Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Karya sastra dikelompokkan menjadi 3 jenis, prosa, puisi, dan drama. Untuk dapat
memahami sebuah karya sastra dengan baik, pembaca harus memiliki pengetahuan tentang
fungsi dan unsur-unsur karya sastra yang dibacanya. Prosa fiksi sebagai sebuah cerita
rekaan yang biasa juga disebut sebagai cerita rekaan memiliki fungsi untuk
memberitahukan kepada pembaca tentang suatu kejadian atau peristiwa yang mungkin ada
dalam kehidupan nyata. Unsur-unsur prosa fiksi seperti yang sudah pelajari dalam mata
kuliah sastra mencakup tema, tokoh, alur, seting atau latar, gaya, dan sudut pandang.
Cerita rekaan atau prosa fiksi sering dibedaan atas tiga macam bentuk yakni, cerita
pendek (cerpen), novel, dan roman. Akan tetapi di dalam Kesusatraan Amerika hanya
dikenal istilah cerpen (short story) dan novel.
Dalam makalah ini, dibahas mengenai aspek struktural yang mengutamakan struktur
point of view (POV) atau sudut pandang karya sastra berupa kumpulan cerpen Setelah
Hujan Reda yang berjudul “Gandoriah” dan “Aku, Kamu, dan Hujanmu” karya Boy
Candra.
d. Pengertian Prosa
Prosa menurut Zainuddin (1991) adalah pengungkapan peristiwa secara jelas dengan
penguraikan seluruh pikiran dan juga seluruh perasaan serta tidak terikat syarat-syarat
tertentu dalam sebuah karya sastra. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) prosa adalah karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yg terdapat dalam puisi).
Prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru, prosa lama adalah
e. Unsur-unsur Prosa
1. Unsur-unsur Intrinsik
a) Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut
segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang,
kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi
menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu. Bisa saja tematerdapat pada unsur
penokohan, alur, atau latar.Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya.
Untuk dapat merumuskan tema cerita fiksi, seorang pembaca harus terlebih dahulu
mengenali unsur-unsur intrinsik yang dipakai oleh pengarang untuk mengembangkan
cerita fiksinya.
b) Alur
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-
akibat. Bagian-bagian alur tersebut tidaklah seragam. Kadang-kadang susunannya itu
langsung pada penyelesaian lalu kembali pada bagian pengenalan. Ada pula yang diawali
dengan pengungkapan peristiwa, lalu 13 pengenalan, penyelesaian peristiwa, dan puncak
konflik. Tidak sedikit pula cerita yang alurnya berbelit-belit dan penuh kejutan, juga
kadang-kadang sederhana.
c) Tokoh dan Penokohan
Penokohan yaitu cara kerja pengarang untuk menampilkan tokoh cerita. Penokohan
dapat dilakukan menggunakan metode (1) analitik, (2) dramatik, dan (3) kontekstual.
Tokoh cerita akan menjadi hidup jika ia memiliki watak seperti layaknya manusia. Watak
tokoh terdiri atas sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Cara kerja pengarang memberi
watak pada tokoh cerita dinamakan penokohan, yang dapat dilakukan melalui
penggambaran (1) fisik, (2) psikis, dan (3) sosial. Latar berkaitan erat dengan tokoh dan
alur.
d) Latar
Latar adalah seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, serta suasana yang ada dalam
cerita. Latar tempat terdiri atas tempat yang dikenal, tempat tidak dikenal, dan tempat yang
hanya ada dalam khayalan. Latar waktu ada yang menunjukkan waktu dengan jelas, namun
ada pula yang tidak dapat diketahui secara pasti. Cara kerja pengarang untuk membangun
PEMBAHASAN
A. Sinopsis Cerpen “Gandoriah”
Perempuan itu duduk di tepi pantai Gandoriah. Langit yang sudah terlihat gelap pun
seakan tidak dapat menyuruh perempuan malang itu untuk pulang. Wajah perempuan
malang itu begitu sendu, sedih tak terkira. Rasa sakit itu seakan tak mampu pergi dari
dadanya. Pertanyaan-pertanyaan mulai muncul, mengapa Tuhan menciptakan cinta jika
tidak bisa menyatukannya? Baginya, cinta adalah kutukan yang menimpanya. Semua orang
memandangnya hina. Tak ada yang bisa menerima keadaan yang dirasakannya. Cinta yang
tumbuh dihatinya, dianggap hina oleh tetua di kampungnya. Ia ingin marah, tapi entah pada
siapa ia meluapkannya. Tak ada satu pun orang yang memperjuangkan kebahagiannya.
“Apapun yang terjadi, aku akan tetap memperjuangkanmu!” begitu kuat cinta mereka
dahulu. Cinta dua orang manusia yang berusaha melawan kenyataan bahwa cinta mereka
tak semestinya ada. Pada saat itu cinta datang pada hati yang tak semestinya jatuh. Cinta
Nila dan Nawa dianggap aib di kampungnya. Mereka dilarang untuk saling mencintai
sebagai sepasang kekasih. Di desa mereka, kampung kecil bernama Parit, dimana adat
masih dijunjung tinggi. Di desa mereka ketika dua orang memiliki suku yang sama,
dianggap saudara. Itulah alasan mengapa mereka dilarang keras menjadi sepasang kekasih.
Karena cinta mereka telah mengakar, mereka tetap melawan adat yang berlaku disana. Tak
peduli adat yang mengikat. Tak peduli suku yang sama.
Diusia muda, dunia terasa bisa ditaklukkan. Nila dan Nawa sepakat untuk menjai
sepasang kekasih. Mereka menjalani hubungan terlarang ini secara diam-diam. Semua
berjalan mulus adanya. Setahun sudah mereka menyembunyikan kasih asmara. Tetapi
kisah itu tak berlangsung lama tatkala kakak Nila mengetahui hubungan asmara adiknya.
Ayah Nila pun tak terbendung amarahnya. Ayahnya murka. Ia merasa malu tatkala
mengetahui anaknya menyebar aib di kampungnya. Akibatnya, mereka tidak bisa bertemu
sebulan lamanya.
Nila dan Nawa paham betul bagaimana rasanya ketika tak seorang pun yang mau
menerima cinta mereka. Lama mereka tak bertemu, tetapi hati mereka tak bisa dibohongi.
Nila tahu bahwa Nawa akan selalu menunggunya di Pantai Gandoriah. Nila memutuskan
untuk menemui kekasihnya. Benar dugaanya, lelaki yang dicintainya itu menunggunya.
Saat bertemu Nila, Nawa membeberkan rencananya untuk pergi merantau. Ia ingin
memperbaiki hidupnya dan akan membawa Nila pergi dari kampung ini setelah ia kembali
Bukti Kalimat: Perempuan itu duduk di tepi pantai Gandoriah. Langit yang sudah terlihat
gelap pun seakan tidak dapat menyuruh perempuan malang itu untuk pulang. Wajah
perempuan malang itu begitu sendu, sedih tak terkira. Rasa sakit itu seakan tak mampu
pergi dari dadanya.
Analisis: pada kalimat diatas menggunakan sudut pandang orang ketiga, pengarang
bersifat mahatau, dibuktikan dengan pengarang mengetahui apa yang sedang dilakukan
tokoh “perempuan itu”. Pengarang menuliskan bagaimana keadaan yang ada disana dan
bagaimana perasaan yang dirasakan tokoh.
Bukti Kalimat: Nila dan Nawa paham betul bagaimana rasanya ketika tak seorang pun
yang mau menerima cinta mereka. Lama mereka tak bertemu, tetapi hati mereka tak bisa
dibohongi. Nila tahu bahwa Nawa akan selalu menunggunya di Pantai Gandoriah. Nila
memutuskan untuk menemui kekasihnya. Benar dugaanya, lelaki yang dicintainya itu
menunggunya.
Analisis: pada kalimat diatas menggunakan sudut pandang orang ketiga, pengarang
bersifat mahatau, dibuktikan dengan pengarang mengetahui apa yang dirasakan tokoh Nila
dan Nawa, pengarang menuliskan bagaimana gejolak kerinduan dan tindakan setelahnya
yang dilakukan oleh Nila dan Nawa.
➢ Data didapatkan dari Buku Boy Candra yang berjudul Setelah Hujan Reda,
halaman 21-36.
Bahkan, setiap hari Minggu sekali pun ketika aku berjalan-jalan keliling komplek
dengan anjing kesayanganku, ia juga duduk di halte itu. Beberapa kali mataku dan matanya
bertatapan, tetapi ia tetap tidak bicara apapun.
Pagi ini, aku memberanikan diri untuk duduk disampingnya dan mencoba untuk
membuka pembicaraan dengan perempuan itu. Aku membuka pembicaraan dengannya.
“Selamat pagi, nona” ia tak menghiraukan ucapanku. “Bolehkah saya berbicara
denganmu?” tetap tak ada respon darinya. “Maaf jika saya mengganggumu, saya selalu
melewati halte ini dan selalu melihatmu di halte ini. Apakah kamu sedang menunggu
seseorang?” ia menoleh ke arahku lalu menundukkan kepala pertanda ia mengiyakan
ucapanku. Wajahnya semakin terlihat sendu setelah mendengarkan ucapanku. Meskipun
dengan mata yang sendu, jujur saja ia selalu terlihat cantik. Namun aku selalu bertanya-
tanya, mengapa ia selalu memakai pakaian berwarna hitam?
Sekali lagi, aku berusaha untuk membuka pembicaraan dengannya. “Nona, siapa
namamu?” “Namaku?” ia menunjuk dirinya sendiri. “Iya, siapa namamu?” “Entahlah. Aku
bahkan tak ingin mengingat siapa namaku. Apalah arti nama, jika suatu saat kau hanya bisa
Setelah percakapan singkat itu, kami kembali diam seribu bahasa. Sudah hampir satu
jam aku duduk disebelahnya, tetapi hanya namanya saja yang berhasil aku ketahui. Langit
cerah tiba-tiba saja mendung. Karena langit semakin menghitam, aku mengajaknya untuk
pulang. Tapi percuma, dia tetap saja diam. Tetapi anehnya, wajahnya justru menjadi
sumringah. Dibibir tipisnya melengkung senyum. Dia menyuruhku pulang. “Jika kamu
ingin pergi, silakan tinggalkan aku sendiri. Aku masih ingin disini, kekasihku sebentar lagi
akan datang.”
Aku tidak tega meninggalkan Lara sendirin dengan keadaan hujan yang sangat lebat.
Aku memutuskan untuk menemaninya. Ia bermain-main dengan air hujan. Wajahnya
melukiskan perasaan yang sangat membahagiakan.
Hampir setiap Minggu aku selalu menemaninya menunggu kekasihnya di hatle bus ini.
Tetapi kekasihnya tak kunjung datang. “Apa janji lelaki selalu tak pernah ditepati?” Jujur
saja aku tidak bisa menjawabnya. “Mengapa kamu tidak bisa menjawab pertanyaanku?”
ucapnya. “Maaf Lara, aku tidak mengerti maksud pertanyaanmu.”
Lara akhirnya menceritakan segalanya padaku ditengah rintik hujan yang jatuh ke
bumi. Ia menceritakan mengapa alasan dia selalu menunggu kekasihnya disini. Mengapa
ia selalu senang ketika hujan datang. Dan mengapa ia selalu memakai pakaian berwarna
hitam. Ya, kekasihnya meninggalkannya tepat di depan halte ini, juga saat keadaan hujan
lebat. Sebelum kekasihnya benar-benar pergi untuk selamanya, ia berjanji pada Lara akan
menemuinya disni, di hatle ini, saat hujan tiba. Lara tahu bahwa kekasihnya tidak akan
pernah menemuinya lagi, tapi Lara tidak bisa membohongi hati kecilnya. (Candra, 2014)
Analisis: pada kalimat diatas menggunakan sudut pandang orang pertama, tokoh aku
menjadi fokus utama. Tokoh aku menceitakan bagaimana ia selalu bertemu dengan tokoh
“dia” di halte bus itu. Apa saja yang tokoh “aku” kerjakan setiap paginya.
Bukti Kalimat: Pagi ini, aku memberanikan diri untuk duduk disampingnya dan mencoba
untuk membuka pembicaraan dengan perempuan itu. Aku membuka pembicaraan
dengannya. “Selamat pagi, nona” ia tak menghiraukan ucapanku. “Bolehkah saya berbicara
denganmu?” tetap tak ada respon darinya.
Analisis: pada kalimat diatas menggunakan sudut pandang orang pertama, tokoh aku
menjadi fokus utama. Tokoh aku menceritakan bagaimana ia memulai percakapan dengan
tokoh “dia” di halte itu.
Bukti Kalimat: Sekali lagi, aku berusaha untuk membuka pembicaraan dengannya.
“Nona, siapa namamu?” “Namaku?” ia menunjuk dirinya sendiri. “Iya, siapa namamu?”
“Entahlah. Aku bahkan tak ingin memngingat siapa namaku. Apalah arti nama, jika suatu
saat kau hanya bisa mengenangnya.” Ucapnya lirih tapi penuh dengan keyakinan.
Analisis: pada kalimat diatas menggunakan sudut pandang orang pertama, tokoh aku
menjadi fokus utama. Tokoh aku menceritakan bagaimana tokoh “dia” menjawab
pertanyaannya. Bagaimana wajah sendu tokoh “dia” dan bagaimana tokoh “dia” tidak ingin
mengingat namanya.
Bukti Kalimat: Lara akhirnya menceritakan segalanya padaku ditengah rintik hujan yang
jatuh ke bumi. Ia menceritakan mengapa alasan dia selalu menunggu kekasihnya disini.
Mengapa ia selalu senang ketika hujan datang. Dan mengapa ia selalu memakai pakaian
berwarna hitam.
➢ Data didapatkan dari Buku Boy Candra yang berjudul Setelah Hujan Reda,
halaman 9-20.
KESIMPULAN
Sudut pandang, point of view, menunjuk pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia
merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk
menyajikan cerita dalam sebuah karya fiksi kepada membaca. Dengan semikian, sudut
pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih
pengarang untuk mengemukakan gagasan dan cerita. Segala sesuatu yang dikemukakan
dalam cerita fiksi memang milik pengarang, yang antara lain berupa pandangan hidup dan
tafsirannya terhadap kehidupan. Namun, kesemuanya itu dalam cerita fiksi di salurkan
lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita yang sengaja dikreasikan.
Julfahnur. (2020). Sudut Pandang Sebagai Unsur Fiksi Karya Sastra. Unsur Fiksi , 1-7.