Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS STRUKTURAL DAN KRITIK SOSIAL PADA CERPEN

“ANAK INI MAU MENGENCINGI JAKARTA?” KARYA AHMAD


TOHARI

STRUCTURAL ANALYSIS AND SOCIAL CRICTICISM ON SHORT


STORY “ANAK INI MAU MENGENCINGI JAKARTA” THE WORK OF
AHMAD TOHARI

Anana Fitri

Fakultas Komunikasi dan Sosial Politik, Universitas Sains Al-Qur’an

Anna.nafitri10@gmail.com

Abstract

This study aims to describe (1) the stucture of ANAK INI MAU MENGENCINGI JAKARTA
(hereinafter abbreviated “AIMMJ?”) short story by Ahmad Tohari use structural analysis
methods, and (2) social critic and moral value which are contained in the short story. This
research is a qualitative research. The obcect under this study is the social criticism and
moral value which are contained in the “AMMJ?” Short story. “AIMMJ? Short story
examined through data collection steeps ; (1) to read the short story “AIMMJ?” carefully,
(2) analyze the intrinsic elements of the short story and describe it, then (3) to analyze the
social criticism and moral messages the writer wants to convey to the short story and
describe it. The result showed (1) short story structure in aimmj short story consists of
themes, characters, characterization, settings, plot and point of view (2) social criticism and
moral value contained in the “AIMMJ?”.
Keywords : short story, structural of short story, social criticism
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) struktur cerpen anak ini mau
mengencingi jakarta? (selanjutnya disingkat “AIMMJ”) karya Ahmad Tohari menggunakan
analisis struktural, dan (2) kritik sosial dan pesan moral yang terkandung dalam cerpen
tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Objek yang diteliti adalah struktur
dan kritik sosial yang terdapat cerpen aimmj? Cerpen “AIMMJ?” diteliti melalui langkah
pengumpulan data ; (1) membaca cerpen “AIMMJ?” Dengan teliti, (2) menganalisis unsur
intrinsik cerpen dan mendeskripsikannya, kemudian (3) menganalisis kritik sosial dan pesan
moral yang ingin disampaikan penulis pada cerpen tersebut dan mendeskripsikannya. Hasil
penelitian menunjukkan (1) struktur cerpen “AIMMJ?” yang terdiri dari tema, karakter,
penokohan, setting, alur, dan sudut pandang (2) kritik sosial dan pesan moral yang
terkandung dalam cerpen “AIMMJ?”.
Kata kunci : cerpen, struktural cerpen, kritik sosial

PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan hasil karya seni baik lisan maupun tertulis yang -lazimnya-
menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan memberikan gambaran tentang kehidupan
dengan segala kompleksitas, problema, dan keunikannya baik tentang cita-cita, keinginan dan
harapan, kekuasaan, pengabdian, makna dan tujuan hidup, perjuangan, eksistensi dan ambisi
manusia, juga cinta, benci dan iri hati, tragedi dan kematian, serta hal-hal yang bersifat
transedental dalam kehidupan manusia. Jadi, karya sastra mengungkapkan gagasan
pengarang yang berkaitan dengan hakikat dan nilai-nilai kehidupan, serta eksistensi manusia
yang meliputi dimensi kemanusiaan, sosial, kultural, moral, politik, gender, pendidikan,
maupun, ketuhanan atau religiusitas. (Imron & Nugrahani, 2017 :4).

Karya sastra tidak pernah lepas dari kehiupan manusia, karena sastra termasuk salah
satu budaya manusia. Fungsi karya sastra tidak hanya untuk menghibur, tapi juga untuk
memberikan nilai-nilai pada masyarakat. Nilai-nilai itu sendiri muncul dari refleksi kejadian
yang terjadi dalam masyarakat yang kemudian diceritakan melalui imajinasi pengarang.
Sastra bukan hanya fiksi, namun merupakan rekaman kehidupan manusia sesungguhnya.

Nurgiyantoro (2002:3) mengatakan bahwa fiksi menceritakan berbagai masalah


kehidupan manusia dengan sesamanya, juga interaksinya dengan diri sendiri maupun dengan
Tuhan-Nya. Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap
lingkungan dan kehidupan. Walau berupa khayalan, tidak benar jika fiksi dianggap sebagai
hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan terhadap hakikat hidup
dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Jenis karya sastra terbagi menjadi tiga, yaitu prosa, puisi, dan drama. Prosa naratif
atau fiksi terbagi atas tiga genre, yakni novel atau roman, cerita pendek (cerpen), dan novelet
(novel “pendek”). (Ahyar, 2019 : 15). Perbedaan antara novel dengan cerpen yang pertama
(dan yang terutama) dapat dilihat dari segi formalitas bentuk, segi panjang cerita. Sebuah
cerita yang panjang, katakanlah berjumlah ratusan halaman, jelas tak dapat disebut sebagai
cerpen, melainkan lebih tepat sebagai novel. Cerpen, sesuai dengan namanya, adalah cerita
yang pendek. (Nurgiyantoro, 2002 : 10).

Dewasa ini banyak masyarakat yang berminat dengan karya sastra fiksi seperti novel.
Tak hanya novel saja, cerpen pun kini banyak peminatnya karena isi ceritanya yang tidak
terlalu kompleks, pendek, dan tidak memakan waktu yang lama untuk membacanya. Cerpen
dibuat oleh pengarang, pasti dengan tujuan atau pesan tertentu yang ingin disampaikan
kepada para pembacanya. Dengan menyampaikannya melalui sebuah karya sastra cerpen,
maka pembaca akan lebih mudah untuk menyerap pesan yang disampaikan karena cerpen
tergolong mudah untuk dipahami dan tidak menguras banyak waktu untuk membacanya.

Untuk mengetahui apakah sebuah cerpen memberikan manfaat atau tidak, kita perlu
menganalisisnya terlebih dahulu. Analisis awal yang dapat dilakukan adalah dengan
menganalisis struktur yang membentuk cerpen tersebut terlebih dahulu. Struktur karya sastra
dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang
menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah. (Abrams
dalam Nurgiyantoro, 2002 : 36). Di pihak lain, struktur karya sastra juga menyaran pada
pengertian hubungan antarunsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menguntungkan,
saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh.
(Nurgiyantoro, 2002 : 36). Dapat dikatakan bahwa melalui analisis struktural inilah akan
diketahui fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang menyusun sebuah
karya secara bersamaan.

Cerpen tidak hanya hanya terdiri dari unsur pembentuk melainkan juga mengandung
sebuah pesan atau nilai yang ingin disampaikan oleh si penulis kepada pembaca, baik berupa
nilai moral, sosial, budaya maupun estetika. Selain itu, karena banyaknya masalah sosial yang
timbul dalam masyarakat membuat para penulis menjadikan karya sastra sebagai lahan untuk
menyampaikan pesan dan kritik sosial.

Cerpen “ Anak Ini Mau Mengencingi Jakarta?” merupakan salah satu cerpen yang
pernah dimuat dalam Harian Kompas pada hari Minggu, 15 September 2015. Peneliti
memilih cerpen ini untuk dikaji, karena cerpen tersebut memiliki nilai moral dan kritik sosial
yang tidak secara langsung disampaikan oleh sang penulis, Ahmad Tohari. Namun sebelum
itu penulis akan mengkaji struktur yang membangun cerpen tersebut, meliputi tema, amanat,
tokoh, penokohan, dan amanat. Adapun judul dari penelitian ini adalah “analisis struktural
dan kritik sosial pada cerpen anak ini mau mengencingi jakarta? karya ahmad tohari”

Penelitian yang cukup relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Ratih Sapdiani, Imas Maesaroh, Pipin Pirmansyah, dan Dida Firmansyah (2018) dengan
judul Analisis Struktural Dan Nilai Moral Dalam Cerpen Kembang Gunung Kapur Karya
Hasta Indriana. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa cerpen kembang gunung kapur yang
lengkap dan memliki nilai moral berupa sesuatu yang tidak patut untuk ditiru berupa perilaku
bunuh diri. Nilai moral lainnya yang patut untuk ditiru berupa relasi sosial yang masih
dijunjung masyarakat Jawa yang disampaikan Hasta dalam cerpen Kembang Gunung Kapur.
Penelitian lain yang cukup relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Dian Maryanti, Rena Sujiana, dan Wikanengsih (2018) dengan judul
Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Katastropa Karya Han Gagas Sebagai Upaya
Menyediakan Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen. Hasil penelitian dalam pemelitian tersebut
menunjukkan bahwa unsur intrinsik yang terdapat pada cerpen katastropa karya han gagas
adalah tema, tokoh, alur, latar dan amanat.

Penelitian lain yang juga cukup relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Agus Yulianto (2017) dengan judul Kritik Sosial Dalam Dua Cerita Pendek
Karya Pengarang Kalimantan Selatan. Hasil penelitian penelitian dalam jurnal tersebut
menunjukkan bahwa cerpen yang diteliti dalam penelitian tersebut banyak mengandung kritik
sosial sebagai wujud keprihatinan atas apa yang terjadi di wilayah Kalimantan Selatan.

METODE

Dalam menganalisis cerpen “AIMMJ?” karya Ahmad Tohari ini, penulis


menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini merupakan penelitian yang
dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi
organisasi, gerakan sosial atau hubungan kekerabatan. (Strauss dan Corbin ,2007 :1 dalam
Nugrahani, 2014 : 4). Selain itu, menurut Bogdan dan Taylor (1992:21), bahwa penelitian
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang mampu menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan, tulisan, dan perilaku dari orang-orang yang diamati. (Nugrahani,2014 :4). Objek
penelitian adalah kritik sosial yang terdapat dalam cerpen “AIMMJ?”.

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam menganalisis cerpen “AIMMJ?” karya
Ahmad Tohari ini. Pertama, pendekatan struktural untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik
pada cerpen “AIMMJ?”. Menurut Culler (1975:3) dalam menganalisis karya sastra dengan
pendekatan strukturalisme, orang harus memfokuskan kajiannya pada landasan linguistik.
Adapun aspek-aspek karya sastra yang dikaji dalam pendekatan strukturalisme ini adalah
tema, alur, latar, penokohan, gaya penulisan, dan hubungan antaraspek yang membuatnya
menjadi karya sastra. (Al-Ma’ruf & Nugrahani, 2017:130).

Kedua, pendekatan sosiologis sastra untuk menganalisis kritik sosial yang terdapat
pada cerpen “AIMMJ?”. Sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap sastra yang
mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan dengan menggunakan analisis teks untuk
mengetahui strukturnya, untuk kemudian dipergunakan memahami lebih dalam lagi gejala
sosial yang ada di luar sastra. Adapun tujuan studi sosiologis dalam kesusastraan adalah
untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai hubungan antar pengarang, karya sastra dan
masyarakat. (Al-Ma’ruf & Nugrahani, 2017 : 136).

HASIL PENELITIAN

Hasil

Hasil penelitian analisis struktural menunjukkan bahwa cerpen tersebut memiliki


unsur-unsur berupa tema, alur, latar, tokoh, dan penokohan yang memiliki hubungan satu
sama lain yang membuatnya menjadi sebuah karya sastra. Dengan begitu, dapat dikatakan
bahwa Ahmad Tohari telah berhasil memadukan unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut dengan
baik dan membuatnya menjadi sebuah kesatuan yang utuh. Selain memiliki struktur yang
unsur-unsurnya saling berhubungan, cerpen “AIMMJ?” juga memiliki pesan moral yang
berupa kritik sosial terkait dengan masalah kemiskinan, pelanggaran norma-norma dalam
masyarakat dan pencemaran lingkungan.

Pembahasan

Secara struktural, cerpen “AIMMJ?” karya Ahmad Tohari memiliki unsur-unsur


intrinsik yang lengkap. Di bawah ini adalah kajian secara lengkap mengenai unsur intrinsik
dari cerpen tersebut.

Cerpen “AIMMJ?” karya Ahmad Tohari ini mengangkat tema kemiskinan yang
disampaiakan dengan penggambaran realitas kehidupan yang dialami oleh masyarakat
Indonesia, terkhusus di pinggiran Jakarta. Hal ini terlihat jelas dari pemaparan cerita dan
didukung dengan pemakaian bahasa, juga latar tempat dan suasana bahasa yang Ahmad
Tohari gunakan. Penokohan, plot, serta sudut pandangnya pun ikut mengantarkan kita pada
realita kejadian yang terjadi pada masa sekarang di Indonesia. Sebagai penulis, Ahmad
Tohari mengangkat tema tersebut sebagai masalah kehidupan yang sampai sekarang masih
sering terjadi. Melalui teman ini, pembaca bisa memahami makna yang ingin disampaikan
oleh Ahmad Tohari. Unsur intrinsik lainnya dalam cerpen ini merupakan detail-detail cerita
yang mendukung tema.

Tokoh yang terlibat dalam cerpen ini terdiri dari seorang anak laki-laki berumuran
lima tahun, seorang laki-laki yang penyayang, dan perempuan bermake-up tebal yang
berkerja dengan menjual birahi dalam cerpen “AIMMJ?”
Cerpen “AIMMJ” berlatar tempat di pinggiran rel kereta api di stasiun pasar senin
Jakarta dan berlatar waktu pada pagi hari (waktu shubuh). Latar tempat yang digambarkan
Ahmad Tohari disertai dengan latar suasana. Penggambaran latar cerpen akan membawa
pembaca seolah sedang berada di daerah kumuh di pinggiran rel kereta api di Jakarta. Hal ini
juga mendukung tema kemiskinan hang tadi sudah di bahas, karena latar ini juga
menunjukkan latar sosial warga miskin yang tinggal di pinggiran rel.

Alur yang digunakan dalam cerpen “AIMMJ? Adalah alur maju. Hal tersebut dapat
kita lihat dari awal cerita tentang kereta yang berhenti sesaat sebelum stasiun pasar senin dan
dilanjutkan dengan adegan kehidupan para tokoh dalam cerpen.

Sudut pandang yang digunakan Ahmad Tohari dalam cerpen ini adalah sudut pandang
orang ketiga. Hal ini dapat kita lihat dari penyebutan nama tokoh oleh penulis dalam cerpen
tersebut.

Cerpen ini memuat kritik sosial terhadap masalah kemiskinan yang masih dirasakan
oleh masyarakat kalangan bawah di Indonesia, kritik sosial terhadap pelanggaran norma-
norma masyarakat, dan juga kritik sosial terhadap pencemaran lingkungan.

Kritik sosial terhadap masalah kemiskinan

Untuk menggambarkan kemiskinan, didalam cerpen Ahmad Tohari memilih


kelompok masyarakat yang tinggal di pinggiran rel kereta api di stasiun pasar senin jakarta.
Jakarta sebagai ibu kota negara dan pusat dari segala pusat termasuk pemerintahan ternyata
tidak hanya berisikan gedung-gedung yang megah saja, tetapi juga menjadi tempat
berkumpulnya orang-orang miskin seperti gelandangan. Tak jarang yang orang yang datang
ke ibu kota dengan tujuan ingin mengadu dan mengubah nasib dan malah berakhir menjadi
seorang pengangguran.

Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan untuk bertahan hidup itu


banyak dirasakan oleh sebagian masyarakat Indonesia, termasuk Jakarta. Kemiskinan
merupakan salah satu masalah yang harus diatasi oleh pemerintah. Maslah kemiskinan dalam
cerpen “AIMMJ” digambarkan oleh tokoh anak laki berumuran lima tahun, Bapak, dan satu
orang wanita yang tinggal di pinggiran rel. Kemiskinan tersebut tergambar dalam keadaan
kehidupan warga pinggiran rel yang sedang beraktivitas dan juga kondisi dari lingkungan
yang digambarkan dalam cerpen. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut :
“kereta itu berhenti di wilayah kehidupan orang-orang pinggir rel. Kehidupan yang
sungguh merdeka dan berdaulat, sedang mulai bergerak. Tetapi, sebagian besar mereka masih
terbaring dalam gubuk-gubuk kardus yang menyandar ke tembok pembatas jalur-jalur rel.
Ada yang hanya tampak kaki, dan tubuh mereka terlindungi di bawah atap sangat rendah
lembaran rongsok. Di balik semak yang meranggas dan berdebu, seorang lelaki dan anak
kecilmya sudah bangun. Di dekat mereka ada perempuan masih tertidur, berbantal buntalan
kain melingkar di atas gelaran kardus.” (AIMMJ?, hal 357)

Kutipan di atas menggambarkan keadaan rumah ketiga tokoh tersebut yang hanya
berupa gubuk-gubuk kardus yang beralaskan kardus dan beratapkan rongsok. Keadaan
tersebut menunjukkan bahwasannya mereka masih dilanda masalah ekonomi atau
kemiskinan. Hal lain yang juga menunjukkan masalah kemiskinan dalam cerpen tersebut
adalah ketika mereka berbagi makanan yang hanya sebatas mi instan. Pengkonsumsian mi
instan oleh keluarga tersebut juga digambarkan sebagai sebuah kegiatan yang sudah biasa
mereka lakukan sehari-hari. Dari sini dapat dilihat bahwa penulis menggunakan mi instan
untuk menggambarkan kemiskinan di dalam cerpen yang membuat tokoh dalam cerpen tidak
bisa membeli bahan makanan selain mi instan. Hal itu dapat kita lihat dari kutipan berikut

“Di tangan kanan laki-laki itu ada sebungkus mi instan. Di warung kopi seberang
jalan, sudut sudut bungkus mi disobek dengan hati-hati sekadar untuk membuat lubang.
Saset-saset bumbunya dikeluarkan. Lalu disodorkan selembar uang ribuan kepada perempuan
warung yang segera mengambil termos dan membuka tutupnya. Keduanya kelihatan akrab,
saling bersikap manis dan tampak telah biasa berkerja sama. Maka perlahan dan sangat hati-
hati air panas dari termos di tangan perempuan warung mengalir dengan cermat ke dalam
lubang kantung plastik mi instan lewat lubang subekan di sudut. Cukup.” (“AIMMJ?, hal
358)

Selain kutipan diatas, ada pula kutipan lain yang menunjukkan bahwa satu buah mi
instan yang di masak oleh laki-laki dalam naskah tidak hanya diperuntukkan untuk anaknya
saja, tapi juga untuk si tokoh wanita (emak). Penggambaran tersebut menunjukkan betapa
sulitnya mereka untuk bertahan hidup dalam kemiskinan yang membalut. Kutipan tersebut
berupa;

“tapi aku ingin minum kuahnya juga, Pa”

“kuahnya masih terlalu panas, lagi pula kamu jangan serakah. Kuah mi selalu buat
emak. Dia suka sekali.” (“AIMMJ?”, hal 361)
Kritik sosial terhadap pemerintah akan perhatian mereka terhadap masalah
kemiskinan disampaikan dengan jelas oleh pengarang melalui percakapan antartokoh. Kritik
tersebut terdapat pada tokoh anak dalam cerpen ini. Anak tersebut ingin kencing di dekat
punggung emaknya, kemudian dijawabi oleh ayahnya seperti dalam kutipan di bawah ini

“Nah, dengar ini, kamu boleh kencing di mana pun seluruh Jakarta ; di Menteng, di
pinggir Jalan Thamrin, di lapangan belakang stasiun Gambir, di sepanjang jalan gili-gili
Kebayoran Baru, juga boleh kencing di Senayan. Dengar itu?”. (“AIMMJ?, hal 365)

Dalam kutipan tersebut, si ayah memperbolehkan anaknya untuk kencing dimanapun,


diseluruh Jakarta asalkan tidk di dekat punggung emaknya. Hal tersebut merupakan kritik
yang ditujukan untuk pemerintah atas kurangnya perhatian mereka terhadap masyarakat
miskin.

Penggunaan kata “kencing” merupakan bentuk protes atau kemarahan terhadap


pemerintah. Protes tersebut digambarkan sebagai suatu penghinaan atau peremehan terhadap
perhatian pemerintah kepada rakyat kecil. Mereka sudah tidak lagi peduli dengan kebijakan
yang pemerintah buat dan menganggap bahwa seluruh tempat di Jakarta pantas untuk
dikencingi.

“mata anakmlaki-laki itu menyala dan membulat ketika melihat ada paha ayam
tergeletak di antara serakan sisa makanan. Dan anjing yang tadi kencing di dekat lampu
sinyal ternyata bergerak lebih cepat.” (“AIMMJ?”, hal 366)

“mari kita pergi” kata si ayah kepada istri atau apanya. “ di sini kita malah jadi
tontonan.”

“dalam satu menit ketiga warga pinggir rel itu berkemas. Si ayah mengambil satu
kotak kardus kecil dari bawah semak berdebu yang meranggas. Si istr atau apa menyambar
buntalan pakaian, dan si anak laki-laki usia lima tahunan mengambil harta kesanyangannya
berupa bekas antena kanopi radio.” (“AIMMJ?, hal 367)

Kutipan-kutipan di atas semakin jelas menunjukkan bahwa tokoh dalam cerpen


memang syarat akan kemiskinan. Buktinya, si anak bahkan hampir berebut dengan seekor
anjik untuk sepotong paha ayam yang telah dibuang oleh seseorang. Harta yang mereka
punya dan biasa mereka bawa pun hanya berupa buntalan pakaian dan bekas antena kanopi
radio.
Memang, tidak semua masyarakat ikut prihatin dengan angka kemiskinan di
Indonesia. Tapi masih ada sebagian masyarakat yang mengaanggap kemiskinan sebagai suatu
masalah yang serius. Karena kemiskinan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi
sistem pembangunan negara Indonesia. Selain itu, kemiskinan juga merupakan hal yang perlu
pemerintah dan juga merupakan bagian dari PR pemerintah yang perlu segera diatasi.

Kritik sosial terhadap pelanggaran norma-norma masyarakat

Kritik sosial terhadap pelanggaran norma-norma masyarakat juga disebutkan dalam


cerpen “AIMMJ?” ini.

Pelanggaran norma-norma masyarakat dalam cerpen ini terlihat pada tokoh


perempuan. Dikarenakan faktor kemiskinan yang dialaminya, tokoh perempuan tersebut
bahkan menjual dirinya dengan cara berekerja sebagai pelacur. Berkerja sebagai pelacur
merupakan pelanggaran terhadap norma-norma yang telah berlaku dalam masyarakat. Hal
tersebut terdapat dalam kutipan di bawah ini.

“di dekat mereka ada perempuan masih tertidur, berbantal buntalan kain melingkar di
atas gelaran kardus. Wajah perempuan yang masih lelap itu tampak lelah. Tetapi gincu bibir
dan bedak pipinya tebal. Entahlah, mungkin perempuan itu tadi malam berjualan birahi
sampai pagi.” (“AIMMJ?, hal 357)

Penggunaan kalimat “gincu bibir danbedak pipinya tebal” dan “menjual birahi”
merupakan kalimat yang menggambarkan perkerjaan wanita tersebut. Pengarang juga
menggambarkan lagi pekerjaan wanita tersebut lewat kutipan berikut.

“pagi sudah terang. Sosok perempuan itu menjadi lebih jelas. Usianya mungkin empat
puluhan. Gincu dan bedak pipinya memang tebal. Atau lebih tebal dinawal malam ketika dia
mulai berjualan. Dan kehidupan yang amat berdebu dan jauh dari air membuat perempuan itu
sewarna dengan sekelilingya yang juga penuh debu” (“AIMMJ?, hal 363)

Kutipan di atas menggambarkan tentang tokoh perempuan yang sudah bangun dan
masih dengan wajah penuh dandanan yang tebal bekas semalam bekerja menjadi pelacur.
Pengarang juga menyampaikan bahwa pelacur merupakan sebuah pekerjaan yang kotor, jauh
dari kebajikan dan sangat tidak terpuji melalui penyamaan wanita daam cerpen dengan
lingkungannya yang juga kotor dalam kalimat “dan kehidupan yang amat berdebu dan jauh
dari air membuat perempuan itu sewarna dengan sekelilingnya yang juga penuh debu”.
Pekerjaan perempuan dalam cerpen digambarkan dengan cukup detail. Pekerjaan
wanita sebagai pelacur merupakan pelanggaran norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat. Penggambaran tersebut menjadi salah satu kritik sosial, mengingat banyak
masyarakat yang terpaksa bekerja sebagai pelacur demi bertahan hidup.

Kritik sosial terhadap pencemaran lingkungan

Latar yang digunakan dalam cerpen “AIMMJ?” adalah kehidupan warga kumuh yang
berada di pinggiran rel kereta api di Jakarta. Kota Jakarta sendiri merupakan kota yang padat
penduduk dan memiliki tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi. Maka, tak ayal jika
Jakarta sering mengalami musibah banjir. Dalam cerpen tersebut pengarang menyinggung
tentang pencemaran lingkungan yang terjadi di Jakarta akibat seringnya masyarakat di sana
membuang sampah sembarangan.

Hal tersebut dapat kita lihat pada tokoh perempuan dalam cerpen yang membuang
sampah sembarangan setelah selesai menghabiskan kuah mi instan. Hal seperti itu tidak
sepatutnya kita tiru. Hal tersebut dapat kita lihat melalui kutipan berikut.

“kantung plastik sudah sempurna kosong, dilemparkan oleh perempuan bersolek tebal
itu ke samping dengan sikap tak peduli. Kantung itu menyangkut di ranting semak yang
meranggas dan berdebu.” (“AIMMJ?, hal 364)

Kutipan di atas menunjukkan perempuan tersebut sedang membuang sampah yang


berupa bungkus plastik bekas mi instan ke ranting semak-semak dengan sikap yang tidak
peduli. Plastik sendiri merupakan limbah yang sulit hancur. Pencemaran lingkungan yang
lain juga dapat kita lihat saatpramusaji kereta api membuang sisa-sisa makanan seperti dalam
kutipan berikut.

“Orang ketiga adalah gadis pramusaji yang cantik seperti bidadari. Di tangannya ada
kantung warna hitam, tentu berisi sampah sisa makanan. Kantung itu dilempar ke bawah dan
jatuh empat meter di hadapan tiga warga pinggir rel. Nasi sisa, tulang-tulang ayam goreng,
ada juga paha ayam goreng yang masih utuh, potongan daging bakar, berserakan di pelataran
bstu koral.” (“AIMMJ?, hal 366)

Kutipan di atas menggambarkan seorang pramusaji yang membuang kantung berisi


sampah sisa makanan. Kantung tersebut dilempar keluar dan jatuh berserakan di hadapan
warga pinggir rel kereta.
Membuang sampah sembarangan merupakan salah satu hal yang dapat mencemari
lingkungan dan sangat tidak patut untuk ditiru oleh masyarakat. Masalah ini menjadi
pengingat bagi warga yang masih sering membuang sampah sembaranagn dan juga menjadi
PR yang perlu diatasi oleh pemerintah agar tidak menghambat kelancaran pembangungan
kota.

KESIMPULAN

1. Struktur cerpen “AIMMJ?” karya ahmad tohari ini terdiri dari tema, tokoh dan
penokohan, latar tempat, waktu dan suasana, alur, sudut pandang, dan amanat atau
pesan berupa kritik sosial.
2. Cerpen “AIMMJ?” merupakan cerpen karya Ahmad Tohari yang pernah dimuat
dalam surat kabar Harian Kompas pada tanggal 13 September 2015. Cerpen
“AIMMJ?” menceritakan kemiskinan yang dialami oleh tiga orang yang tinggal di
pinggiran rel kereta api. Krtiga warga tersebut hidup dalam rumah gubuk dan
makanan pokoknya hanya berupa mi instan. Penggambaran tersebut digunakan untuk
menyampaikan kritik sosial kepada pemerintah. Adapun kritik sosial yang terdapat
dalam cerpen “AIMMJ?” adalah :
a. Kritik sosial terhadap perhatian pemerintah terkait masalah kemiskinan. Kritikan
terhadap perhatian pemerintah akan kemiskinan ini digambarkan melalui
percakapan antar tokoh di dalam cerpen. Selain itu, potret kemiskinan juga dapat
kita lihat melalui penggambaran penulis mengenai tempat tinggal para tokoh,
makanan yang dikonsumsi tokoh, pekerjaan tokoh, dan peran tokoh dalam cerpen
itu sendiri.
b. Kritik sosial terkait dengan pelanggaran norma-norma sosial. Pelanggaran norma
sosial dalam cerpen ini dilatar belakangi oleh masalah kemiskinan yang
digambarkan dalam cerpen. Pelanggaran norma sosial tersebut dapat kita lihat dari
tokoh perempuan yang memiliki pekerjaan berupa menjual birahi.
c. Kritik sosial terkait masalah pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan
dalam cerpen ini dapat kita lihat dari tokoh perempuan yang membuang bungkus
mi instan secara sembarangan. Yang kedua dari tokoh pramusaji yang membuang
sembarangan sampah sisa makanan dalam kantung plastik

DAFTAR PUSTAKA
Ahyar, Juni. (2019). Apa Itu Sastra Jenis-jenis Karya Sastra dan Bagaimanakah Cara Menulis
dan Mengapresiasi Sastra. Yogyakarta : Deepublish.

Imron,Ali dan Nugrahani,Farida. (2017). Pengkajian Sastra Teori dan Aplikasi (edisi I).
Surakarta : CV Djiwa Amarta Press.

Kompas. (2016). Cerpen Anak Ini Mau Mengencingi Jakarta Karya Ahmad Tohari dalam
Kompas Minggu Annual Short Story Collection : Kompas.

Maryanti,D dkk. (2018). Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Katastropa Karya Han Gagas
Sebagai Upaya Menyediakan Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen. Parole. 1 (5) . 787-792.

Nugrahani, Farida. (2014) . Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan


Bahasa. Surakarta.

Nurgiyantoro,B . 2002 . Teori Pengkajian Fiksi . Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.

Sapdiani,R dkk. (2018) . Analisis Struktural dan Nilai Moral dalam Cerpen Kembang
Gunung Kapur Karya Hasta Indiyana. Parole . 1 (2) . 101-114.

Yulianto,A . (2017) . Kritik Sosial dalam Diua Cerita Pendek Karya Pengarang Kalimantan
Selatan. Jurnal Bebasan . 4 (2) . 121-132.

Anda mungkin juga menyukai