Anda di halaman 1dari 32

Variasi Bahasa

ARI ATMAJI, M.Pd.


STIKES NURUL JADID
Paiton - Probolinggo
Menurut Chaer dan Agustina

bahwa variasi bahasa merupakan keragaman atau


perbedaan dalam pemakaian bahasa. Variasi dapat
terjadi apabila penutur bahasa tidak homogen.
Variasi bahasa dari segi penutur
a. Variasi bahasa idiolek
Variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut
konsep idiolek. setiap orang mempunyai variasi
bahasa atau idioleknya masing-masing.
b. Variasi bahasa dialek
variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat,
wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa Jawa
dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain
sebagainya.
c. Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal
variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok
sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi
bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan,
variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan
variasi bahasa pada masa kini.
d. Variasi bahasa sosiolek
variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas
sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua
masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks,
pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan
lain scbagainya.
e. Variasi bahasa berdasarkan usia
Varisi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia.
Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda
dengan variasi remaja atau orang dewasa.
.f. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan
Variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan
si pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya
mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda
variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah
tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat
sekolah menengah, mahasiswa atau para sarjana.
g. Variasi bahasa berdasarkan seks
Variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin
dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi
bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan
berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan
oleh bapak-bapak.
h. Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan,
atau tugas para penutur
Variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi,
pekerjaan dan tugas.
Variasi Bahasa Berdasarkan Tingkat Golongan,
Status dan Kelas Sosial
1. Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi
atau lebih bergengsi dari variasi sosial lainya.
2. Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang
bergengsi atau bahkan dipandang rendah.
3. Vulgal adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada
pemakai bahasa yang kurang terpelajar atau dari
kalangan yang tidak berpendidikan.
4. Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan
rahasia.
5. Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam
percakapan sehari-hari yang cenderung menyingkat kata
karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya
dok(dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak).
6. Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas
oleh kelompok social tertentu. Misalnya, para montir
dengan istilah roda gila, didongkrak.
7. Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas
oleh profesi tertentu dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa
para pencuri dan tukang copet kaca mata artinya polisi.
8. Ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat
merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Misalnya,
variasi bahasa para pengemis.
Sebab-sebab Adanya variasi Bahasa

1. Interferensi
Chaer (1994: 66) memberikan batasan
bahwa interferensi adalah terbawa
masuknya unsur bahasa lain ke dalam
bahasa yang sedang digunakan sehingga
tampak adanya penyimpangan kaidah dari
bahasa yang digunakan itu
2. Integrasi

 Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi


adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan
dipakai sebagai bagian dan bahasa yang
menerima atau yang memasukinya.
3. Alih kode dan campur kode

 Alih kode adalah beralihnya penggunaan suatu


kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu)
ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain)
(Chaer, 1994: 67).
 Campur kode adalah dua kode atau lebih
digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya
terjadi dalam situasi santai (Chaer, 1994: 69).
4. Bahasa Gaul
 Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-
an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai
bahasanya para perampok atau anak jalanan
disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan
sebagai preman.
Faktor Lain Penyebab Variasi bahasa

 Tujuan Bertutur
 wilayah Tutur

 Topik Tuturan

 Gaya penuturan.
Cara Mengatasi adanya Variasi Bahasa

 Menjadikan lembaga pendidikan sebagai basis


pembinaan bahasa
 Perlunya pemahaman terhadap bahasa Indonesia yang
baik dan yang benar
 Diperlukan adanya undang-undang kebahasaan

 Peran variasi bahasa dan penggunaannya

 Menjunjung tinggi bahasa Indonesia di negeri sendiri


Bilingualisme dan Diglosia

ARI ATMAJI, M.Pd.


STIKES NURUL JADID
Paiton - Probolinggo
Bilingualisme atau Kedwibahasaan

 Abdul Chaer
Pemakaian dua bahasa oleh seorang penutur
dalam aktivitasnya sehari-hari.
 Weinrich

‘The practice of alternately using two language’


kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih
secara bergantian.
Kedwibahasaan Mempengaruhi Perkembangan
kebahasaan Masyarakat Indonesia

 Bangsa Indonesia menggunakan lebih dari satu bahasa,


yaitu bahasa ibu mereka (bahasa daerah) dan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional.
 Menurut Aslinda
Penggunaan bahasa daerah disebut juga sebagai
penggunaan bahasa pertama, sementara penggunaan
bahasa Indonesia disebut juga sebagai penggunaan
bahasa kedua. Penggunaan bahasa yang seperti itu
disebut sebagai diglosia
Apa itu Diglosia ?

Suatu situasi bahasa di mana terdapat


pembagian fungsional atas variasi-variasi
bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di
masyarakat.
Penggunaan variasi bahasa harus
disesuaikandengan tempatnya (diglosia)
 Bahasa Resmi
Digunakan dalam situasi resmi seperti, pidato
kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, khotbah,
suat menyurat resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa
tinggi harus dipelajari melalui pendidikan formal di
sekolah-sekolah.
 Bahasa Tidak Resmi.
Digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di
rumah, di warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi
dan catatan untuk dirinya sendiri. Variasi bahasa ini
dipelajari secara langsung dalam masyarakat umum, dan
tidak pernah dalam pendidikan formal.
Macam-macam Variasi Bahasa
 Ragam bahasa dari segi penutur
a. Ragam Dialek
b. Ragam Bahasa Terpelajar
c. Ragam Bahasa Resmi
d. Ragam Bahasa tak Resmi
 Ragam Bahasa Berdasarkan Pokok Persoalan
1. Ragam bahasa ilmu
2. Ragam bahasa hukum
3. Ragam bahasa niaga
4. Ragam bahasa sastra
Ragam Bahasa
Ragam bahasa Indonesia . ( Halim 1986 : 5)
a. Ragam Lisan
b. Ragam Tulis
Dari ragam lisan dan ragam tulis dibedakan,
a. Ragam Baku
b. Ragam tidak Baku
Bahasa Baku
 Moeliono
Bahasa baku adalah bahasa standar ialah bahasa yang
berkekuatan sanksi sosial dan diterima masyarakat
sebagai acuan atau model.
 Harimurti Kridalaksana
Bahasa Baku atau Standar ialah ragam bahasa dialek
yang diterima untuk dipakai dalam situasi resmi, seperti
dalam perundang – undangan, surat – menyurat resmi,
dan berbicara di depan umum.
Fungsi Bahasa Baku :
a. Pemersatu
b. penanda kepribadian
c. penambah wibawa
d. kerangka acuan
Penyebab Ketidakbakuan Kalimat
1. Pelesapan Imbuhan
2. Pemborosan Penggunaan Makna
3. Ketidaktepatan Pemilihan Kata
4. Penggunaan Konjungsi Ganda
5. Kerancuan Bentuk
6. Kesalahan Ejaan
7. Pelesapan Salah Satu Fungsi Kalimat
8. Kesalahan Struktur Kalimat
Pengembangan ragam bahasa baku memiliki tiga
ciri atau arah, yaitu:
 Memiliki kemantapan dinamis yang berupa kaidah
dan aturan yang tetap. Di sini, baku atau standar
berarti tidak dapat berubah setiap saat.
 Bersifat kecendikiaan. Sifat ini diwujudkan dalam
paragraf, kalimat, dan satuan-satuan bahasa lain yang
mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang
teratur, logis dan masuk akal
 Keseragaman. Di sini istilah “baku” dimaknai sebagai
memiliki kaidah yang seragam. Proses penyeragam
bertujuan menyeragamkan kaidah, bukan
menyeragamkan ragam bahasa, laras bahasa, atau
variasi bahasa.
Bahasa Tidak Baku
 Menurut Suharianto Bahasa tidak Baku
(nonstandar) adalah salah satu variasi
bahasa yang tetap hidup dan berkembang
sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam
pemakain bahasa tidak resmi.
Contoh Penggunaan Kalimat Tidak Baku

A
 Engkau harus hati – hati jika bertemu dengan
dia
 Sopir andong Ngadiman tabrakan.
 Saya ingin tanya pak!
 Sukiman curi sebelas mobil
B.
1. Tahun lalu ia bertanding di Jakarta di mana ia
kalah angka.
2. Tujuan daripada pertemuan itu adalah
pembuatan kesepakatan.
3. Kepada para penumpang kereta api Fajar
Utama Yogyakarta - Jakarta diminta segera
naik.
4. Dari hasil penyelidikan laboratorium kriminal
menunjukkan bahwa pelaku tindak kejahatan itu
wanita
C
1. Ia sedang membikin rak buku
2. Setiap hari ia cuma makan sayur – sayuran.
3. Permintaan para pelanggan belum ada yang
dipenuhi karena persediaannya sudah habis.
4. Buku itu diberi ke saya.
D.
1. Karena nilainya kurang dari batas minimal, maka
ia tak dapat diterima menjadia siswa.
2. Setelah segala keperluan Sultan Agung selesai
maka kembalilah beliau ke Mataram.
E
1. Ketika hakim itu menjawab pertanyaan wartawan
mengatakan bahwa sidang akan dilanjutkan bulan
depan.
F.
1. Surat Anda sudah saya baca
2. Limbah industri itu membahayakan bagi masyarakat.
3. Dalam masyarakat Jawa pun mengenal tradisi semacam
itu.

Anda mungkin juga menyukai