Anda di halaman 1dari 4

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA

UJIAN TENGAH SEMESTER


Semester genap 2022/2023

METODE PENGKAJIAN SASTRA

Nama :-
No. Mahasiswa :-
Kelas :-
Objek Material : Novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto
Objek Formal : Dominasi Maskulin
Teori : Pierre Bourdieu
Judul Proposal Penelitian Dominasi Maskulin dalam Novel Dua Ibu Karya Arswendo
Atmowiloto: Perspektif Pierre Bourdieui

LAPORAN BACAii:

Romadi (2018), telah meneliti novel Dua Ibu dalam skripsi yang berjudul “Novel Dua Ibu
Karya Arswendo Atmowiloto: Kajian Antropologi Sastra, Nilai Pendidikan Karakter, dan
Relevansinya sebagai Materi Pengajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas”. Romadi
menemukan lima hasil penelitian, sebagai berikut. (1) Terdapat kompleksitas ide dalam novel
Dua Ibu yang meliputi hakikat hidup, kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, pandangan
manusia terhadap alam semesta, dan hakikat hubungan antara manusia dengan sesamanya. (2)
Adanya kompleksitas aktivitas tokoh yang meliputi aktivitas yang berhubungan dengan
kekerabatan, ekonomi, kesenian, rekreasi, sistem religi dan ritual kepercayaan, serta
pendidikan. (3) Terdapat kompleksitas hasil budaya dalam novel Dua Ibu yang berbentuk
bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, teknologi, dan alat produksi atau mata
pencaharian. (4) Terdapat nilai pendidikan karakter yang ditemukan dalam novel Dua Ibu yang
meliputi nilai religius, jujur, disiplin, kerja keras, demokratis, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, cinta damai, peduli sosial, dan tanggung jawab. (5) Novel Dua
Ibu karya Arswendo Atmowiloto dapat dijadikan materi pembelajaran sastra di SMA pada
pembelajaran bahasa Indonesia kelas XI semester genap, dengan standar kompetensi (SK)
memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dengan kompetensi dasar (KD),
yaitu menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
Albhar (2019) juga telah menelitian novel Dua Ibu dalam tesis yang berjudul ”Refleksi
Citra Ibu dalam Novel Dua Ibu Karangan Arswendo Atmowiloto”. Penelitian yang
menggunakan teori realisme sosialis George Lukacs ini mengungkapkan kesadaran palsu
berupa pengasuhan terbaik anak-anak pada tangan ibu kandung yang menyelimuti citra ibu
dapat ditelisik dan diterobos kebenarannya. Dalam tesis ini, Albhar menemukan dua hasil
penelitian, sebagai berikut. (1) Terdapat citra ibu yang terklasifikasikan menjadi dua kategori,
yaitu Ibu (ibu asuh) dan Tante Mirah (ibu kandung). Kedua ibu tersebut merepresentasikan
sebuah realitas sosial bahwa sejatinya relasi ideal antara ibu dan anak tidak hanya terbatasi dan
terkungkung oleh hubungan biologis. Relasi batin dan sosial di antara kedua belah pihak jauh
lebih penting daripada sekedar pembatasan hubungan darah. (2) Keseluruhan penelitian
menunjukkan bahwa pengasuhan terbaik anak-anak tidak selalu terletak pada tangan ibu
kandung. Peletakan pengasuhan anak-anak terbaik pada ibu kandung perlu untuk ditinjau ulang.
Dengan demikian, ibu asuh juga memiliki peran signifikan sebagai penambal kekosongan bagi
anak-anak yang terbuang.
Farlina (2016) dalam artikel yang berjudul “Representasi Kekerasan Simbolik terhadap
Perempuan Betawi dalam Novel Kronik Betawi Karya Ratih Kumala” membahas nilai-nilai
tradisional dan religi dalam budaya Betawi menggunakan perspektif agamis dan teori Pierre
Bourdieu. Kekerasan simbolik dalam novel ini terjadi karena adanya nilai-nilai tradisional
Betawi dan religi yang cenderung patriarki yang memberikan pengaruh dalam menentukan
peran posisi perempuan dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat marginal, dan subordinasi.
Dengan demikian, perempuan Betawi tidak dapat berkontribusi di ranah publik dengan leluasa
karena adanya nilai adat dan religi. Namun demikian, perempuan Betawi dapat memberikan
konstribusi dalam rekonstruksi identitas perempuan Betawi dalam nilai budaya dan agama di
ranah publik. Hal tersebut merupakan bentuk konstruksi identitas perempuan Betawi sehingga
kekerasan simbolik tidak dapat terhindarkan.
Penelitian mengenai strukturasi kekuasaan dan kekerasan simbolik secara umum
dilakukan oleh Barata (2017) dalam skripsinya yang berjudul “Struktur Kekuasaan dan
Kekerasan Simbolik dalam Cerpen ‘Ayam’, ‘Suatu Malam suatu warung’, dan ‘Tahi’ dalam
Kumpulan Cerpen Hujan Menulis Ayam Karya Sutardji Calzoum Bachri”. Barata menemukan
empat hasil penelitian, sebagai berikut. (1) Terdapat empat modal di dalam kumpulan cerpen
tersebut, yaitu: modal ekonomi, sosial, budaya, dan simbolik. (2) Kelas-kelas di dalam
kumpulan cerpen tersebut dipengaruhi oleh kekuatan modal masing-masing tokoh. Dalam
cerpen tersebut kelas dominan diisi oleh para penyair di cerpen “Ayam” dan “Suatu Malam
Suatu Warung”, tokoh aku dalam cerpen “Tahi”. Kelas borjuasi kecil diisi oleh pekerja
pemotong dahan, pembuat kopi atau jamu di dalam cerpen “Ayam”, sedangkan di dalam
cerpen “Suatu Malam Suatu Warung” adalah pemiliki warung . Cerpen “Tahi” tidak
menghadirkan adanya kelas borjuis kecil. Kemudian kelas popular diisi oleh orang-orang yang
tinggal di pinggir sungai dalam cerpen “ayam”, pelacur tua dalam cerpen “suatu malam suatu
warung”, dan orang yang peminta-minta dalam cerpen “tahi”. (3) Adapun habitus dan arena
yang ditampalkan dalam cerpen tersebut lebih pada kehidupan sosial masyarakat menengah
kebawah. (4) Kekerasan simbolis dalam cerpen-cerpen tersebut berupa mekanisme
eufeminisme dan mekanisme sensoriasi. Kelompok yang mendapat kekerasan menganggap
kekerasan itu sebuah kebenaran.
Di akhir penelitiannya, Barata (2017) menyimpulkan bahwa (1) kekerasan simbolik
yang terdapat dalam kumpulan cerpen Hujan Menulis Ayam, memperlihatkan adanya kelas-
kelas yang tidak mencolok perbedaannya. (2) Kekerasan yang terjadi diwarnai dengan
banyaknya simbol-simbol yang dihadirkan di dalam cerpen tersebut. (3) Terdapat hal-hal baru
yang dimunculkan dari ketiga cerpen tersebut dalam upaya penciptaan dunia baru.
Penelitian mengenai kekerasan simbolik juga dilakukan Melisha (2018) dalam
skripsinya yang berjudul “Kekerasan Simbolik Orde Baru dalam Novel Pulang Karya Leila
S. Chudori: Perspektif Pierre Bourdieu”. Melisha menemukan tiga hasil penelitian sebagai
berikut. (1) Kekerasan simbolik dalam novel Pulang meliputi bahasa sebagai alat utama
kekerasan simbolik, mekanisme kekerasan simbolik, dan kekerasan simbolik Orde Baru.
(2) Terdapat dua mekanisme kekerasan simbolik dalam novel Pulang, yaitu (a) eufeminisme
dan (b) mekanisme sensorisasi. (3) Terdapat lima ranah kekerasan simbolik Orde Baru, yaitu
dalam ranah organisasi PKI, masyarakat Tionghoa, ruang publik, keturunan PKI, dan
masyarakat eksil politik.
Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang dominasi
maskulin dalam objek material novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto menggunakan teori
Pierre Bourdieu belum pernah dilakukan. Penelitian Romadi (2018) dan Albhar (2019) yang
mengkaji objek material novel Dua Ibu, sangat berguna bagi penulis untuk mengeksplorasi
makna novel dari sudut pandang yang berbeda. Penelitian Barata (2017) dan Melisha (2018)
bermanfaat bagi penulis dalam memberikan contoh penerapan teori strukturasi kekuasaan
Pierre Bourdieu pada karya sastra.

DAFTAR PUSTAKA (sementara):

Albhar, Yuanita. 2019. ”Refleksi Citra Ibu dalam Novel Dua Ibu Karangan Arswendo
Atmowiloto”. Tesis pada Universitas Airlangga, Surabaya.

Barata, Ardina Patrick. 2017.”Strukturisasi dan Kekerasan Simbolik dalam Cerpen ‘Ayam’,
‘Suatu Malam dalam Suatu Warung’, dan ‘Tahi’ dalam Kumpulan Cerpen Hujan
Menulis Ayam Karya Sutardji Calzoum Bachri: Sebuah Perspektif Pierre Bourdieu”.
Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.

Farlina, Nina. 2016. “Representasi Kekerasan Simbolik terhadap Perempuan Betawi dalam
Novel Kronik Betawi Karya Ratih Kumala” dalam Jurnal Dialektika, Volume 3, No.1.

Melisha. 2018. “Kekerasan Simbolik Orde Baru dalam Novel Pulang Karya Leila S. Chudori:
Perspektif Pierre Bourdieu”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas
Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Romadi, Bayu . 2018. “Novel Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto: Kajian Antropologi
Sastra, Nilai Pendidikan Karakter, dan Relevansinya sebagai Materi Pengajaran Sastra
di Sekolah Menengah Atas”. Skripsi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

i
Skripsi Brigita Winasis Widodo (2019) dengan penyesuasian untuk kepentingan perkuliahan.
ii
Bacaan yang terkait dengan objek material adalah Romadi (2018) dan Albhar (2019), yang terkait
objek formal adalah Farlina (2016), sedangkan yang terkait dengan penerapan teori adalah
bacaaan Barata (2017) dan Melisha (2018).

Anda mungkin juga menyukai