Dosen Pengampu:
Prof. Dr. RM. Teguh Supriyanto, M.Hum.
Dr. Tommy Yuniawan, M.Hum.
Disusun oleh:
Andwina Arum Ratrisari 0202520045
PENDAHULUAN
Karya sastra tidak lepas dari lingkungan atau masyarakat yang disekitarnya.
Pada dasarnya karya sastra diciptakan oleh sastrawan dari anggota masyarakat
tertentu. Seperti yang disampaikan Damono (1978:1) karya sastra diciptakan oleh
itu sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat oleh status sosial tertentu.
Keterkaitan antara karya sastra dan kondisi masyarakat tidak dapat dipisahkan
dan saling berkaitan. Faktor sosial yang ada di masyarakat juga ikut mempengaruhi
pengarang dalam membuat karya sastra yang mana hal tersebut akan mempengaruhi
sebuah karya yang menggambarkan kondisi yang dialami atau dilihat langsung oleh
menjelaskan bahwa karya sastra pada hakikatnya merupakan sebuah fakta sosial yang
tidak hanya mencerminkan realitas sosial yang terjadi di masyarakat tempat karya itu
tersebut.
sosial dari pengarang atau kehidupan sosial dalam karya sastra itu sendiri. Pendekatan
Pendekatan sosiokultural
Nilai sosial
Novel merupakan salah satu karya sastra yang berbentu prosa yang memiliki
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Dalam sebuah novel digambarkan kehidupan
para tokohnya yang mana tidak jauh dari kehidupan sosial budaya. Dalam
Seperti halnya dalam penelitian ini, novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad
dan nilai sosial. Dianggap sesuai karena novel tersebut menceritakan sebuah adat
kebudayaan atau biasa disebut dengan tradisi ronggeng dan masih mempercayai
hal-hal yang dianggap mitos untuk saat ini. Dari tradisi ronggeng yang kental
dengan budaya, nilai sosial yang dimunculkan dalam novel tersebut juga layak
untuk dianalisis.
Berdasarkan latar
1.2 Identifikasi Masalah
1.4.1 Bagaimana aspek sosiokultural pada novel Ronggeng Dukuh Paruk karya
Ahmad Tohari?
1.4.2 Bagaimana nilai sosial pada novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad
Tohari?
1.5.2 Mendeskripsikan hasil analisis nilai sosial pada novel Ronggeng Dukuh Paruk
yaitu manfaat praktis dan manfaat teoretis. Penjelasan keduanya sebagai berikut.
Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini dapat memperkuat penelitian yang sudah ada dan
Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi
peneliti-peneliti yang akan melakukan penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
BAB II
Berikut ini disajikan juga beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Amriani (2014) yang berjudul “Realitas Sosial
dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari”. Hasil dari penelitian
tersebut adalah di desa Dukuh Paruk terdapat realitas sosial yang miris. Hal tersebut
bersumber dari kemiskinan dan kurangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki warganya.
Penelitian Amrani (2014) tersebut relevan dengan penelitian ini karena sama-
sama mengkaji novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari. Perbedaannya
terletak pada kajian yang digunakan, penelitian tersebut menggunakan kajian realitas
sosial. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan kajian sosiokulturan dan nilai
Feminisme Radikal Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari”. Penelitian
tersebut menunjukkan hasil bahwa terdapat unsur feminism radikal dalam novel
Ronggeng Dukuh Paruk yang ditinjau dari aspek ketidakadilan gender. Dari
sama mengkaji novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari. Perbedaannya
feminisme radikal untuk mengetahui ketidakadilan gender yang terdapat dalam novel.
Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan kajian sosiokulturan dan nilai sosial
Seksis antara Tokoh Laki-laki dan Perempuan dalam Novel Ronggeng Dukuh
penelitian ini karena sama-sama mengkaji novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya
sikap seksis antara tokoh laki-laki dan perempuan. Sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan kajian sosiokulturan dan nilai sosial dalam novel Ronggeng Dukuh
berjudul “Kajian Penanda Sosiokultural pada Cerita Rakyat Paser dan Berau Karya
Syahidin dkk. untuk Pengembangan Materi Ajar Kritik Sastra”. Hasil dari penelitian
tersebut adalah penanda yang terdapat dalam 20 cerita rakyat Paser dan 17 cerita
rakyat Berau.
menggunakan cerita rakyat Paser dan Berau karya Syahidin dkk. Sedangkan dalam
penelitian ini menggunakan karya dari Ahmad Tohari yang berjudul Ronggeng
Dukuh Paruk.
Kajian teori yang relevan dengan penelitian ini terdiri atas (1) Ruang Lingkup
Sosiologi Sastra, (2) Teori Sosiokutural, (3) Nilai Sosial, dan (4) Novel Ronggeng
Dukuh Paruk.
research focused on human problems, because literature often reveals the human
Goldman, wolff juga memberikan pendapatnya sendiri tentang sosiologi sastra, wolff
Maksud dari kedua pendapat dari Goldmann dan Wolfd adalah bahwa karya
memahami karya sastra dalam hubungannya dengan realitas dan aspek sosial
kemasyarakatan (Halima, 2015:1), selain pendapat dari Halima, ada pendapat lain
menganai sosiologi sastra menurut Lestari dkk, yang menyatakan bahwa sosiologi
sastra dapat diartikan sebagai suatu studi yang mempelajari hubungan antara sastra
berikut.
tidak hanya dirinya sendiri. Setiap karya sastra adalah hasil dari pengaruh timbal
balik yang rumit dari faktor-faktor sosial dan kultural, dan karya sastra itu sendiri
merupakan objek kultural yang rumit. Bagaimanapun, karya sastra bukanlah suatu
2. Gagasan yang ada dalam karya sama pentingnya dengan bentuk dan Teknik
penulisannya, bahkan boleh dikatakan bahwa bentuk dan teknik itu ditentukan
oleh gagasan tersebut. Tak ada karya sastra besar yang diciptakan berdasarkan
gagasan sepele dan dangkal, dalam pengertian ini sastra adalah kegiatan yang
sungguh-sungguh.
3. Setiap karya sastra yang bisa bertahan lama pada hakikatnya adalah suatu moral,
artinya yang sempit, yakni yang sesuai dengan suatu kode atau sistem tindak
4. Masyarakat dapat mendekati karya sastra dari dua arah: pertama, sebagai suatu
kekuatan atau factor material istimewa, dan kedua sebagai tradisi yaitu
Bentuk dari isi karya sastra denngan demikian dapat mencerminkan pekembangan
sosiologis, atau menunjukkan perubahan-perubahan yang halus dalam watak
kultural.
5. Kritik sastra seharusnya lebih dari sekedar perenungan estetis yang tanpa pamrih,
yang harus melibatkan diri dalam suatu tujuan tertentu. Kritik adalah kegiatan
penting yang harus mampu mempengaruhi penciptaan sastra tidak dengan cara
6. Kritikus bertanggung jawab baik kepada sastra masa silam maupun sastra masa
datang. Dari sumber sastra yang luas itu kritikus harus memilih yang sesuai untuk
masa kini. Perhatiannya bukanlah seperti pengumpul benda kuno yang kerjanya
oleh masa kini. Dan karena setiap generasi membutuhkan pilihan yang berbeda-
beda, tugas kritikus untuk menggali masa lalu tak ada habisnya.
Dukuh Paruk adalah sebuah desa yang terletak di pedukuhan yang sangat
terpencil. Di desa yang keadaannya kering kerontang itu terdapat penduduk yang
mempercayai bahwa mereka keturunan dari Ki Secamenggala, seorang bromocorah
Srintil merupakan anak pembuat tempe bongkrek yang menjadi piatu akibat
bencana tempe bongkrek. Sejak kecil srintil dirawat oleh kakek dan neneknya. Saat
usianya masih anak-anak, Srintil memiliki seorang teman yang bernama Rasus,
Warta, dan Darsun. Ketiganya sangat senang melihat Srintil menari bak ronggeng.
mengiringi tariannya dengan tembang dan musik. Meskipun suara calung dan
gendang tersebut dibuat dari mulut mereka, Srintil menari serupa tarian ronggeng.
yang saat itu berusia sebelas tahun, merupakan peristiwa yang ditunggu-tunggu oleh
Jadilah Srintil diasuh oleh Kertareja dan istrinya untuk dijadikan seorang
ronggeng besar kebanggaan Dukuh Paruk. Kabar munculnya seorang ronggeng baru
yang sudah dua belas tahun lamanya sirna, terdengar oleh masyarakat, senyum
bahagia mekar di wajah mereka. Senang rasanya akhirnya Dukuh Paruk yang sudah
harus melewati berbagai tahapan. Mulai dari menari beberapa ronde setiap malam,
mandi kembang di kuburan Ki Secamenggala yang katanya nenek moyang semua
penghuni Dukuh Paruk, hingga harus melakukan ritual buka kelambu yang artinya
Rasus tidak rela melihat itu. Ia tidak rela melihat Srintil melepas kesuciannya
begitu saja demi ritual buka klambu untuk menjadi ronggeng yang sesungguhnya.
Srintil juga berada di dalam kebimbangan antara ingin menjadi ronggeng yang
sesungguhnya dan merasa takut melakukan ritual tersebut. Ritual itu sebenarnya juga
amat berat baginya. Akan tetapi akhirnya Srintil memberikan kesuciannya kepada
Rasus secara diam-diam tanpa imbalan apapun, meskipun setelah itu juga ada lelaki
Srintil akhirnya menjadi ronggeng yang terkenal setelah ritual buka klambu
dilaksanakan. Ia menjadi ronggeng yang laris dan menjadi pembicaraan semua orang.
Setiap orang memujinya. Ia juga semakin kaya setelah menjadi ronggeng. Tak kuasa
melihat Srintil yang telah menjadi ronggeng, Rasus pindah dari Dukuh Paruk ke
Dawuhan. Di sana ia menjadi buruh pengupas ubi kayu. Tetapi takdir membawanya
kembali bertemu Srintil yang mengenakan banyak perhiasan emas yang bertengger
menghias tubuh moleknya, hasil Srintil meronggeng setiap malam. Hampir semua
Hingga suatu hari Rasus bertemu dengan Sersan Slamet yang diutus untuk
mengusir perampok yang berkeliaran di kampung mereka dan menjadi tobang yang
melayani kebutuhan tentara-tentara di barak militer, dekat pasar Dawuan. Rasus pun
akhirnya juga diangkat menjadi seorang tentara berkat kejujuran dan kegigihannya.
ingin merasakan kelembutan sentuhan lelaki dan merasa jenuh menjadi ronggeng.
Srintil mengajak Rasus menikah, tetapi Rasus menolak karena lebih memilih
menjadi tentara. Srintil sangat bersedih karena hal tersebut. Srintil yang sudah mulai
merasa jenuh menjadi seorang ronggeng Dukuh Paruk, sering menolak untuk
melayani para lelaki. Bahkan beberapa kali menolak untuk meronggeng. Sebenarnya
ia ingin memiliki hidup yang lebih tenang, yaitu memiliki suami dan anak. Memiliki
seorang lelaki Dukuh Paruk yang kini telah menjadi tentara. Banyak sekali
Goder layaknya anak sendiri. Ia semakin teguh untuk berhenti meronggeng dan
diguncang oleh panas dan liciknya dunia politik. Dukuh Paruk dituduh menjadi
anggota partai komunis setelah terlibat dengan oknum partai tersebut. Dengan segala
kebodohan yang dimiliki Dukuh Paruk, Srintil bersama beberapa masyarakat Dukuh
Paruk lainnya ditahan. Srintil menjadi orang Dukuh Paruk yang paling lama ditahan.
Hingga ia bertemu dengan Bajus, lelaki yang muali dekat dengannya. Dengan
ketulusan dan kebaikan Bajus, Srintil menjadi terbuka dan dekat dengan Bajus.
Semakin hari Srintil semakin dekat dengan Bajus dan kehidupan Srintil mulai
membaik. Rasus yang telah lama tidak pulang, akhirnya kembali ke Dukuh Paruk
untuk berlibur. Mengetahui hal itu hati Srintil sempat goyah. Ia sebenarnya masih
menyimpan rasa terhadap Rasus, tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia juga menyadari
Suatu hari Srintil diajak Bajus untuk mengikuti acara tertentu. Ternyata
selama ini Bajus telah memiliki rencana jahat terhadap Srintil. Bajus ingin
menyerahkan Srintil kepada bosnya sebagai hadiah agar bisnisnya lancar. Srintil
sangat terpukul karena ia telah begitu percaya pada Bajus. Namun Bajus justru
merupakan lelaki yang jahat. Karena itu, Srintil mengalami gangguan jiwa dan
menjadi gila. Melihat kondisi Srintil yang memprihartinkan, Rasus merasa iba. Ia
Novel sebagai salah satu karya sastra yang dapat dikaji menggunakan
beberapa pendekatan, salah satunya yaitu pendekatan sosiokultural dan nilai sosial.
Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari akan dikaji tentang
sosiokultural dan nilai sosial. Setelah membaca novel tersebut, diidentifikasi dan
pengamatan terhadap isi dari novel, kemudiakan dilakukan analisis dengan
pendekatan sosiokultural dan nilai sosial. Dalam melakukan analisis terhadap novel
kualitataif. Dari hasil analisis terdapat temuan soiokultural dan nilai sosial yang
Latar Belakang
MASALAH
Bagaimana aspek sosiokultural dalam
novel Ronggeng Dukuh Paruk karya
Sosiokultural Ahmad Tohari? Metode Penelitian
Nilai Sosial Bagaimana nilai sosial dalam Novel
Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad
Tohari?
Analisis
Simpulan
Saran
METODE PENELITIAN
deskriptif kualitatif. Hasil analisis dari penelitian ini berupa penggambaran atau
dan analisis isi. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa
kutipan tertulis yang terdapat dalam objek penelitian, yaitu novel Ronggeng Dukuh
Paruk dan akan dikaji melalui pendekatan sosiokultural dan nilai sosial.
Data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah berupa kutipan-kutipan
dalam novel yang mengandung aspek-aspek sosiokultural dan nilai sosial. Sumber
data yang dimanfaatkan untuk sumber informasi seperti yang diharapkan dalam
Jumlah Halaman :
Penerbit :
Tahun Terbit :
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitin ini adalah metode
Instrumen penelitian menurut Arikunto (2006: 149) merupakan alat bantu bagi
peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam
hal ini adalah instrumen pokok dan instrumen penunjang. Instrumen pokok adalah
ini :
(Arikunto, 2005:135)
sosiokultural dan nilai sosial terhadap novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad
Tohari. Uji keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi. Menurut Sugiyono
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Teknik triangulasi yang akan digunakan untuk penelitian ini yaitu
sebagai berikut.
1. Triangulasi Sumber
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melali beberapa sumber, yaitu
sumber dokumen dari buku-buku ilmiah, jurnal ilmiah, artikel yang relevan.
2. Triangulasi Teori
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode
aktivitas dalam analsis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
terus menerus hingga tuntas, sampai dataya jenuh. Aktivitas dalam melakukan
analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi
data adalah proses pengumpulan data dengan mencatat dan memilah data. Tujuannya
supaya data yang diperoleh dapat terfokus sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian.
Penyajian data adalah proses pengelompokkan data sesuai dengan kriteria dalam
Verifikasi adalah proses penarikan kesimpulan dari hasil analisis novel Ronggeng
Amriani, H. 2014. Realitas Sosial dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya
Ahmad Tohari. Sawerigading. Vol. 20, No 1, hal 99-108.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Damono, Sapardi Djoko.1978. Soiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Hawa, Masnuatul., Andayani., Suyitno., Wardani., & Nugrahani Eko. (2019). The
Implementation of Literary Sociology Learning Model with Contextual and
Spiritual Quotient Approach to Teach Literary Sociology. International
Journal of Instruction, 12(1), 283-398. Diunduh dari
http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1202102.pdf.
Lestari, Miuri Legi., Arianingsih, Anisa., & Febrianty, Fenni. (2017). Hubungan
Aspek Sosiologi Pengarang Dengan Unsur Iinrinsik Dalam Novel Nijuushi
No Hitomi. Junara Saja, 6(1), 26-35.
Manggarani, Maria Dita, Nababan, M. R., dan Santosa, Riyadi. 2019. Analisis
Perbandingan Terjemahan Ungkapan yang Mengandung Sikap Seksis antara
Tokoh Laki-laki dan Perempuan dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk.
Linguistik Indonesia. Vol. 37, No. 2, Hal. 145-158.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Mus, Mawaddah. 2018. Analisis Feminisme Radikal Novel Ronggeng Dukuh Paruk
Karya Ahmad Tohari. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa dan Sastra. Vol. 3
No. 1, Hal 29-43.
Ratnawati, Indah Ika, Musdolifah, Ari, dan Maryatin. 2020. Kajian Penanda
Sosiokultural pada Cerita Rakyat Paser dan Berau Karya Syahidin dkk. untuk
Pengembangan Materi Ajar Kritik Sastra. Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa
dan Sastra. Vol. 13, No. 1, Hal. 44-60.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.