Anda di halaman 1dari 13

LINGUISTIK

Aliran-Aliran Linguistik

Nama Kelompok:

1. Septia Rizqi N. A. (147835051)


2. Anis Ermawati (147835056)
3. Damianus Loni (147835074)
4. Blasius M.A. Resa (147835076)
5. Galuh Sukma (147835021)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA-DAERAH
2014
Bagan Aliran-Aliran Linguistik
Zaman Yunani Tokoh-tokohnya
 Kaum Shopis (Protagoras)
 Plato
 Aristoteles
Tradisional  Kaum Stoik
 Kaum Alexandrian (Remmius Palaemon)
 Panini

Zaman Romawi
Tokoh-tokohnya : Varro dan Priscia

Tokoh-tokohnya
Zaman Pertengahan
 Kaum Modistae
 Peter Hellas
 Petrus Hispanus
Zaman Renaisans
Tokoh-tokohnya
Aliran-aliran  Roger Bacon
 Reuchlin
Linguistik
 N. Clenard
Strukturalis Eropa  Sibawaihi
Struktural
dipelopori oleh
Ferdinand de Aliran Praha yang diprakarsai oleh Vilem Mathesius
Saussure Tokoh lainnya : Nikolai S. Trubetskoy, Roman
Jakobson, dan Morris Halle

Aliran Glosematik, tokohnya: Louis Hjemslev

Aliran Firthian, tokohnya: John R. Firth

Linguistik Sistemik, tokohnya: M.A.K. Halliday

Strukturalis
Amerika Aliran Tagmemik, tokohnya :
dipelopori oleh Kenneth L. Pike
Leonard
Bloomfield

Tokohnya:
 Noam Chomsky
Transformasi
Transformasional (Tata Bahasa Transformasi)

Transformasi Tokoh-tokohnya
Generatif  Postal
(Semantik  Lakoff
Generatif)  Mc Cowley
 Kiparsky

Tata Bahasa Kasus


Tokohnya: Charles J. Fillmore

Tata Bahasa
Relasional Tokoh-tokohnya:
David M. Perlmutter dan Paul
M. Postal

Sumber : (Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta)


ALIRAN-ALIRAN LINGUISTIK

Menurut Chaer (2012:332) studi linguistik telah mengalami tiga tahap perkembangan,

yaitu tahap pertama yang disebut spekulasi, tahap kedua yang disebut tahap observasi dan

klasifikasi, dan tahap ketiga yang disebut tahap perumusan teori. Pada tahap spekulasi,

pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris, melainkan pada

dongeng atau rekaan belaka. Pada tahap observasi dan klasifkasi, para ahli bahasa

mengadakan pengamatan dan penggolongan terhadap bahasa-bahasa ang diselidiki. Pada

tahap perumusan teori, bahasa yang diselediki bukan hanya diamati dan diklasifikasi tetapi

juga telah dibuatkan teori-teorinya.

Sebagai suatu disiplin ilmu dalam linguistik terdapat beberapa teori dan aliran-aliran

yang mewarnai sejarah perkembangan linguistik. Teori dan aliran-aliran tersebut tidak berdiri

sendiri dalam arti pemunculan suatu teori karena teori sebelumnya. Teori yang baru adalah

lanjutan dari teori sebelumnya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa aliran-aliran linguitik.

1. Aliran Tradisional

Aliran tradisional (teori tradisional) atau yang sering disebut tata bahasa tradisional

bermula sejak zaman Yunani di mana para linguis pada zaman tersebut mempertentangkan

antara fisis dan nomos, antara analogi dan anomali. Fisis memandang bahasa itu bersifat

alami, sedangkan nomos memandang bahasa bersifat konvensi. Pertentangan analogi dan

anomali menyangkut masalah bahasa itu sesuatu yang teratur atau tidak teratur (Chaer,

2013:334).

Plato membagi jenis kata dalam bahasa Yunani Kuno menjadi dua golongan yaitu

onoma dan rhema. Onoma merupakan jenis kata yang menjadi pangkal pernyataan atau

pembicaraan. Sedangkan rhema merupakan jenis kata yang digunakan pengungkapkan

pernyataan atau pembicaraan.


Secara sederhana onoma dapat disejajarkan dengan kata benda dan rhema dapat

disejajarkan dengan kata sifat atau kata kerja. Pernyataan yang dibentuk onoma dan rhema

dikenal dengan istilah proposisi. Penggolongan kata tersebut kemudian disusul dengan

kemunculan tata bahasa Latin karya Dyonisisus Thrax dalam bukunya ”Techne Gramaticale”

(130 M).

Dengan demikian pelopor aliran tradisional adalah Plato dan Aristoteles. Tokoh-tokoh

yang menganut aliran ini antara lain; Dyonisisus Thrax, Zandvoort, C.A. Mees, van

Ophuysen, RO Winstedt, Raja Ali Haji, St. Moh. Zain, St. Takdir Alisyahbana, Madong

Lubis, Poedjawijatna, Tardjan hadidjaja, dan lain-lain.

Aliran tradisional atau tatabahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat

dan semantik. Menurut Pateda (2011:111) menjelaskan bahwa teori tradisional didasarkan

terutama pada analisis makna. Hal ini jelas dari definisi, misalnya, kata benda ialah nama

orang, benda, dan yang dibendakan. Kata kerja ialah kata yang menunjukkan kegiatan. Selain

analisisnya berdasarkan makna, tata bahasa tradisional tidak memperhatikan hierarki dalam

bahasa sehingga batas antara satuan-satuan gramatik yang satu dengan yang lain tidak jelas.

Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa dari pandangan filsafat.

Menurut Chaer (2012:345) aliran tradisional tidak mengenal adanya perbedaan antara

bahasa ujaran dengan bahasa tulisan, bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan

dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa lain terutama bahasa Latin, kaidah-kaidah

bahasa dibuat secara prespektif yakni benar atau salah, persoalan kebahasaan seringkali

dideskripsikan dengan melibatkan logika, penemuan-penemuan atau kaidah-kaidah terdahulu

cenderung untuk selalu dipertahankan.

Dari penjelasan di atas, maka aliran tradisional memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

a) Aliran tradisional berlandaskan pola pikir filsafat

b) Pemerian bahasa secara historis


c) Tidak membedakan bahasa dan tulisan.

Teori ini mencampuradukkan pengertian bahasa dan tulisan sehingga secara otomatis

mencampuradukkan penegrtian bunyi dan huruf.

d) Senang bermain dengan definisi.

Hal ini karena pengaruh berpikir secara deduktif yaitu semua istilah didefinisikan baru

diberi contoh alakadarnya.

e) Pemakaian bahasa berkiblat pada pola/kaidah.

Bahasa yang mereka pakai adalah tata bahasa yang cenderung menghakimi benar-salah

pemakaian bahasa, tata bahasa ini disebut juga tata bahasa normatif.

f) Level-level gramatikal belum rapi, tataran yang dipakai hanya pada level huruf, kata, dan

kalimat. Tataran morfem, frase, kalusa, dan wacana belum dikerjakan.

g) Dominasi pada permasalahan jenis kata

Aliran ini merupakan aliran tertua namun karena ketaatannya pada kaidah

menyebabkan aliran ini tetap eksis di zaman apapun.

2. Aliran Struktural

Aliran struktural muncul pada awal abad ke XX atau tepatnya tahun 1916. Tahun

tersebut menjadi tahun monumental lahirnya aliran struktural, sebab pada tahun itu terbit

sebuah buku berjudul ”Course de Linguistique Generale” karya Saussure yang berisi pokok-

pokok teori struktural yang juga sebagai pokok- pokok pikiran linguistik modern.

2.1 Aliran Struktural Eropa (Ferdinand de Saussure)

Linguistik struktural berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan cirri atau

sifat khas yang dimiliki bahasa itu. Dalam bukunya yang berjudul ”Course de Linguistique

Generale” Ferdinand de Saussure menjelaskan mengenai konsep telaah sinkronik dan


diakronik, perbedaan langue dan parole, perbedaan signifiant dan signifié, hubungan

sintagmatik dan paradigmatik (Chaer, 2012:346).

Pertama, sinkronik dan diakronik yaitu, suatu bidang ilmu yang tidak hanya dapat

dilakukan menurut perkembangannya, melainkan juga melalui struktur yang se zaman.

Kedua, langue dan parole . Langue adalah penelitian bahasa yang mengandung kaidah-kaidah

dan telah menjadi konvensi. Sementara parole adalah penelitian terhadap ujaran yang

dihasilkan secara individual. Ketiga, signifiant dan signifié. Saussure menampilkan tiga

istilah dalam teori ini, yaitu tanda bahasa (sign), penanda (signifier), dan petanda (signified).

Menurutnya, setiap tanda bahasa mempunyai dua sisi yang tak terpisahkan, karena masing-

masing saling membutuhkan. Keempat sintagmatik dan paradikmatik (asosiatif). Sintagmatik

adalah hubungan antara unsur yang hadir dan yang tidak hadir, dan dapat saling

menggantikan karena bersifat asosiatif (sistem). Dengan demikian, gagasan strukturalisme

Saussure lebih menekankan pada aspek linguistik yang berupa bahasa, sistem tanda, simbol,

maupun kode dalam bahasa itu sendiri.

2.1.1 Aliran Praha

Aliran Praha terbentuk pada tahun 1926 atas prakarsa salah seorang tokohnya, yaitu,

Vilem Mathesius (1882-1945). Tokoh-tokoh lainnya adalah Vilem Mathesius, Nikolai S.

Trubetskoỷ, Roman Jakobson, dan Morris Halle.

Dalam bidang fonologi aliran praha inilah yang pertama-tama membedakan dengan

tegas akan fonetik dan fonologi. Fonetik mempelajari bunyi-bunyi itu sendiri, sedangkan

fonologi mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam suatu sistem.

Aliran ini mengembangkan istilah morfonologi (meneliti perubahan fonologis yang

terjadi akibat hubugan morfem dengan morfem. Misalnya, pada kata “jawab” dengan

“jawap” bila ditambahi sufiks –an, maka akan terjadi perbedaan.


Dalam bidang sintaksis, aliran praha mencoba menelaah kalimat melalui pendekatan

fungsional. Kalimat dapat dilihat dari struktur formal dan struktur informasinya, struktur

informasi menyangkut unsur tema dan rema. Tema adalah apa yang dibicarakan, sedangkan

rema adalah apa yang dikatakan mengenai tema (Chaer, 2012:353)

2.1.2 Aliran Glosematik

Aliran Glosematik lahir di Denmark. Tokohnya antara lain, Louis Hjemslev (1899-

1965), yang meneruskan ajaran Ferdinand de Saussure. Analisis bahasa dimulai dari wacana;

kemudian ujaran itu dianalisis atas konstituen-konstituen yang mempunyai hubungan

paradigmatis dalam rangka forma (hubungan gramatikal intern), substansi (kategori ekstern

dari objek material), ungkapan (medium verbal atau grafis), dan isi (makna). Hjemslev

menganggap bahasa mengandung segi ekspresi (Signifiant) dan segi isi (signifie). Masing-

masing segi mengandung forma dan substansi, sehingga diperoleh forma ekspresi, substansi

ekspresi, forma isi, dan substansi isi.

2.1.3 Aliran Firthian

Aliran Firthian di pelopori oleh John R. Firth (London, 1890-1960). Dikenal dengan

teori fonologi prosodi, yaitu cara menentukan arti pada tataran fonetis. Ada tiga macam

pokok prosodi, yaitu; (1) prosodi yang menyangkut gabungan fonem: struktur kata, struktur

suku kata, gabungan konsonan, dan gabungan vokal; (2) prosodi yang terbentuk oleh sendi

atau jeda; (3) prosodi yang realisasi fonetisnya melampaui satuan yang lebih besar daripada

fonem-fonem suprasegmental.

2.1.4 Aliran Linguistik Sistemik

Aliran ini dipelopori oleh M.A.K. Halliday. Pokok-pokok pandangan systemic

linguistics (SL) adalah; Pertama, SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan

bahasa, terutama mengenai fungsi kemasyarakatan bahasa dan bagaimana fungsi

kemasyarakatan itu terlaksana dalam bahasa. Kedua, SL memandang bahasa sebagai


“pelaksana”. SL mengakui pentingnya pembedaan langue dari parole (seperti yang

dikemukakan Ferdinand de Sausure). Parole merupakan perilaku kebahasaan yang

sebenarnya, sedangkan langue adalah jajaran pikiran yang dapat dipilih oleh seorang penutur

bahasa. Ketiga, SL lebih mengutamakan pemerian cirri-ciri bahasa tertentu beserta variasi-

variasinya, tidak atau kurang tertarik pada semestaan bahasa. Keempat, SL mengenal adanya

gradasi atau kontinum. Kelima, SL menggambarkan tiga tataran utama bahassa;

SUBSTANSI FORMA SITUASI

substansi fonik fonologi Leksis Konteks tesis

substansi grafis grafologi gramatika situasi

langsung

situasi luas

2.2 Aliran Struktural Amerika (Leonard Bloomfield)

Aliran struktural Amerika di pelopori oleh Bloomfield (1877-1949) dengan bukunya

yang berjudul Language. Ada beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya aliran ini,

antara lain; (1) Mereka memerikan bahasa indian dengan cara sinkronik. (2) Bloomfield

memerikan bahasa aliran strukturalisme berdasarkan fakta objektif sesuai dengan

kenyataanyang diamati. (3) Hubungan baik antar linguis. Sehingga menerbitkan majalah

Language, sebagai wadah melaporkan hasil karya mereka. Aliran ini sering juga disebut

aliran taksonomi, karena aliran ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur bahasa

berdasarkan hubungan hierarkinya. (Chaer, 2012:358-359).

Dalam memerikan bahasa aliran strukturalisme ini selalu mendasarkan diri pada fakta-

fakta objektif yang dapat dicocokkan dengan kenyataan-kenyataan yang dapat diamati.

Dalam bukunya Language, Bloomfield mempunyai pendapat yang bertentangan dengan

Sapir. Sapir berpendapat fonem sebagai satuan psikologis, tetapi Bloomfield berpendapat
fonem merupakan satuan behavioral. Bloomfield dan pengikutnya melakukan penelitian atas

dasar struktur bahasa yang diteliti, karena itu mereka disebut kaum strukturalisme dan

pandangannya disebut strukturalis. Kaum Bloomfieldian telah berjasa meletakkan dasar-dasar

bagi penelitian linguistik di masa setelah itu. Bloomfield berpendapat fonologi, morfologi

dan sintaksis merupakan bidang mandiri dan tidak berhubungan.

2.2.1 Aliran Tagmemik

Aliran Tagmemik dipelopori oleh Kenneth L. Pike, seorang tokoh dari Summer

Institute of Linguistics, yang mewarisi pandangan-pandangan Bloomfield, sehingga aliran ini

juga bersifat strukturalis, tetaoi juga antropologis. Yang dimaksud dengan tagmem adalah

korelasi antara fungsi gramatikal atau slot dengan sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat

saling dipertukarkan untuk mengisi slot tersebut. Misalnya, dalam kalimat pena itu berada di

atas meja; bentuk pena itu mengisi fungsi subjek, dan tagmem subjeknya dinyatakan dengan

pena itu. (Chaer, 2012:361).

Perbedaan aliran struktural Eropa dengan aliran struktural Amerika (Pateda,

2011:114)

Struktural Eropa

(a) Jungtur dianggap sebagai tanda batas (jeda)

(b) Meniikberatkan pada fungsi unsur bahasa

(c) Kata adalah fonis ang kesatuan semantic dan sintagmatisna menjadi pusat perhatian

(d) Oleh karena aspek semantis turut menentukan, maka di negeri Belanda misalnya, ada

istilah fonologi kata (woorfonologize) dan morfologi kata (woordmorgologie)

(e) Analisis secara IC ditolak

Struktural Amerika

(a) Jungtur sebagai fonem penuh yang pararel dengan fonem segmental

(b) Analisis bahasa dititikberatkan distribusinya


(c) Behavioristis dan tidak menekankan pada segi makna

(d) Menitikberatkan pada deskripsi bahasa

(e) Meneliti dan mengadakan klasifikasi menurut satuan yang lebih kecil berupa fonem dan

morfem

(f) Mengadakan generalisasi berdasarkan korpus

(g) Kurang memperhatikan aspek diakronis dalam bahasa

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa aliran struktural memiliki cirri-ciri

sebagai berikut:

a) Berlandaskan pada faham behaviourisme. Proses berbahasa merupakan proses

rangsang- tanggap (stimulus-response).

b) Bahasa berupa ujaran. Ciri ini menunjukkan bahwa hanya ujaran saja yang termasuk

dalam bahasa. Dalam pengajaran bahasa teori struktural melahirkan metode langsung

dengan pendekatan oral. Tulisan statusnya sejajar dengan gersture.

c) Bahasa merupakan sistem tanda (signifie dan signifiant) yang arbitrer dan

konvensional. Berkaitan dengan ciri tanda, bahasa pada dasarnya merupakan paduan

dua unsur yaitu signifie dan signifiant. Signifie adalah unsur bahasa yang berada dibalik

tanda yang berupa konsep dibalik sang penutur atau disebut juga makna. Sedangkan

signifiant adalah wujud fisik atau hanya yang berupa bunyi ujar.

d) Bahasa merupakan kebiasaan (habit). Berdasarkan sistem habit, pengajaran bahasa

diterapkan metode drill and practice yakni suatu bentuk latihan yang terus menerus dan

berulang- ulang sehingga membentuk kebiasaan.

e) Kegramatikalan berdasarkan keumuman.

f) Level-level gramatikal ditegakkan secara rapi. Level gramatikal mulai ditegakkan dari

level terendah yaitu morfem sampai level tertinggi berupa kalimat. Urutan tataran
gramatikalnya adalah morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat. Tataran di atas kalimat

belum terjangkau oleh aliran ini.

g) Analisis dimulai dari bidang morfologi.

h) Bahasa merupakan deret sintakmatik dan paradigmatik.

i) Analisis bahasa secara deskriptif.

j) Analisis struktur bahasa berdasarkan unsur langsung.

k) Unsur langsung adalah unsur yang secara langsung membentuk struktur tersebut.

3. Aliran Transformasional

Aliran transormasional muncul, karena aliran-aliran sebelumnya dirasa masih banak

kekuranganna. Seperti yang sudah disinggung di atas, bahwa teori dan aliran-aliran yang

hadir tidak berdiri sendiri dalam arti pemunculan suatu teori karena teori sebelumnya. Teori

yang baru adalah lanjutan dari teori sebelumnya. Berikut akan dijelaskan teori-teori yang ada

dalam aliran transformasional.

3.1 Tata Bahasa Transormasi

Dapat dikatakan tata bahasa transformasi lahir dengan terbitnya buku Noam Chomsky

yang berjudul Syntactic Structure pada tahun 1957. Menurut Chomsky salah satu tujuan dari

penelitian bahasa adalah untuk menyusun tata bahasa dari bahasa tersebut. Tata bahasa harus

memenuhi dua syarat; pertama, kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat

diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.

Kedua, tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah

yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya ini harus

sejajar dengan teori linguistik tertentu (Chaer, 2012:363-364).


3.2 Semantik Generatif

Aliran ini dipelopori oleh Lakoff, Postal, Mc Cawly, dan Kiprasky. Mereka

memisahkan diri dari Chomsky karena ketidakpuasan terhadap teori guru mereka, bahwa

semantik mempunyai eksistensi yang laindari sintaksis, dan bahwa struktur batin tidak sama

dengan struktur semantis. Menurut teori generative semantik, struktur semantik dan struktur

sintaksis bersifat homogen, dan untuk menghubungkan kedua struktur itu cukup hanya

dengan kaidah transformasi saja (Chaer, 2012:368)

3.3 Tata Bahasa Kasus

Tata bahasa kasus pertama kali diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore dalam

karangannya berjudul “The Case for Case” tahun 1968 yang dimuat dalam buku Bach, E. dan

R. Harms Universal in Lingustic Theory, terbitan Holt Rinehart and Winston. Dalam

karangannya yang terbit tahun 1968 itu Filmore membagi kalimat atas (1) modalitas, yang

bias berupa unsure negasi, kala, aspek, adverbial; dan (2) proposisi, yang terdiri dari sebuah

verba disertai dengan jumlah kasus (Chaer, 2012:370-373).

3.4 Tata Bahasa Relasional

Tata bahasa relasional muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan langsung

terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis yang dicanangkan oleh

aliran tata bahasa transformasi. Tokoh-tokoh aliran ini adalah David M. Perlmutter dan Paul

M. Postal. Menurut teori tata bahasa relasional, setiap struktur klausa terdiri dari jaringan

relasional (relational network) yang melibatkan tiga macam maujud (entity), yaitu;

(a) Seperangkat simpai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen di dalam suatu struktur,

(b) Seperangkat tanda relasional (relational sign) yang merupakan nama relasi gramatikal

yang disandang oleh elemen-elemen itu dalam hubungannya dengan elemen lain.
(c) Seperangkat “coordinates” yang dipakai untuk menunjukkan pada tataran yang manakah

elemen-elemen itu menyandang relasi gramatikal tertentu terhadap elemen yang lain.

(Chaer, 2012:373)

DAFTAR RUJUKAN

Chaer, Abdul. Linguistik Umum Edisi Revisi. 2012. Jakarta: Rineka Cipta.

Pateda, Mansoer. Linguistik Sebuah Pengantar. 2011. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai