Anda di halaman 1dari 10

Linguistik Mutahir

1. Hakikat dan pengertian aliran linguistik tradisional, struktural, dan


transformasi.
1.1 Hakikat dan pengertian aliran linguistik tradisional.
Linguistik tradisional berkembang sebelum abad ke-20 yang berpusat
di Yunani. Pelopor aliran linguistik ini adalah ahli filsafat Yunani Plato
dan Aristoteles.
 Menurut Lyons, dalam Pateda (1990:152) tata bahasa tradisional
adalah tata bahasa yang menggunakan pandangan logika sebagai
landasan. Mereka juga mementingkan makna. Itu sebabnya tata
bahasa tradisional disebut pula tata bahasa nosi (national
gramar).
1.2 Hakikat dan pengertian aliran linguistik struktural.
Linguistik struktural lahir pada awal abad ke XX atau tepatnya tahun
1916. Lahirnya linguistik sturktural diawali oleh tebitnya sebuah buku
berjudul “Course de Linguistique Generale" karya Ferdinan de
Saussure.
 Menurut Bloomfield dalam Pateda (1999:153) berpendapat
bahwa bahasa mempunyai struktur. Bahasa memiliki unsur-
unsur fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Oleh karena itu model tata bahasa sebaiknya dianalisis dan
dibangun berdasarkan strukturnya.
 Menurut Chaer dalam .. () linguistik struktural berusaha
mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas
yang dimiliki bahasa itu.
1.3 Hakikat dan pengertian aliran linguistik transformasi.
Sejak terbitnya buku Noam Chomsky “Syntactic Structure" pada tahun
1957, tata bahasa generatif transformasional berkembang menjadi suatu
aliran linguistik yang berpengaruh dalam analisis bahasa yang
dinamakan linguistik transformatif generatif.
 Menurut Chomsky dalam Pateda (1999:152) setiap bahasa
memiliki apa yang disebut dengan lapis luar dan lapis dalam.
Menurut teori ini, tiap manusia menggunakan bahasa yang
tercermin dalam kalimat-kalimat. Tiap kalimat yang lahir
bagaimanapun bentuknya,

Kesimpulannya adalah, ketiga aliran linguistik tersebut pada dasarnya


saling melengkapi. Aliran linguistik tradisional, sturktural, dan transformasi
sama-sama mengkaji bahasa, namun seberapa jauh teknik pengkajiaanya dapat
dilihat pada simpulan berikut.
Aliran linguistik tradisional bertolak pada pemahaman filosofi bahasa.
Artinya teori tradisional didasarkan pada analisis makna atau definisi. Aliran
linguistik stuktural, merupakan penyempurnaan terhadap teori tradisional.
Teori struktural mengkaji bahasa dilihat dari segi strukturnya, dari segi struktur
fonolofi dan morfologi.
Terakhir aliran linguistik transformasi yang di pelopori oleh Noam
Chomsky. Teori ini dapat dikatakan sebagai penyempurnaan dari kedua teori
sebelumnya. Menurut teori ini kalimat yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
terdiri dari struktur dalaman (deep structure) dan struktur luaran (surface
structure). Strutur dalaman adalah wujud dari apa yang kita sebutkan, kita
tuliskan dan kita dengar, sedangkan struktur luaran adalah bentuk abstraksi dari
apa yang kita lihat maupun kita dengar.
Linguistik transformasi juga menkaji competence, dan performance.
Competence adalah pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa mengenal
bahasanya. Hal ini tersimpan dalam benak para pengguna bahasa. Sedangkan
performance adalah penggunaan suatu bahasa dalam keadaan real (situasi
sesungguhnya). Kedua konsep ini kiranya sejalan dengan konsep langue dan
parole yang dikemukakan de Saussure. Komponen competence menurut
Chomsky merupakan bagian yang penting. Komponen inilah yang menjadi
objek penelitian.
Ketika kita berbicara atau menulis dalam suatu bahasa, secara otomatis kita
telah menggunakan sistem kaidah bahasa tersebut dalam benak kita. Kita telah
menggunakan competence yang kita wujudkan dalam ujaran yang merupakan
performance bahasa. Dengan kemampuan itu kita telah melahirkan berbagai
ujaran yang tak terbatas jumlahnya yang menurut Chomsky merupakan aspek
kreatif berbahasa.

2. Ciri-ciri dari aliran linguistik tradisional, srtuktural, dan transformasi.


2.1 Ciri-ciri linguistik tradisional.
 Menurut Malawat (2015:35-52)
a. Bertolak dari landasan atau pola fikir filsafat.
b. Pemerian bahasa secara historis.
c. Tidak membedakan bahasa dan tulisan.
d. Senang bermain dengan definisi.
e. Pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah.
f. Level-level gramatikal belum rapi.
g. Dominasi pada permasalahan jenis kata.
 Menurut Alwasilah dalam Muliastuti (2009:27)
a. Tidak ada pengenalan akan perbedaan antara bahasa ujaran dan
bahasa tulisan.
b. Pemerian bahasa (Inggris) dengan memakai patokan-patokan bahasa
lain, tepatnya bahasa Latin.
c. Penghakiman penggunaan bahasa dengan vonis benar-salah.
d. Pelibatan logika dalam memberikan pemerian atau pemutusan
persoalan kebahasaan.
e. Mempertahankan penemuan-penemuan terdahulu.
f. Pemerian bahasa dilakukan berdasarkan bentuk bahasa tulisan baku.
g. Banyak menurunkan definisi yang tidak jelas (, 1993).
 Menurut Chaer (2011:24)
h. Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan
antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan.
i. Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan
mengambil patokan-patokan dari bahasa lain, terutama bahasa
Latin.
j. Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara prekriptif, yakni benar atau
salah.
k. Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan
logika.
l. Penemuan-penemuan atau kaidah-kaidah terdahulu cenderung
untuk selalu dipertahankan.
 Menurut Alwasilah (2011:172)
a. Menafsirkan kalimat berdasarkan arti dan tujuan komunikatif si
pembicara.
b. Pembagian jenis kata didasarkan pada makna dan sedikit pada
fungsi.
c. Pemerian fungsi sintaksis jenis kata dalam kalimat dibahasakan
dalam istilah subjek, predikat, objek, kata, frasa, klausa, kalimat
transitif dan intansitif, dan sebagainya.
d. Pemerian pertama didasarkan pada bahasa tulisan pilihan.
e. Tidak mengindahkan ragam bahasa (language fariety).
f. Bersifat prespektif.
 Menurut Pateda (:)
a. Bertolak dari pola pikir secara filosofis.
b. Tidak membedakan bahasa dan tulisan.
c. Senang bermain dengan definisi.
d. Pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah.
e. Level-level gramatik belum diatasi secara rapi.
f. Tata bahasa didominasi oleh jenis kata.
 Menurut (:175)
a. Dasar pemerian bahasa adalah logika dan semantik.
b. Kategori yang dipakai dalam analisis adalah makna atau nosi.
c. Analisis bahasa dilakukan untuk mencari dasar-dasar kelogisan
kaidah bahasa.
d. Selaian analisi yang bersifat deskriptif terhadap bahasa tertentu,
analisis antara bahasa-bahasa juga diperlukan untuk mencari dasar-
dasar persamaan antarbahasa yang merujuk ke induk bahasa.

2.2 Ciri yang menonjol dari aliran linguistik struktural.


 Menurut Malawat (2015:35-52)
a. Berpijak pada faham behaviorisme.
b. Bahasa berupa ujaran.
c. Bahasa berupa sistem tanda (signifie dan signifiant) yang arbitrer
dan konvensional.
d. Bahasa merupakan faktor kebiasaan (habit).
e. Kegramatikalan berdasarkan keumuman.
f. Level-level kegramatikalan ditegakan secara rapi.
g. Analisis dimulai dalam bidang morfologi.
h. Bahasa merupakan deretan sintagmatik dan paragdimatik.
 Menurut Alwasilah (2011:174)
a. Membedakan makna leksis dan makna struktur
b. Tata bahasa diartikan sebagai perangkat bentuk formal dengan
demikian pemerian gramatiknya formal tidak notional, yaitu
berdasarkan bukti-bukti sintaksis morfologis yang jelas teramati.
c. Dalam analisis sintaksis, diperhatikan bentuk kata, tertib kata, kata
fungsi, dan intonasi.
d. Analisis bergerak dari bentuk menuju makna, dari fonem menuju
kalimat.
e. Jenis kata dibagi atas fungsi dan leksis.
f. Membedakan ujaran dan tulisan dengan prioritas bahasan pada
ujaran.
g. Memberikan perhatian pada ragam bahasa.
h. Menganalisis kalimat dengan metode unsur bawahan langsung yang
ternyata tidak bisa menjelaskan kalimat-kalimat yang berdwiarti.
i. Menekankan pentingnya studi bandingan antara bahasa dalam
menganalisis kalimat.
j. Bahasa dianggap sebagai proses stimulus respon.

2.3 Ciri-ciri aliran linguistik transformasi:


 Menurut … ( : )
a. Berdasarkan paham mentalistik.
b. Bahasa merupakan Innate.
c. Bahasa terdiri dari lapis dalam dan lapis luar.
d. Bahasa terdiri dari unsur competen dan Performance.
e. Analisis bahasa bertolak dari kalimat.
f. Bahasa bersifat kreatif.
g. Membedakan kalimat inti dan kalimat transformasi.
h. Analisis diwujudkan dalam bentuk rumus dan diagram pohon.
i. Gramatikal bersifat generatif.
 Menurut Chomsky syarat tata bahasa transformasi menurutnya adalah:
a. Kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima
oleh pemakai bahasa tersebut sebagai kalimat yang wajar dan tidak
dibuat-buat.
b. Tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa sehingga
satuan atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala
bahasa tertentu saja, dan semuanya harus sejajar dengan teori
linguistik tertentu.
3. Perbedaan penerapan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
3.1 Penerapan lingusitik tradisional dalam pembelajaran bahasa Indonesia
 Menurut Malawat (2015:49)
Penerapan linguistik tradisional dalam pembelajaran bahasa di sekolah
dapat dilihat pada, pengajaran bahasa ragam tulis baku persis seperti
yang tercantum di dalam buku tata bahasa. Pembelajaran dilakukan
dengan terlebih dahulu menghafalkan definisi, baru kemudian
menyebutkan contohnya (secara deduktif).
 Menurut .. Dalam penerapan lunguistik tradisional dalam pembelajaran
bahasa, dapat dilihat pada penyederhanaan makna dari tata bahasa
ilmiah. Teori linguistik tradisional telah banyak melahirkan definisi-
definisi tertentu terhadap sebuah kata, maupun kalimat. Dengan definisi
tradisional, kita mendasarkan pengertiannya pada hubungan kata-kata
itu dengan fenomena yang nyata yang dirujuknya.
 Menurut (:179) Penerapan lingusitik tradisional dalam pembelajaran
bahasa Indonesia:
a. Materi pengajaran bahasa yang diberikan kepada anak-anak sesuai
dengan kaidah tata bahasa deskriptif atau tata bahasa ilmiah, karena
sifat tata bahasa deskriptif itu sudah ilmiah.
b. Kaidah bahasa tulis amat mendapatkan perhatian.
c. Pengajaran bersifat menjelaskan pemakaian bahasa yang benar dan
salah.
d. Bahan kaidah berbahasa yang benar dan salah.
e. Bahan kaidah berbahasa yang diajarkan menurut kaidah-kaidah
yang telah ditetapkan oleh tata bahasawan.

3.2 Penerapan linguistik struktural dalam pembelajaran bahasa Indonesia.


 Menurut Malawat (2015:49)
Dalam pembelajaran bahasa teori struktural melahirkan metode
langsung dengan pendekatan oral. Selain itu, digunakan juga metode
drill and practice, latihan terus menerus dan berulang-ulang sehingga
terbentuk kebiasaan.
 Menurut (:184) Penerapan lingusitik struktural dalam pembelajaran
bahasa Indonesia:
a. Unsur bahasa yang disajikan dan diajarkan haruslah
menitikberatkan pada pengajaran lisan, sebelum mengajarkan
kemampuan menulis.
b. Cara mengajarkan bahasa diarahkan pada pembiasaan pemerolehan
model.
c. Pengajaran harus banyak dilalui dengan latihan-latihan yang terus-
menerus yang membawa otomatisasi bahasa.
d. Pengajaran melalui dua tahap stadium, yaitu struktur global menuju
pada struktur analisis.
e. Koreksi fonetis pada permulaan pengajaran diabaikan, dalam rangka
memperoleh otomatisasi struktur bahasa.
3.3 Penerapan linguistik transformasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Menurut (:126) linguistik transformasi pada dasarnya berpendapat bahwa
bahasa adalah proses berfikir dan hasil berpikir berupa tuturan, maka belajar
bahasa dapat dijelaskan secara lebih baik sebagai proses “pemecahan masalah”.
Linguistik transformasi berpendapat bahwa metode penalaran terhadap bahasa
bersifat kognitif. Kekuatan teori ini diakui dalam hal menjelaskan bagaimana
suatu struktur terjelma dalam penuturan, serta hubungan antara suatu struktur
kalimat dengan kalimat lainn
Dalam belajar bahasa yang merupakan proses pemecahan masalah, siswa
diperkenalkan dengan data bahasa dan mereka mencoba menciptakan gambaran
kognitif tentang apa yang ada padanya dan dengan jalan itu mereka mengenal
data tersebut. Seolah-olah sebagai ilmuan, seorang yang belajar bahasa
memfoulasikan hipotesis tentang sistem yang diperkenalkan kepadanya dan
mencoba kaidah yang diperiksanya pada pembicara asli. Atas dasar penerimaan
atau penolakan pembicara asli, ia dapat terus atau sebaliknya mencobakan
hipotesis alternatif sampai menemukan sesuatu yang dianggap terterima.
Jika linguistik struktural melihat peranan guru sebagai perencana dan pemimpin
dalam proses belajar, pemerkira kebutuhan murid di setiap tingkat program dan
siap dengan latihan-latihan, maka penganut linguistik transformasi tidak lagi
melihat guru sebagai pemimpin mereka adalah pusat sumber daya dan sebagai
wasit bagi murid yang sedang bekerja memecahkan teka-teki intelektual, yakni
bahasa yang baru diperkenalkan.

ALIRAN LINGUISTIK TRADISIONAL, STRUKTURAL,

DAN TRANSFORMASI

Dosen Pembimbing

Disusun oleh:

JENNYFER PUJI LESTARI WOI

19174040
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PADANG
2019

DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A.Chaedar. 2011. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Kuntarto, Eko. 2017. Telaah Linguistik Untuk Guru Bahasa. Jambi: Universitas
Jambi
Malawat, Insum. 2012. Studi Konparatif: Linguistik Tradisional dan Linguistik
Struktural. Jurnal Kibas Cendrawasih. 12(1), 35-52. Universitas Papua. Papua
Pateda, Mansoer. 2012. Linguistik Sebuah Pengantar. Bandung: Angkasa
Soeparno. 2002. Dasar-dasar Linguistik Umim. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

Anda mungkin juga menyukai