Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 25 September 2021

Penulis

Buku Setelah Hujan Reda | 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 4
1.4 Landasan Teori................................................................................................................ 4
a. Hakikat Sudut Pandang ................................................................................................... 4
b. Macam-macam Sudut Pandang....................................................................................... 4
1. Sudut Pandang Persona Ketiga “Dia” ......................................................................... 5
a) “Dia” Mahatahu........................................................................................................... 5
b) “Dia” Terbatas “Dia” Sebagai Pengamat .................................................................... 5
2. Sudut Pandang Persona Pertama “Aku”...................................................................... 6
a) “Aku” Tokoh Utama ................................................................................................... 6
b) “Aku” Tokoh Tambahan ............................................................................................. 6
3. Sudut Pandang Campuran ........................................................................................... 6
c. Hakikat Apresiasi Prosa .................................................................................................. 7
d. Pengertian Prosa.............................................................................................................. 7
e. Unsur-unsur Prosa ........................................................................................................... 8
1. Unsur-unsur Intrinsik ...................................................................................................... 8
2. Unsur-unsur Ekstrinsik ................................................................................................ 9
f. Jenis-jenis Prosa .............................................................................................................. 9
g. Bentuk Prosa ................................................................................................................. 11
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 12
A. Sinopsis Cerpen “Gandoriah” ....................................................................................... 12
B. Analisis Sudut Pandang pada Cerpen “Gandoriah” ...................................................... 13
C. Sinopsis Cerpen “Aku, Kamu, dan Hujanmu”.............................................................. 14
D. Analisis Sudut Pandang pada Cerpen “Aku, Kamu, dan Hujanmu” ............................ 15
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19

Buku Setelah Hujan Reda | 2


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra merupakan produk budaya yang mengutamakan keindahan. Ada dua fungsi
sastra, yaitu pertama fungsi rekreatif. Dengan membaca karya sastra, seseorang dapat
memperoleh kesenangan atau hiburan, yaitu bisa mengembara, berekreasi, danmemperoleh
suguhan kisah dan imajinasi pengarang mengenai berbagai kehidupan manusia. Kedua
adalah fungsi didaktif. Dengan membaca karya sastra, seseorang dapat memperoleh
pengetahuan tentang seluk-beluk kehidupan manusia dan pelajaran tentang nilai-nilai
kebenaran dan kebaikan yang ada didalamnya.

Karya sastra dikelompokkan menjadi 3 jenis, prosa, puisi, dan drama. Untuk dapat
memahami sebuah karya sastra dengan baik, pembaca harus memiliki pengetahuan tentang
fungsi dan unsur-unsur karya sastra yang dibacanya. Prosa fiksi sebagai sebuah cerita
rekaan yang biasa juga disebut sebagai cerita rekaan memiliki fungsi untuk
memberitahukan kepada pembaca tentang suatu kejadian atau peristiwa yang mungkin ada
dalam kehidupan nyata. Unsur-unsur prosa fiksi seperti yang sudah pelajari dalam mata
kuliah sastra mencakup tema, tokoh, alur, seting atau latar, gaya, dan sudut pandang.

Cerita rekaan atau prosa fiksi sering dibedaan atas tiga macam bentuk yakni, cerita
pendek (cerpen), novel, dan roman. Akan tetapi di dalam Kesusatraan Amerika hanya
dikenal istilah cerpen (short story) dan novel.

Dalam makalah ini, dibahas mengenai aspek struktural yang mengutamakan struktur
point of view (POV) atau sudut pandang karya sastra berupa kumpulan cerpen Setelah
Hujan Reda yang berjudul “Gandoriah” dan “Aku, Kamu, dan Hujanmu” karya Boy
Candra.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sudut pandang?
2. Apa saja struktur yang membangun sebuah prosa?
3. Sudut pandang apakah yang dipakai dalam cerpen berjudul “Gandoriah”?
4. Sudut pandang apakah yang dipakai dalam cerpen berjudul “Aku, Kamu, dan
Hujanmu”

Buku Setelah Hujan Reda | 3


1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sudut pandang.
2. Untuk mengetahui struktur yang membangun sebuah prosa.
3. Untuk mengetahui sudut pandang yang dipakai dalam cerpen berjudul “Gandoriah”.
4. Untuk mengetahui sudut pandang yang dipakai dalam cerpen berjudul “Aku, Kamu,
dan Hujanmu”.

1.4 Landasan Teori


a. Hakikat Sudut Pandang
Sudut pandang, point of view, viewpoint merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh
Stanton digolongkan sebagai sarana cerita literary device. Walau demikian, hal itu tidak
berarti bahwa perannya dalam fiksi tidak penting. sudut pandang haruslah diperhitungkan
kehadirannya, bentuknya, sebab pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap
penyajian cerita. Reaksi afektif pembaca terhadap sebuah cerita fiksipun dalam banyak hal
akan dipengaruhi oleh bentuk sudut pandang.
Sudut pandang, point of view, menunjuk pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia
merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk
menyajikan cerita dalam sebuah karya fiksi kepada membaca (Abrams, 1999:231). Dengan
semikian, sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara
sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan cerita. Segala sesuatu yang
dikemukakan dalam cerita fiksi memang milik pengarang, yang antara lain berupa
pandangan hidup dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun, kesemuanya itu dalam cerita
fiksi di salurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita yang sengaja
dikreasikan.
b. Macam-macam Sudut Pandang
Sudut pandang dapat banyak macamnya tergantung dari sudut mana ia dipandang dan
seberapa rinci ia dibedakan. Friedman (Stevick, 1967:118) mengemukakan adanya
sejumlah pertanyaan yang jawabnya dapat dipergunakan untuk membedakan sudut
pandang. Pertanyaan sebagai berikut:
a) Siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang dalam persona ketiga atau
pertama, salah satu pelaku dengan “aku” atau seperti tidak seorang pun)?
b) Dari posisi mana cerita itu dikisahkan (atas, tepi, pusat, depan, atau berganti-ganti)?

Buku Setelah Hujan Reda | 4


c) Saluran informasi apa yang dipergunakan narator untuk menyampaikan ceritanya
kepada pembaca (kata-kata, pikiran, atau persepsi pengarang; kata-kata, tindakan,
pikiran, perasaan, atau persepsi tokoh)?
d) Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari ceritanya (dekat, jauh atau
berganti-ganti)?
1. Sudut Pandang Persona Ketiga “Dia”
Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona ketiga, gaya “dia”
narator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita
dengan menyebut nama atau kata gantinya; ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita,
khuususnya yang utama. Kerap atau terusmenerus disebut, dan sebagai variasi digunakan
kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang
diceritakan atau siapa yang bertindak.
Sudut pandan “dia” dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat
kebebasan dan ketertarikan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak pengarang,
narator dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh “dia”
jadi bersifat mahatahu, dipihak lain ia terikat, mempunyai keterbatasan “pengertian”
terhadap tokoh “dia” yang diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat
saja.
a) “Dia” Mahatahu
Sudut pandang persona ketiga mahatahu dalam literatur bahasa Inggris dapat dikenal
dengan istilah the omniscient point of view, third-person omniscient narrator, atau author
omniscient. Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut pandang “dia”, namun
pengarang, narator, dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh “dia”.
Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai
hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termaksud motivasi yang melatarbelakanginya.
Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita,
berpindah-pindah dari tokoh “dia” yang satu ke tokoh “dia” yang lain. Menceritakan atau
sebaliknya “ menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya
berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas seperti halnya ucapan
dan tindakan nyata (Abrams, 1999:232).
b) “Dia” Terbatas “Dia” Sebagai Pengamat
Dalam sudut pandang “dia” terbatas, seperti halnya dalam “dia” mahatahu, pengarang
melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita,
namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja (Stanton, 1965:26), atau tebatas dalam

Buku Setelah Hujan Reda | 5


jumlah yang sangat terbatas (Abrams, 1999:233). Tokoh cerita mungkin banyak, yang juga
berupa tokoh “dia” namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok
dirinya seperti halnya tokoh pertama. Oleh karena itu, dalam teknik ini hanya ada seorang
tokoh yang terseleksi untuk diungkap, tokoh tersebut merupakan fokus, cermin atau pusat
kesadaran, center of consciousness. Berbagai peristiwa dan pandangan yang diceritakan
disajikan lewat “pandangan” dan atau kesadaran seorang tokoh dan hal itu sekaligus
menjadi “filter” bagi pembaca.
2. Sudut Pandang Persona Pertama “Aku”
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama, first-
person point of view. “aku”, jadi gaya “aku”, narator adalah seseorang ikut terlibat dalam
cerita. Ia adalah si “aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan, kesadaran dirinya sendiri, self
consciousness, mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar,
dialami, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Kita
pembaca menerima apa yang diceritakan oleh si “aku” maka kita hnaya dapat melihat dan
merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan oleh tokoh si “aku” tersebut.
a) “Aku” Tokoh Utama
Dalam sudut pandang teknik ini, si “aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah
laku yang dialaminya. Baik yang bersifat batiniah (dalam diri sendiri), maupun fisik
(hubungan dengan sesuatu di luar dari dirinya sendiri). Si “aku” menjadi fokus, pusat
kesadaran, dan pusat cerita. Segala sesuatu yang berhubungan di luar diri si “aku”
peristiwa, tindakan dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya atau
dianggap penting.
b) “Aku” Tokoh Tambahan
Dalam sudut pandang ini, tokoh “aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan
sebagai tokoh tambahan first person peripheral. Tokoh “aku” hadir untuk membawakan
cerita kepada pembaca, kemudia “dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri pengalamannya.
Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri di sebut tokoh utama karena dia yang banyak
tampil, membawa berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh lain.
Setelah tokoh utama selesai tampil, si “aku” tambahan tampil kembali dan dialah kini yang
berkisah dan tampil sebagai saksi, witness saja.
3. Sudut Pandang Campuran
Penggunaan sudut pandang dalam sebuah novel mungkin saja lebih dari satu teknik.
Pengarang dapat berganti-ganti dari teknik yang satu ke teknik yang lain untuk sebuah
cerita yang di tuliskannya. Kesemuanya itu tergantung dari kemauan dan kreativitas

Buku Setelah Hujan Reda | 6


pengarang, bagaimana mereka memanfaatkan berbagai teknik yang ada demi tercapainya
efektivitas penceritaan yang lebih, atau paling tidak untuk mencari variasi agar memberikan
kesan lain. Penggunaan sudut pandang campuran di dalam sebuah novel, mungkin berupa
penggunaan sudut pandang persona ketiga dengan teknik “dia mahatahu” dan “dia sebagai
pengamat”, persona pertama dengan teknik “ aku sebagai tokoh utama” dan “aku sebagai
tokoh tambahan atau sebagai saksi”.
Selain itu, dapat pula berupa campuran antara persona pertama dan ketiga, antara “aku”
“dia”, bahkan kadang-kadang diselingi kata persona kedua “kau”. Campuran “Aku” dan
“Dia”. Penggunaan sudut pandang campuran antara persona pertama dan ketiga, “aku” dan
“dia” secara bergantian dapat kita jumpai pada beberapa novel di Indonesia. Mula-mula
diceritakan dari sudut pandang “aku”, namun kemudian bergantian “dia” dan kembali ke
“aku”. (Julfahnur, 2020)
c. Hakikat Apresiasi Prosa
Kata apresiasi secara harfiah berarti ‘penghargaan’ terhadap suatu objek, hal, kejadian,
atau pun peristiwa. Apresiasi adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-
sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan, kritis dan kepekaan
perasaan yang baik terhadap cipta sastra (Effendi 1973 : 44). Untuk dapat memberi
penghargaan terhadap sesuatu, tentunya kita harus mengenal sesuatu itu dengan baik dan
dengan akrab agar kita dapat bertindak dengan seadil-adilnya terhadap sesuatu itu, sebelum
kita dapat memberi pertimbangan bagaimana penghargaan yang akan diberikan terhadap
sesuam itu. Kalau yang dimaksud dengan sesuatu itu adalah karya sastra, lebih tepat iagi
karya sastra prosa, maka apresiasi itu berati memberi penghargaan dengan sebaik-baiknya
terhadap karya sastra prosa itu.

Apresiasi prosa adalah memberi penghargaan dengan sebaik-baiknya dan seobjektif


mungkin pada suatu karya sastra prosa. Seobjektif mungkin dapat diartikan bahwa
pemberian penghargaan dilakukan setelah karya sastra itu kita baca, telaah unsur-unsur
pembentuknya dan tafsirkan berdasarkan wawasan dan visi kita terhadap karya sastra itu.

d. Pengertian Prosa
Prosa menurut Zainuddin (1991) adalah pengungkapan peristiwa secara jelas dengan
penguraikan seluruh pikiran dan juga seluruh perasaan serta tidak terikat syarat-syarat
tertentu dalam sebuah karya sastra. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) prosa adalah karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yg terdapat dalam puisi).
Prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru, prosa lama adalah

Buku Setelah Hujan Reda | 7


prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah prosa
yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.

e. Unsur-unsur Prosa
1. Unsur-unsur Intrinsik
a) Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut
segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang,
kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi
menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu. Bisa saja tematerdapat pada unsur
penokohan, alur, atau latar.Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya.
Untuk dapat merumuskan tema cerita fiksi, seorang pembaca harus terlebih dahulu
mengenali unsur-unsur intrinsik yang dipakai oleh pengarang untuk mengembangkan
cerita fiksinya.
b) Alur
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-
akibat. Bagian-bagian alur tersebut tidaklah seragam. Kadang-kadang susunannya itu
langsung pada penyelesaian lalu kembali pada bagian pengenalan. Ada pula yang diawali
dengan pengungkapan peristiwa, lalu 13 pengenalan, penyelesaian peristiwa, dan puncak
konflik. Tidak sedikit pula cerita yang alurnya berbelit-belit dan penuh kejutan, juga
kadang-kadang sederhana.
c) Tokoh dan Penokohan
Penokohan yaitu cara kerja pengarang untuk menampilkan tokoh cerita. Penokohan
dapat dilakukan menggunakan metode (1) analitik, (2) dramatik, dan (3) kontekstual.
Tokoh cerita akan menjadi hidup jika ia memiliki watak seperti layaknya manusia. Watak
tokoh terdiri atas sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Cara kerja pengarang memberi
watak pada tokoh cerita dinamakan penokohan, yang dapat dilakukan melalui
penggambaran (1) fisik, (2) psikis, dan (3) sosial. Latar berkaitan erat dengan tokoh dan
alur.
d) Latar
Latar adalah seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, serta suasana yang ada dalam
cerita. Latar tempat terdiri atas tempat yang dikenal, tempat tidak dikenal, dan tempat yang
hanya ada dalam khayalan. Latar waktu ada yang menunjukkan waktu dengan jelas, namun
ada pula yang tidak dapat diketahui secara pasti. Cara kerja pengarang untuk membangun

Buku Setelah Hujan Reda | 8


cerita bukan hanya melalui penokohan dan perwatakan, melainkan pula dapat melalui
sudut pandang.
e) Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita.
Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam, yaitu berperan langsung, sebagai orang
pertama dan berperan sebagai pengamat atau sebagai orang ketiga.
f) Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang disampaikan pengarang
kepada pembaca melalui karyanya. Amanat tersimpan rapi dan disembunyikan
pengarangnya dalam isi cerita.
2. Unsur-unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik prosa adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan
karya sastra, seperti faktor pendidikan pengarang, faktor kesejarahan, dan faktor
sosial budaya.
f. Jenis-jenis Prosa
1) Prosa Lama
Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau
kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara
lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Prosa lama memiliki ciri-ciri
diantaranya sebagai berikut:
a) Bersifat Statis
Prosa lama memiliki bentuk sama, pola-pola kalimatnya sama, banyak kalimat dan
ungkapan yang sama, tema ceritanya sama sesuai dengan perkembangan masyarakat yang
lambat.
b) Diferensiasi sedikit
Cerita lama pada umumnya merupakan ikatan unsur-unsur yang sama karena
perhubungan beberapa unsur kuat sekali.
c) Bersifat tradisional
Prosa lama bersifat tradisional, kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan yang sama
terdapat dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan di dalam satu cerita juga sering diulang.
d) Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat (anonim)
Prosa lama merupakan milik bersama yaitu menggambarkan tradisi masyarakat yang
lebih menonjolkan kekolektifan daripada keindividualan.

Buku Setelah Hujan Reda | 9


e) Tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun
Sejarah menurut pengertian lama adalah karangan tentang asal usul raja dan kaum
bangsawan dan kejadian-kejadian yang penting, tanpa memperhatikan perurutan waktu dan
kejadian-kejadiannya (tidak kronologis) sehingga alur cerita sulit dipahami
f) Bahasanya menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional
Bahasanya bersifat klise, bahasanya dipengaruhi oleh kesustraan Budha dan Hindu
yang sulit untuk dipahami dan dipengaruhi bahasa melayu.
g) Sifatnya fantasis atau khayal
Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca dibawa ke dalam
khayal dan fantasi.
2) Prosa Modern
Prosa modern atau prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat
pengaruh sastra atau budaya Barat. Prosa lama sebagian dari strukturalnya sudah
terpengaruhi oleh budaya-budaya asing. Yang termasuk prosa modern, antara lain:
a) Roman
Roman adalah bentuk prosa baru yang menceritakan kehidupan suatu tokoh tertentu
dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari
masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman
mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secaraspesifik dan menyeluruh,
alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan).
b) Novel
Menurut Burhan Nurgiyantoro (1995) Istilah novel berasal dari bahasa Itali novella
yang mengandung makna harfiah sebuah barang baru yang kecil, yang kemudian diartikan
sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.
c) Cerpen
Cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan
pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau
pertikaian, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Cerpen
memiliki bebertapa daya tarik yang sangat memukau para penggemarnya.
d) Riwayat
Riwayat atau biografi adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman
hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak

Buku Setelah Hujan Reda | 10


kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa,
Prof. Dr. B.J Habibie, Ki Hajar Dewantara, Soekarno Sang penyambung Lidah Rakyat.
e) Kritik
Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya
dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya
objektif dan menghakimi. Kritik yang di berikan kepada penulis hendaknya bersifat
membangun dan tidak bersifat provokatif dan meremehkan.
f) Resensi
Resensi adalah pembicaraan /pertimbangan /ulasan suatu karya (buku, film, drama).
Isinya bersifat memaparkan supaya pembaca mengetahui karya tersebut dari berbagai
aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog.
g) Esai
Esai adalah ulasan /kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan
pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun
komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film.
g. Bentuk Prosa
1) Hikayat
Hikayat asalnya adalah dari negara India dan Arab. Yang mempunyai isi kehidupan
para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, dan raja-raja yang mempunyai kekuatan gaib.
Yang diceritakan didalam hikayat kadang tidak masuk akal, seperti seseorang yang
memiliki kesaktian dan kekuatan luar biasa. Dalam cerita hikayat kebanyakan tokoh yang
diambil adalah dalam sejarah.
2) Sejarah
Sejarah atau yang disebut juga Tambo merupakan suatu bentuk prosa lama yang isi
ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang di jelaskan dalah sejarah dapat
dibuktikan dengan fakta. Berisikan tidak hanya peristiwa sejarah tetapi juga berisikan
silsilah raja-raja. Biasanya ditulis oleh para Sastrawan masyarakat lama.
3) Kisah
Kisah merupakan cerita yang berisikan kisa perjalanan atau pelayaran seseorang dari
suatu tempat ke tempat lain.
4) Dongeng
Dongeng merupakan sebuah cerita yang sifatnya khayal.

Buku Setelah Hujan Reda | 11


BAB II

PEMBAHASAN
A. Sinopsis Cerpen “Gandoriah”
Perempuan itu duduk di tepi pantai Gandoriah. Langit yang sudah terlihat gelap pun
seakan tidak dapat menyuruh perempuan malang itu untuk pulang. Wajah perempuan
malang itu begitu sendu, sedih tak terkira. Rasa sakit itu seakan tak mampu pergi dari
dadanya. Pertanyaan-pertanyaan mulai muncul, mengapa Tuhan menciptakan cinta jika
tidak bisa menyatukannya? Baginya, cinta adalah kutukan yang menimpanya. Semua orang
memandangnya hina. Tak ada yang bisa menerima keadaan yang dirasakannya. Cinta yang
tumbuh dihatinya, dianggap hina oleh tetua di kampungnya. Ia ingin marah, tapi entah pada
siapa ia meluapkannya. Tak ada satu pun orang yang memperjuangkan kebahagiannya.
“Apapun yang terjadi, aku akan tetap memperjuangkanmu!” begitu kuat cinta mereka
dahulu. Cinta dua orang manusia yang berusaha melawan kenyataan bahwa cinta mereka
tak semestinya ada. Pada saat itu cinta datang pada hati yang tak semestinya jatuh. Cinta
Nila dan Nawa dianggap aib di kampungnya. Mereka dilarang untuk saling mencintai
sebagai sepasang kekasih. Di desa mereka, kampung kecil bernama Parit, dimana adat
masih dijunjung tinggi. Di desa mereka ketika dua orang memiliki suku yang sama,
dianggap saudara. Itulah alasan mengapa mereka dilarang keras menjadi sepasang kekasih.
Karena cinta mereka telah mengakar, mereka tetap melawan adat yang berlaku disana. Tak
peduli adat yang mengikat. Tak peduli suku yang sama.
Diusia muda, dunia terasa bisa ditaklukkan. Nila dan Nawa sepakat untuk menjai
sepasang kekasih. Mereka menjalani hubungan terlarang ini secara diam-diam. Semua
berjalan mulus adanya. Setahun sudah mereka menyembunyikan kasih asmara. Tetapi
kisah itu tak berlangsung lama tatkala kakak Nila mengetahui hubungan asmara adiknya.
Ayah Nila pun tak terbendung amarahnya. Ayahnya murka. Ia merasa malu tatkala
mengetahui anaknya menyebar aib di kampungnya. Akibatnya, mereka tidak bisa bertemu
sebulan lamanya.
Nila dan Nawa paham betul bagaimana rasanya ketika tak seorang pun yang mau
menerima cinta mereka. Lama mereka tak bertemu, tetapi hati mereka tak bisa dibohongi.
Nila tahu bahwa Nawa akan selalu menunggunya di Pantai Gandoriah. Nila memutuskan
untuk menemui kekasihnya. Benar dugaanya, lelaki yang dicintainya itu menunggunya.
Saat bertemu Nila, Nawa membeberkan rencananya untuk pergi merantau. Ia ingin
memperbaiki hidupnya dan akan membawa Nila pergi dari kampung ini setelah ia kembali

Buku Setelah Hujan Reda | 12


nanti. Nawa berjanji akan menjemput pujaan hatinya saat sukses nanti. Nila percaya bahwa
Nawa tidak akan mengkhianatinya. “Aku janji akan datang menjemputmu”. “Aku janji,
aku akan menunggumu, sampai kapan pun”.
Nila masih memegang janji kekasihnya. Ia percaya kekasihnya akan menjemputnya.
Senja mulai terlihat tua, juga kerutan diwajahnya. Meskipun rambutnya mulai memutih,
badannya mulai renta, ia tetap menunggu kekasinya yang tak kunjung datang. (Candra,
2014)

B. Analisis Sudut Pandang pada Cerpen “Gandoriah”


Cerpen karya Boy Candra yang berjudul Gandoriah adalah sebuah cerpen yang
menggunakan sudut pandang atau point of view orang ketiga mahatau. Dalam sudut cerita
ini, pengarang menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh “dia”. Pengarang
mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal
tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termaksud motivasi yang melatarbelakanginya.

Bukti Kalimat: Perempuan itu duduk di tepi pantai Gandoriah. Langit yang sudah terlihat
gelap pun seakan tidak dapat menyuruh perempuan malang itu untuk pulang. Wajah
perempuan malang itu begitu sendu, sedih tak terkira. Rasa sakit itu seakan tak mampu
pergi dari dadanya.

Analisis: pada kalimat diatas menggunakan sudut pandang orang ketiga, pengarang
bersifat mahatau, dibuktikan dengan pengarang mengetahui apa yang sedang dilakukan
tokoh “perempuan itu”. Pengarang menuliskan bagaimana keadaan yang ada disana dan
bagaimana perasaan yang dirasakan tokoh.

Bukti Kalimat: Nila dan Nawa paham betul bagaimana rasanya ketika tak seorang pun
yang mau menerima cinta mereka. Lama mereka tak bertemu, tetapi hati mereka tak bisa
dibohongi. Nila tahu bahwa Nawa akan selalu menunggunya di Pantai Gandoriah. Nila
memutuskan untuk menemui kekasihnya. Benar dugaanya, lelaki yang dicintainya itu
menunggunya.
Analisis: pada kalimat diatas menggunakan sudut pandang orang ketiga, pengarang
bersifat mahatau, dibuktikan dengan pengarang mengetahui apa yang dirasakan tokoh Nila
dan Nawa, pengarang menuliskan bagaimana gejolak kerinduan dan tindakan setelahnya
yang dilakukan oleh Nila dan Nawa.

Buku Setelah Hujan Reda | 13


Bukti Kalimat: Nila masih memegang janji kekasihnya. Ia percaya kekasihnya akan
menjemputnya. Senja mulai terlihat tua, juga kerutan diwajahnya. Meskipun rambutnya
mulai memutih, badannya mulai renta, ia tetap menunggu kekasinya yang tak kunjung
datang.
Analisis: pada kalimat diatas menggunakan sudut pandang orang ketiga, pengarang
bersifat mahatau, dibuktikan dengan pengarang mengetahui apa yang dilakukan Nila ketika
ia sudah renta. Bagaimana kesetiaan Nila menunggu Nawa yang tak kunjung datang juga.

➢ Data didapatkan dari Buku Boy Candra yang berjudul Setelah Hujan Reda,
halaman 21-36.

C. Sinopsis Cerpen “Aku, Kamu, dan Hujanmu”


Setiap hari aku selalu bertemu dengan dia, di tempat yang sama, di halte persimpangan
jalan komplek perumahan. Perempuan itu selalu memasang wajah yang sama. Sendu. Tak
pernah kudapati dia dengan ekspresi lainnya. Perempuan itu bahkan tidak pernah
tersenyum pada siapapun yang melihatnya. Entah sejak pukul berapa dia sudah berada
disana, yang jelas, aku berangkat ke kantor tepat pukul tujuh pagi saat melewati halte yang
ia duduki dan dia selalu sudah duduk disana. Aku tak pernah tau sedang menunggu siapa
dia setiap harinya.

Bahkan, setiap hari Minggu sekali pun ketika aku berjalan-jalan keliling komplek
dengan anjing kesayanganku, ia juga duduk di halte itu. Beberapa kali mataku dan matanya
bertatapan, tetapi ia tetap tidak bicara apapun.

Pagi ini, aku memberanikan diri untuk duduk disampingnya dan mencoba untuk
membuka pembicaraan dengan perempuan itu. Aku membuka pembicaraan dengannya.
“Selamat pagi, nona” ia tak menghiraukan ucapanku. “Bolehkah saya berbicara
denganmu?” tetap tak ada respon darinya. “Maaf jika saya mengganggumu, saya selalu
melewati halte ini dan selalu melihatmu di halte ini. Apakah kamu sedang menunggu
seseorang?” ia menoleh ke arahku lalu menundukkan kepala pertanda ia mengiyakan
ucapanku. Wajahnya semakin terlihat sendu setelah mendengarkan ucapanku. Meskipun
dengan mata yang sendu, jujur saja ia selalu terlihat cantik. Namun aku selalu bertanya-
tanya, mengapa ia selalu memakai pakaian berwarna hitam?

Sekali lagi, aku berusaha untuk membuka pembicaraan dengannya. “Nona, siapa
namamu?” “Namaku?” ia menunjuk dirinya sendiri. “Iya, siapa namamu?” “Entahlah. Aku
bahkan tak ingin mengingat siapa namaku. Apalah arti nama, jika suatu saat kau hanya bisa

Buku Setelah Hujan Reda | 14


mengenangnya.” Ucapnya lirih tapi penuh dengan keyakinan. Ia kembali menundukkan
kepalanya. Matanya terlihat semakin sendu, mungkin sebentar lagi air mata akan menetes
dipipinya. Tapi ia berusaha menahannya agar tetap terlihat baik-baik saja. meskipun begitu,
aku bisa merasakan bahwa ia sedang tidak baik-baik saja. “Namaku Lara. Siapa namamu?”
aku menjawab dengan mantap, “Namaku Aris, Lara.”

Setelah percakapan singkat itu, kami kembali diam seribu bahasa. Sudah hampir satu
jam aku duduk disebelahnya, tetapi hanya namanya saja yang berhasil aku ketahui. Langit
cerah tiba-tiba saja mendung. Karena langit semakin menghitam, aku mengajaknya untuk
pulang. Tapi percuma, dia tetap saja diam. Tetapi anehnya, wajahnya justru menjadi
sumringah. Dibibir tipisnya melengkung senyum. Dia menyuruhku pulang. “Jika kamu
ingin pergi, silakan tinggalkan aku sendiri. Aku masih ingin disini, kekasihku sebentar lagi
akan datang.”

Aku tidak tega meninggalkan Lara sendirin dengan keadaan hujan yang sangat lebat.
Aku memutuskan untuk menemaninya. Ia bermain-main dengan air hujan. Wajahnya
melukiskan perasaan yang sangat membahagiakan.

Hampir setiap Minggu aku selalu menemaninya menunggu kekasihnya di hatle bus ini.
Tetapi kekasihnya tak kunjung datang. “Apa janji lelaki selalu tak pernah ditepati?” Jujur
saja aku tidak bisa menjawabnya. “Mengapa kamu tidak bisa menjawab pertanyaanku?”
ucapnya. “Maaf Lara, aku tidak mengerti maksud pertanyaanmu.”

Lara akhirnya menceritakan segalanya padaku ditengah rintik hujan yang jatuh ke
bumi. Ia menceritakan mengapa alasan dia selalu menunggu kekasihnya disini. Mengapa
ia selalu senang ketika hujan datang. Dan mengapa ia selalu memakai pakaian berwarna
hitam. Ya, kekasihnya meninggalkannya tepat di depan halte ini, juga saat keadaan hujan
lebat. Sebelum kekasihnya benar-benar pergi untuk selamanya, ia berjanji pada Lara akan
menemuinya disni, di hatle ini, saat hujan tiba. Lara tahu bahwa kekasihnya tidak akan
pernah menemuinya lagi, tapi Lara tidak bisa membohongi hati kecilnya. (Candra, 2014)

D. Analisis Sudut Pandang pada Cerpen “Aku, Kamu, dan Hujanmu”


Cerpen karya Boy Candra yang berjudul “Aku, Kamu, dan Hujanmu” adalah sebuah
cerpen yang menggunakan sudut pandang atau point of view “aku” tokoh utama. Dalam
sudut pandang teknik ini, si “aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang
dialaminya. Si “aku” menjadi fokus, pusat kesadaran, dan pusat cerita. Segala sesuatu yang

Buku Setelah Hujan Reda | 15


berhubungan di luar diri si “aku” peristiwa, tindakan dan orang, diceritakan hanya jika
berhubungan dengan dirinya atau dianggap penting.
Bukti Kalimat: Setiap hari aku selalu bertemu dengan dia, di tempat yang sama, di halte
persimpangan jalan komplek perumahan. Perempuan itu selalu memasang wajah yang
sama. Sendu. Tak pernah kudapati dia dengan ekspresi lainnya. Perempuan itu bahkan tidak
pernah tersenyum pada siapapun yang melihatnya. Entah sejak pukul berapa dia sudah
berada disana, yang jelas, aku berangkat ke kantor tepat pukul tujuh pagi saat melewati
halte yang ia duduki dan dia selalu sudah duduk disana. Aku tak pernah tau sedang
menunggu siapa dia setiap harinya.

Analisis: pada kalimat diatas menggunakan sudut pandang orang pertama, tokoh aku
menjadi fokus utama. Tokoh aku menceitakan bagaimana ia selalu bertemu dengan tokoh
“dia” di halte bus itu. Apa saja yang tokoh “aku” kerjakan setiap paginya.

Bukti Kalimat: Pagi ini, aku memberanikan diri untuk duduk disampingnya dan mencoba
untuk membuka pembicaraan dengan perempuan itu. Aku membuka pembicaraan
dengannya. “Selamat pagi, nona” ia tak menghiraukan ucapanku. “Bolehkah saya berbicara
denganmu?” tetap tak ada respon darinya.

Analisis: pada kalimat diatas menggunakan sudut pandang orang pertama, tokoh aku
menjadi fokus utama. Tokoh aku menceritakan bagaimana ia memulai percakapan dengan
tokoh “dia” di halte itu.

Bukti Kalimat: Sekali lagi, aku berusaha untuk membuka pembicaraan dengannya.
“Nona, siapa namamu?” “Namaku?” ia menunjuk dirinya sendiri. “Iya, siapa namamu?”
“Entahlah. Aku bahkan tak ingin memngingat siapa namaku. Apalah arti nama, jika suatu
saat kau hanya bisa mengenangnya.” Ucapnya lirih tapi penuh dengan keyakinan.

Analisis: pada kalimat diatas menggunakan sudut pandang orang pertama, tokoh aku
menjadi fokus utama. Tokoh aku menceritakan bagaimana tokoh “dia” menjawab
pertanyaannya. Bagaimana wajah sendu tokoh “dia” dan bagaimana tokoh “dia” tidak ingin
mengingat namanya.

Bukti Kalimat: Lara akhirnya menceritakan segalanya padaku ditengah rintik hujan yang
jatuh ke bumi. Ia menceritakan mengapa alasan dia selalu menunggu kekasihnya disini.
Mengapa ia selalu senang ketika hujan datang. Dan mengapa ia selalu memakai pakaian
berwarna hitam.

Buku Setelah Hujan Reda | 16


Analisis: pada kalimat diatas menggunakan sudut pandang orang pertama, tokoh aku
menjadi fokus utama. Tokoh aku menceritakan secara detail bagaimana tokoh Lara
melakukan kebiasaannya. Alasan mengapa tokoh Lara selalu memakai pakaian berwarna
hitam.

➢ Data didapatkan dari Buku Boy Candra yang berjudul Setelah Hujan Reda,
halaman 9-20.

Buku Setelah Hujan Reda | 17


BAB III

KESIMPULAN

Sudut pandang, point of view, menunjuk pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia
merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk
menyajikan cerita dalam sebuah karya fiksi kepada membaca. Dengan semikian, sudut
pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih
pengarang untuk mengemukakan gagasan dan cerita. Segala sesuatu yang dikemukakan
dalam cerita fiksi memang milik pengarang, yang antara lain berupa pandangan hidup dan
tafsirannya terhadap kehidupan. Namun, kesemuanya itu dalam cerita fiksi di salurkan
lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita yang sengaja dikreasikan.

Buku Setelah Hujan Reda | 18


DAFTAR PUSTAKA

Candra, B. (2014). Setelah Hujan Reda. Jakarta: Media Kita.

Julfahnur. (2020). Sudut Pandang Sebagai Unsur Fiksi Karya Sastra. Unsur Fiksi , 1-7.

Buku Setelah Hujan Reda | 19

Anda mungkin juga menyukai