Anda di halaman 1dari 61

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Mrs. Rika Dartiara

Disusun oleh:
Tadris Bahasa Inggris Kelas C

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN) METRO


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Asalamualamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur kehadiran Allah SWT. Yang telah memberikan hidayahnya


kepada kita untuk berfikir. Sehingga penyusun dapat melaksanakan
tugas untuk pembuatan makalah dalam upaya untuk memenuhi syarat
mata kuliah.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan
Dosen dan sebagai wawasan tambahan yang membantu mahasiswa
untuk mendiskusikannya. Akan tetapi dalam penulisan ini penyusun
tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan sehingga kritikan atau
saran sangat diharapkan untuk supaya dapat memperbaiki kedepannya.

Semoga dengan disusunnya makalah ini Allah SWT. memberikan hikmah


dan manfa’at di dalammya, dan penyusun mohon maaf apa bila
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, sekian.

Wasalamu’alaikum wr.wb

Metro, 14 Desember 2021

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Materi 1

Menulis Akademik 3
1. Pengertian menulis 5
2. Fungsi tulisan 6
3. Jenis tulisan akademik………....………………………………………………………………………………7
4. Bagian-bagian tulisan akademik……………………………………………………………………………8
5. Pembuatan lampiran…………………………………………………………………………………………….9

Materi 2

Kutipan dan Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………….11

1. Pengertian Kutipan………………………………………………………………………………………….12
2. Cara menulis kutipan….……………………………………………………………………….…………..13
3. Tujuan kutipan…………………………………………………………………………………………………14
4. Kelemahan dan kelebihan kutipan……………………………………………………………………15
5. Pengertian daftar pustaka………………………………………………………………………………..17
6. Cara penulisan daftar pustaka…………………………………………………………………………18

Materi 3

Kalimat Efektif………………………………………………………………………………………………………………19

1. Pengertian kalimat
Efektif………………………………………………………………………………..20.
2. Ciri-ciri kalimat efektif………………………………………………………………………………………22
3. Syarat-syarat yang mendasari kalimat efektif…………………………………………………..23
4. Struktur kalimat efektif…………………………………………………………………………………….25

Materi 4

Wacana………………………………………………………………………………………………………………………..26

1. Kedudukan wacana dalam satuan kebahasaan……………..…………………………………27


2. Jenis wacana dilihat berdasarkan peserta………………………………………………………..28
3. Jenis wacana ditinjau dari berkomunikasi………………………………………………………..29
4. Alat-alat wacana………………………………………………………………………………………………31
5. Analisis wacana ……………………………………………………………………………………………….32

3
Materi 5

Berbicara Akademik……………………………………………………………………………………………………34

1. Berbicara akademik………………………………………………………………………………………..35
2. Menyusun bahan dalam bicara………………………………………………………………………36
3. Macam-macam berbicara dalam presentasi…………………………………………………..38
4. Tekhnik bicara dalam presentasi…………………………………………………………………….40

Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………………….41

Saran ……………………………………………………………………………………………………………………………42

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………43

4
BAB 1
MENULIS AKADEMIK

BAHASA INDONESIA

PEMBAHASAN

A. PengertianMenulis
Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan
dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya, memberi tahu,
meyakinkan, menghibur. Hasil dari proses kreatif menulis ini biasa disebut
dengan istilah tulisan alau karangan. Kedua istilah tersebut mengacu pada
hasil yang sama meskipun ada pendapat yang mengatakan kedua istilah
tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Istilah menulis sering
dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis ilmiah. Sementara, istilah
mengarang sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis nonilmiah.
Menulis dan mengarang sebenarnya dua kegiatan yang samakarena
menulis berarti mengarang (baca: menyusun atau merangkai, bukan
menghayal) kata menjadi kalimat, menyusun kalimat menjadi paragraf,
menyusun paragraf menjadi tulisan kompleks yang mengusung pokok
persoalan.Pokok persoalan di dalam tulisan disebut gagasan atau
pikiran.Gagasan tersebut menjadi dasar bagi berkembangnya sebuah

5
tulisan tersebut. Gagasan pada sebuah tulisan bisa bermacam-macam,
bergantung pada keinginan sang penulis.Melalui tulisannya, penulis
biasmengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan,pendapat,kehendak,dan
pengalamannya kepada pihak lain, dalam hal ini para pembaca.
Singkatnya, menulis sebagai sebuah keterampilan berbahasa adalah
kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan,perasaan, dan
pikiran-pemikirannya kepada oiang atau pihak lain dengan menggunakan
media tulisan. setiap penulis pasti memiliki tujuan dengan tulisannya itu,
antara lain, mengajak, menginformasikan, meyakinkan, membujuk atau
menghibur pembaca.

B. Jenis dan Fungsi Tulisan


Penjenisan tulisan dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain
berdasarkan keobjektifan masalah dan berdasarkan isi dan
sifatnya.Berdasarkan keobjektifan masalahnya tulisan dapat
dibedakanmenjadi tiga jenis, yakni: (1) tulisan ilmiah, (2) tulisan populer,
dan (3)tulisan fiktif.
Permasalahan yang disajikan melalui tulisan yang bersifat
ilmiahbetul-betul objektif, sebab permasalahan tersebut biasanya sudah
ditelitidenganseksama, baik melalui penelitian di lapangan, di
laboratorium,maupun dengan cara mengkaji buku-buku sumber yang
relevan denganpermasalahan tersebut. Selain itu, tulisan ilmiah disajikan
secarasitematis, logis, dan bahasanya lugas. contoh tulisan ilmiah, atau
lebihsering disebut dengan KTA, Karya Tulis Akademik, atau KTl, Karya
Tulisllmiah, itu adalah skripsi, tugas akhir, projek akhir,
makalah,laporanpraktikum, tesis, buku teks, dan disertasi.
Seperti halnya tulisan ilmiah, tulisan populer pun
sejatinyadisajikan secara sistematis, dengan bahasa yang lugas, tetapi
kelogisandan kelugasannya masih dapat
dipertanyakan.Kelogisankarangansemi-ilmiah atau tulisan populer masih
dapat dipertanyakan.Karenatulisan semacam ini dibuat penulisnya tanpa

6
penelitian yang seksama. Data yang dikemukakannya cenderung diwarnai
oleh pendapatnyasendiri, walaupun mungkin saja apa yang
dikemukakannya itu dapatdibuktikan kebenarannya.
Pada tulisan fiktif, cerita dan fakta yang disajikan betul-betulsangat
diwarnai oleh subjektivitas dan imajinasi pengarangnya,
sehinggapenafsiran pembaca terhadap masalah tersebut dapat beraneka
ragam.Hal tersebut lebih diperkuat dengan bahasa yang
dipergunakannya.Karangan fiktif cenderung mempergunakan ragam
bahasa yang bersifatkonotatif.contoh tulisan fiktif sering berupa puisi,
cerpen, novel, dandrama, serta skenario film.
Berdasarkan isi dan sifatnya, tulisan terdiri atas: (1) naratif,
(2)deskriptif, (3) ekspositorik, (4) persuasif, dan (5) argumentatif.
Karenasebuah tulisan dibentuk oleh serangkaianalineal paragraf,
makapenjenisan tulisan berdasarkan hal tersebut dapat ditinjau dari
komposisialineanya.Jika semua atau sebagian besar lulisan dibentuk oleh
alinea naratif, maka tulisan itu merupakan tulisan naratif.Begitu juga
bentuktulisanlainnya.Tulisan naratif merupakan sebuah tulisan yang
sebagian besarberisicerita.Meskipun di dalamnya terdapat gambaran-
gambaran untukmelengkapi cerita tersebut, namun secara utuh tulisan
tersebut bersifatcerita.
Seperti sudah dikemukakan sebelumnya bahwa penulis pasti
memiliki tujuan tertentu dengan tulisannya.Denganmengacupadatujuan
yang hendak dikemukakan penuris merarui turisannya, fungsitulisan dapat
diidentifikasi antara lain sebagai alat untuk: (1) menginfomasikan sesuatu
kepada pembaca, (2) meyakinkan pembaci,(3)mengajak pembaca,(4)
menghibur pembaca, (5) melarang ataumemerintah pembaca, (6)
mendukung pendapat orang lain, dan (7)menolak atau menyanggah
pendapat orang lain.

C. Jenis Karya Tulis Akademik

7
Karya tulis akademik (selanjutnya disingkat dengan KTA) yang
dimaksud di sini adalah karya tulis yang biasa disusun oleh masyarakat
akademik atau sebagai tugas-tugas yang bertalian dengan
kegiatanakademik pada suatu jenjang pendidikantinggi.Karena itu karya
tulis akademik dapat berupa karya tulis mulai yang sederhana sampai
dengan karya tulis yang kompleks.Jenis KTA meliputi: makarah, artiker,
kertas kerja, raporan penelitian, raporan praktikum, raporan buku yang
merupatan tugas-tugas yang diberikan seiring dengan proses kegiatan
akademik.
Laporan buku biasanya berupa penugasan dari dosen.Selain itu ada
KTA yangmerupakan prasyarat penyelesaian suatu jenjang pendidikan
tinggi. Misalnya, jenjang,Diplomalll, Diploma lV ,dengan namanya yang
bervariasitugas Akhir, proyek Akhir, dan ada juga yang menggunakan
istilah [KTI (Karya Turis ilmiah); sedangkan ,program/Jenjang strata l, ll,
dan III namanya hampir seragam di berbagai PT, skripsi (untuk
menyelesaikan program/ jenjang S-1 gelar sarjana),tesis (untuk
menyelesaikan jenjang/ program S-2, bergelar Master atau Magister),dan
Disertasi (untuk jenjang S-3, untuk meraih gelar Doktor).

D. Bagian-bagianKaryaTulisAkademik
Secara umum bagian-bagian karya tulis akademik dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni: bagian depan,bagiantengah,dan
bagian belakang.
Kelengkapan dan urutan untuk setiap bagian KTA
(skripsi,tugasakhir,proyekakhir,dan karya tulis ilmiah) disamping ada
keseragaman juga terdapat keberagaman.Keberagaman ini ditandai dengan
adanya aturan setempat-selingkungan yang berlaku khusus pada suatu
lengbangga pendidikan. Misalnya apayang berlaku di STPD pada suatu
lembaga pendidikan. Mislanya, apa yang berlaku di STPD mungkin
bebeda dengan yang berlaku di STBA.

8
Apa yang menjadi ketentuan di poltekes bias ada perbedaan dengan
apa yang berlaku di polban,misalnya.Berikut ini adalah rincian bagian
bagian KTA yang akan dijelaskanserba singkat satu per satu.
1) Bagian depan: sampul depan, halaman sampul, daftar isi,
katapengantar, halaman persembahan, halaman persetujuan,
halamanpengesahan, halaman daftar tabel, daftar gambarlgrafik,
dan daftarlampiran-serta abstrak.
2) Bagian tengah meriputi seluruh isi karya tulis mulai bab I,
pendahuluan sampai dengan bab terakhir, misalnya, bab V,
yangberisi simpulan dan saran.
3) Bagian belakang meliputi: lembar daftar pustaka, biodata
penulis,lampiran-lampiran, dan sampul belakang.
Berikut ini akan dijelaskan serba ringkas mengenai
ketentuanpembuatan bagian-bagian KTA mulai dari sampul
deparisampaidenganlampiran, dan sampul belakang.

1. Bagian Depan
a) Lembar Sampul
Bagian paling depan sebuah KTA adalah lembar sampur.
Lembarsampul dapat dibedakan atas lembar sampul luar dan
lembar sampuldalam. Pada dasarnya, isi rembar sampul, baik
luar maupun daramsamasaja, lazimnya berisi hal-hal sebagai
berikut:
1) Judul tulisan yang dituris dengan huruf kapitar semuanya;
2) Pernyataan tentang bentuk atau nama tulisan (ktai yang
dibuat, misalnya, skrlpsl, tugas akhir, tesis ditulis dengan
nurufkapital semuanya;
3) Pernyataan tentang maksud-tujuan pembuatan tulisan (kta),
ditulisdengan huruf kecil, kecuali huruf awal kata tulisan
judul dan yangdianggap perlu;
4) Logo atau lambang pt;

9
5) Identitas penulis, meliputi nama dan nim;
6) Lembaga-lembaga (fakurtas, jurusan, prodi), ditulis dengan
huruf awal kapital;
7) Identitas-nama lembaga perguruan tinggi, ditulis dengan
huruf kapital semua;
8) Nama kota tempat lembaga berada, ditulis dengan huruf
kapital semua;dan
9) Angka tahun pembuatan KTA, dituris pada baris paring
bawah.
10) Penulisan lembar sampul dapat dibedakan atas dua macam
yakni, sistem lurus dan sistem simetris.pada lembar sampul
yang ditulis dengan sistem lurus, semua pernyataan ditulis
lurus dari margin sebela kiri; sedangkan yang
menggunakan sistem simetris bertolak pada tengahhalaman,
kemudian diatur panjang ke kiri dan ke kanan secara
simetris.

b) Kata Pengantar
Kata pengantar berfungsi mengantarkan pembaca kepada
isi tulisan.olehsebab.itu, kata p-engantar hendaknya berisi
pernyataan_ pernyataan yang dapat menggambarkan isi tulisan
tersebut. Kata pengantar pada umumnya berisi:
1. Ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT;
2. Gambaran umum materi yang diuraixan;
3. Gambaran umum tentang cara memahami materi yang
diuraikan;
4. Mendorong membangkitkan minat orang untuk membaca
tuntas;
5. Ucapan terima kasih, apresiasi kepada pihak-pihak yang
membantu;

10
6. Harapan akan manfaat dari materi yang disajikan baik bagi
penulis, pembaca, atau pihak lain yang relevan;
7. Harapan penulis akan adanya kritik membangun dari
pembaca.

c) Daftar lsi
Di dalam tulisan ilmiah, daftar isi memiliki peranan
yang cukuppenting, terutama bagi pihak pembaca. Dengan
membaca daftar isi, pembaca akan mengetahui gambaran
permasalahan yang dikemukakanpenulis dengan agak
terinci. Hal ini sangat membantu pembaca dalam hal
mencari bagian-bagian tulisan yang diperlukan. Selain itu,
pembaca pun akan terbantu dalam memahami isi tulisan.
Permasalahan yang luas akan cukup mudah dipahami,
apabila dibagi atas bagianbagian yang lebih atau khusus.
Ketentuan penulisan daftar isi adalah sebagai
berikut:
1) Daftar lsi harus ditulis pada halaman yang utuh,
halaman baru.
2) Perkataan DAFTAR lSl harus ditulis dengan huruf
capital semuanya.
3) Perkataan Daftar lsi harus ditulis di bagian tengah atas
halaman atau di sebelah kiri atas bergantung pada
sistem penulisan lembar sampul.
4) Pada sebelah kanan atas, di bawah perkataan daftar isi
tuliskan kata "halaman" dengan huruf kecilsemuanya.
5) Tuliskanlah semua judul beserta subjudulnya secara
berurutan, tanpa nomor urut .
6) Hubungkan judul/ subjudul dengan nomor halamannya
dengan tanda titik-titik.

11
7) Nomor halaman Daftar lsi dengan angka Romawi kecil
di bagian bawah tengah halaman.

d) Daftar Lampiran
Bila di akhir tulisan kita melampirkan banyak hal,
maka haruspula kita buat daftarnya dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Halaman "daftar lampiran" dibuat pada halaman yang
utuh.
2) Tuliskanlah perkataan "daftar larnpiran,,dengan huruf
kapital secara simetris atau dimulai dari margin sebelah
kiri.
3) Di sudut sebelah kanan halaman di bawah perkataan
“daftar lampiran" tuliskanlah halaman dengan huruf
kecil.
4) Tuliskanlah semua lampiran yang ada secara berurut,
nomor urut.
5) Hubungkanlah setiap judul lampiran dengan
halamannya dengan. tanda titik.
6) Halaman "daftar lampiran" diberi nomor halaman
dengan angka arab di bagian bawah tengah halaman.

e) Lembar Abstrak Tulisan


Di dalam KTA, abstrak dapat diartikan ringkasan
atau ikhtisar tulisan. Abstrak dibuat untuk lebih
memudahkan pembaca mengetahui hal-hal penting yang
terdapat pada KTA itu. Pembuatan abstrak atau ada juga
yang menggunakan istilah ekstraks biasanya hanya
dilakukan pada KTA yang disusun sebagai prasyarat
akademik dengan permasalahan yang cukup luasi
kompleks, misalnya: skripsi, proyek akhir, tesis, dan

12
disertasi. Lembar abstrak atau ekstrak dibuat dengan
ketentuan-ketentuan berikut:
1) Perkataan abstrak/ ekstrak ditulis pada halaman utuh.
2) Perkataan abstrak/ ekstrak ditulis dengan huruf kapital
di bagian atas tengah halaman atau dimulai pada margin
sebelah kiri, bergantung pada sistem penulisan lembar
sampul.
3) Penulisan abstrak/ ekstrak tidak melebihi dua halaman.
4) Penomoran lembar abstrak dengan angka Romawi
kecil di bagian bawah tengah halaman.

2. Bagian Tengah
Bagian tengah tulisan dalam hal ini memuat keseluruhan isi
KTA.Isi tulisan bisa beragam,bergantung,pada keluasan
permasalahan yang dikemukakan dalam KTA. Bila
permasalahannya cukup luas, misalnya, permasalahan di dalam
skripsi/ tesis/ tugas aikhir, bagian tengah KTA biasanya terdiri dari
beberapa bab. Setiap bab, berisi hal-hal sebagai berikut.
Misalnya,BAB I pendahuluan, Bab ll, Landasan teoritis, Bab lll,
Analisis Data, Bab IV, Simpulan dan Saran.
Setiap bab tersebut terdiri atas sub-subbab. Tetapi, bila
permasalahannya tidak terlalu luas, misalnya, permasalahan dalam
sebuah makalah, maka bagian tengahKTA hanya metiputi: bagian
permasalahan (sebagai pendahuluan), bagian data, bagian
pemecahan masalah, dan bagian penutup.Ada empat hal penting
yang harus diperhatikan dalam penulisan bagian tengah-isi. KTA
adalah penomoran halaman,pengutipan,penyajiandata,sistematika
penulisan judul,dan sub judulnya.
1) Penomoran Halaman
Semua bagian tengah halaman KTA, mulai dari bab
I (pendahuluan) sampai dengan bab terakhir yang lasimnya

13
berupa bab simpulan dan saran, dinomori dengan angka
Arab, yakni angka: 1, 2, 3, 4, dst. di sudut kanan atas
haraman. sedangkanhalaman yang berjudul bab,
maksudnya halaman yang ada judul bab, maka nomor
halaman dituliskan di tengah bawah halaman. Halaman
lanjutannya bernomor halaman di sebelah kanan
atas.Penomoran halaman berlaku mulai dari halaman
pertama Bab I sampaidengan halaman akhir lampiran.

2) Pengutipan
Pengutipan dalam penulisan karya tulis akademik
(KTA) merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan bisa
dikatakan sebuah keharusan. Pengutipan biasa dibedakan
menjadi dua, yaitu dari segi cara dan kuantitasnya. Dari
segi caranya: ada kutipan langsung dan tidak langsung;
kedua, dari segi kuantitasnya, kita kenal ada kutipan
pendek dan kutipan panjang.Kutipan langsung artinya, si
penulis mengutip suatu pendapat, teori, data, atau definisi
secara langisung apa adanya, seperti tercetak pada sumber
kutipan, tanpa perubaian sedikit pun. sedangkan kutipan
tidak langsung, maksudnya adarah si penulis hanya
mengutip inti sari gagasan, pokok pikiran seorang pakar,
misarnya, sedangkan redaksinya merupakan redaksi-
kalimat si penulis.Kutipan panjang adalah kutipan yang
panjangnya terdiri dari lima baris atau lebih. Sedangkan
kutipan pendek adalah kutipan yang panjangnya hanya
terdiri dari empat baris atau kurang.
Perlu dipahami, ada perbedaan daram cara
menuliskan kutipan Panjang dan pendek. Kutipan pendek,
panjang kutipan empat baris atau Kurang; kutipan diketik
dengan spasi ganda/dua spasi, sama dengan jarak ketika

14
KTA, kutipan diapit oleh tanda kutip; dan kutipan
diserangkaikan dengan kalimat penulis. sedangkan kutipan
pajang,panjang kutipan terdiri dari lima baris atau lebih;
kutipan diketik dengan spasi rapat/ satu spasi; kutipan,
ditempatkan pada alinea tersendiri, dan kutipan tidak
diapit tanda kutip.

3) Penyajian Data
Data baik berupa angka maupun fakta biasanya
disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram. Bila
data disajikan dalam tabel, maka harus diperhatikan empat
hal, yaitu: nomor tabel, judul tabel, sajian data dan sumber
data. Contohnya:

4) Sistematika Penulisan Judul dan Subjudul


1) Judul setiap bab ditulis dengan huruf kapital,
bernomor bab, dituliskan di tengah atas halaman
atau di margin sebelah kiri.
2) Judul bab baru ditulis pada halaman yang utuh,
bernomor halaman di tengah bawah.
3) Subjudul ditulis dengan huruf awalnya berhuruf
kapital, kecuali kata hubung, kemudian digaris
bawahi kata per kata. Sub dari subjudul ditulis
dengan huruf awal kapital tidak digaris bawahi
melainkan dicetak tebal.

3. Bagian Betakang KTA


Bagian belakang KTA, lazimnya terdiri atas Daftar
pustaka, Riwayat Hidup penulis, dan lampiran-lampiran. Berikut
ini akan dijelaskan satu per satu secara ringkas-lengkap.
a. Daftar pustaka

15
Pembuatan daftar pustaka merupakan bagian
pekerjaan dalam penulisan ilmiah. Hal ini sebagai bentuk
tanggung jawab dan etika ilmiah bagi seorang penulis
karena penulisannya -didasarkan atas sejumlah informasi
atau teori yang diperorerr dari sumber-sumber lain.
pembuatan daftar pustaka sangat erai kaitannya dengan
pungutipan di dalam isi tulisan (lihat bahasan pengutipan).
Sumber-sumber pustaka yang dapat dimanfaatkan
dalam penulisan ilmiah meliputi sumber tercetak maupun
elektronik. Ragam sumber itu melipti buku dan publikasi
yang serupa, artikel dan publikasi lain dalam cetakan
brkalaprosiding,pusat sistem informasi (katalog
perpustakaan, database bibliografi, dan sumber elektronik
lain),indeks (surat kabar,majalah,dan
jurnal),biblografi(daftar yang berhubungan dengan
publikasi dan material lainnya), koleksi abstrak (artikel
jurnal dan leturatur lainnya),panduan (guide),
kaus,ensiklopedia,sumberbiografi,buku tahunan (yearbook),
almanak (publikasi tahunan berisi data khususnya statistik
tentang berbagai subjek),atlas (koleksi peta),gezetter
(informasi geografis),sumber-sumber statistik, CD-
ROM,kaset,dsb. Secara konvensi internasional, ada lima
gaya pendokumentasian yang dikenal umum bergantung
pada disiplin keilmuan dan kebijakan lembaga pendidikan
yang diambil.
- APA (American
PsychologicalAssociation).
- MLA (Modern
LanguageAssociation).
- CMS (The
ChicagoManuatofStyle).

16
- CBE (CouncilBiologyEditors).
- COS (Columbia Online Style).

b. Adaptasi pendaftarpustakaan di lndonesia


Pada bagian sebelumnya kita sudah dapat mengenal
beberapa gaya pendaftarpustakaan yang berlaku di dunia
internasional. Selanjutnya di sini akan penulis sampaikan pula
berbagai hal teknis yang disesuaikan dengan Ejaan yang
Disempurnakan.Diindonesia gaya yang diadaptasi adalah gaya
APA. Ketentuan-ketentuan penulisan daftar pustaka, diatur sebagai
berikut:
- Halaman Daftar Pustaka dibuat pada halaman yang
utuh-baru;
- Perkataan DAFTAR PUSRAKA ditulis dengan huruf
kapital semua secara simetris atau dimulai pada
margin sebelah kiri, bila sampul KTA ditulis dengan
sistem lurus;
- Pernyataan nama penuiis di dalam Daftar pustaka
ditulis tanpa gelar akademik;
- Unsur daftar pustaka tidak diberi nomor atau alfabet
untuk mengurutkan;bila nama terdiri atas dua unsur
atau lebih, susunannya dibalik, dan seterah unsur
semua nama dibarik, kemudian disusun secara
alfabetik:
- Halaman Daftar pustaka dinomori dengan angka Arab
di bagian tengah bawah, dan halaman lanjutannya
ditempatkan di sudut Kanan atas.

B. Pembuatan Lampiran

17
Bila akan menyusun lampiran, harus kita perhatikan hal-hal
berikur,
1. Kata lampiran ditulis di bagian atas tengah lampiran.
2. Kata LAMPTRAN ditulis dengan huruf kapital semua,
sedangkan nomor lampiran ditulis dengan angka Arab.
Misalnya, LAMPTRAN 7.
3. Judul lampiran ditulis di bawah nomor lampiran dengan
huruf kapital semua.
4. Setiap lampiran dinomori dengan angka Arab di sudut
Kanan atas halaman.
5. Nomor halaman merupakan nomor urut kelanjutan dari
nomor halaman sebelumnya.

18
BAB II

KUTIPAN DAN DAFTAR PUSTAKA


PEMBAHASAN

PENGERTIAN KUTIPAN
Definisi Kutipan
Kutipan merupakan pendapat atau pernyataan dari seorang pengarang yangdiambil dari
teks acuan yang berfungsi untuk memperkuat pendapatsehingga memiliki dasar yang dapat
dipertanggungjawabkan. Definisi Secara sederhana, kutipan adalah semua kalimat dan atau
paragraf yang bukan berasal dari ide/tulisan Anda. Biasanya seorang penulis atau pengarang
mengambil tulisan orang lain untuk menjadi bagian dalam tulisannya.

PENULISAN SUMBER KUTIPAN


Kutipan dibedakan menjadi dua yakni, kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
Pada bagian ini akan dibahas kutipan langsung beserta teknik  penulisannya.
A. Kutipan Langsung
Kutipan langsung merupakan pinjaman pendapat seorang pengarang denganmengambil teks
secara lengkap dari sebuah teks asli dan ditulis apa adanya.
Dinamakan kutipan langsung panjang jika kata lebih dari 40 kata atau lebihdari tiga baris
ketikan.Kaidah penulisannya:
(1)Teks diketik dalam spasi tunggal.
(2)Teks kutipan tidak dimasukkan dalam teks, tetapi ditempatkan padatempat tersendiri.
(3)Pengetikan dibuat menjorok ke dalam dari teks dengan ketentuan dimulai pada ketukan ke-5
dari garis tepi sebelah kiri

19
.(4)Kutipan langsung panjang tidak diapit dengan tanda petik

Contoh Cara Menulis Kutipan Langsung Pertama

Kutipan merupakan bagian dari pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan atau
penelitian dari penulis lain, atau penulis sendiri yang telah (menurut penulis kata telah harus
dihilangkan) terdokumentasi, serta dikutip untuk dibahas dan ditelaah berkaitan dengan materi
penulisan (Azahari, 2005: 38).

Contoh Cara Menulis Kutipan Langsung Kedua

Kompetensi adalah kemampuan teknikal yang membedakan perusahaan dengan pesaing.


Sementara bagi individu, kompetensi adalah kombinasi pengetahuan, keahlian, dan kebisaan
yang mempengaruhi kinerja kerjanya. Ia mengaku, definisi kompetensi adalah bisa sangat
beragam dan berbeda dari satu orang ke orang lainnya. (Steven Moulton, SPHR)

Contoh Cara Menulis Kutipan Langsung Ketiga

"Hormon leptin yaitu hormon yang mengontrol nafsu makan akan berkurang sehingga membuat
nafsu makan meningkat." (Haryono, 2003:78)

Contoh Cara Menulis Kutipan Langsung Keempat

Ruky (2003: 104) mengutip pendapat Spencer & Spencer. Kompetensi adalah
“anunderlyingcharacteristicofan individual thatiscasuallyrelatedtocriterion –
referencedeffectiveand/or superior performance in a joborsituation” (Kompetensi adalah
karakteristik dasar seseorang yang mempengaruhi cara berpikir dan bertindak, membuat
generalisasi terhadap segala situasi yang dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam diri
manusia).

B. Kutipan Tidak Langsung

Cara menulis kutipan tidak langsung diintegrasikan dengan teks, jarak antar baris kutipan ialah
spasi ganda, kutipan tidak diapit dengan tanda kutip/petik dua ("..."), kemudian ditulis sumber
kutipan. Dalam proses menulis kutipan tidak langsung, penulis dituntut untuk memiliki
pemahaman sebelum menuliskannya kembali. Bisa dikatakan cara menulis kutipan tidak

20
langsung adalah cara penulis menyampaikan kembali ide gagasan dengan gaya bahasanya
sendiri.

Bila dicontohkan dengan sederhana, cara menulis kutipan tidak langsung hanya menambahkan
sedikit kata atau kalimat untuk mengubahnya seolah disampaikan oleh penulis sendiri.
Dimisalkan “Michelle Doe (2016: 27) berpendapat bahwa kecerdasan buatan merupakan suatu
sistem yang di dalamnya terdapat entitas ilmiah yang berfungsi untuk memproses data eksternal
secara cepat dan akurat.”

Ciri paling khas dari cara menulis kutipan tidak langsung, teks yang ditulis tidak akan sama
persis seperti sumber aslinya. Lalu penulis akan tetap mencantumkan sumber referensi pada
setiap kutipan yang dituliskannya. Agar bisa lebih memahami cara menulis kutipan tidak
langsung, simak baik-baik contohnya.

Contoh Cara Menulis Kutipan Tidak Langsung Pertama

Seorang mahasiswa hendaknya harus dapat menentukan metode penelitian yang akan dia
gunakan saat hendak membuat skripsi, tesis, maupun disertasi. Adapun salah satu metode yang
mesti mereka tentukan adalah kualitatif atau kuantitatif. Jika mahasiswa lebih menyenangi
statistik, maka metode kuantitatif bisa dipilih dan digunakan untuk bahan penelitiannya.
Sebaliknya, jika mahasiswa lebih senang menganalisa suatu peristiwa, maka metode kualitatif
bisa dipilih dan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan.

Sumber: Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2013), hlm 4.

Contoh Cara Menulis Kutipan Tidak Langsung Kedua

Keraf (1983) berpendapat bahwa argumentasi merupakan pendapat yang disampaikan secara
lisan ataupun tertulis untuk meyakinkan pendapat yang diutarakan dan dapat mempengaruhi
keyakinan orang lain.

Contoh Cara Menulis Kutipan Tidak Langsung Ketiga

Menurut hasil penelitian beberapa pakar terhadap CEO (ChiepExecutiveOfficer) yang telah
berhasil di berbagai Negara, sumbangan IQ dalam keberhasilan hidup dan pengembangan karier

21
seseorang hanya mencapai 20% sedangkan 80% justru dipengaruhi kecerdasan emosional
(EmotionalQuotience) seperti dikutip dari jurnal Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya.

Contoh Cara Menulis Kutipan Tidak Langsung Keempat

Dalam buku "Dasar-Dasar Organisasi Manajemen" yang terbit tahun 1993, Sarwoto
menjelaskan supervisor adalah seseorang di dalam suatu organisasi yang bertanggung jawab
terhadap kelompok kerjanya. 

Tujuan penulisan sumber kutipan dan daftar pustaka


1. Agar terhindar dari tuduhan penjiplakan (plagiarism) Salah satu fungsi kutipan adalah untuk
menguatkan atau mendukung tulisan ilmiah Anda. Oleh karena itu, Anda harus mencantumkan
sumber kutipan Anda secara singkat di bagian akhir setelah kalimat kutipan atau tepat sebelum
kalimat kutipan (paling dekat dengan kalimat kutipan) dan menuliskan sumbernya secara
lengkap pada daftar pustaka. Dengan melakukan ini sebenarnya Anda sedang menghindarkan
diri dari masalah di kemudian hari terkait dengan mengambil hak cipta karya tulis seseorang
tanpa ijin.

2. Menghargai penulis sebelumnya Ketika Anda menuliskan secara lengkap sumber kutipan dan
daftar pustaka, sebenarnya Anda sedang menghargai orang yang mempunyai ide tersebut.
Selain itu, juga pengakuan bahwa teks pada bagian tersebut adalah dari ide, argumen, dan atau
analisa orang lain.

3. Membantu pembaca yang ingin tahu lebih dalam mengenai sumber kutipan Salah satu
manfaat dari menuliskan sumber kutipan dan daftar pustaka secara lengkap adalah membantu
pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam tentang kutipan tersebut. Kadang-kadang pembaca
tertarik untuk membaca lebih dalam tulisan yang Anda kutip. Dengan demikian, pembaca dapat
menelusuri informasi dari sumber kutipan dan kemudian mendapatkan rincian lengkapnya pada
daftar pustaka.

KELEMAHAN DAN KELEBIHAN KUTIPAN


1. Kelebihan Kutipan Memudahkan mahasiswa dan pelajar dalam membuat kutipan ke dalam
catatan kaki ataupun daftar pustaka di Google docs. Mahasiswa maupun pelajar tidak perlu lagi
22
menulis dan mengubah kutipan yang ada dengan cara baru ini. Hanya dengan di kutip otomatis
langsung ada di catatan kaki.Mempercepat waktu dalam mengerjakan karya ilmiah dan tidak
ribet lagi karena mahasiswa atau pelajar tidak perlu membuka website atau file-file yang ada di
Google .Mahasiswa dan pelajar tidak perlu pusing karena di Google ini menyediakan
banyaknya kutipan-kutipan, kutipan-kutipan yang ada adalah kutipan orang-orang terpercaya
dan orang-orang terkenal yang pastinya sangat membantu untuk membuat karya ilmiah para
mahasiswa dan pelajar.

3.7. Kelemahan Kutipan Masih di ragukan kebenaran kutipan tersebut karena ada banyaknya
kutipan maka dari itu mahasiswa maupun pelajar harus memilih lagi kutipan-kutipan yang
bermutu. Dalam mengerjakan kutipan tersebut secara otomatis hanya bisa di Google docs
karena kutipan atau Citation ini masih berhubungan dengan Google. Dengan hanya bisa Google
docs mahasiswa atau pelajar tidak bisa melakukan cara baru ini di Ms.Word ataupun aplikasi
yang serupa.

A. DEFINISI DAFTAR PUSTAKA


Daftarpustakaataubiografiadalahdaftaryang berisijudulbuku, artikel-artikel, danbahan-
bahanpenerbitanlainnya, yang mempunyaihubungandengankarangan yang ditulisnya. Hal-hal
yang perludiperhatikandalammenyusundaftarpustaka antara lain:
1. Namapenulisdiurutkanberdasarurutanalfabet. Nama akhirataunamakeluarga (marga) ditulis
terlebih dahulu.
2. Baris pertamadimulaidari margin sebelahkiri, bariskeduadanselanjutnyadimulaidengan 3
ketikankedalam.
3.jarak antarbarisuntuksatu referensi adalahsatuspasisedangkanjarakantara pokoksatudengan
yang lain adalahsatusetengah (1,5) ataudua (2) spasi.4. jikauntukseorangpenulis
terdapatlebihdarisatubahanreferensi,
makauntukreferensikeduadanseterusnyaharusdicantumkanulang.
Unsur-unsurdalamdaftarpustakaadalah:
1. Namapenulisditulisdenganurutannamaakhir, namaawal, dannamatengah,
dantanpamenuliskangelar akademiknya.
2. Tahun penerbitan.
3. Judulbuku/tulisan, termasuksubjudul (dicetak miring)4. Kotatempatpenerbit.

B. CONTOH PENULISAN DAFTAR PUSTAKA

1. Daftar Pustaka Untuk Buku


Cornel, Naiboku. 1985. KeteknikanPabrikdalamSuatuSistemManagemenIndustri. Jakarta:
AkademikaPressindo
23
Kartodirjo. 2007. PertaniandanKehutanan di Indonesia. Solo: CV Pelita
Laila, Anna danYusritaErendy. 2011. HidroponikdanPengelolaannya. Palembang: SuryaKencana Sakti

2. Daftar Pustaka Untuk Majalah, Koran, Katalog, atau Brosur


Hadi, Kristanto. 1999. “Desain Filter AktifSederhana”Elektron.Nomor 28 Tahun XXII, Hlm. 289.
Nurbaya. 2008. “PertanianOrganik yang Benar” Kompas. 10 Agustus 2008

3. Daftar Pustaka Untuk Terbitan Instansi/Lembaga


BPS. StatisticalPocketbookof Indonesia. JakartaMPR RI. 1996. Hasil-HasilSidangUmumIV. Jakarta:
DepartemenPenerangan RIPusatPembinaandanPengembangan Bahasa. 2011.
PedomanPenulisanKaryaIlmiah. Jakarta: DepartemenPendidikandanKebudayaan

4. Daftar Pustaka Artikel Dalam Kumpulan Karangan


Dardjowodjojo, S. 1992. “Lima PendekatanMutakhirdalamPengajaran Bahasa”. DalamSumardi (Ed.),
BeberapaPendekatandalamPengajaran Bahasa dan Sastra (hlm. 30—70).
Jakarta:PustakaSinarHarapan.

5. Daftar Pustaka Dari Internet


Agah, Heddy R. 2007. Network: A
ToolfortheHigherEducationInstitutiontowardImprovingQualityofEducationandChalenggetheGlobalizati
on. http://www.pnj.ac.id. Diakses 19 Januari 2013 Arifin, Ahmad. 2012.Penanganan
HutanTropis.http://arifin.ac.id.cintahutan/. Diakses 12 April 2013

6. Daftar Pustaka Dari Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Laporan Penelitian


Agustina, Aryanti. 2013. “PengembanganModulKeterampilanMenulis I Program StudiPendidikan
Bahasa Sastra Indonesia dandaerahFakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitasBaturaja”. Tesis.
Palembang: FKIP UniversitasSriwijaya.

Fitri, SitiNurulAidil. 2009.“Pertumbuhan danProduksiTanamanPadi yang


diinokulasidenganBakteriEndofitikPemacuTumbuhdanDipupuk Nitrogen Pada Tanah
AsalLahanLebak”.Tesis.Palembang: FPUniversitasSriwijaya

7. Makalah yang Disajikan Dalam Seminar atau Lokakarya Djamaris, E. 1990.


“NilaiBudayadalam Sastra (Kaba) Minangkabau”.MakalahDisampaikandalam Seminar Hubungan
Sastra danBudaya Se-Jakarta, padatanggal 17 Maret 1990 di Jakarta

24
BAB III

KETERKAITAN ANTAR
LINGKUNGAN PENDIDIKAN

PEMBAHASAN

A. Pengertian KalimatEfektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur /
penulisanya secara tepat sehingga dapat di pahami oleh pendengar / pembaca secara tepat
pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memliki kemampuan menimbulkan
gagasan atau pikiran gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain,
kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pemikiran penulis atau pembicara secara
tepat sehingga pendengar / pembaca dapat memahami ikiran tersebut dengan mudah, jelas
dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Efektif mengandung pengertian tepat guna artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada
sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah ketetapan penggunaan kalimat
dan ragam bahasa tertentu dalam situs kebiasaan tertentu pula. Beberapa definisi kalimat
efektif menurut para ahli bahasa, yaitu :
1. Kalimat eektifdalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat
komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup , segar,
mudah dipahami, serta mampu menimbulkan daya khayal pada diri pembaca.
(Rahayu ; 2007).
2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehinga mudah dipahami
rang lain secara tepat. (AkhadiahArsjad, dan Ridwan ;2001).

25
3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai denga kaidah,
ringkas, dan enak dibaca. (Arifin ;1989).
4. Kalimat efektif dapat dipahami sebagai sebuah kalimat yang dapat
membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas pdat
dan mudah di mengeti dan diartikan. (Arif HP ;2013).

26
B. Ciri – Ciri KalimatEfektif
Kalimat dinyatakan efektif jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kesatuan
gagasan, kesepadanan struktur, keparalelan, kehematan, kelogisan, kecermatan,
kebervariasian, ketegasan, ketepatan, kebenaran struktur dan keringkasan.

1. Kesatuangagasan
Kalimat efektif hanya mengandung satu gagasan bukan lebih. Perhatikan
contoh berikut yang mempunyai gagasan lebih dari satu.

Melihat perkembangan penduduk RW 02 Kampung Cijantung yang semakin


padat namun tidak didukung dengan kemampuan perekonomian yang cukup
yang tanpa kita sadari bahwa peningkatan tersebut memerlukan sarana
prasarana yang memadai.

Kalimat tersebut mempunyai tiga gagasan:


a. Perkembangan penduduk RW 02 Kampung Cijantungsemakinpadat
b. Perkembangan itu tidak didukung perekonomian yangcukup
c. Kita tidak menyadari bahwa perkembangan itu memerlukan sarana
prasarana yangmemadai.
Kalimat tersebut dapat diganti dengan: Perkembangan penduduk RW 02
Kampung Cijantung semakin padat, tetapi tidak didukung oleh
perekonomian yang cukup dan sarana prasarana yang memadai.

2. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan dalam kalimat adalah adanya
keseimbangan pikiran atau gagasan dengan struktur kalimat. Dalam membuat
kalimat yang sepadan dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
a. Kalimat memiliki subjek dan predikat yang jelas Tidak diharapkan oleh
bangsa manapun, tetapi kenyataannya kita harus dapatmenerimanya
dengan tabah. (apa dan siapa yang tidak diharapkan oleh bangsa
manapun).2

b. Kata depan tidak berada di depan subjek


1) Bagi semua mahasiswa baru harus segera konfirmasi(salah)
2) Semua mahasiswa baru harus segera konfirmasi(benar)
c. Konjungsi intrakalimat tidak dipakai di dalam kalimattunggal
1) Saksi tidak hadir. sehingga persidangan ditunda minggu depan(salah)
2) Saksi tidak hadir sehingga persidangan ditunda minggu depan(benar)
d. Predikat tidak didahului konjungsiyang
1) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu(salah)
2) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu(benar)
e. Subjek tidakganda
1) Pertandingan ini Saya mewakili Kota Serang(salah)
2) Dalam pertandingan ini, Saya mewakili kota Serang(benar)

3. Keparalelan (Kesejajaran)
Keparalelan adalah kesamaan bentuk atau makna yang digunakan di dalam
kalimat.
a. Atma Jaya terpercaya dan dijamin kualitasnya (salah) Atma Jaya
terpercaya dan terjamin kualitasnya(benar)
b. Anita memetiki setangkai bunga (salah) Anita memetik setangkai
bunga (benar)

c.
4. Kehematan
Sebuah kalimat efektif memiliki ciri yang tidak menggunakan katakata yang
mubazir. Ada beberapa cara dalam menghemat kata, yaitu:
(1) tidak mengulang subjek,
(2) tidak memakai bentuksubordinat,
(3) tidak menggunakan kata bersinonim,dan
(4) tidak menjamakkan kata-kata yang sudah jamak
Contohnya :
a. Anda tidak boleh mengikuti ujian jika Anda dating terlambat (salah)
Anda tidak boleh mengikuti ujian apabila dating terlambat(benar)
b. Tetangga saya membeli mobil BMW (salah)
Tetangga saya membeli BMW(benar)
c. Belajar adalah merupakan tanggung jawab mahasiswa
(salah) Belajar merupakan tanggung jawab
mahasiswa(benar)
d. Ada banyak persaingan-persaingan perusahaan dalam penciptaan
teknologi baru(salah)

Ada banyak persaingan perusahaan dalam penciptaan teknologi baru (benar)

5. Kelogisan
Kalimat dikatakan efektif jika dapat diterima oleh akal sehat.
a. Waktu dan tempat kami persilakan(salah)
Bapak Sudirman, kami persilakan maju ke mimbar (benar)
b. Untuk mempersingkat waktu, marilah kita…(salah)
Untuk meghemat waktu, marilah kita… (benar) Untuk memanfaatkan waktu,
marilah kita… (benar)

6. Kecermatan
Kalimat efektif harus ditulis secara cermat, tepat dalam diksi sehingga tidak
menimbulkan tafsir ganda. Perhatikan contoh berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menjadi Putri Indonesia
tahun ini(salah)

Mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi yang terkenal itu menjadi putri
Indonesia (benar)
b. Bayi yang mendapat ASI lebih sedikit mengandung virus dibandingkan
dengan bayi yang mendapat susu botol(salah)
Bayi yang mendapat ASI akan lebih sedikit mengandung virus dibandingkan
dengan bayi yang mendapat susu botol (benar)
c. Pengumuman itu akan diumumkan kepada umum minggu depan (salah)
Pengumuman itu akan dipublikasikan kepada khalayak minggu
depan(benar)

7. Kebervariasian
Kalimat yang efektif menunjukkan adanya penggunaan kalimat yang tidak
monoton. Contoh kalimat yang tidak monoton:
a. Anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang orangtuanya
b. Perhatian dan kasih sayang orang tua dibutuhkananak
c. Dibutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua kepadaanak

8. Ketegasan
Ketegasan dapat dinyatakan dengan memberi penonjokan atau penekanan pada
ide pokok kalimat. Untuk menonjolkan atau menekankan ide poko dapat dilakukan
dengan:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan di depankalimat
1) Angka kemiskinan makin meningkat sehingga tindak criminal juga makin
banyak (penekanan pada angkakriminal)
2) Tindak criminal makin banyak karena angka kemiskinan makin
meningkat (penekanan pada tindakkriminal)
b. Mengurutkan kata secarabertahap
1) Bukan satu atau dua, melainkan puluhan TKW menderita
karena perlakuan majikan di ArabSaudi
2) Korban tsunami di Jepang ditemukan puluhan, ratusan, bahkanribuan
c. Mempertentangkan ide yangditonjolkan
1) Perusahaan itu tidak bangkrut, tetapi berkembang denganpesat
2) Surti gemuk, tetapigesit
d. Menggunakan partikelpenekanan
1) Buanglah semua prasangkaburukmu!
2) Indonesia pun tidak mau ketinggalan membangun monorel
e. Mengulangkata
1) Siti ibu yang baik, ibu yang senantiasa mau berkorban demianak-anaknya
2) Sudah merupakan kewajiban bagi mahasiswa untuk belajar, belajar
dan belajar
9. Ketepatan
a. Posisi ketujuh korban saat ditemukan warga dan aparat kepolisian
berada dalam satu ruangan(salah)
b. Ketujuh korban, saat ditemukan warga dan aparat kepolisian, berada
dalam satu ruangan(benar)
c. Posisi ketujuh korban, saat ditemukan oleh warga dan aparat kepolisian
di dalam satu ruangan(benar)

10. Kebenaran
Struktur Kebenaran struktur dalam bahasa Indonesia artinya tidak menggunakan
unsur-unsur asing atau daerah dalam kalimatnya. Unsur bahasa Inggris, which dan where
tidak dapat disepadankan dengan konjungsi dimana dan yang mana.
a. Kota dimana dia lahir kini hancur karena gempa (salah)
Kota tempat dia lahir kini hancur karena
gempa(benar)
b. Pemerintah akan membangun sebuah jembatan yang mana jembatan itu
dapat menghubungkan kedua daerah itu(salah)

Pemerintah akan membangun sebuah jembatan yang dapat menghubungkan kedua


daerah itu (benar)

11. Keringkasan
Contoh:
a. Kami mengadakan penelitian anak jalanan di Serang (bentuk panjang) Kami
meneliti anak jalanan di Serang(pendek)
b. Nenek selalu memberi nasihat kepada cucu-cucunya (bentuk panjang)
Nenek selalu menasihati cucu-cucunya(pendek)

C. Syarat – Syarat Yang Mendasari KalimitEfektif


Selain memiliki sejumlah ciri-ciri, kalimat juga baru bisa disebut efektif ketika
memenuhi sejumlah syarat. Dalam bahasa Indonesia, kalimat efektif pada dasarnya
memiliki empat syarat utama. Yaitu:

1. SudahSesuaidenganEYD
Syarat yang pertama adalah kata-kata dalam kalimat harus sesuai dengan EYD,
yang menjadi kaidah utama dalam penulisan kalimat bahasa Indonesia.
Sehingga penting untuk selalu menggunakan kata-kata baku, yakni penulisannya sudah
sesuai dengan EYD.
Selain itu, kalimat efektif juga harus memiliki tanda baca yang tepat.
Sehingga makna atau maksud dari kalimat tersebut jelas. Kalimat perintah akan

diakhiri dengan tanda seru,kalimat tanya akan diakhiri dengan tanda tanya, dan kalimat
penjelas atau standar akan diakhiri tanda titik.
Ketentuan ini menjadi ketentuan dasar yang wajib dipahami dan diterapkan setiap
kali menyusun karya tulis. Supaya kalimat di dalam karya tersebut memang merupakan
kalimat efektif, sejak lembar pertama sampai lembar terakhir.
2. SusunannyaSistematis
Kalimat juga bisa dikatakan efektif ketika susunannya tepat atau sistematis yang
mengandung semua unsur kalimat yang baik dan benar. Sehingga suatu kalimat belum
bisa disebut efektif meskipun sudah memakai kata-kata baku jika susunannya
amburadul.
Urutan kata dalam kalimat perlu dibuat sistematis, sederhana, dan mudah dipahami
agar tidak membuat pembacanya pusing. Jadi, seorang penulis perlu mengecek kembali
hasil tulisannya. Supaya bisa mengoreksi kalimat yang belakangan baru diketahui tidak
efektif.
Kalimat yang efektif memiliki susunan dimulai dari subjek, predikat, dan disusul
dengan objek atau pelengkap dan keterangan. Urutan ini penting untuk disesuaikan
dengan standar SPOK. Kecuali untuk kalimat tanya dan perintah, maka penempatan
subjek dan keterangan bisa dipindahkan sesuai kebutuhan.
3. TidakBorosKata
Royal terhadap penggunaan kata akan dianggap melanggar syarat kalimat efektif
sehingga tidak diperlukan. Artinya pada saat menyusun suatu kalimat usahakan
memakai kata yang hemat, hanya memakai kata yang diperlukan.
Tidak perlu menambahkan kata yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Hal ini akan membuat kalimat menjadi panjang namun maknanya bisa ambigu atau
bahkan kosong. Sehingga kalimat yang panjang namun tidak efektif justru akan
memusingkan pembacanya. Jauh lebih baik menyusun kalimat pendek yang efektif agar
pembacapaham.
Selain itu, memilih menghemat pemakaian kata akan membantu penulis lebih
produktif. Sebab waktu yang diperlukan untuk menyusun kalimat panjang dengan
kalimat pendek tentu berbeda jauh. Lebih hemat waktu menulis kalimat

3
Salmaa, 06 Mei 2021 (Syarat Kalimat Efektif)
pendek namun efektif, dan hasilnya pun lebih memuaskan karena mudah dipahami.

4. TidakAmbigu
Syarat kalimat efektif berikutnya adalah memiliki makna yang jelas dan tidak
ambigu. Penulis yang menyusun kalimat efektif akan mampu menjelaskan suatu hal
dengan baik dan mudah dipahami. Sehingga mencegah pembaca melakukan multitafsir,
sehingga pesan dalam tulisan tidak tersampaikan dengan baik.
Supaya makna dalam kalimat bebas dari resiko ambigu, maka susunannya perlu
dibuat ringkas dan sederhana. Selain itu penyusunan kata demi kata juga harus
sistematis dengan mengikuti panduan rumus SPOK. Pastikan pula penulis memakai kata
yang baku dan sesuai EYD.
Sehingga semua syarat terpenuhi untuk menjadikan suatu kalimat sebagai kalimat
yang efektif. Kalimat seperti ini adalah kalimat yang benar, enak dibaca, dan mudah
dipahami oleh siapa saja.

D. Struktur KalimatEfektif
Seperti yang ketahui, unsur-unsur penting dalam suatu kalimat ada beberapa,
seperti subjek, predikat dan pemilihan diksi yang tepat. Kalimat seperti ini akan membuat
karya tulis tidak berbelit-belit dan mudah dipahami.
Struktur kalimat efektif sendiri tidak terlepas dari unsur-unsur tersebut. Untuk lebih
jelasnya, berikut ulasan lengkapnya.
1. Struktur Kalimat EfektifUmum
Dalam kalimat efektif umum, unsur-unsur penting dalam kalimat dibagi lagi menjadi
dua, yakni unsur wajib dan juga unsur tidak wajib. Unsur yang termasuk unsur wajib ialah
subjek dan predikat. Sedangkan yang termasuk unsur tidak wajib antara lain adalah kata
kerja bantu. Unsur tidak wajib ini bisa disertakan dalam suatu kalimat atau tidak.
2. Struktur Kalimat EfektifPararel
Struktur kalimat efektif pararel umumnya menggunakan bentuk bahasa yang sama
dalam suatu susunan serial. Kalimat efektif pararel ini banyak ditemukan pada tutorial,
resep atau karya tulis lain yang menggunakan bentuk bahasa sama.
3. Struktur KalimatPeriodik
Berbeda dengan struktur kalimat efektif umum yang langsung pada inti
informasi yang ingin disampaikan. Struktur kalimat periodik justru lebih
mengemukakan unsur tambahan, kemudian disusul dengan unsur inti kalimat.
Penggunaan kalimat periodik dirasa lebih menarik perhatian pembaca, karena
pembaca akan dipancing dan dibuat penasaran terlebih dahulu.

12
BAB IV
PEMBAHASAN

A.Pengertian Wacana

Istilah Wacana secara etimologi, “wacana” berasal dari bahasa


Sansekertawac/wak/vak, artinya ‘berkata’, ‘berucap’ (Douglas, 1976:266). Bila
dilihat dari jenisnya, maka kata wac dalam lingkup morfologi bahasa Sansekerta,
termasuk kata kerja golongan III parasmaepada(m) yang bersifat aktif, yaitu
‘melakukan tindakan ujaran’. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi
wacana. Bentuk ana yang muncul dibelakang adalah sufiks (akhiran), yang bermakna
‘membedakan’ (nominalisasi). Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai ‘perkataan’
atau ‘tuturan’.

Kata wacana secara umum mengacu pada artikel, percakapan, atau dialog, karangan,
pernyataan. Jika kita membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia maka wacana adalah
bahan bacaan, percakapan atau tuturan. Kata wacana digunakan sebagai istilah yang
merupakan padangan dari istilah discourse dalam bahasa Inggris.

Wacana, Discourse, Discursus

Oleh para ahli linguis Indonesia dan negara-negara berbahasa Melayu lainya, istilah
wacana sebagai mana diuraikan diatas, dikenalkan dan digunakan sebagai bentuk
terjemahan dari istilah bahas Inggris ‘discourse’ (Dede Oetomo, 1993:3). Kata
discourse sendiri berasal dari bahasa Latin ‘discursus’ yang berarti ‘lari ke sana
kemari’, ‘lari bolak-balik’. Kata ini dituturkan dari ‘dis’ (dari/dalam arah yang
berbeda) dan ‘currere’ (lari). Jadi discursus berarti ‘lari dari arah yang berbeda’.
Perkembangan asal usul kata itu dapat digambarkan sebagai berikut.

Dis + curere → discursus → discourse (wacana)

Webster (1983:522) memperluas makna discourse sebagai berikut: (1) Komunikasi


kata-kata, (2) ekspresi gagasan-gagasan, (3) risalah tulis, ceramah dan sebagainya.
Penjelasan itu mengisyaratkan bahwa discourse berkaitan dengan kata, kalimat, atau
ungkapan komunikatif, baik secara lisan maupun tulisan.

Unsur pembeda antara ‘bentuk wacana’ dengan ‘bentuk bukan wacana’ adalah pada
ada tindakanya kesatuan makna (organisasi semantis) yang dimilikinya. Oleh
karenanya, kriteria yang relatif paling menentukan dalam wacana adalah keutuhan
maknanya. Ketika seseorang di suatu warung makan mengatakan:

“Soto, es jeruk, dua.”


Ucapan itu dapat dimaknai sebagai wacana karena mengandung keutuhan makna
yang lengkap. Keutuhan itu tersirat dalam hal-hal berikut: 1) urutan kata ditata secara
teratur, 2) makna dan amanatnya berkesinambungan, 3) diucapkan ditempat yang
sesuai (kontekstual), dan 4) antara penyapa dan pesapa saling dapat memahami
makna tuturan singkat tersebut (mutualintelligibility).

Menurut Harimurti Kridalaksana (1985:184), wacana adalah satuan bahasa terlengkap


dalam hirarki gramatikal, merupakan satuan gramatikal atau satuan bahas tertinggi
dan terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk kata, karangan utuh (novel,
buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa
amanat yang lengkap. Adapun Samsuri (1988:1) memandang wacana dari segi
komunikasi. Menurutnya dalam sebuah wacana, terdapat konteks wacana, topik,
kohesi dan koherensi. Kohesi adalah adanya keterkaitan antar kalimat. Sedangkan
Koherensi adalah adanya keterkaitan antar ide-ide atau gagaan-gagasan kalimat.
HG Tarigan (1987:27) mengemukakan wacana adalah satuan bahasa yang paling
lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang
baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat
disampaikan secara lisan atau tertulis. Jadi, suatu kalimat atau rangkaian kalimat,
misalnya, dapat disebut sebagai wacana atau bukan wacana tergantung pada keutuhan
unsur-unsur makna dan konteks yang melingkupinya.

1. Kedudukan Wacana Dalam Satuan Kebahasaan

Dalam satuan kebahasaan atau hirarki kebahasaan, kedudukan wacana berada pada
posisi paling besar dan paling tinggi (Harimurti Kridalaksana, 1984:334). Hal ini
disebabkan wacana – sebagai satuan gramatikal dan sekaligus objek kajian linguistik
mengandung semua unsur kebahasaan yang diperlukan dalam segala bentuk
komunikasi.Tiap kajian wacana akan selalu mengaitkan unsur-unsur satuan
kebahasaan yang ada dibawahnya, seperti fonem, morfem, frasa, klausa, atau kalimat
disamping itu, kajian wacana juga menganalisis makna dan konteks pemakaiannya.

2.Jenis Wacana Dilihat Berdasarkan Jumlah Peserta

Dalam wacana ini yang terlibat pembicaraan dalam berkomunikasi. Ada tiga jenis
wacana berdasarkan wacana jumlah peserta yang ikut ambil bagian sebagai
pembicaraan, yaitu monolog, dialog, dan polilog.

a.Wacana Monolog
Pada wacana monolog, pendengar tidak memberikan tanggapan secara langsung atas
ucapan pembicara. Pembicara mempunyai kebebasan untuk menggunakan waktunya,
tanpa diselingi oleh mitra tuturnya. Contoh dari wacana monolog adalah ceramah,
pidato.

b. Wacana Dialog
Kemudian, apabila peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan terjadi pergantian
peran (dari pembicaraan menjadi pendengar atau sebaliknya), wacana yang
dibentuknya disebut dialog. Contoh dari wacana dialog, adalah antara dua orang yang
sedang mengadakan perbincangan di sekolah. Situasinya bisa resmi dan tidak resmi.

c. Wacana Polilog
Adapun apabila peserta dalam komunikasi itu lebih dari dua orang dan terjadi
pergantian peran, wacana yang dihasilkan disebut polilog. Contohnya adalah
perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran pembicaraan dan
pendengar. Situasinya pun bisa resmi dan tidak resmi.

3.Jenis Wacana Ditinjau Dari Tujuan Berkomunikasi


Wacana berdasarkan tujuan berkomunikasi, diantaranya wacana argumentasi,
persuasi, eksposisi, deskripsi, dan narasi. Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan
kelima wacana tersebut.

a. Wacana Argumentasi
Karangan argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha
mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang
dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logis dan emosional
(Rottenberg, 1988:9). Argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha
membuktikan suatu kebenaran. Lebih jauh sebuah argumentasi berusaha
mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu
kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti mengenai objek yang diargumentasikan
itu. (Gorys Keraf, 1995:10) dilihat dari sudut proses berfikir adalah suatu tindakan
untuk membentuk penalaran dan menurunkan kesimpulan. Contoh wacana
argumentasi adalah :

Namun, yang menjadi kekawatiran adalah adanya efek negatif akibat dosis vitamin
dan mineral yang dikonsumsi secara berlebihan, terutama oleh mereka yang memiliki
kondisi tubuh yang sehat. Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa multivitamin
tidak terbukti dapat mencegah timbulnya suatu penyakit dan suplemen vitamin juga
tiadak bisa memperbaiki gizi yang buruk akibat pola makan yang sembarangan.
Bahkan meminum jenis vitamin dan mineral dalam dosis tinggi dalam jangka waktu
panjang bisa memicu resiko timbulnya penyakit tertentu. (Reader’sDigest Indonesia,
Oktober 2004).
b. Wacana Eksposisi
Wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima
(pembaca) agar bersangkutan memahaminya. Eksposisi adalah suatu bentuk wacana
yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan atau
pengetahuan pembaca. Wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat
suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan, komunikasi, perkebangan
teknologi, pertumbuhan ekonomi kepada pembaca.Wacana ini juga menyajikan
penjelasan yang akurat dan padu mengenai topik-topik yang rumit, seperti struktur
negara atau pemerintahan, teori tentang timbulnya suatu penyakit. Ia juga digunakan
untuk menjelaskan terjadinya sesuatu, beroprasinya sebuah alat dan sebagainya.
Contoh wacana eksposisi:

Agar diperoleh hasil maksimal, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:


Sebelum melakukan pemutihan gigi, pasien perlu terlebih dahulu didiagnosis kondisi
giginya, seperti enamel gigi harus bagus karena proses pemutihan berlangsung pada
enamel gigi.
Selain itu juga diperhatikan apakah gigi tersebut masih aktif atau tidak.
Setelah melakukan pembersihan gigi, baru dokter akan mengarahkan untuk memilih
produk yang sesuai untuk dipakai (“Tampilkan Gigi Putih Berseri”, Majalah Dewi
No.5/XIII).

c.Wacana Persuasi
Wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk
melakukan perbuatan sesuai yang diharapkan penuturnya. Untuk mempengaruhi
pembacanya, biasanya digunakan segala daya upaya yang membuat mitra tutur
terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan
alasan yang tidak rasional. Persuasi sesungguhnya merupakan penyimpangan dari
argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para pembaca. Agar
pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi,
walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak terlalu percaya akan apa yang
dikatakannya itu. Persuasi lebih mengutamakan untuk menggunakan atau
memanfaatkan aspek-aspek pesikologis untuk mempengaruhi orang lain. Jenis
wacana persuasi yang paling sering kita temui adalah kampanye dan iklan. Contoh
wacana iklan sebagai berikut.

“pakai Daia, lupakan yang lain. Dengan harga yang semurah ini, membersihkan
tumpukan pakaian kotor Anda, menjadi lebih bersih cemerlang”.

d. Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau
suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu, sepertinya dapat dilihat, dibayangkan
oleh pembaca, seakan-akan pembaca dapar melihat sendiri. Deskripsi memiliki fungsi
membuat para pembacanya seolah melihat barang-barang atau objeknya. Sebuah
diskripsi mengenai rumah diharapkan menyajikan banyak penampilan individu dan
karakteristik dari rumah itu, dan beberapa aspek yang dapat dianalisis, seperti
besarnya, materi konstruksinya, dan rancangan arsitekturnya.Secara singkat deskripsi
bertujuan membuat para pembaca menyadari apa yang diserap penulis melalui panca
indranya, merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkan,
menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Objek yang dideskripsikan mungkin
sesuatu yang bisa ditangkap dengan panca indra kita, sebuah hamparan sawah yang
hijau dan pemandangan yang indah, jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan, wajah
seorang yang cantik molek atau seseorang yang bersedih hati, alunan musik atau
gelegar guntur dan sebagainya. Contoh:

Pada jam pertama perahu besar berbalik arah, lalu memasuki jeram ketiga dengan
bagian buritan terlebih dahulu, sampai akhirnya… brak! Perahu menghantam batu
besar seukuran 4 x 3 meter, dan menempel pada batu dalam keadaan miring. (“Jeram
Maut,” Reader’sDigestIndonesia¸Oktober 2004).
e. Wacana Narasi
Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Pada wacana narasi
terdapat unsur-unsur cerita yang penting, seperti waktu, pelaku, peristiwa. Adanya
aspek emosi yang dirasakan oleh pembaca atau penerima. Melalui narasi, pembaca
atau penerima pesan dapat membentuk citra atau imajinasi. Contoh wacana narasi:

Sewaktu aku duduk di ruang pengadilan yang penuh sesak itu, menunggu perkaraku
disidangkan, dalam hatiku bertanya-tanya berapa banyak orang-orang hari ini di sini
yang merasa, seperti apa yang kurasakan bingung, patah hati, dan sangat kesepian.
Aku merasa seolah-olah aku memikul beban berat seluruh dunia di pundaku.

4.Alat- Alat Pembentuk Wacana

Alat-alat pembentuk wacana merupakan unsur-unsur yang membangun atau


membentuk wacana. Alat-alat pembentuk wacana itu juga disebut elemen-elemen
wacana. Perhatikan contoh wacana berikut.

Cara Mudah Melawan Stres


Kalau pikiran sedang jenuh, cobalah berjalan-jalan di taman. Jika anda suka,
berkebunlah. Hasil penelitian menunjukan bahwa bercengkraman dengan bunga-
bunga dan tanaman akan mampu meredam stres, rasa cemas, dan kegelisahan, serta
membangkitkan rasa bahagia.
Tidur, merupakan kesempatan terbaik bagi otak dan tubuh untuk beristirahat.
Pastikan anda cukup tidur malam, apabila tidak bisa coba penuhi dengan tidur siang
atau sekedar beristirahat di meja kerja anda. Tutup pintu, matikan lampu, dan
pejamkan mata, bayangkan anda berada di tempat yang tenang, damai, dan indah.
Setelah itu hadapi setres dengan belajar dan belajar. Mungkin saat sekolah kita sering
merasa pusing belajar, tetapi ternyata jika Anda sudah bekerja, kegiatan belajar bisa
jadi “pelarian” yang menyenangkan. Menurut American Jurnal ofHealthPromotion,
mengambil kursus-kursus selain memperluas wawasan berfikir juga meningkatkan
kesehatan jiwa.
Dari pada mengeluh, lebih baik Anda melihat segala sesuatu dari sisi positifnya.
Mereka yang percaya pada kekuatan yang lebih besar dari kekuatan manusia,
biasanya mampu melewati badai dalam hidupnya dengan lebih baik (diambil dari
Majalah Fit9/VII/September 2003).
Elemen-elemen yang terdapat dalam teks wacana contoh diatas, elemen yang pertama
adalah judul teks. Elemen kedua adalah tubuh teks. Tubuh teks terdiri dari 4 elemen,
yaitu paragraf 1, paragraf 2, paragraf 3, dan paragraf 4.
Adapun persyaratan gramatikal dalam wacana dapat dipenuhi atau dalam wacana itu
sudah terbina yang di sebut adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada
dalam wacana tersebut. Bila wacana itu kohesif, akan terciptalah kekoherensian yaitu
isi wacana yang apik dan benar.

Kekohensifan wacana itu dilakukan dengan mengulang kata pembaruan pada kalimat
(1) dengan kata pembaruan pada kalimat (2); serta mengulang frase perubahan jiwa
pada kalimat (2) perubahan kalimat (3). Adanya pengulangan unsur yang sama itu
menyebabkan wacana itu menjadi koherens dan apik. Namun, pengulangan-
pengulangan seperti di atas yang tampak kohesif, belum tentu menjamin terciptanya
kekoherensian. Jadi syarat terbentunya wacana apabila adanya kohesif dan koherensi.

a. Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana


menjadi kohesif antara lain.

Konjungsi, yakni alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat atau


menghubungkan paragraf dengan paragraf. Dengan penggunaan konjungsi ini,
hubungan itu menjadi lebih eksplisit, dan akan menjadi lebih jelas bila dibandingkan
dengan hubungan yang tanpa konjungsi. Contohnya: Raja sakit. Permaisuri
meninggal.Pada contoh diatas, hubungan antar kalimat pertama dengan kalimat kedua
itu tidak jelas: apakah hubungan penambahan, apakah hubungan sebab dan akibat,
atau hubungan kewaktuan. Hubungan menjadi jelas, misal diberi konjungsi, dan
menjadi kalimat sebagai berikut:

Raja sakit dan permaisuri meninggal.


Raja sakit karena permaisuri meninggal.
Raja sakit ketika permaisuri meninggal.
Raja sakit sebelum permaisuri meninggal.
Raja sakit. Oleh karena itu, permaisuri meninggal.
Raja sakit, sedangkan permaisuri meninggal
Mengunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anaforsis.
Dengan menggunakan kata ganti sebagai rujukan anaforsis, maka bagian kalimat
yang sama tidak perlu di ulang, melainkan diganti dengan kata ganti itu. Maka oleh
karena itu juga, kalimat-kalimat tersebut saling berhubungan.

Mengunakanellipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat


kalimat yang lain. Dengan ellipsis, karena tidak di ulangnya bagian yang sama, maka
wacana itu tampak menjadi lebih efektif, dan penghilangan itu sendiri menjadi alat
penghubung kalimat di dalam wacana itu.

Selain dengan upaya gramatikal, sebuah wacana yang kohesif dan koherens dapat
juga dibuat dengan baebagai aspek semantik. Caranya, antara lain:

Menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian kalimat yang terdapat


dalam wacana. Misalnya:

Kemarin hujan turun lebat sekali. Hari ini cerahnya bukan main.

Saya datang anda pergi. Saya hadir, anda absen. Maka, mana mungkin kita bisa
berbicara.

Menggunakan hubungan generik – spesifik; atau sebaliknya spesifik – generik.


Misalnya:

Pemerintah berusaha menyediakan kendaraan umum sebanyak-banyaknya dan akan


berupaya mengurangi mobil-mobil pribadi.

Kuda itu jangan kau pacu terus. Binatang juga perlu istirahat.
Menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua bagian kalimat; atau isi antara
dua buah kalimat dalam satu wacana. Misalnya:

Dengan cepat di sambarnya tas wanita pejalan kaki itu. Bagai elang menyambar anak
ayam.

Lahap benar makanannya. Seperti orang yang sudah satu minggu tidak ketemu nasi.

Menggunakan hubungan sebab-akibat di antara kedua bagian kalimat; atau isi antara
dua buah kalimat dalam satu wacana. Misalnya:

Dia malas, dan sering kali bolos sekolah. Wajarlah kalau tidak naik kelas.

Pada pagi hari bus selalu penuh sesak. Bernafas pun susah di dalam bus itu.

Menggunakan hubungan tujuan di dalam isi sebuah wacana. Misalnya:

Semua anaknya disekolahkan. Agar kelak tidak seperti dirinya.

Banyak jembatan layang di bangun di Jakarta. Supaya kemacetan lalu lintas teratasi.

Menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian kalimat atau pada dua
kalimat dalam satu wacana. Misalnya:

Becak sudah tidak ada lagi di Jakarta. Kendaraan roda tiga itu sering di tuduh
memacetkan lalulintas.

Kebakaran sering melanda Jakarta. Kalau dia datang si jago merah itu tidak kenal
waktu, siang atau pun malam.

5. Analisis Wacana
Seperti dikatakan Stubbs (1983:1), analisis wacana merupakan suatu kajian yang
meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk
tulis maupun lisan. Penggunaan bahasa secara alamiah adalah bahwa penggunaan
bahasa, seperti dalam komunikasi sehari-hari. Data dalam wacana dapat berupa teks,
baik teks lisan, maupun teks tulis. Teks merujuk pada bentuk rangkaian kalimat atau
ujaran.

Istilah kalimat digunakan dalam ragam bahasa tulis, sedangkan ujara digunakan
untuk mangacu pada kalimat dalam ragam bahasa lisan.Dalamanalisi wacana berlaku
dua prinsip, yakni prinsip interpretasi lokal dan prinsip analogi. Prinsip interpretasi
lokal adalah interpretasi berdasarkan konteks, baik konteks linguistik maupun
konteks nonlinguistik. Konteks non linguistik yang erupakan koteks lokal tidak hanya
berupa tempat, tetapi juga dapat berupa waktu, ranah penggunaan wacana, dan
partisipan.Prinsip interpretasi analogi adalah prinsip interpretasi suatu wacana
berdasarkan pengalaman terdahulu yang sama atau yang sesuai. Konteks yang
diperhatikan adalah yang paling relevan saja dengan situasi yang sedang berlangsung
karena pengalaman terdahulu sudah cukup membantu untuk memahami wacana.

Dalam analisis wacana juga terdapat istilah kohesi dan koherensi. Istilah tersebut
telah dibahas secara sekilas di awal. Kohesi mengacu pada hubungan antar bagian
dalam sebuah teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa sebagai pengikatnya.
Untuk menghubungkan informasi antar kalimat. Contoh kata yang digunakan, seperti
kata selain, sebab, ini, itu, dan. Koherensi adalah kepaduan gagasan antar bagian
dalam wacana. Dalam sebuah wacana pada tiap kalimatnya terdapat gagasan.

a. Penyusun Wacana Sederhana Dengan Memperhatikan Kaidah Bahasa


Perhatikan contoh wacana berikut ini!
Di negara-negara maju, makanan untuk kebutuhan-kebutuhan khusus, seperti untuk
diet penurunan berat badan atau diet diabetes, sudah lazim dan bisa dengan mudah
diperoleh sehingga mereka yang tidak berdiet, tetapi sudah peduli pada kesehatannya
pun bisa memanfaatkan produk semacam ini. Mungkin sekarang ini sudah saatnya
pula anda memanfaatkan dengan cara mengkonsumsi produk sejenis. Anda ingin
sehat, bukan ? (diambil dari Majalah Fit No.9/VII/September 2003).
Dalam wacana tersebut, terdapat hubungan kohesi, misalnya terdapat kata
makanan untuk kebutuhan khusus seperti diet (kalimat 1). Pada kalimat-kalimat
berikutnya juga terdapat pengulangan-pengulangan kata tersebut, dengan
mengunakan kata produk macam ini (kalimat 3) atau produk sejenis (kalimat 4). Pada
wacana ini pun terdapat hubungan koherensi, yaitu terdapat kaitan makna atau ide
antara kalimat pertama dengan kalimat-kalimat berikutnya. Kalimat (2), merupakan
penjelasan dari kalimat (1), dan kalimat (3), merupakan penjelasan dari kalimat (2).
Begitu seterusnya.

Pada wacana tersebut, juga terdapat prinsip interpretasi lokal, misalnya


terdapat kata, negara-negara maju, sekarang. Sedangkan untuk prinsip interpretasi
analogi, pembaca wacana tersebut tentunya dapat meng interpretasi isi wacana
tersebut sesuai dengan pengalamannya dalam mengetahui tentang baiknya
mengonsumsi makanan berkalori rendah demi kesehatanya.Demikianlah contoh
wacana yang memiliki kohesi, koherensi, prinsip interpretasi lokal dan prinsip
interpretasi analogi didalamnya. Semoga anda dapat membuat sebuah wacana yang
memiliki kaidah-kaidah yang telah di jelaskan sebelumnya.

BAB V

BERBICARA AKADEMIK
PEMBAHASAN

A. BERBICARA AKADEMIK
Berbicara adalah kemampuan seseorang dalam mengungkapkan atau
mengekspresikan ide, pikiran yang ada dalam diri yang melibatkan orang lain
dalam menyampaikan informasi tersebut dengan menggunakan kata-
kata.Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sering
digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Sebagian besar kegiatan
berkomunikasi didominasi oleh kegiatan berbicara. Hal ini menunjukkan
bahwa kegiatan berbicara dipandang lebih efektif daripada keterampilan
berbahasa lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, berbicara merupakan salah
satu kebutuhan mutlak manusia untuk dapat hidup bermasyarakat secara baik.
Begitu pula dalam ranah pendidikan tinggi, kegiatan berbicara merupakan
salah satu kebutuhan mendasar bagi mahasiswa untuk dapat menyampaikan
gagasan-gagasannya secara baik dan benar.

Setiap mahasiswa dituntut memiliki kemampuan berbicara untuk keperluan


akademik. Kegiatan berbicara untuk keperluan akademik meliputi kegiatan
berbicara dalam presentasi, seminar, dan pidato resmi. Kegiatankegiatan yang
telah disebutkan terutama presentasi tidak dapat dihindari oleh mahasiswa.
Sebagian besar dosen memberikan penugasan penyusunan makalah pada
mahasiswa yang kemudian harus dipresentasikan. Penyampaian gagasan-
gagasan dalam kegiatan presentasi tidak akan tersampaikan dengan baik jika
mahasiswa tidak memilki kemampuan berbicara secara baik dan benar. Banyak
mahasiswa menganggap mudah berbicara dengan bahasa Indonesia dan tidak
memiliki semangat tinggi untuk mempelajarinya karena merasa dirinya telah
menguasai bahasa Indonesia dengan baik. Padahal kenyataannya, kemampuan
berbahasa Indonesia (berbicara akademik) mahasiswa masih belum
sepenuhnya sesuai dengan harapan.
Sikap tersebut berdampak pada mahasiswa ketika menyampaikan gagasan-
gagasannya yang masih belum menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan
kaidah bahasa. Koenjaningrat (dalam Chaer dan Agustina, 2010, hlm. 169)
mengatakan bahwa buruknya kemampuan berbahasa Indonesia sebagian orang
Indonesia
termasuk kaum intelektualnya, adalah karena adanya sifat-sifat negatif yang
melekat pada mental sebagian besar orang Indonesia. Sifat-sifat negatif itu
adalah suka meremehkan mutu, mental menerabas, tuna harga diri, menjauhi
disiplin, enggan bertanggung jawab, dan suka latah atau ikut-ikutan. Selain itu,
ada beberapa fenomena negatif yang terjadi di tengah-tengah masyarakat
Indonesia mengenai bahasa Indonesia.

____________________________________________________

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN


BERBICARA AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS ANGKATAN 2015/2016 Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. MENYUSUN BAHAN DALAM BICARA

Penyusunan Bahan Berbicara Topik pembicaraan dinilai baik apabila menarik


bagi pembicara dan pendengar, misalnya aktual dan relevan dengan
kepentingan partisipan. Agar topik pembicaraan itu mudah dipahami perlu
disusun naskah secara sistematis, misalnya sesuai dengan urutan waktu, tempat
dan sebab akibat. Kegiatan berbicara sering kali ditopang dengan persiapan
tertulis, baik berupa referensi yang harus dibaca maupun konsep yang akan
disampaikan. Pokok pembicaraan itu ada baiknya dipersiapkan dalam bentuk
tertulis, misalnya berupa naskah lengkap atau outline. Para penyimak ada
kalanya memerlukan kegiatan tulis-menulis, terutama untuk membuat catatan
atau ringkasan dari apa yang didengamya. Dengan demikian, keterpaduan
keempat keterampilan berbahasa dalam pengajaran berbicara harus diwujudkan
secara alami, seperti halnya yang teijdi di tengah masyarakat. Mempersiapkan
materi untuk bahan bicara di depan orang banyak, idealnya memang dilakukan
selama beberapa hari. Paling tidak ada kesempatan untuk mempersiapkan
bahan, kemudian melatih cara bicara, dan mempersiapkan mental. Kadang –
kadang kesempatan untuk tampil tidak diiringi waktu persiapan yang memadai.
Ketika tiba saatnya kita berbicara di depan orang banyak, apalagi dengan
bahasa asing. Kalau waktu persiapan hanya sesaat jangan langsung
mengatakan ‘tidak. JanieLipsmeyer, salah satu penulis di situs bisnis,
Helium.com mengungkapkan, pada saat mendesak mempersiapkan satu naskah
berbicara di depan orang banyak sebenanya bisa dilakukan dalam waktu lima
menit saja. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti di
bawah ini.
1) Siapkan materi yang paling dikuasai atau paling digemari. Bicarakan BAB
III 9 tentang hal-hal yang selama ini paling menarik minat kita. Bisa tentang
olahraga, film, atau musik.
2) Memasukkan pengalaman berkesan yang pemah kita alami dalam materi
presentasi juga bisa membantu kita memiliki bahan yang familier. Kesan dan
pengalaman yang kita dapat pada liburan kita yang terakhir, misalnya,
mungkin bisa menjadi masukan yang berarti bagi orang lain.
3) Selipkan sedikit simpulan atau saran yang akan semakin membuat
presentasi kita memiliki manfaat bagi orang lain. Kalau akhimya kita memilih
berbicara tentang liburan, kita bisa memberikan rekomendasi tempat liburan
atau menyarankan audiens untuk pergi ke tempat yang barn kita datangi. Atau,
kalau tempat yang kita datangi ternyata kurang asyik, ingatkan mereka agar
jangan sampai salah langkah seperti yang kita alami. 4) Persiapkan diri juga
untuk tampil dengan bahasa tubuh yang baik dan kalimat pembuka yang baik.
Menyapa rekan atau kolega yang hadir dengan ramah bisa sekaligus menjadi
pemecah ketegangan yang baik.

__________________________________

I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa “ BERBICARA UNTUK KEPERLUAN AKADEMIK” Denpasar,


Januari 2017 diakses pada 2 Desember 2021 pukul (13.37)
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/5c5d78af6c018247246bdb7af1f
dd175.pdf

C. MACAM MACAM BICARA DALAM PRESENTASI


1.Presentasi
Membuat presentasi bukanlah hal yang gampang, bayangkan saja, kita harus
mencari sumber-sumber atau bahan yang akan dipresentasikan. Kemudian,
bahan – bahan tersebut harus diedit lagi menjadi lebih khusus. Oleh karena
dalam hal presentasi, materi yang dimuat tidak harus banyak, tetapi diambil
kata kunci atau hal-hal pokok yang akan dibicarakan. Jikalau semua sudah
siap, hal yang harus dilakukan adalah mendesain presentasi semenarik
mungkin agar orang tidak merasa bosan, program yang biasanya digunakan
orang untuk presentasi adalah program Ms. PowerPoint. Dalam program itu
anda dapat menggunakannya sebebas mungkin untuk membuat desain
presentasi, seperti animasi, background, tulisan, dan hal lainnya dengan
atraktif, heboh, dan spektakuler. Presentasi berhubungan erat dengan
komunikasi. Presentasi adalah suatu proses pertukaran informasi, gagasan,
dan pikiran di antara dua orang atau lebih

2. Seminar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, seminar diartikan sebagai pertemuan
atau persidangan untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan ahli.
Ahli yang dimaksud misalnya dosen, guru besar, pakar, peneliti, dan
sejenisnya.

3.Berpidato dalam Situasi Formal


Kegiatan berbicara formal adalah kegiatan berbicara yang dilakukan dalam
situasi atau acara-acara formal. Berbicara formal dikelompokkan menjadi dua,
yaitu monolog dan dialog. Berbicara monolog adalah berbicara satu arah,
artinya dalam kegiatan berbicara tersebut tidak terjadi interaksi antara
pembicara dengan pendengar. Kegiatan berbicara yang bersifat monolog
seperti pidato/sambutan dan memandu. Memandu dapat berapa memandu
acara atau mewara dan memandu wisatawan. Kegiatan berbicara yang bersifat
dialog, wawancara, dan diskusi. Diskusi memiliki ragam antara lain seminar
dan simposium (pertemuan dengan beberapa pembicara yang mengemukakan
pidato singkat tentang topik tertentu atau tentang beberapa aspek dari topik
yang sama). Untuk memperoleh keterampilan berbicara formal diperlukan
penguasaan terhadap faktor – faktor yang menentukan keberhasilan berbicara.
Faktor – faktor tersebut adalah faktor kebahasaan dan non kebahasaan. Faktor
kebahasaan meliputi keberaniaan, kelancaran, kenyaringan suara, pandangan,
gerak-gerik, penalaran, dan sikap yang wajar.

4.Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar tidak terlepas dari tiga komponen utama, yaitu guru,
siswa, dan bahan ajar. Proses belajar merupakan interaksi antarberbagai unsur,
yakni dengan unsur utama adalah siswa, kebutuhan berbagai sumber, serta
situasi belajar yang memberikan kemungkinan kegiatan belajar. Meskipun
demikian, guru merupakan faktor yang cukup menentukan, seperti melakukan
pengembangan bahan ajar serta perangkat lainnya. BAB III 16 B

I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa “ BERBICARA UNTUK KEPERLUAN AKADEMIK” Denpasar,


Januari 2017 diakses pada 2 Desember 2021 pukul (13.37)
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/5c5d78af6c018247246bdb7af1f
dd175.pdf

A. TEKNIK BICARA DALAM PRESENTASI


Dalam kegiatan perkuliahan, presentasi merupakan kegiatan pembelajaran
yang lumrah atau biasa dilaksanakan. Berbicara dalam presentasi merupakan
salah satu kegiatan berbicara akademik yang harus dipersiapkan terlebih
dahulu. Presentasi merupakan kegiatan untuk menyampaian pesan, ide, atau
informasi kepada audiens. Artinya dalam presentasi ini, seorang pembicara
berbicara secara langsung kepada audiens tentang suatu topik yang biasanya
dibantu dengan alat bantuan visual. Dalam mempersiapkan presentasi perlu
diperhatikan beberapa hal yang sangat vital. Salah satunya adalah materi
presentasi yang harus disajikan sedetail dan sejelas mungkin. Alokasi waktu
dalam presentasi juga harus diperhatikan karena hal tersebut sangat
berpengaruh pada keseluruhan penampilan. Intinya dalam presentasi tersebut
bagaimana cara kita mengolah dan mengatur waktu yang singkat dan materi
yang singkat dengan tetap menarik dari awal sampai akhir.

Teknik-teknik Presentasi Presentasi perlu perencanaan yang jelas dan


strategis. Selain Anda harus mengetahui siapa saja peserta, mempersiapkan
media dan materi, perlu juga memiliki teknik presentasi yang tepat sesuai
dengan materi.
Ada tiga teknik umum yang digunakan dalam presentasi menurut Wijayanti
(2013:246), yaitu.
1. Teknik menghafal Teknik digunakan pemateri dengan cara menghafal
urutan materi, bahkan kata demi kata yang akan disampaikan tanpa
menggunakan catatan.
2. Teknik membaca Materi presentasi disiapkan untuk dibaca. Teknik ini
dapat dilakukan jika materi kompleks dan teknis, tetapi lebih baik jika tidak
dibaca secara keseluruhan. Teknik ini juga harus mengkombinasikan dengan
aspek-aspek lainnya agar presentasi tetap menarik.
3. Teknik kerangka Teknik ini paling efektif karena penyaji tampil hanya
dengan catatan mengenai pokok-pokok pikiran dari presentasinya. Penyaji
mengembangkan sendiri pokok-pokok tersebut dalam uraian yang jelas
dengan tetap menjaga kontak mata dengan audiens.

_____________________________________________

HelaludinM.Pd 2006 Mahir Berbahasa Indonesia, Serang, Lembaga Kajian


Bahasa dan Budaya (elkabay

A. KESIMPULAN
Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis
untuk tujuan, misalnya, memberi tahu, meyakinkan, menghibur Berdasarkan keobjektifan
masalahnya tulisan dapat dibedakanmenjadi tiga jenis, yakni: (1) tulisan ilmiah, (2) tulisan
populer, dan (3) tulisan fiktif.
Fungsitulisan dapat diidentifikasi antara lain sebagai alat untuk: (1) menginfomasikan sesuatu
kepada pembaca, (2) meyakinkan pembaca, (3) mengajak pembaca, (4) menghibur pembaca,
(5) melarang atau memerintah pembaca, (6) mendukung pendapat orang lain, dan (7)
menolak atau menyanggah pendapat orang lain. Karya tulis akademik (selanjutnya disingkat
dengan KTA) yang dimaksud di sini adalah karya tulis yang biasa disusun oleh masyarakat
akademik atau sebagai tugas-tugas yang bertalian dengan kegiatanakademik pada suatu
jenjang pendidikan tinggi.

Dari ketiga model penulisan diatas dapat disimpulkan bahwa cara melakukan penulisan
kutipan yang benar yaitu dengan mencantumkan nama, tahun dan halaman sumber dari kata-
kata yang ingin dikutip. Setiap penulis memiliki gaya penulisannya sendiri, namun kita tetap
harus memperhatikan cara penulisan yang baik dan benar berdasarkan teori yang ada..
Kutipan tidak hanya digunakan untuk menjelaskan sumber dari kutipan yang diambil, tetapi
juga bisa digunakan sebagai penjelasan terhadap sebuah pernyataan / teori. Begitu pula
dengan daftar pustaka. Daftar pustaka tidak harus dicantumkan pada akhir buku saja, tetapi
juga bisa kita tulis per bab dibagian akhirnya.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur / penulisanya
secara tepat sehingga dapat di pahami oleh pendengar / pembaca secara tepat pula. Dengan
kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pemikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pendengar / pembaca dapat memahami ikiran tersebut
dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya.Kalimat dinyatakan efektif jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kesatuan
gagasan, kesepadanan struktur, keparalelan, kehematan, kelogisan, kecermatan,
kebervariasian, ketegasan, ketepatan, kebenaran struktur dan keringkasan.Dalam bahasa
Indonesia, kalimat efektif pada dasarnya memiliki empat syarat utama. Yaitu: sudah sesuai
dengan EYD, susunannya sistematis, tidak boros kata, tidak ambigu.Unsur-unsur penting
dalam suatu kalimat ada beberapa, seperti subjek, predikat dan pemilihan diksi yang tepat.
Kalimat seperti ini akan membuat karya tulis tidak berbelit-belit dan mudah dipahami.
Struktur kalimat efektif sendiri tidak terlepas dari unsur-unsur tersebut. Struktur kalimat
efektif, yaitu : Struktur Kalimat Efektif Umum, Struktur Kalimat Efektif Pararel, dan Struktur
Kalimat Periodikberkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa
rangkaian kalimat atau ujaran.

Wacana Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Kata
wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi, hak asasi
manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata yang digunakan, kadang-kadang
pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa pengertian dari kata yang digunakan
tersebut. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat.
Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan.
Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi,
sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya. Wacana merupakan satuan bahasa di
atas tataran kalimat yang digunakan untuk dapat berbentuk lisan atau tulis.
Dengan dilatar belakangi factor internal dan eksternal penyebab korupsi bias dicegah dengan
factor- factor berikut antara lain kejujuran , kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja
keras, keberanian, dan keadilan.

B. SARAN

Dalam pembuatan kutipan maupun daftar pustaka, kami menyarankan agar para penulis
memperhatikan cara penulisan yang baik dan benar menurut aturan / teori yang ada, karena
dengan mengikuti aturan/teori penulisan yang telah ditetapkan maka, sebuah karya tulis dapat
diterima dan dimengerti oleh masyarakat secara luas.

kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan. Guna perbaikan
makalah berikutnya. Dan semoga makalah ini berguna untuk kita semua. Amin

Alhamdulillah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Semoga bisa bermanfaat
bagi seluruh pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

——-. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. .


——-. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Alex dan Achmad HP. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana
Anton M. Moeliono (ed). 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi: sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta: Akapress
Asep Hidayatullah, 2016. Pengaruh sikap berbahasa indonesia terhadap kemampuan
berbicara akademik pada mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
universitas galuh ciamis angkatan 2015/2016 Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalhousie University. (2009). MLA style (7th): Guick guide. Nova Scotia (NS), Canada
Douglas, Mc. 1976. Sanskrit Dictionary. New York: Columbia University.
Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia: untuk Mahasiswa Nonjurusan
Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia
Keraf, Gorys. 1999. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia
George Forbes Memorial Library, Lincoln University. (2010). APA style referencing, 6th
Edition. Canterbury, New Zaeland
Hafizah el – Husna. AdaHobi – Struktur Kalimat Efekif Pengertian, ciri, dan contohnya
Helaludin M.Pd 2006 Mahir Berbahasa Indonesia, Serang, Lembaga Kajian Bahasa dan
Budaya (elkabaya)

Helaludin, M.Pd , 2016. Mahir Berbahasa Indonesia


I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa “ BERBICARA UNTUK KEPERLUAN AKADEMIK”
Denpasar, Januari 2017 diakses pada 2 Desember 2021 pukul (13.37)
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/5c5d78af6c018247246
bdb7af1fdd175.pdf

Keraf, Gorys. 1995. Eksposisi: Komposisi Lanjutan II. Jakarta: Grasindo.


Kridaklaksana, Harimurti. 1978. “Keutuhan Wacana” dalam Bahasa dan Sastra th. IV No.1.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis
Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nurjamal,Daeng dkk. 2011. Terampil Berbahasa. Cetakan 2. Bandung: CV Alfabeta.


Oetomo, Dede. 1993. “Pelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana”, dalam PELLBA 6.
Yogyakarta: Kanisius.
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Matakuliah Pengembangan
Kepribadian. Jakarta: Grasindo
Rosdiana, Yusi., dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Rottenberg, Annette T. 1988. Elements of Arguments: A Text and Reader. New York: A
Bedford Books ST. Martin’s Press
Salmaa. 2021. Dunia Dosen. Syarat kalimat efektif
Samsuri. 1988. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga. Stubbs, Michael. 1983. Discourse
Analysis. Chichago: The University at Chichago Press.
Satata, Sri, Devi Suswandari dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia untuk
Penulisan Akademik di Perguruan Tinggi. Jakarta: Mitra Wacana Media Widjono
Tarigan, H.G. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
Webster. 1983. New Tweentieth Century Dictionary. USA: The World Publishing Company.
Wojowasito. 1989. Kamus Jawa Kuna – Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai