Anda di halaman 1dari 19

Puisi “Mata Luka Sengkon Karta” karya Peri

Sandi Huizche
Kajian Sosiologi Sastra

A. PENDAHULUAN

Karya sastra yang diciptakan seorang penyair umumnya lahir


dari fenomena-fenomena kehidupan nyata. Hal ini
menunjukan bahwa karya sastra tidak hanya berupa cerita
fiktif atau imajinatif belaka melainkan bersumber dari fakta
sosial yang ada, Plato mengatakan bahwa sastra adalah
peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis).
Kepenyairan yang baik akan menunjukkan unsur fakta dalam
karyanya. Karya sastra merupakan cermin sosial yang ada
pada masyarakat tertentu pada masanya (Damono, 2002 : 12).
Dengan membaca sebuah karya sastra pembaca kiranya dapat
meraba fenomena sosial yang terjadi, latar tempat dan waktu
serta emosional yang digambarkan oleh pengarang.
Pernyataan-pernyataan inilah yang menunjukkan kefaktaan
dari sebuah karya sastra.

Selain buku atau Novel, karya sastra yang sering


diresensi adalah puisi. Pada penelitian ini penulis bermaksud
mengkaji sebuah puisi esai yang berjudul “Mata Luka
Sengkon Karta” karya Peri Sandi Huizche. Puisi esai sendiri
adalah suatu karya tulis dalam bentuk puisi yang di esaikan
dan didalamnya menjelaskan atau memberi gambaran tentang
suatu peristiwa atau suatu kejadian. Menurut Wikipedia puisi
esai pertama kali digagas oleh Denny Januar Ali dan
diwujudkannya pada tahun 2012 melalui karya berjudul "Atas
Nama Cinta”.1 Melalui puisi "Mata Luka Sengkon Karta" Peri
Sandi menayangkan kondisi sosial Sengkon dan Karta yang
berprofesi sebagai seorang petani dengan kehidupan serba
sederhana. Peri Sandi juga menggambarkan pergulatan
Sengkon dan Karta disaat mereka menghadapi konflik atas
tuduhan pencurian dan pembunuhan yang tidak mereka
lakukan.

Alasan peneliti memilih puisi “Mata luka sengkon karta”


sebagai objek penelitian selain dikarenakan puisi tersebut
bertemakan Kemanusiaan dan Kritik sosial, puisi “Mata Luka
Sengkon Karta” berlatarbelakang sebuah fakta yang terjadi
pada tahun 1974 di Bojongsari, Bekasi. Peri Sandi mencoba
menghadirkan peristiwa kegagalan hukum pada kasus
Sengkon Karta, sebuah peritiwa memilukan yang dialami oleh
Sengkon dan Karta. Dilain sisi, dalam ilmu Sosiologi terdapat
tiga Paradigma sosial, salah satunya adalah paradigma fakta
1
(https://id.wikipedia.org/wiki/Puisi_esai)
sosial. Paradigma fakta sosial sendiri berbicara mengenai
sebuah batasan bagi perilaku manusia (individu) yang mau
tidak mau harus di patuhi, untuk menciptakan sebuah tatanan
kehidupan bermasyarakat yang lebih teratur dan damai
(Irwanti, 2013). Sedangkan, didalam kasus “Sengkon dan
Karta” terdapat beberapa fenomena yang melanggar batasan
perilaku manusia. Namun, itulah kenyataan yang terjadi
didalam masyarakat, seringkali batasan perilaku manusia
hanya dijadikan sebuah pengetahuan tanpa adanya perlakuan.

Berdasarkan uraian sebelumnya, masalah penelitian


ini akan berfokus pada a) apa aspek-aspek sosiologi yang
terdapat pada puisi “Mata luka sengkon karta” karya Peri
Sandi Huizche?. b) apa Paradigma fakta sosial yang terdapat
pada puisi “Mata luka sengkon karta” karya Peri Sandi
Huizche?. Adapun tujuan penelitian ini tentunya selaras
dengan rumusan masalah. Oleh karena itu, tujuan yang
pertama yaitu mendeskripsikan aspek sosiologi sastra yang
terdapat pada puisi “Mata luka sengkon karta” karya Peri
Sandi Huizche. Kedua, mendeskripsikan paradigma fakta
sosial yang terdapat pada puisi “Mata luka sengkon karta”
karya Peri Sandi Huizche. Manfaaat dari penelitian ini bagi
pembaca secara umum dan peneliti khususya, akan
menemukan aspek sosiologi didalam puisi “mata luka
sengkon karta” karya Peri Sandi Huizche serta mengetahui
paradigma fakta sosial yang terdapat pada puisi “mata luka
sengkon karta” karya Peri Sandi Huizce.

Landasan teori digunakan sebagai kerangka kerja


konseptual dan teoritis. Peneliti menggunakan teori-teori
ilmiah yang sudah ada dan mempunyai relevansi dengan
masalah penelitian. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan pendekatan sosiologi sastra sebagai landasan
teori dalam menganalisis puisi “Mata Luka Sengkon Karta”
karya Peri Sandi Huizche. Menurut pandangan teori ini, karya
sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana
karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan di sini
mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang
berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra
(Damono, 2002: 3) Teori-teori yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain teori sosiologi sastra dan teori-teori
sosial.

Penelitian dengan lingkup Sosiologi sastra di


indonesia memang sudah banyak dilakukan sebelumnya.
Walaupun demikian kajian-kajian ilmiah itu sangat beragam,
sesuai dengan fokus masalah yang diteliti. Dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengambil tiga
penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Agus


Setyawan (2021) dalam skripsinya yang berjudul
Representasi Budaya Andhap Asor Seorang Petani Pada
Tadarus Puisi Ramadhan “MATA LUKA SENGKON
KARTA” oleh Peri Sandi Huizche Dalam Akun Youtube
Fadly Zon ( Analisis Wacana Teun A Van Dijk). Tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian tersebut adalah (1)
merepresentasikan budaya andhap asor dalam struktur makro
“ puisi mata luka sengkon karta karya peri sandi dalam akun
youtube fadly zon” (2) merepresentasikan budaya andhap asor
dalam superstruktur “ puisi mata luka sengkon karta karya
peri sandi dalam akun youtube fadly zon?” (3)
merepresentasikan budaya andhap asor dalam struktur mikro “
puisi mata luka sengkon karta karya peri sandi dalam akun
youtube fadly zon”. Penelitian ini menggunakan teknik dan
metode yang digunakan Teun A Van Dijk. Dari hasil
penelitian tersebut ditemukan representasi budaya andhap
asor dari 3 struktur Teun A Van Dijk yaitu (1) struktur makro
terlihat dari 3 judul dan 4 kalimat temuan mengarah andhap
asor, (2) superstruktur ditemukan penjabaran hasil kalimat
utama yang mana kalimat wejangan, hemat, percaya hukum,
taat beragama merupakan ragam bentuk penggambaran sifat
seorang berbudaya andhap asor, (3) struktur mikro dalam
penelitian ini cenderung memiliki perwakilan tentang gaya
bahasa yang menekankan titik dimana budaya andhap asor itu
terbentuk karna perilaku tokoh dalam alur cerita serta
pembawaan pembaca naskah puisi tersebut. Dan kesimpulan
dari tiga unsur adalah representasi budaya andhap asor
tercipta dari sikap dan perilaku sengkon karta dalam runtutan
kalimat puisi essay atau puisi jurnalism

Relevansi penelitian pertama dengan penelitian


deskriptif kualitatif Puisi “Mata Luka Sengkon Karta” Kajian
Sosiologi Sastra a dalah pada objek penelitian yang sama
yaitu, puisi “Mata Luka Sengkon Karta”. Perbedaanya terletak
pada teori yang digunakan untuk menganalisis objek
penelitian, penelitian pertama menggunakan analisis wacana
Teun A Van Dijk, sedangkan penelitian ini menggunakan
teori Sosiologi sastra.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Rully


Adriansyah dan Tanti Agustiani (2020) berjudul Representasi
Konteks Sejarah dalam Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan
bagaimana konteks sejarah yang terdapat dalam puisi esai
Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizche. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yakni teknik
interventarisasi, teknik baca simak, teknik pencatatan.
Penelitian tersebut berhasil menemukan tiga konteks sejarah
dan tiga kritik sosial yang terdapat dalam puisi esai Mata
Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizche.

Relevansi penelitian kedua dengan penelitian


dekriptif kualitatif Puisi “Mata Luka Sengkon Karta” Kajian
Sosiologi Sastra adalah pada objek kajian yang diteliti yaitu
puisi “Mata Luka Sengkon Karta”. Perbedaanya terletak pada
fokus masalah yang diteliti, pada penelitian yang kedua lebih
berfokus pada konteks sejarah yang dipresentasikan dalam
Puisi “Mata Luka Sengkon Karta” Sedangkan penelitian ini
lebih berfokus pada aspek-aspek sosial dan Paradigma fakta
sosial yang dipresentasikan dalam Puisi “Mata Luka Sengkon
Karta”.

Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Agustinus


Pogang (2020) berjudul Analisis Struktur Fisik dan Struktur
Batin dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
Karya Peri Sandi Huizhce. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mendekripsikan struktur fisik dan struktur batin dalam puisi
esai “Mata Luka Sengkon Karta”. Peneliti memilih tujuh dari
dua puluh puisi untuk kemudian dianalisis. Teknik analisis
data yang digunakan yaitu 1.) mengklasifikasi data 2.)
melakukan identifikasi data berdasarkan tuturan 3.) pemberian
makna dan 4.) mendeskripsikan data penelitian.

Relevansi penelitian ketiga dengan penelitian


deskriptif kualitatif Puisi “Mata Luka Sengkon Karta” Kajian
Sosiologi Sastra adalah pada objek penelitian yaitu Puisi
“Mata Luka Sengkon Karta” karya Peri Sandi Huizche.
Perbedaanya terletak pada fokus permasalahan yang diteliti,
pada penelitian ketiga berfokus untuk mendeskripsikan
struktur fisik dan batin dalam Puisi “Mata Luka Sengkon
Karta” Sedangkan fokus penelitian ini adalah aspek-aspek
sosial dan Paradigma fakta sosial yang dipresentasikan dalam
Puisi “Mata Luka Sengkon Karta”.

Berdasarkan ketiga penelitian diatas, peneliti dapat


mengetahui bahwa terdapat penelitian yang serupa dengan
penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
memiliki kesamaan dengan ketiga penelitian diatas yaitu pada
objek penelitian. Namun, yang menjadi perbedaan adalah
pada pendekatan yang digunakan oleh peneliti yaitu
pendekatan Sosiologi sastra.
B. ISI

Puisi esai ini disebut oleh pencetusnya Denny Januar


Ali (2012), sebagai jenis puisi yang memadukan
aspek estetik dan juga kognitif yang mana
penyebutannya pada aspek kognitif tersebut ditandai
dengan adanya catatan kaki.
Wellek dan Werren (1989) mengemukakan tiga
paradigma pendekatan dalam sosiologi sastra, salah
satunya adalah Sosiologi karya sastra. Analisis
terhadap aspek sosial dalam karya sastra dengan
tujuan untuk memahami dan memaknai keadaan
sosial masyarakat diluarnya. Dalam bagian ini peneliti
akan memaparkan aspek sosial yang terdapat pada
puisi “Mata Luka Sengkon Karta”

Serupa Maskumambang pupuh mengantarkan


wejangan hidup kecapi dalam suara sunyi
menyendiri
pupuh dan kecapi membalut nyeri menyatu dalam
suara genting

Puisi ini dimulai dengan pupuh (bahasa sunda :


pepeuh ) pupuh adalah bentuk puisi tradisional Sunda
yang memiliki jumlah suku kata dan rima tertentu di
setiap barisnya. Terdapat 17 jenis pupuh, masing-
masing memiliki sifat tersendiri dan digunakan untuk
tema cerita yang berbeda. Maskumambang adalah
bentuk pupuh yang menggambarkan kenelangsaan,
sedih dibarengi hati yang kesal.2

manusia memiliki akal dan budi didampingi


kodrat hewani mencapai jalan ilahi
Kodrat manusia adalah makhluk berakal budi,
makhluk rasional. Manusia akan hidup baik dan
bahagia, bila hidup dan berkembang sesuai dengan
rasionalitas atau akal budinya. Sebagai makhluk
rasional, ukuran bagi tindakannya adalah akal budi.
Akal adalah kemampuan pikir manusia sebagai kodrat
alami yang dimiliki manusia. Budi adalah akal yang
merupakan unsur rohani dalam
kebudayaan. Budi diartikan sebagai batin manusia,
panduan akal dan perasaan yang dapat menimbang
baik buruk segala sesuatu. Seorang filsuf Jerman Elias
Canetti dalam bukunya Crowds and Power (1930) Ia

http://achmad.web.id/2008/10/belajar-17-pupuh-ki-sunda/http://i
d.wikipedia.org/wiki/Pupuh.
memberikan argumen menarik bahwa terlepas dari
segala sifat luhurnya, manusia memiliki kodrat
hewani yang tertanam jauh di dalam dirinya. Kodrat
hewani inilah yang memungkinkan manusia lepas dari
semua sebab ekonomi dan politis berubah dan
berkumpul sebagai massa serta bertindak kejam
terhadap manusia lainnya.

Inilah maskumambang yang melayang


menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana dan abadi


maskumambang dalam penjelasan sebelumnya adalah
pupuh yang memiliki arti kenelangsaan, sedih
sekaligus kesal. Dalam bait awal ini Peri Sandi ingin
menyatakan bahwa kisah “Sengkon Karta” ini
memiliki kedalaman kekesalan dan kenelangsaan
hingga ke dasar sanubari (baca : hati)

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka menganga


akibat ulah manusia
manusia yang menjalankan cerita tuhan yang
menentukan akhirnya
Manusia dengan berbekal akal, mampu menjadi
apapun yang dia inginkan untuk meraih kepentingan
pribadinya, seperti bunglon yang merubah warna
untuk mengelabui mangsanya. Kehidupan sosial
manusia adalah upaya sementara untuk meredam
nafsu manusia untuk menaklukkan sesamanya.
Bahkan Canetti menulis, bahwa manusia perlu untuk
menjadi seorang kanibal, karena tindakan tersebut
adalah simbol yang paling memuaskan dari upaya
menguasai orang lain (Robertson, 2004:204). Namun,
seberkuasa apapun manusia menjalankan perannya,
tetaplah Tuhan yang menentukan akhirnya.

Terengah-Engah Dalam Tabung dan Selang


aku seorang petani bojongsari menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
kesederhanaan panutan hidup dapat untung
dilipat dan ditabung

pada bait tersebut Peri sandi memperkenalkan


Sengkon. Seorang petani Bojongsari, bekasi.
Menghidupi keluarganya dengan susah payah dari
hasil panen menanam padi. Di zaman yang serba
rumit itu, Sengkon dengan susah payah mencari
penghasilan. Apalagi, ditambah dengan kondisi yang
menuntutnya bergelut dengan penyakit tuberkulosis
yang di idapnya. Aspek yang terdapat pada bait ini
adalah aspek Ekonomi.

1974 tanah air yang kucinta berumur dua


puluh sembilan tahun
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara

lambang garuda dasarnya pancasila


undang-undang empat lima merajut banyak
peristiwa
peralihan kepemimpinan yang mendesak bung
karno diganti pak harto
dengan dalih keamanan negara.
pembantaian enam jenderal satu perwira enam
jam dalam satu malam
mati di lubang tak berguna
tak ada dalam perang mahabarata bahkan di
sejarah dunia
hanya di sejarah indonesia
Waktu itu, tahun 1974, menjadi latar dimulainya
kisah yang menggores luka. Sengkon mengingat
masa-masa dalam hidupnya melalui luka dan darah
yang keluar dari tubuhnya
Peristiwa G-30-S pada tahun 1965 memakan korban
terbunuhnya 6/7 Jenderal Angkatan Darat, dan satu
perwira pertama. Peristiwa inilah yang kemudian
memicu para Jenderal Angkatan Darat untuk
mendesak Soekarno agar memberi wewenang khusus
pada Soeharto. Wewenang khusus lewat Supersemar
pun kemudian diberikan oleh Soekarno. Soeharto lalu
membubarkan PKI. Surat Perintah Sebelas Maret
adalah fondasi awal kekuasaan Soeharto dan Orde
Baru.3

.Pada tahun 1974 Aspek sejarah

Bait selanjutnya cari referensi pembantaian pki


besar2an

3
http://philosophyangkringan. wordpress.com/2011/12/12/tap-
mprs-no-xxv1966-dan-supersemar-dilihat- dari-sudut-pandang-
filsafat-analitik/.
Hanya dalam hitungan hari, sejak Gerakan 30
September (G30S) 1965 meletus, nasib Partai
Komunis Indonesia beruba drastis. Anggota dan
simpatisanya diuber-uber tentara dan massa untuk
dibersihkan. Propaganda anti-PKI pun dilancarkan ke
berbagai kota, termasuk Surabaya.4

4
https://historia.id/politik/articles/penumpasan-pki-di-surabaya-
6joym/page/2
Batasan penelitian ini sendiri karena dalam hal ini
peneliti mengkaji dengan pendekatan sosiologi sastra yang
menurut Wellek dan Warren dalam bukunya Theory of
Literature (1994, hlm. 109-133) Terdapat tiga pendekatan
yang umumnya dilakukan, yakni sosiologi pengarang, karya
sastra, dan pembaca. Ketiga tipe sosiologi sastra tersebut yang
menjadi batasan penelitian oleh peneliti. Terlepas dari hal itu
akan ada sedikit pembahasan mengenai sejarah pada masa
dimana peristiwa “mata luka sengkon karta” terjadi karena,
puisi esai tidak akan lepas dengan fakta yang telah terjadi

Paradigma

Rujukan

(https://misekta.id/news/paradigma-definisi-sosial)

Denny, J. A. Menjelaskan Puisi Esai: Visi Denny JA dan


Respon Sastrawan Kritikus Indonesia+ Manca Negara. Cerah
Budaya Indonesia, 2019.
McClelland, John. "The place of Elias Canetti's Crowds and
power in the history of Western social and political
thought." Thesis eleven 45.1 (1996): 16-27.

Wattimena, Reza AA. "Menyingkap Kodrat Hewani Manusia


(Manusia dan Fenomena Kekerasan Massa menurut Elias
Canetti)." Jurnal Filsafat 21.3 (2011): 159-181.

Damono, Sapardi Djoko. Sosiologi sastra: Sebuah pengantar


ringkas. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1978.

Said, Irwanti. "Paradigma Sosial dalam Masyarakat."


(2013): 35-39.

Lelet, Angelina, Stella M. Karouw, and Djeinnie Imbang.


"Analisis Sosiologi Sastra dalam Novel Hujan Bulan Juni
Karya Sapardi Djoko Damono." JURNAL ELEKTRONIK
FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SAM
RATULANGI 16 (2021).

Adriansyah, Rully, and Tanti Agustiani. "Representasi


Konteks Sejarah dalam Puisi Esai Mata Luka Sengkon
Karta." Imajeri: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia 3.1 (2020): 53-66.
Pogang, Agustinus. "Analisis Struktur Fisik Dan Struktur
Batin Dalam Kumpulan Puisi Essai Mata Luka Sengkon
Karta." (2020).

Setyawan, Agus. Representasi Budaya Andhap Asor


Seorang Petani pada Tadarus Puisi “Mata Luka Sengkon
Karta” oleh Peri Sandi Huizache dalam akun youtube
Fadly Zon (Analisis Wacana Teun A Van Dijk). Diss. IAIN
Ponorogo, 2021.

Purba, Antilan. Pengantar ilmu sastra. USUpress, 2010.

Robertson, Ritchie, 2004, “Canetti and Nietzsche” dalam


Lorenz, Dagmar (ed.), A Companion to the Works of Elias
Canetti, , Camden House, New York.

Anda mungkin juga menyukai