni tempat, waktu, dan
sosial. Latar tempat berkaitan dengan kondisi geografis. Acuannya dapat berupa
pusat keramaian, pusat perbelanjaan, pusat olahraga, pusat perdesaan, pusat
perkotaan, sekolah, rumah, dan lain-lain. Latar waktu berkaitan dengan kondisi abad,
dasawarsa, abad, tahun, bulan, hari, jam, zaman, maupun historis. Latar sosial
berkaitan dengan kondisi tokoh atau masyarakat yang digambarkan dalam cerita.
Acuannya dapat berupa lapisan dalam masyarakat, budaya masyarakat, seni pada
masa tertentu, cara berpikir masyarakat pada masa tertentu, kehidupan beragama,
dan sebagainya.
d. Sudut pandang atau point of view memasalahkan siapa yang bercerita. Pencerita
akan menempatkan tokoh melalui berbagai cara atau pandangan dalam
menampilkan tokoh, laku, latar, dan peristiwa untuk menata cerita fiksi kepada
pembaca. Sudut pandang dibedakan menjadi sudut pandang orang pertama dan
orang ketiga. Jika tokoh tersebut adalah tokoh utama, cerita sudut pandangnya
adalah orang pertama (protagonis). Jika tokoh tersebut bukan tokoh utama, sudut
pandangnya adalah orang pertama pengamat (pengamat). Cerita yang
penyampaiannya dilakukan bukan oleh seorang tokoh yang ada dalam cerita tetapi
oleh penulis yang berada di luar cerita (dia/ia) disebut sebagai sudut pandang orang
pertama. Jika narator hanya menceritakan/memberikan informasi sebatas yang bisa
dilihat atau didengar dan belum sampai pada pengungkapan pemikiran, sudut
pandang cerita adalah orang ketiga.
e. Tema merupakan pokok pikiran atau dasar sebuah cerita yang memiliki kaitan
dengan makna kehidupan. Pada umumnya pengarang menawarkan kepada pembaca
tentang makna kehidupan, mengajak pembaca untuk melihat, merasakan, dan
menghayati makna kehidupan tersebut dengan cara memandang permasalahan itu
sebagaiman ia memandangnya.
Fakta adalah hal, keadaan, peristiwa yang merupakan kenyataan atau sesuatu yang
benar-benar terjadi. Dengan kata lain, fakta merupakan potret tentang keadaan atau
peristiwa. Oleh karena itu, fakta sulit terbantahkan karena dapat dilihat, didengar,
atau diketahui oleh banyak pihak. Namun, fakta bisa saja berubah jika ditemukan
fakta baru yang lebih jelas dan akurat. Fakta yang disajikan dalam teks editorial
berupa peristiwa dan data-data terkait dengan peristiwa yang dibahas. Kalimat yang
mengandung fakta biasa disebut kalimat fakta.
Selain menyajikan fakta, teks editorial juga dilengkapi dengan opini atau tanggapan
redaksi untuk mendukung pandangan atau sikapnya terhadap peristiwa yang sedang
dibahas. Jika fakta tidak terbantahkan, opini sebaliknya justru masih bisa
diperdebatkan. Dalam menanggapi satu objek atau peristiwa yang sama, akan timbul
berbagai pendapat yang sifatnya beragam. Opini dalam teks editorial dapat berupa
penilaian, kritik, prediksi (dugaan berdasarkan fakta empiris), harapan, dan saran
penyelesaian masalah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Editorial atau Tajuk rencana adalah sikap, pandangan atau pendapat penerbit
terhadap masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan masyarakat. Opini berisi
pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap
persoalan aktual, fenomenal atau kontroversial yang berkembang di masyarakat.
Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus
mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan. Menulis tajuk
memerlukan situasi dan kondisi tertentu yang sangat dipengaruhi oleh peristiwa atau
kejadian dalam pemberitaan sehari-hari. Tajuk tidak bisa mengupas suatu kejadian
yang sudah lama berlangsung.
3.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu semoga masih banyak generasi-generasi
baru, mahasiswa/i yang sedang mengambil mata kuliah skripsi untuk membedah
kembali sebuah editorial/ tajuk rencana dari surat kabar atau media lainnya, dengan
analisis wacana kritis yang beragam. Sehingga, dengan seiringnya kemajuan zaman,
kemajuan teknologi, setiap masyarakat juga dapat lebih melek media, dan
mengetahui sikap-sikap dari media. Selain itu, agar semua media bisa tetap
mempertahankan apa yang baik untuk kepentingan rakyat, dan bukan untuk
kepentingan pribadi, organisasi, maupun kepentingan lainnya, melainkan nilai-nilai
jurnalistik tetap diprioritaskan sebagai penyalur informasi kepada masyarakat. Semua
hal yang baik atau informasi yang buruk, seharusnya disampaikan secara transparan
kepada khalayak, tanpa kepentingan apapun.
5
DAFTAR PUSTAKA
Suryaman, Maman dkk. (2018). Bahasa Indonesia Kelas XII. Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang. Kemendikbud.