Anda di halaman 1dari 19

KONSEP FEMINISME DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK

KARYA AHMAD TOHARI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengkajian Prosa Indonesia

Disusun oleh:

NAMA : PUJI RAHMAWATI

NIM : J1B019042

PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi limpahan


rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehinggga peneliti dapat menyelesaikan
aktivitas dalam berpikir dan berkarya demi kemajuan bangsa, negara, dan
agama di tengah pandemi yang sedang melanda negeri ini. Peneliti
bertujuan untuk menyelesaikan tugas semester III (tiga) mata kuiah
Pengkajian Prosa Indonesia.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang membantu peneliti dalam menyelesaikan tugas ini.
Semoga segala kebaikan yang dilakukan dicatat sebagai amal ibadah
oleh Allah SWT. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi pembaca pada umumnya, dan bagi peneiti pada khususnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih jauh
dari kata sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan untuk kedepannya.

Purwokerto, Desember 2020

Puji Rahmawati
J1B019042

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar belakang Masalah..................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 2
C. Tujuan Penelitian................................................................ 2
D. Manfaat Penelitian.............................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 3
III. METODE PENELITIAN............................................................
A. Metode Penelitian...............................................................
B. Fokus Penelitian.................................................................
C. Sumber Data......................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................
E. Teknik Analisis Data...........................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................
A. Analisis Unsur Intrinsik dalam Novel Ronggeng Dukuh
Paruk Karya Ahmad Tohari untuk Membuktikan Adanya
Konsep Feminisme.............................................................
B. Analisis Konsep Feminisme dalam Novel Ronggeng
Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari.....................................
V. PENUTUP
A. Simpulan.............................................................................
B. Saran...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................
LAMPIRAN......................................................................................
SINOPSIS NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK........................

iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan salah satu karya seni sebagai


perwujudan dari pemikiran pengarang yang mengambil cerita dalam
kehidupan masyarakat. Suroso (2008: 103) berpendapat bahwa
seperti karya seni yang lain, karya sastra adalah refleksi transformasi
pengalaman hidup dan kehidupan manusia, baik secara nyata
maupun rekaan. Salah satu contoh karya sastra yang populer di
kalangan masyarakat adalah novel, sebagai salah satu karya sastra
berbentuk prosa. Di dalam sebuah novel sejatinya mengandung
representasi nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai seringkali tersirat
keberadaannya, walaupun dalam beberapa karya terdapat nilai yang
tersurat secara jelas.
Di dalam novel terdapat unsur-unsur yang membangun cerita,
salah satunya usnur intrinsik. Selain memiliki unsur intrinsik, novel
juga memiliki pesan-pesan atau makna yang diberikan pengarang
melalui cerita realita kehidupan. Begitu pula yang terdapat dalam
novel salah seorang sastrawan bernama Ahmad Tohari dengan
novelnya yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk. Salah satu makna
yang ada di dalam novel yaitu feminisme.
Feminisme muncul atas adanya perbedaan gender. Adanya nilai
feminisme yang diceritakan oleh pengarang Ahmad Tohari yang
seorang laki-laki, membuat peneliti ingin mengetahui lebih gambaran
konsep feminisme dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk. Utamanya
peneliti akan menilai konsep feminisme pada tokoh utama novel
tersebut, yaitu Srintil
Dari adanya uraian di atas, peneliti bermaksud menganalisis
gambaran konsep feminisme melalui unsur intrinsik di dalam novel.
Sehingga peneliti nantinya mampu mengambil salah satu makna yang
ingin diberikan pengarang. Untuk selanjutnya, hal-hal yang akan
dibahas akan dirincikan kembali di dalam rumusan masalah.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah
yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu:
1. Apa saja unsur intrinsik yang terdapat di dalam novel Ronggeng
Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari?
2. Bagaimana hubungan antara unsur intrinsik dengan konsep
feminisme dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad
Tohari.?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang menjadi dasar dari penelitian ini, yaitu:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pengkajian Prosa Indonesia.
2. Mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel
Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
3. Mendeskripsikan konsep feminisme dalam novel Ronggeng Dukuh
Paruk karya Ahmad Tohari.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Menerapkan ilmu dan teori yang didipelajari oleh peneliti dalam
mempelajari analisis karya sastra.
2. Menambah pengetahuan dan pemahaman bagi peneliti mengenai
konsep feminisme dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya
Ahmad Tohari.
3. Menjadi salah satu bentuk apresiasi terhadap karya sastra yang
ada di kalangan masyarakat.
4. Menjadi sumber informasi bagi penelitian selanjutnya.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Novel
Novel merupakan prosa yang terdiri dari serangkaian peristiwa
dan latar (Henry, 1993: 225). Nurgiyantoro (2005:15) menyatakan
bahwa novel merupakan karya yang bersifat realistis dan mengandung
nilai psikologi yang mendalam, sehingga novel dapat berkembang dari
sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk nonfiksi atau dokumen-dokumen.
Sementara, Jassin (dalam Nurgiyantoro, 2005: 16) membatasi
pengertian novel sebagai suatu cerita yang bermain dalam dunia
manusia dan benda yang di sekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak
melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang dan lebih mengenai
sesuatu episode.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diambil pengertian
bahwa novel merupakan karya fiktif berupa cerita mengenai kehidupan
tokoh yang dikisahkan hanya beberapa peristiwa yang terjadi dalam
kehidupannya, tidak selengkap roman tetapi lebih lengkap dari cerpen.
Alur yang diceritakan bisa saja menggantung atau tidak memiliki
ending yang jelas. Di dalam novel diceritakan beberapa konflik yang
dialami tokoh yang dapat merubah kehidupannya. Meskipun tidak
merubah secara total, karena isi yang diceritakan pun tidak
mengisahkan seluruh kehidupan tokoh.
Demikian pula dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad
Tohari. Tidak sepenuhnya kehidupan tokoh diceritakan di dalam novel
tersebut. Penulis hanya mengisahkan sekilas kehidupan tokoh Srintil
dan berbagai peristiwa penting yang banyak merubah kehidupannya,
tanpa mengisahkan sampai akhir kehidupan Srintil.

B. Unsur Intrinsik Novel

C. Feminisme

3
Feminisme merupakan salah satu konsep atau gagasan berpikir
yang bertumpu pada kesetaraan gender dalam kehidupan sosial dilihat
dari prespektif perempuan. Dalam hal ini, memandang sudut
perjuangan perempuan untuk menuntut persamaan hak dan
kebebasan mereka atas patriarki dalam masyarakat. Fakta-fakta yang
ditujukan pada feminis biasanya terkait dengan ketidakadilam gender.
Hal tersebut dapat dilihat dari adanya perbedaan perlakuan dari segi
maskulinitas dan feminitas yang pernah ada di Indonesia.
Menurut Ratna (2013: 84), feminisme merupakan gerakan untuk
menolak segala bentuk perendahan kebudayaan yang ada seperti
dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Sementara Fakih (1997:
63) mengemukakan bahwa perempuan seringkali mengalami
penindasan dan dijadikan bahan eksploitasi sehinggs segala bentuk
kegiatan melawan itu semua disebut kegiatan feminisme. Faktor utama
yang menyebabkan adanya gerakan feminism adalah banyaknya
masyarakat yang meremehkan perempuan. Perempuan hanya
menjadi objek yang tidak bisa memiliki kebebasan dalam berfikir dan
menyampaikan pendapat. Penelitian feminisme berusaha memahami
kedudukan dan peran perempuan (Sugihastuti dan Suharto, 2015:15)
Wiyatmi dalam Mufidah (2004: 9) menyatakan jika gender adalah
sifat dan identitas yang dianggap cocok dengan jenis kelaminnya,
gender dibentuk secara sosial dan dipengaruhi oleh unsur budaya.
Perlu adanya pemaknaan melalui kesadaran sosial bahwa gender
terbentuk melalui proses sejarah dan budaya yang panjang. Dari
uraian faktor-faktor tersebut membuat peneliti menyadari bahwa
perbedaan penilaian terhadap gender memang ada. Bahkan
perbedaan tersebut melahirkan sifat stereotip yang dianggap
masyarakat sebagai kodrat atau ketentuan dari Tuhan.
Pengangkatan perempuan menjadi tokoh utama, Srintil, dalam
novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari menjadi salah satu
alasan pemilihan analisis konsep feminisme. Dengan berlatar belakang
kebudayaan dan kesenian lokal, Ahmad Tohari mengangkat tokoh

4
Srintil sebagai perwujudan feminisme. Walaupun hal tersebut tentunya
tidak terlepas dari pengaruh tokoh laki-laki. Dalam cerita tersebut,
digambarkan penindasan yang terjadi dan perjuangan yang dilakukan
oleh perempuan dalam mempertahankan kedudukannya.

5
III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara kerja yang digunakan untuk


memahami objek yang dijadikan sasaran penelitian. Hal ini berkaitan
dengan pendapat Koentjaraningrat (1977: 7-8) yang mengutarakan
bahwa objek penelitian yang menentukan metode yang akan
digunakan. Dengan novel Ronggeng Dukuh Paruk karya ahmad
Tohari sebagai objek penelitian, peneliti akan menggunakan penelitian
kualitatif mengenai kajian feminisme dalam novel tersebut.
Menurut Franken dan Wallen (2007: G6), penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang mengharuskan peneliti mengkaji
fenomena yang terjadi secara alamiah dengan segala
kompleksitasnya. Untuk melakukan penelitian kualitatif ini, dibutuhkan
metode penilitan deskriptif analisis. Dengan metode tersebut, peneliti
akan fokus mendeskripsikan fakta-fakta melalui unsur intrinsik di
dalam novel agar memahami isi atau gagasan utama untuk kemudian
mengaitkannya dengan konsep feminisme.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan inti permasalahan yang akan


dibahas dalam analisis novel Ronggeng Dukuh Paruk. Fokus
penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus
membatasi penelitian guna menentukan antara data yang relevan dan
yang tidak relevan (Moleong, 2010). Dalam hal ini, peniliti
memfokuskan penelitian pada “Analisis Konsep Feminisme dalam
Novel Ronggeng Dukuh Paruk” yang didapatkan dengan menganalisis
unsur intrinsik yang ada di dalam novel tersebut.

C. Sumber Data
Penelitian yang dilakukan membutuhkan data yang mendalam
dan juga mendukung penyelesaian analisis novel Ronggeng Dukuh

6
Paruk. Oleh karena itu, penelitian membutuhkan data dari pihak-pihak
terkait guna memenuhi kebutuhan data. Sumber data yang didapatkan
Peneliti dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang mampu memberikan informasi
langsung terkait objek penelitian. Penelitian ini memperoleh data
primer dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
Diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, cetakan
keenam: Januari 2011, dengan jumlah halaman sebanyak 408
halaman.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan yang diperoleh
dari data tinjauan-tinjauan yang sudah ada. Data ini diperoleh dari
pihak-pihak lain yang dipublikasikan, misalnya jurnal, makalah, esai,
dan artikel.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa teknik studi
pustaka. Ada dua cara yang dilakukan untuk melakukan teknik studi
pustaka, yaitu:
1. Membaca dan mengkaji novel Ronggeng Dukuh Paruk karya
Ahmad Tohari yang menjadi objek penelitian, kemudian mencatat
serta menginterpretasikan unsur intrinsik dan hal-hal yang
berhubungan dengan konsep feminisme.
2. Membaca sejumlah buku, jurnal, hasil penelitian yang telah
dilakukan Peneliti terdahulu, dan bentuk bacaan lainnya yang dapat
mendukung penelitian ini.

E. Teknik Pengolahan Data


Dalam pengolahan data, tahapan yang ditempuh untuk menganalisis
data adalah sebagaiberikut:

7
1. Membaca dengan cermat secara keseluruhan isi novel Ronggeng
Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
2. Menandai hal-hal penting yang berkaitan dengan unsur intrinsik
dan konsep feminisme.
3. Mengelompokkan dan mengolah karakteristik yang dibutuhkan
untuk menganalisis unsur intrinsik dan kaitannya dengan konsep
feminisme.
4. Menarik kesimpulan.

8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Unsur Intrinsik dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk


karya Ahmad Tohari

9
B. Analisis Konsep Feminisme dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk
Karya Ahmad Tohari

10
V. PENUTUP

A. Simpulan

Penelitian ini membahas tentang konsep feminisme dalam novel


Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Novel tersebut dikaji
dengan menggunakan teori feminisme liberal dari Naomi Wolf yang
berpendapat bahwa perempuan harus berani berpendapat dan
membuat perubahan serta harus memiliki uang dan menggunakannya.
Kedudukan dan peran juga harus diteliti untuk mengupas gerakan
feminisme itu sendiri. Hal tersebutlah yang membuat rumusan masalah
dalam penelitian ini membahas kedudukan dan peran perempuan:

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, peneliti
memiliki saran sebagai berikut:
1. Penelitian tentang konsep feminisme dalam novel Ronggeng Dukuh
Paruk ini kembali dilaksanakan di beberapa tempat khususnya
sekolah dan perlu diadakan penyuluhan tentang NAPZA agar
pengetahuan remaja semakin baik dan meningkatkan kedewasaan
mereka akan bersikap.
2. Diperlukannya peran serta keluarga, khususnya orangtua, guru, dan
lingkungan sekitar dalam membantu mencegah penyalahgunaan
NAPZA dikalangan remaja dengan menanamkan nilai-nilai moral dan
agama kepada anak sejak dini.

11
DAFTAR PUSTAKA
.

Anggaeni, Nur Fitria. 2015. Kajian Sosiologi dan Nilai Moralpada Novel
Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari. Jurnal. Vol. 06, No.
03: 108-115.
Mulyaningsih, Indria. 2015. KAJIAN FEMINIS PADA NOVEL RONGGENG
DUKUH PARUK DAN PEREMPUAN BERKALUNG SURBAN.
Journal Indonesian Language Education and Literature. Vol. 01, no.
01: 107-119.
Mus, Mawaddah. tanpa tahun. Analisis Feminisme Radikal Novel Ronggeng
Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari. Jurnal Onoma. Vol. 3, No. 1: 29-43.
Tohari, Ahmad. 2011. Ronggeng Dukuh Paruk. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
.

12
SINOPSIS NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK

Identitas Novel
Judul novel : Ronggeng Dukuh Paruk
ISBN : 978-979-22-7728-9
Penulis/Pengarang : Ahmad Tohari
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Januari 2011
Jumlah halaman : 408 halaman

Sinopsis Novel Ronggeng Dukuh Paruk-Cerita dalam novel ini terjadi di


sebuah dusun bernama Dukuh Paruk. Kehidupan masyarakatnya begitu
miskin dan terpencil. Masyarakat dusun tersebut memiliki warisan
kesenian tersendiri yang menjadi kebanggan dan menggairahkan hidup
mereka, yaitu kesenian ronggeng. Namun, sejak kematian ronggeng
terakhir karena peristiwa keracunan tempe bongkrek, sampai saat ini
kesenian ronggeng telah lama hilang dari Dukuh Paruk. Sampai akhirnya
suatu hari munculah Srintil, anak gadis yang menjadi pewaris kesenian
ronggeng dan kelak membawa banyak peristiwa bagi desa kecilnya.

Srintil memperlihatkan bakatnya sebagai calon ronggeng sedang bermain


di tegalan bersama kawan sebayanya, Rasus, Warta, dan Darsun. Kakek
Srintil, Sakarya menyadari ada bakat ronggeng dalam diri cucunya ketika
ia menyaksikan Srintil menari bersama kawannya. Kemudian, Sakarya
membawa Srintil pada Kartareja, seorang dukun di Dukuh Paruk untuk
bisa menjadikan Srintil seorang ronggeng yang diakui oleh masyarakat.

Tanpa membutuhkan waktu yang lama, Srintil membuktikan bakatnya


sebagai seorang ronggeng dan kini ia menjadi seorang gadis pilihan milik
masyarakat. Sebelum ia menjadi ronggeng, Srintil harus menjalani
beberapa ritual yang salah satunya adalah upacara bukak klambu. Di
dalam upacara tersebut, Srintil harus menyerahkan keperawanannya
kepada lelaki yang mampu memberikan imbalan paling tinggi. Namun, di

13
sisi lain ada seorang teman masa kecil Srintil, Rasus, yang mencintai
Srintil dan tidak menyukai jika gadis itu akan menjadi milik masyarakat
dan siapapun boleh menggaulinya. Rasus merasa patah hati dan memilih
meninggalkan Dukuh Paruk.

Sebelum Rasus pergi, Srintil sempat menyerahkan keperawannanya pada


Rasus tanpa imbalan apapun. Tentunya karena Srintil merasa enggan jika
harus menyerahkan keperawanan pada orang yang tidak ia kenal dan
tidak disukainya. Sampai akhirnya kepergian Rasus memberikan luka
yang membekas dalam hati Srintil, yang ternyata ia juga memiliki
perasaan cinta pada Rasus.

Setelah Srintil hidup menjadi seorang ronggeng, hidup Srintil semakin


kaya, semua orang memuji kecantikannya dan kelihaiannya menjadi
seorang ronggeng. Banyak pementasan dari desa ke desa yang sudah
dijalaninya selama menjadi ronggeng. Sementara, Rasus kini menjadi
seorang prajurit tentara setelah sebelumnya menjadi seorang tobang
(pesuruh tentara). Rasus kemudian kembali ke Dukuh Paruk setelah
sekian lama meninggalkannya. Beberapa hari ia singgah dan sempat
menyelamatkan harta Srintil yang disimpan di rumah Kartareja yang
hampir dijarah perampok. Ketika Rasus kembali, tentu ia menemui cinta
lamanya, Srintil. Rasus juga sempat menikmati keperempuanan dari Srintil
sepenuhnya. Namun, tekadnaya menjauhi Srintil sudah bulat. Rasus
kemudian meninggalkan Dukuh Paruk diam-diam tanpa berpamitan
kepada Srintil ketika ia tertidur pulas.

Kergian Rasus secara tiba-tiba tentu mengejutkan Srintil. Sejak saat itu ia
mulai sering murung dan menolak pementasannya sebagai seorang
ronggeng. Srintil bahkan mulai mengasuh seorang bayi bernama Goder.
Tentunya hal ini meresahkan warga Dukuh Paruk, murungnya seorang
ronggeng bukanlah sesuatu yang baik. Sampai akhirnya perlawanan
Srintil untuk berhenti dari pementasan goyah karena adanya ancaman
dari Pak Ranu agar ia mau menari di Kantor Kecamatan Dawuan pada
acara Agustusan.

14
Pementasan ini lah yang menjadi awal mula dirinya menghadapi konflik,
karena tanpa jauh ia ketahui, pementasan tersebut diadakan oleh orang-
orang Partai Komunis Indonesia (PKI). Warna merah terpasang di
berbagai tempat, banyak pidato yang menyuarakan rakyat yang tertindas,
kapitalis, dan sejenisnya. Sampai pada akhirnya muncul konflik
pemberontakan PKI dan adanya penangkapan serta penahanan mereka
yang dianggap oknum atau berdekatan dengan PKI.

Nasib tersebut tentu dialami Srintil, karena ia terlibat dalam pemetasan


yang diadakna PKI. Padahal ia tidak tahu apapun dan hanya hadir
sebagai seorang ronggrng yang diundang menghibur acara. Namun,
keterlibatannya menjadi seorang ronggeng yang dianggap PKI kian
menguat, karena ia sering menghadiri rapat-rapat umum PKI meskipun
dirinya hadir sebagai seorang penghibur. Kondisi paceklik yang saat itu
mencekik dan memberikan banyak penderitaan dan ketidaktahuan
tentang politik membuatnya tidak berpikir panjang dan menerima tawaran
untuk pementasan. Kelompok Bakar yang menjadi salah satu oknum PKI
saat itu melakukan penjarahan kepada masyarakat Dukuh Paruk dan
mengungkit-ungkit leluhur mereka, Ki Secamenggala. Sampai akhirnya
Sukarya tersinggung dan memutus kerja sama mereka untuk melakukan
pementasan ketika diadakan rapat-rapat umum dan mencabut lambang
partai yang ada.

Dukuh Paruk kembali ketradisinya yang sepi, miskin, dan damai. Akan
tetapi, kedamaian itu hanya sekejap, karena mereka kembali bergabung
dengan kelompok Bakar setelah terkecoh oleh kerusakan cungkup
makam Ki Secamenggala. Sakarya menduga kerusakan itu ulah kelompok
Bakar yang sakit hati, tetapi kemudian beralih ke kelompok lain setelah
menemukan sebuah caping bercat hijau di dekat pekuburan itu. Sayang,
mereka tidak mampu membaca simbol itu. Dan Srintil pun semangat
menari walaupun tariannya tidak seindah penampilannya yang sudah-
sudah.

15
Keesokan harinya orang-orang Dukuh Paruk melepas langkah Kartareja
dan Srintil yang berniat meminta perlindungan polisi di Dawuan atas
adanya Kelompok Barak. Namun, harapan berlindung kepada polisi itu
berantakan, karena kepolisian dan tentara justru sudah menyimpan
catatan nama Srintil yang terlanjur populer sebagai ronggeng rakyat yang
mengibarkan bendera PKI, ia kemudian di tangkap. Setelah dua tahun
mendekam dalam tahanan politik, Srintil kembali ke Dukuh Paruk dengan
kondisi kejiwaan yang sangat tertekan. Ia berjanji menutup segala kisah
dukanya selama dalam tahanan dan bertekad melepas predikat
ronggengnya untuk membangun sebuah kehidupan pribadinya yang utuh
sebagai seorang perempuan biasa dari Dukuh Paruk.

Hingga kemudian munculah Pak Bajus. Bajus hadir dengan niat yang baik
hendak menikahi Srintil. Akhirnya Srintil berusaha mencintai Bajus. Akan
tetapi, Srintil sangat kecewa, karena Bajus ternyata hanya berniat
menawarkannya kepada seorang pejabat proyek untuk keperluan
bisnisnya. Srintil pun mengalami goncangan jiwa yang sangat berat,
sampai akhirnya ia gila dan dibawa ke rumah sakit jiwa oleh Rasus yang
merasa iba dengan keadaan Srintil saat ini.

16

Anda mungkin juga menyukai