Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah sosial dan penyimpangan moral selalu ditemukan dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Banyaknya masalah-masalah sosial yang
terjadi di masyarakat seperti KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme),
konflik dalam rumah tangga, konflik di lingkungan masyarakat, serta
bentuk-bentuk masalah lain yang lebih sering ditemui. Tidak menutup
kemungkinan, jika pada kehidupan anak di sekolah juga ditemui berbagai
kasus penyimpangan seperti kasus tersebut. Hal ini selaras dengan apa
yang diungkapkan oleh Purwaningsih (2010) bahwa degradasi nilai moral
di Indonesia sudah berada di titik yang memprihatinkan, terdapat berbagai
tindakan amoral yang dilakukan oleh pelajar seperti plagiasi suatu karya
ilmiah, pemerkosaan, penggelapan uang sekolah, dan masalah-masalah
yang lebih kompleks lainnya.
Berdasarkan penyimpangan moral yang terjadi, perlu adanya upaya
pembelajaran moral bagi siswa di sekolah. Hal ini dapat diwujudkan
dalam pelajaran dan pembiasaan di sekolah sehingga siswa dapat belajar
mengenai moral disamping belajar ilmu pengetahuan dasar lainnya.
Pembelajaran bahasa Indonesia dapat menyisipkan nilai-nilai moral dalam
setiap pelajaran melalui penggunaan teks yang mengandung nilai moral
termasuk teks drama. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana nilai moral
dalam sebuah teks drama di implementasikan pada perangkat
pembelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini akan berfokus pada naskah
drama Tangis karya Agus Noor dan Heru Kesawa Murti. Naskah drama
ini merupakan naskah yang ditulis ulang oleh Agus Noor dari dua naskah
Heru Kesawa Murti yang berjudul Tangis dan Juragan Abiyoso. Naskah
ini pernah dibawakan oleh Teater Gandrik di Yogyakarta pada tahun 2015
dan beberapa kali dipentaskan ulang oleh teater-teater di Jawa Tengah.
Proses implementasi nilai moral dalam naskah drama Tangis ini
perlu mengkaji beberapa hal terlebih dahulu yakni mengenai struktur
naskah drama dan nilai-nilai moral yang terdapat dalam naskah drama
Tangis. Struktur naskah drama ini dikaji sebagai dasar pemahaman
mengenai naskah Tangis ini. Analisis mengenai nilai moral akan
dilakukan dengan pendekatan sosiologi sastra. Analisis sosiologi sastra ini
merupakan analisis yang mengkaji sastra berdasarkan konteks sosial
ppengarang, cerminan masyarakat, dan fungsi sosial sastra. Selaras
dengan yang diungkapkan oleh Watt dalam (Al-Ma’ruf dan Nugrahani,
2017:99) bahwa kajian sosiologi sastra mencakup tiga hal yakni konteks
sosial pengarang, sastra sebagai cermin masyarakat, dan fungsi sosial
sastra. Proses analisis yang telah dilakukan, selanjutnya akan digunakan
untuk menyusun perangkat pembelajaran yang memuat pengajaran nilai
moral yang diharapkan mampu meningkatkan kembali degradasi moral
pada kalangan pelajar. Penyusunan perangkat pembelajaran ini akan
dibuat sesuai dengan kurikulum 2013 dan didasarkan pada kompetensi
dasar yang tepat untuk pembelajaran bahasa Indonesia SMA kelas XII.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana struktur naskah drama Tangis karya Agur Noor dan
Heru Kesawa Murti?
1.2.2 Bagaimana nilai moral dalam naskah drama Tangis karya Agus
Noor dan Heru Kesawa Murti?
1.2.3 Bagaimana implementasi naskah drama Tangis karya Agus Noor
dan Heru Kesawa Murti dalam perangkat pembelajaran bahasa
Indonesia di SMA kelas XII?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Mendeskripsikan struktur dalam naskah drama Tangis karya Agus
Noor dan Heru Kesawa Murti.
1.3.2 Mendeskripsikan nilai moral dalam naskah drama Tangis karya
Agus Noor dan Heru Kesawa Murti.
1.3.3 Menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai dengan naskah
drama Tangis karya Agus Noor dan Heru Kesawa Murti
berdasarkan nilai moral yang ditemukan.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat
praktis. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut.
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai dasar pemahaman nilai
moral dalam naskah drama Tangis karya Agus Noor dan Heru
Kesawa Murti, selain itu penelitian ini juga menambah wawasan
guru sastra mengenai implementasi nilai moral drama dalam
sebuah pembelajaran.
1.4.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu: (1) penelitian ini dapat
memberikan informasi dan inspirasi bagi pembaca dan peneliti lain
ketika melakukan penelitian yang sejenis, dan (2) penelitian ini
dapat mengembangkan daya kreativitas mahasiswa untuk

2
mengimplementasikan nilai moral pada suatu karya sastra dalam
pembelajaran sastra Indonesia.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai nilai moral naskah drama Tangis karya Agus
Noor dan Heru Kesawa Murti yang diimplementasikan pada
pembelajaran sastra di SMA ini relevan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wicaksono, dkk (2018) dengan judul “Naskah Drama
Senja dengan Dua Kelelawar karya Kridjomulyo: Kajian Psikologi
Sastra dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar Apresiasi Drama di Sekolah
Menengah Atas. Penelitian ini mengkaji perwatakan, konflik batin, dan
relevansi naskah drama Senja dengan Dua Kelelawar dengan metode
pendekatan penelitian psikologi sastra. Penelitian ini mendapatkan hasil
bahwa perwatakan yang dibangun dalam naskah drama tersebut berbeda-
beda, hal ini ditujukan untuk membangun jalan cerita yang sesuai dengan
tema yang dibangun. Hasil kedua yakni menunjukkan konflik batin
dalam naskah drama ini sangat kompleks dan setiap konflik yang dialami
tokoh dapat diuraikan dengan teori psikoanalisis yang berfokus pada
kajian id, ego, dan superego. Penelitian yang dilakukan oleh
Wicaksono,dkk(2018) ini memiliki persamaan dengan penelitian yang
akan dilakukan yaitu sama-sama menjadikan naskah drama sebagai objek
kajiannya dan menghubungkan hasil penelitian dengan pembelajaran
sastra di sekolah menengah atas.
Penelitian yang akan dilakukan juga memiliki relevansi dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mulyaningsih(2017) dengan judul Kritik
Sosial dalam Naskah Drama Tik, Karangan Budi Yasin Misbach: Suatu
Pendekatan Hermeneutik. Penelitian ini memiliki tujuan untuk
mengetahui kritik sosial pada naskah drama Tik, karya Budi Yasin
Misbach dengan metode analisis yang digunakan yaitu kajian sosiologi
sastra dengan teori kritik sosial. Penelitian ini ditafsirkan menggunakan
pendekatan hermeneutika. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kritik
sosial pada aspek politik aspek sosial budaya dan ekonomi. Hanya saja
lebih dominan di aspek politik karena dalam naskah ini banyak
membahas mengenai ketidaksesuaian antara penguasa dengan rakyat.
Penelitian yang dilakukan Mulyaningsih (2017) ini memiliki relevansi
dengan penelitian yang akan digunakan yaitu sama-sama menganalisis
dengan pendekatan sosiologi sastra, meskipun pada penelitian
Mulyaningsih(2017) lebih menekankan pada kritik sosial. Selain itu,
penelitian yang sama-sama berbentuk kualitatif ini juga mengambil
naskah drama sebagai objek kajiannya.

4
Penelitian lain yang memiliki relevansi dengan penelitian yang
akan dilakukan ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Solihat(2017)
dengan judul penelitian “Konflik, Kritik Sosial, dan Pesan Moral dalam
Naskah Drama Cermin Karya Nano Riantiarno (Kajian Sosiologi
Sastra)”. Penelitian ini menggunakan metode analisis dengan pendekatan
sosiologi sastra dengan tujuan penelitian mengetahui konflik, kritik
sosial, dan pesan moral yang ingin disampaikan pada naskah drama
Cermin karya Nano Riantiarno. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
konflik dalam naskah drama Cermin karya Nano Riantiarno ini adalah
konflik batin dan sosial antara suami, istri, dan lingkungannya.
Kemudian hasil yang kedua menunjukkan adanya kritik kepada kaum
perempuan, orang kaya, pemerintah, dan orang yang berpendidikan.
Hasil yang terakhir menunjukkan bahwa naskah drama Cermin karya
Nano Riantiarno ini memiliki pesan moral untuk memikirkan akibatnya
terlebih dahulu sebelum bertindak. Penelitian yang dilakukan oleh
Solihat (2017) ini memiliki relevansi dengan penelitian yang akan
dilakukan yakni sama-sama mengkaji naskah drama dengan pendekatan
sosiologi sastra.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, penelitian yang akan
dilakukan ini memiliki perbedaan yang sangat jelas. Mulai dari pilihan
naskah drama yang benar-benar berbeda, lalu pemfokusan pembahasan
mengenai nilai moral dalam naskah drama Tangis karya Agus Noor dan
Heru Kesawa Murti dengan pendekatan sosiologi sastra. Selain itu, dari
penelitian di atas tidak dibahas secara rinci mengenai struktur dari naskah
drama yang menjadi objek kajiannya. Sedangkan dalam penelitian yang
akan dilakukan ini akan membahas mengenai struktur naskah drama
Tangis karya Agus Noor dan Heru Kesawa Murti. Kemudian perbedaan
yang terakhir yaitu mengenai implementasi hasil penelitian dengan
pembelajaran sastra di sekolah menengah atas yang menghasilkan produk
berupa perangkat pembelajaran bagi sekolah menengah atas kelas XII
mengenai pengkajian teks drama di sekolah. Beberapa hal tersebut yang
menjadikan penelitian ini lebih lengkap dan efesien implementasinya
terhadap pembelajaran sastra.

2.2. Struktur Drama


Karya sastra drama merupakan jenis karya sastra yang dibuat
untuk dipertunjukkan oleh lakon-lakon drama di atas panggung. Seperti
yang diungkapkan oleh Al-Ma’ruf dan Nugrahani (2017) bahwa drama
merupakan karya sastra cerminan kehidupan yang bermediakan dialog,
monolog, atau soliloqui yang dirancang sebagai bahan pementasan di

5
depan publik di atas panggung. Pendapat ini selaras dengan pendapat
Sudjiman (Al-Ma’ruf&Nugrahani, 2017:78) bahwa drama merupakan
sebuah karya sastra yang melukiskan kehidupan dengan memunculkan
emosi dan tikaian melalui lakon dan dialog. Artinya, drama merupakan
sebuah karya sastra yang mengisahkan berbagai kehidupan manusia
dengan lakon, dialog, dan emosi yang dirancang sebagai sebuah
pementasan di atas panggung.
Penelitian karya sastra tidak dapat terlepas dari adanya
pembahasan mengenai struktur sebuah tulisan. Dalam karya sastra,
khususnya drama terdapat 2 struktur yang membangun karya sastra
drama tersebut. Pernyataan ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Al-
Ma’ruf dan Nugrahani (2017) bahwa terdapat dua struktur yang bersifat
literer dalam sebuah drama, struktur ini yakni struktur mental dan
struktur fisik. Struktur mental berkaitan dengan emosi dan permasalahan
yang diangkat dalam sebuah drama sedangkan struktur fisik berkaitan
dengan tata penulisan sebuah teks drama yang terdiri dari berbagai
unsur-unsur. Kedua struktur inilah yang menunjukkan seberapa tingkat
kualitas sebuah karya sastra drama.
Berkaitan dengan struktur fisik sebuah drama, Waluyo (Al-
Ma’ruf &Nugrahani, 2017:75) mengemukakan unsur yang membangun
struktur naskah drama yaitu penokohan, tema, alur, dan percakapan.
Unsur-unsur dalam sebuah drama juga disampaikan oleh Hassaudin W.S.
(Herawati, dkk., 2018) bahwa drama memiliki unsur pembangun yang
terdiri dari lima unsur yaitu, motif peristiwa atau alur, tokoh atau
peran/karakter, latar dan ruang, penggunaan bahasa, serta tema dan
amanat. Dari pendapat di atas, analisis struktur sebuah drama mengkaji
beberapa hal yaitu penokohan, alur, percakapan, latar dan ruang,
pengguaan bahasa, tema, dan amanat.
2.2.1. Penokohan
Tokoh dalam sebuah drama merupakan nyawa dari drama
tersebut. Tanpa adanya tokoh, drama tidak akan mampu
menciptakan alur drama bahkan sebuah drama tidak akan menjadi
sebuah drama tanpa tokoh-tokoh yang dimunculkan. Hal ini
selaras dengan yang disampaikan Al-Ma’ruf dan Nugrahani
(2017) bahwa tokoh merupakan individu fiktif atau rekaan yang
dibuat penulis untuk mengalami semua kejadian dan peristiwa
yang diciptakan penulis sesuai alur drama.
Berbeda dengan penokohan, apabila tokoh berkaitan
dengan karakter yang dimunculkan dalam drama. Penokohan
berkaitan dengan bagaimana cara penulis menampilkan,

6
membangun, dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam
sebuah drama. Al-Ma’ruf dan Nugrahani (2017) menyebutkan
bahwa cara memperkenalkan tokoh dan perwatakan dalam sebuah
drama dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, penulis
mengemukakan secara langsung bagaimana watak dan karakter
tokoh. Misalnya, penulis menyebutkan bahwa tokoh tersebut
keras hati penyayang, egois, dan lain-lain. Kedua, penulis
mengemukakan karakter tokoh secara dramatik atau dengan
penggambaran melalui penggambaran fisik, cara berpakaian,
pemilihan nama tokoh, melalui dialog, dan lain-lain.
Secara umum tokoh-tokoh dapat dibagi menjadi empat
karakter yaitu, protagonis (tokoh yang mendukung cerita), tokoh
antagonis (tokoh yang melawan alur cerita), tokoh tritagonis
(tokoh yang menjadi penengah antara protagonis dan anatogis),
dan tokoh pembantu (tokoh yang tidak terlibat secara langsung
dalam cerita). Berdasarkan pengklasifikasian karakter tokoh-
tokoh dalam cerita terdapat dimensi-dimensi yang dapat
membedakan bagaimana karakteristik tokoh secara lebih khusus.
Al-Ma’ruf dan Nugraheni (2017) menyebutkan tiga dimensi yang
dapat dirumuskan dari karakteristik tokoh yaitu dimensi fisiologi
atau badaniah ( perawakan, ciri muka, warna kulit, keadaan
tubuh, jenis kelamin, dll.), dimensi sosiologi atau yang berkaitan
dengan hubungan masyarakat (jabatan, agama, status sosial,
tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.), dimensi psikologi atau latar
kejiwaan (moralitas, sikap, temperamen, perilaku, keahlian, dll.).
Dimensi ini yang membedakan secara khusus dan rinci
bagaimana karakter tokoh dalam drama yang dibangun oleh
penulis.
2.2.2. Alur
Alur atau plot merupakan landasan untuk menentukan
waktu, tempat, dan kondisi sosial peristiwa-peristiwa yang
digambarkan. Alur juga dapat dikatakan sebagai jalinan peristiwa
yang digunakan untuk mencapai efek tertentu dalam karya sastra.
Jalinan peristiwa ini dapat diwujudkan dengan hubungan waktu
dan sebab akibat yang direka untuk menggerakkan jalan cerita
melalui konflik sampai dengan penyelesaiannya.
Struktur alur dalam karya sastra dapat ditentukan apabila
seseorang telah selesai menikmati sebuah karya sastra. Hudson
(Al-Ma’ruf dan Nugrahani, 2017:77) mengklasifikasikan struktur
alur dalam drama menjadi eksposisi, konflk, komplikasi, krisis,

7
resolusi, dan keputusan. Eksposisi merupakan pembuka dari
setiap drama untuk memberikan gambaran mengenai cerita yang
akan disajikan. Konflik merupakan persoalan-persoalan yang
muncul dalam naskah drama. Selaras yang disampaikan oleh
Herawati, dkk.(2018) bahwa konflik merupakan suatu dramatik
yang berisi pertarungan-pertarungan antar tokoh yang
menyiratkan aksi dan aksi balasan yang seimbang. Komplikasi
merupakan persoalan yang baru muncul dan menyebabkan
kerumitan dan kegawatan konflik sebelumnya. Krisis merupakan
tahap puncak dari persoalan-persoalan atau disebut dengan
klimaks cerita dalam drama namun sudah mencapai peleraian dan
akibat dari konflik menurun. Keputusan merupakan penyelesaian
dari konflik-konflik yang ada dan konflik diakhiri.
2.2.3. Percakapan
Karya satra drama memiliki bentuk percakapan berupa
dialog dan monolog. Selaras dengan yang disampaikan oleh Al-
Ma’ruf dan Nugrahani, (2017) bahwa percakapan pada teks
drama terdiri dari dialog dan monolog. Kemudian monolog dibagi
menjadi soliloqui, sampingan dan monolog itu sendiri.
Percapakan dalam drama ini digunakan penulis untuk
menyampaikan pesan-pesan dalam cerita yang merupakan
serangkaian peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokoh.
2.2.4. Latar dan Ruang
Pada setiap karya satra tentu saja menyebutkan keterangan
mengenai waktu, suasana, dan tempat dengan berbagai bentuk
penyampaian dari penulis. Keterangan inilah yang disebut dengan
latar dan ruang. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Herawati,
dkk.,(2018) yang menyebutkan latar adalah landasan tumpu yang
berkaitan dengan tempat, hubungan waktu, dan kondisi
lingkungan terjadinya peristiwa dalam cerita yang dibangun.
Latar dan ruang ini harus ditafsirkan secara cermat terlebih ketika
sebuah drama akan dipentaskan. Penafsiran latar secara rinci akan
memudahkan penonton untuk menyimpulkan alur dan pesan-
pesan yang disampaikan. Pada umumnya, latar dalam sebuah
drama tidak disebutkan secara eksplisit oleh pengarang. Selaras
dengan yang disampaikan Al-Ma’ruf dan Nugraheni(2018) bahwa
latar dapat ditemukan dari dialog tokoh, prolog, atau dari
penggambaran suasana. Pada sebuah drama pada umumnya ada
petunjuk yang diberikan untuk dijadikan pedoman bagi sutradara
dan para pemain untuk mempermudah pementasan.

8
2.2.5. Penggunaan Bahasa
Bahasa merupakan unsur yang paling utama dalam sebuah
karya sastra. Bahasa ini sering diolah pengarang dengan berbagai
gaya sehingga menjadikan suatu karya memiliki nilai keindahan
yang apik dan mampu menyampaikan pesan kepada penikmat
karya sastra tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Herawati,
dkk.,(2018) bahwa gaya bahasa merupakan perilaku pengarang
dalam menyikapi bahasa pada karya sastra. Sesuai dengan
keinginan pengarang, bahasa ini juga mampu memberikan ciri
khas terhadap suatu karya sastra yang ditulisnya.
Sebuah naskah drama, penggunaan bahasa akan
disesuaikan dengan tema dan latar yang diangkat. Pada umumnya,
penggunaan bahasa dalam naskah drama terkesan menggunakan
bahasa komunikasi karena memang merupakan bentuk kutipan-
kutipan langsung. Kecuali terdapat bentuk kreatif lain yang
dimunculkan pengarang dalam sebuah naskah drama.
2.2.6. Tema dan Amanat
Setiap karya sastra tentu saja memiliki tema sebagai pokok
ide dasar dari sebuah cerita. Tema disusun berdasarkan keinginan
penulis mengenai pesan apa yang akan disampaikan kepada
penikmat karya sastra. Menurut Semi (Herawati, dkk., 2018:172)
tema merupakan gagasan utama atau ide sentral yang mendasari
cerita dan pesan yang akan disampaikan oleh penulis.
Berdasarkan pengertian ini, sebuah cerita akan ditulis dan
dipentaskan sesuai dengan tema yang telah dipilih.
Karya sastra memiliki pesan moral atau amanat yang akan
disampaikan kepada pembaca, entah itu diungkapkan secara
implisit maupun eksplisit. Sama halnya dengan naskah drama,
amanat disampaikan dengan bahasa-bahasa yang khas sesuai
dengan pengarang yang menyisipkan pesan tersebut secara
langsung atau tidak. Amanat inilah yang dapat dijadikan
pembelajaran dalam kehidupan yang dijalani manusia. Selaras
dengan yang disampaikan oleh Nurgiyantoro (Herawati, dkk.,
2018: 172) bahwa amanat atau nilai moral itu mencerminkan
pandangan pengarang mengenai pandangan hidup dan
pandangannya mengenai nilai-nilai kebenaran.

2.3. Nilai Moral


Nilai merupakan ukuran kualitas suatu objek yang kemudian akan
menghasilkan hal itu disegani oleh seseorang. Hal ini selaras dengan yang

9
diutarakan oleh Solihati, dkk., (2017) bahwa nilai merupakan
penghargaan yang menjadikan suatu hal menjadi dinginkan, dikejar,
berguna, dan membuat seseorang yang menghayatinya bemartabat. Nilai
ini memiliki keterkaitan dengan subjek. Apabila tidak ada pelaku yang
memberikan sebuah penilaian maka nilai tersebut juga tidak dapat
dimunculkan. Oleh karena itu, proses menilai memerlukan kehadiran
subjek sebagai pelaku yang menilai suatu hal/objek yang dinilai.
Moral pada dasarnya adalah keputusan yang dirumuskan oleh
masyarakat untuk menentukan kebaikan atau keburukan. Selaras dengan
yang disampaikan oleh Muplihun (2016) bahwa moral merupakan norma
mengenai tata cara kehidupan yang diberikan kedudukan istimewa pada
masyarakat. Norma inilah yang menjadi kaidah pertama dalam masyarakat
yang mengatur mengenai kehidupan mereka. Adanya norma ini
diharapkan semua masyarakat tidak melakukan tindakan yang kurang baik
ataupun tindakan yang buruk sekalipun. Dalam sebuah karya sastra,
khususnya naskah drama nilai disampaikan oleh pengarang sebagai wujud
amanat maupun pendukung cerita-cerita yang dimunculkan untuk
menambah keharmonisan tema dengan cerita yang diangkat. Perlu
pengkajian secara mendasar mengenai nilai moral dalam sebuah karya
sastra, seperti dengan pendekatan-pendekatan yang menghubungkan karya
sastra dengan kondisi sosial maupun dengan pengarang itu sendiri.

2.4. Pendekatan Sosiologi Sastra


Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang mengkaji sastra
dengan mempertimbangkan aspek sosial kebudayaan yang memengaruhi
pembuatan karya sastra. Seperti yang telah diungkapkan oleh Junus (Al-
Ma’ruf&Nugrahani, 2017:98), sosiologi sastra harus menganggap sebuah
sastra difungsikan sesuai dengan aspek kebudayaan dan dikembalikan
kepada masyarakat pemilik karya sastra sebagai kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Sosiologi sastra tidak menganggap sastra secara langsung
hanya dari struktur sastra itu saja, melainkan masih melihat kondisi sosial
pengarang dan masyarakat pemilik karya sastra.
Pendekatan sosiologi sastra memiliki beberapa klasifikasi.
Menurut Wellek dan Werren(Al-Ma’ruf&Nugrahani, 2017:99) sosiologi
sastra diklasifikasikan menjadi sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra,
dan sosiologi sastra yang mengkaji pembaca dan pengaruh karya sastra
terhadap masyarakat. Sedangkan menurut Watt (Al-Ma’ruf&Nugrahani,
2017:99) kajian sosiologi sastra diklasifikasikan menjadi konteks sosial
pengarang, fungsi sosial sastra, dan sastra sebagai cermin masyarakat.
Pendapat lain mengenai klasifikasi ini yaitu menurut Ratna (Solihat,

10
2017:30) yang mengklasifikasikan sosiologi sastra mencakup pemahaman
sastra dengan memperhatikan kemasyarakatannya, pemahaman totalitas
sastra dengan kondisi masyarakatnya, hubungan sastra dengan kondisi
masyarakat yang melatarbelakangi, dan menemukan kualitas
interdependensi antara sastra dengan masyarakat. Berdasarkan pendapat
diatas, kajian sosiologi sastra merupakan pendekatan yang tidak dapat
terlepas dari kondisi masyarakat yang melatarbelakangi pembuatan sastra.
kajian sosiologi sastra dilakukan dengan mengkaji hal-hal yang meliputi
konteks sosial pengarang, sosiologi karya sastra, dan sastra sebagai cermin
masyarakat.

11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian berjudul “Nilai Moral dalam Naskah Drama Tangis
Karya Agus Noor dan Heru Kesawa Murti. Kajian Sosiologi Sastra serta
Implementasinya pada Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII”
merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang menggunakan deskripsi bahasa dalam analisis dan seluruh proses
yang digunakannya. Pernyataan ini selaras dengan yang disampaikan oleh
Sutopo (Wicaksono, dkk., 2018:6) bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang mengarah pendeskripsian rinci dan mendalam mengenai
objek yang diteliti.

3.2. Objek Penelitian


Objek penelitian ini yakni naskah drama Tangis karya Agus Noor
dan Heru Kesawa Murti yang memuat nilai-nilai moral yang dapat
diimplementasikan pada pembelajaran sastra sekolah menengah atas kelas
XII. Naskah ini menceritakan mengenai perusahaan pabrik yang dikelola
oleh Prasojo yang dituding telah menggelapkan uang dan adanya usaha
melengserkan jabatan dengan cara yang tidak baik. Berbagai konflik inilah
yang mendukung penelitian mengenai nilai moral yang terkandung dalam
naskah drama tersebut.

3.3. Data dan Sumber Data


Data pada penelitian ini merupakan dialog yang menunjukkan
adanya nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Sedangkan sumber
data dari penelitian ini yaitu satu buah naskah drama berjudul Tangis
karya Agus Noor dan Heru Kesawa Murti yang terdiri dari 49 halaman.
Naskah drama ini merupakan hasil penulisan ulang oleh Agus Noor
berdasarkan dua naskah drama berjudul Juragan Abiyoso dan Tangis yang
keduanya adalah karya Heru Kesawa Murti.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian
ini adalah teknik simak dan catat, yaitu teknik menyimak naskah drama
Tangis karya Agus Noor dan Heru Kesawa Murti dan mencatat bagian-
bagian dialog yang mengandung nilai-nilai moral. Selain itu, penelitian
juga mencatat data-data yang memiliki relevansi dengan pembelajaran

12
sastra di sekolah menengah atas sehingga dapat diimplementasikan dalam
perangkat pembelajaran yang akan dibuat nantinya.

3.5. Uji Validitas Data


Validitas data dibutuhkan dalam sebuah penelitian untuk menguji
seberapa tingkat kebenaran dan keabsahan data yang diteliti. Uji validitas
yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik trianggulasi teori
dengan membandingkan teori dari peneliti lain mengenai nilai-nilai pada
dialog yang ditandai sebagai data. Sehingga peneliti mampu menarik
simpulan yang dapat diterima kebenarannya. Pernyataan ini selaras dengan
yang disampaikan Rohmadi dan Nasucha (2015) mengenai teknik
trianggulasi teori dengan menggunakan prespektif lebih dari satu teori
dalam pembahasan analisis.

3.6. Teknik Analisis Data


Analisis data digunakan metode analisis deskriptif yang berupa
penjabaran secara rinci mengenai struktur naskah drama Tangis karya
Agus Noor dan Heru Kesawa Murti. Kemudian analisis nilai moral akan
dilakukan dengan pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan ini merupakan
pendekatan yang mengkaji sastra berdasarkan konteks sosial pengarang,
cerminan masyarakat, dan fungsi sosial sastra. Selaras dengan yang
diungkapkan oleh Watt dalam (Al-Ma’ruf dan Nugrahani, 2017:99) bahwa
kajian sosiologi sastra mencakup tiga hal yakni konteks sosial pengarang,
sastra sebagai cermin masyarakat, dan fungsi sosial sastra.

3.7. Sistematika Penulisan


Secara garis besar, penelitian ini ditulis dengan sistematika sebagai
berikut.
3.7.1. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat praktis, dan manfaat teoritis
3.7.2. Bab II berisi tinjauan pustaka yang didalamnya terdapat poin
penelitian yang relevan, teori struktur drama, nilai moral, dan teori
mengenai pendekatan sosiologi sastra.
3.7.3. Bab III berisi metode penelitian yang digunakan meliputi data,
sumber data, teknik pengumpulan data, uji validitas data, teknik
analisis data, dan sistematika penulisan
3.7.4. Bab IV merupakan pembahasan mengenai analisis objek penelitian
dengan teori dan pendekatan sosiologi sastra sesuai dengan metode
yang ditentukan.

13
3.7.5. Bab V berisi penutup, terdapat penarikan simpulan dan saran yang
ditujukan bagi pembaca maupun penelitian selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ma’ruf & Nugrahani.2017. Pengkajian Sastra: Teori dan Aplikasi. Surakarta:


CV. Djiwa Amarta.

Herawati, Lilik, dkk. 2018. “Analisis Struktural Naskah Drama Raja Galau”.
Indonesian Language Education and Literature, 3(2):171-180.

Mulyaningsih, Catur T. 2017. “Kritik Sosial dalam Naskah Drama Tik, Karangan
Budi Yasin Misbach: Suatu Pendekatan Hermeneutik”. AKSIS, 1(2):253-
266.

Muplihun, Endra. 2016. “Nilai Moral dalam Dwilogi Novel Saman dan Larung
Karya Ayu Utami”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
1(2):58-64.

Rohmadi & Nasucha. 2015. Dasar-dasar Penelitian: Bahasa, Sastra, dan


Pengajaran. Surakarta: Pusataka Brilian.

Solihat, Ilmi. 2017. “Konflik, Kritik Sosial, dan Pesan Moral dalam Naskah
Drama Cermin Karya Nano Riantiarno (Kajian sosiologi sastra). Jurnal
Membaca, 2(1): 29-36.

Solihati, Nani, dkk. 2017. “Nilai Moral dalam Antologi Cerpen Filosofi Kopi dan
Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra”.JURNAL
KEPENDIDIKAN,1(2):263-276.

Wicaksono, Akbar B., dkk. 2018. “ Naskah Drama Senja dengan Dua Kelelawar
Karya Kridjomulyo: Kajian Psikologi Sastra dan Relevansinya sebagai
Bahan Ajar Apresiasi Drama di Sekolah Menengah Atas”. BASASTRA,
6(1):1-18.

15

Anda mungkin juga menyukai