Anda di halaman 1dari 3

A.

Hakekat Folklor Kata folklor dalam bahasa Indonesia, merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris, folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan lore. Menurut Alan Dundes, folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dengan kelompok-kelompok lainnya. Namun yang terpenting adalah bahwa mereka memiliki kebudayaan yang telah mereka warisi turun-menurun, sedikitnya dua generasi, yang dapat mereka akui sebagai milik bersama dan juga mereka sadar akan identitas kelompok mereka sendiri. Jadi folk adalah sinonim dengan kolektif, yang juga memilik ciri-ciri pengenal fisik atau kebudayaan yang sama, serta mempunyai kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat. Sedangkan lore adalah tradisi folk, yaitu sebagian kebudayaan, yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Definisi folklor secara keseluruhan: folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-menurun di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat ( mnemonic device). Para sarjana antropologi Belanda dari zaman sebelum Perang Dunia II, membatasi folklor hanya sebagai kebudayaan petani desa Eropa, sedangkan kebudayaan di luar Eropa, menurut mereka adalah kebudayaan primitif. Hal ini disebabkan adanya anggapan dari zaman colonial bahwa kebudayaan petani desa eropa lebih rendah dari kebudayaan kota atau bangsawan eropa, namun lebih luhur jika dibandingkan dengan kebudayaan primitif seperti Indonesia. Berdasarkan pengertian folk yang telah dijelaskan, maka objek penelitian Indonesia menjadi luas sekali. Jadi yang menjadi objek penelitian folkor di Indonesia adalah semua folklor dari folk yang ada di Indonesia, baik yang dipusat maupun di daerah, baik yang di kota maupun di desa, di kraton maupun di kampong, warga negara ataupun asing, asalkan mereka sadar akan identitas kelompoknya. Bahkan penelitian folklor Indonesia dapat diperluas lagi dengan meneliti folklor dari folk Indonesia yang telah lama bermukim di luar negeri.

Ciri-ciri pengenal folklor pada umumnya dapat dirumuskan sebagai berikut: a) Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan b) Folklor bersifat tradisional c) Folklor ada dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda d) Folklor bersifat anonim e) Folklor biasanya mempunya bentuk berumus atau berpola f) Folklor mempunyai kegunaan g) Folklor bersifat pralogis h) Folklor menjadi milik bersama (collective) i) Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu. Suatu folklor tidak akan berhenti menjadi folklor apabila ia telah diterbitkan dalam bentuk cetakan atau rekaman. Suatu folklor akan tetap memiliki identitas folklornya selama kita mengetahui bahwa ia berasal dari peredaran lisan. B. Sejarah Perkembangan Folklor Orang yang pertama kali memperkenalkan istilah folklor ke dalam dunia ilmu pengetahuan adalah William John Thoms, seorang ahli kebudayaan antik (antiquarian) Inggris, melalui artikelnya dalam bentuk surat terbuka di majalah The Athenaeum No. 982, tanggal 22 Agustus 1846. Dalam surat terbuka itu, Thoms mengakui bahwa dialah yang telah menciptakan istilah folklore untuk sopan santun inggris, takhayul, balada, dan sebagainya yang sebelumnya disebut dengan istilah antiquites, popular antiquites dan popular litelature. Meskipun istilah folklor diperkenalkan 19 tahun lebih awal dibanding istilah culture, namun isltilah culture menggeser istilah folklore untuk di identifikasikan dengan kebudayaan pada umumnya. Bahkan masih ada pertentangan sengit mengenai istilah folklore dalam dunia folklor sendiri. Para ahli folklor humanistis tetap memegang ketat definisi folklor William John Thoms, sehingga mereka memasukan kedalam folklor bukan saja kesusastraan lisan, melainkan juga pola kelakuan manusia dan hasil kelakuan manusia berupa benda material. Selain itu mereka lebih mementingkan aspek lor daripada folk dari folklor dalam penelitian mereka. Sebaliknya para ahli folklor antropologis pada umumnya membatasi objek penelitian folklor pada unsur-unsur kebudayaan yang bersifat lisan saja , dan pada umumnya,

mereka lebih mementingkan aspek lor daripada folk dari folklor dalam penelitian mereka. Bagi ahli folklor modern, objek penelitian mereka sama dengan ahli folklor humanistis dan mereka menitikberatkan kedua aspek folklor yang mereka teliti, yakni baik folk maupun lornya.

Anda mungkin juga menyukai