Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Polarisasi antara laki-laki dan perempuan pada dasarnya sudah

ada sejak awal penciptaan. Tuhan menciptakan manusia atas laki-laki dan

perempuan, serta menjadikan mereka berpasang-pasangan untuk saling

melengkapi. Secara mitologis laki-laki dan perempuan itu adalah Adam

dan Hawa yang kita kenal dalam sistem religi sebagai asal muasal

manusia. Menurut Nyoman (2020: 182─183) kita mengenal adanya

legitimasi kelompok pertama yaitu Adam, yang secara psikologis dan

sosiologis menyusun pola pikiran manusia sehingga menempatkan laki-

laki sebagai pusat. Sementara legitimasi kedua ditujukan kepada Hawa

yang berasal dari tulang rusuk Adam, serta menjadi sebab mereka diusir

dari surga, karena memiliki iman yang lemah.

Akibat kelemahan secara biologis tersebut, perempuan pada

akhirnya ditempatkan dalam posisi inferior, sementara laki-laki

khususnya dalam budaya patriarki selalu diagungkan dalam sistem

keluarga. Fenomena ini tercermin dalam data yang diungkap oleh

Komnas Perempuan dalam catatan tahunan periode 2022, menurut data

tersebut jumlah kasus Kekerasan Berbasis Gender Terhadap Perempuan

(KBGTP) meningkat sepanjang tahun 2021, mencapai 338.496 kasus

dibandingkan dengan tahun 2020 sejumlah 226.062 kasus. Selain itu,


hasil survei yang dilakukan oleh Lentera Sintas Indonesia dan Magdalene

menunjukkan bahwa sebanyak 93% penyintas kekerasan seksual tidak

melaporkan kasus mereka kepada Aparat Penegak Hukum (APH).

Alasan tersebut meliputi rasa malu, takut disalahkan, tidak cukup bukti,

kurangnya dukungan dari keluarga, dan intimidasi dari pelaku

(Asmarani, 2016). BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) melalui

riset tersebut menyimpulkan bahwa rendahnya laporan kekerasan seksual

merupakan bukti kuat akan adanya isu patriarki yang masih ada dalam

masyarakat Indonesia.

Permasalahan gender tidak hanya terbatas pada sektor sosial,

melainkan juga ada dalam sistem pendidikan di Indonesia. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh PSW UNS dan UNNES di Jawa Tengah

pada tahun 2004 mengungkapkan adanya bias gender dalam buku ajar

sekolah. Temuan serupa juga terungkap dalam penelitian PSW UGM di

DIY pada tahun 2007, yang menunjukkan bahwa buku ajar Bahasa

Indonesia dari tingkat sekolah dasar hingga menengah masih

memperlihatkan bias gender. Penelitian terbaru yang dipublikasikan

dalam jurnal PLOS pada tahun 2017 oleh The Conversation juga

mengungkapkan kecenderungan bias gender dalam buku ajar di sekolah-

sekolah Indonesia.

Pemerintah sebagai lembaga negara telah berupaya mengatasi

permasalahan gender dalam pendidikan. Salah satu langkah yang diambil

adalah melalui peraturan Gender Mainstreaming yang mengintegrasikan


perspektif kesetaraan gender dalam semua aspek sistem pendidikan.

Meskipun masih ada tantangan yang perlu dihadapi, isu permasalahan

gender tetap relevan dan memerlukan perhatian serius. Dalam konteks

ini, antologi cerita pendek Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan karya

Riyana Rizki menjadi penting sebagai sebuah karya sastra yang

menggambarkan dan menyuarakan realitas permasalahan gender.

Terbit pada tahun 2021, antologi cerita pendek ini menjadi debut

buku pertama dari Riyana Rizki. Menghadirkan 12 cerita pendek dibuka

dengan sebuah cerita tentang seorang perempuan Sasak yang

terperangkap dalam sistem patriarki. Kisah pengenalan awal ini yang

kemudian diangkat sebagai judul buku antologi cerpen, yaitu Jangan

Pulang Jika Kamu Perempuan karya Riyana Rizki. Karya ini membawa

pembaca menyelami kehidupan adat di lingkungan penulis yang lahir di

daerah Lombok, dengan budaya patriarki yang kuat.

Sebagai pembelajaran di SMA kelas XI, antologi cerita pendek

ini dapat digunakan untuk bahan ajar yang mendukung pencapaian

kompetensi dasar terkait dengan pembelajaran cerita pendek. Salah satu

kompetensi dasar yang relevan adalah KD 3.9, yang meliputi

kemampuan menganalisis struktur dan aspek kebahasaan cerita pendek

yang dibaca atau didengar. Serta, KD 4.9, mencakup kemampuan

mengungkapkan pengalaman dan gagasan melalui cerita pendek dengan

memperhatikan struktur dan kebahasaan.


Pembelajaran dengan menggunakan antologi cerita pendek ini,

akan mengajak siswa untuk memahami dan menganalisis struktur cerita

pendek, memperkaya pemahaman mereka tentang kebahasaan dalam

cerita pendek, serta melatih keterampilan mereka dalam mengungkapkan

gagasan dan pengalaman melalui tulisan cerita pendek. Melalui cerita-

cerita dalam antologi ini, siswa juga akan diperkenalkan pada berbagai

persoalan gender yang relevan dengan realitas sosial budaya di

masyarakat.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut:

1. Kondisi multikultural yang memojokkan posisi perempuan;

2. Perempuan memiliki peran yang lemah dalam konteks budaya;

3. Adanya persepsi negatif pada perempuan di mata masyarakat.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi latar belakang dan masalah yang telah

disebutkan sebelumnya, maka peneliti membatasi penelitian dalam

antologi cerita pendek Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan karya

Riyana Rizki. Dengan memilih enam cerita pendek yang memiliki unsur

interseksionalitas lebih dominan. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat

memfokuskan analisisnya dalam dimensi-dimensi identitas yang saling

mempengaruhi. Keenam cerita pendek itu, antara lain: (1) Jangan Pulang
Jika Kau Perempuan; (2) Dendam yang Lapar; (3) May; (4) Sudah

Kukatakan, Aku Timun Mas; (5) Dongeng Pengantar Kematian, dan (6)

Perawan, Perawan, Turunkan Rambutmu.

Melalui hasil analisis interseksionalitas, selanjutnya peneliti akan

membuat bahan ajar berbasis gender berupa handout. Berdasar pada

cerita pendek yang dianalisis sesuai dengan kompetensi dasar poin (3.9)

tentang menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku

kumpulan cerita pendek dan kompetensi dasar (4.9) tentang

mengonstruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur

pembangun cerpen.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya maka

dapat dirumuskan masalah, sebagai berikut:

1. Apa dan bagaimana unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam

kumpulan cerpen Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan karya

Riyana Rizki?

2. Bagaimana konsep interseksionalitas pada perempuan ditinjau dari

teori feminisme multikultural dalam kumpulan cerpen Jangan Pulang

Jika Kamu Perempuan karya Riyana Rizki?

3. Bagaimana relevansi antologi cerita pendek Jangan Pulang Jika

Kamu Perempuan karya Riyana Rizki sebagai bahan ajar handout

berperspektif gender?
1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan sebelumnya, maka

tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang dibangun dalam

kumpulan cerpen Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan karya

Riyana Rizki;

2. Untuk mendeskripsikan interseksionalitas pada perempuan dari sisi

feminisme multikultural dalam kumpulan cerpen Jangan Pulang Jika

Kamu Perempuan karya Riyana Rizki;

3. Untuk mendeskripsikan relevansi antologi cerita pendek Jangan

Pulang Jika Kamu Perempuan karya Riyana Rizki sebagai bahan ajar

berperspektif gender.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian “Interseksionalitas Pada Perempuan Dalam Antologi Cerita

Pendek Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan Karya Riyana Rizki dan

Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Berbasis Gender Di SMA Kelas XI”

diharapkan dapat memberikan manfaat, berupa:

1. Manfaat teoritis

Penelitian interseksionalitas antologi cerita pendek Jangan

Pulang Jika Kamu Perempuan karya Riyana Rizki sebagai bahan ajar
SMA kelas XI diharapkan mampu menambah pemahaman mendalam

mengenai struktur dan aspek kebahasaan cerita pendek. Untuk

membantu dalam memahami makna serta mengapresiasi sebuah karya

sastra.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan

pemahaman yang lebih mendalam tentang feminisme multikultural,

khususnya dalam perspektif interseksionalitas. Sehingga dapat

memahami peran dan pengaruh gender dalam dimensi sosial

masyarakat.

2. Manfaat praktis

Penelitian feminisme multikultural dalam cerita pendek Jangan

Pulang Jika Kamu Perempuan karya Riyana Rizki dapat memberikan

beberapa manfaat praktis. Berikut adalah beberapa manfaat praktis

dari penelitian feminisme multikultural dalam cerita pendek Jangan

Pulang Jika Kamu Perempuan karya Riyana Rizki:

a. Bagi Sekolah

Analisis interseksionalitas pada cerita pendek Jangan

Pulang Jika Kamu Perempuan karya Riyana Rizki sebagai bahan

ajar diharapkan dapat berkontribusi untuk membantu sekolah

dalam proses pembelajaran dalam rangka membangun kesadaran

gender dan kesetaraan di kalangan siswa melalui bahan ajar yang

dihasilkan.

b. Bagi Guru
Bahan pembelajaran dapat dijadikan referensi bagi guru

untuk mengajarkan siswa tentang berbagai isu yang terkait

dengan ketidakadilan gender dan bagaimana faktor-faktor seperti

ras, kelas sosial, dan identitas lainnya saling berinteraksi dalam

menciptakan pengalaman yang berbeda-beda.

c. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membangun kecintaan

siswa pada karya sastra. Dengan meningkatnya kecintaan siswa

terhadap karya sastra, mereka akan lebih tertarik dan termotivasi

untuk menekuni kegiatan membaca dan mempelajari karya sastra

tersebut. Dalam proses ini, mereka akan dapat mengambil makna

dan pesan yang terkandung dalam karya sastra dengan lebih

dalam dan menyeluruh.

d. Bagi Peneliti

Penelitian tentang interseksionalitas feminisme

multikultural dalam cerita pendek Jangan Pulang Jika Kamu

Perempuan karya Riyana Rizki memiliki manfaat yang

signifikan bagi peneliti. Melalui penelitian ini, peneliti dapat

mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang

kompleksitas isu-isu gender, feminisme multikulturalisme,

khususnya interseksionalitas yang terkait dengan antologi cerita

pendek Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan karya Riyana

Rizki. Penelitian ini juga dapat membantu peneliti memahami


perspektif dan pengalaman perempuan dalam berbagai latar

belakang budaya yang berbeda.

e. Bagi Pembaca

Penelitian tentang interseksionalitas feminisme

multikultural dalam cerita pendek Jangan Pulang Jika Kamu

Perempuan karya Riyana Rizki juga memberikan manfaat yang

signifikan bagi para pembaca. Melalui penelitian ini, pembaca

akan memiliki kesempatan untuk memperluas pemahaman

mereka tentang isu-isu gender, feminisme, dan multikulturalisme

yang terkait dengan cerita pendek tersebut. Penelitian ini akan

membantu pembaca untuk melihat lebih dalam tentang

bagaimana interaksi antara gender, identitas, dan faktor sosial

budaya di dalam cerita pendek dapat mempengaruhi pengalaman

dan pemahaman karakter-karakter perempuan dalam antologi

cerita pendek Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan karya

Riyana Rizki.

1.7 Penjelasan Istilah

Agar lebih memahami terkait istilah-istilah yang digunakan dalam

penelitian “Interseksionalitas Pada Perempuan dalam Antologi Cerita

Pendek Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan Karya Riyana Rizki dan

Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Berperspektif Gender di SMA Kelas

XI” maka disusun penjelasan istilah, sebagai berikut:

1. Interseksionalitas
Interseksionalitas merupakan pandangan bahwa perempuan

mengalami diskriminasi tidak semata-mata disebabkan oleh seksisme

saja, tetapi perempuan di tempatkan pada persimpangan antara

dientitasnya sebagai perempuan dengan identitas sosial yang melekat

padanya (ras, kelas, jenis kelamin, kebangsaan, seksualitas, agama).

2. Cerita Pendek

Cerita pendek merupakan cerita yang bukan hanya sekedar

ringkas secara bentuk, tetapi juga sederhana dan singkat secara unsur,

sehingga dapat dinikmati hanya dalam sekali duduk atau berkisar

antara setengah hingga dua jam untuk membacanya.

3. Bahan Ajar Berperspektif Gender

Bahan ajar merupakan segala bahan (baik, informasi, alat,

maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan

sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan

digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan

penelaahan implementasi pembelajaran. Jadi, bahan ajar berperspektif

gender merupakan kegiatan belajar mengajar yang didasari dengan

kesadaran akan keadilan dan kesetaraan gender.

4. Feminisme Multikultural

Feminisme multikultural adalah salah satu teori feminis yang

didasarkan pada pandangan bahwa semua perempuan tidak


dikonstruksi secara setara. Menurut feminisme multikultural

diskriminasi perempuan berkaitan dengan ras, kelas, agama, umur,

pendidikan, kesempatan kerja dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai