Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I
PENDAHULUAN
A;

Latar Belakang
Novel adalah suatu cerita dengan suatu alur yang cukup panjang
mengisi satu buku atau lebih, yang menggarap kehidupan manusia yang
bersifat imajinatif.1 Di era modern ini novel masih menjadi salah satu
bacaan yang sangat digemari dari berbagai kalangan, mulai dari anak
anak, dewasa, sampai orang tua. Pembaca akan dibawa hanyut dalam alunan
cerita yang telah ditulis oleh pengarang. Seolah olah pembaca berimajinasi
masuk dalam cerita yang ada dalam novel tersebut.
Salah satu novel yang menjadi best seller tahun 2006 2007 di
Indonesia adalah novel karangan Andrea Hirata. Novel dengan judul Laskar
Pelangi ini banyak mengandung nilai nilai seni dalam tutur bahasa yang
digunakan. Novel ini menceritakan kehidupan penulis dengan tokoh di
dalamnya yaitu Ikal. Yakni kehidupan masyarakat pinggiran Belitong yang
berada dibawah garis kemiskinan ditengah kaya raya sumber daya alam
yang dimiliki. Dan juga perjuangan anak anak pinggiran Belitong untuk
memperoleh pendidikan.
Dalam novel Laskar Pelangi ini Andrea Hirata banyak mengusung
pesan pesan pendidikan di dalamnya. Novel ini telah memberikan

1 Endah Tri Priyani, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), 124.

representasi tentang pendidikan karakter, bagaimana seharusnya seorang


guru mendidik anak didik agar mempunyai akhlakul karimah. Adapun isi
novel yang menyatakan pentingnya pendidikan karakter yaitu:

BU MUS adalah seorang guru yang pandai, karismatik, dan memiliki


pandangan jauh ke depan. Beliau menyusun sendiri silabus pelajaran
Budi Pekerti dan mengajarkan
1 kepada kami sejak dini pandangan
pandangan dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan dan hak hak
asasi. Jauh hari sebelum orang orang sekarang meributkan soal
materialisme versus pembangunan spiritual dalam pendidikan. Dasar
dasar moral itu menuntun kami membuat konstruksi imajiner nilai
nilai integritas pribadi dalam konteks Islam. Kami diajarkan menggali
nilai luhur di dalam diri sendiri agar berperilaku baik karena
kesadaran pribadi materi pelajaran Budi Pekerti yang hanya diajarkan
sekolah Muhammadiyah sama sekali tidak seperti kode perilaku
formal yang ada dalam konteks legalitas institusional seperti sapta
prasetya atau pedoman pedoman pengalaman lainnya.2
Dari kutipan cerita tersebut adalah sekelumit dari bagian isi novel
tentang penanaman karakter yang dilakukan. Bagaimana cara guru mendidik
murid muridnya agar memiliki akhlak yang baik. Dari penggalan cerita
tersebut terdapat kisah yang perlu diteladani bagi dunia pendidikan tanah air
khususnya bagi guru bahwasanya pendidikan itu bukanlah hanya
kecerdasan yang diukur dengan nilai nilai semata namun keberhasilan
yang dicapai bila anak didik mampu mengintegrasikan antara intelektual
yang tinggi dengan dibarengi perilaku yang baik pada anak. Untuk
mewujudkan hal itu maka seorang guru haruslah mampu mengarahkan,
membimbing dan memberikan contoh dan suri tauladan bagi anak didiknya.

2 Andrea Hirata, Laskar Pelangi (Bandung: PT Bentang Pustaka, 2008), 30.

Menurut

Akhmad

Muhaimin

Azzel

mengemukakan

tentang

pengertian pendidikan karakter yaitu,

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang


melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan
tindakan (action). Jadi, yang diperlukan dalam pendidikan karakter
tidak cukup dengan pngetahuan saja. Hal ini karena pendidikan
karakter terkait erat dengan nilai dan norma. Oleh karena itu, harus
juga melibatkan aspek perasaan.3
Di era modern ini pendidikan karakter sangatlah diperlukan untuk
membentuk kepribadian anak didik agar berakhlak mulia. Karena tantangan
yang dihadapi kedepan akan semakin sulit, banyak sekali perilaku perilaku
negatif yang tidak sesuai dengan tujuan mulia pendidikan. Banyak perilaku
yang sama sekali tidak mencerminkan sebagai remaja yang terdidik.
Misalnya tawuran antarpelajar, tersangkut jaringan narkoba, baik sebagai
pengedar maupun pemakai, atau melakukan tindakan asusila. Mengenai
tindakan asusila ini, betapa sedih kita mendengar kabar beberapa pelajar
tertangkap karena melakukan adegan intim layaknya suami istri,
merekamnya, lantas mengedarkannya melalui internet. Tindak asusila yang
dilakukan oleh sebagian remaja tersebut semakin membuat angka aborsi
meningkat.

Menurut Ganjar Pratiwi mengenai tingakt aborsi di Indonesia

menyebutkan
3 Akhmad Muhaimin Azzel, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia (Jogjakarta: Ar-Ruz
Media, 2011), 27.

Tingkat aborsi atau pengguguran kandungan dikalangan wanita


setiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Ironisnya, 20 persen di
antara pelakunya adalah wanita yang belum menikah. total jumlah
kasus aborsi di Indonesia kini mencapai 30% - 35% di antaranya
dilakukan oleh remaja. Sementara dari BKKBN memperlihatkan
bahwa dari jumlah 2,5 juta kasus aborsi di Indonesia per tahun, 1,5
juta di antaranya dilakukan oleh remaja.4
Belum lagi kasus korupsi yang ternyata dilakukan oleh pejabat yang
notabene adalah orang orang yang berpendidikan. Tindak korupsi ini
merupakan termasuk penyalahgunaan jabatan dan wewenang.
Dari sinilah pendidikan karakter amat diperlukan bagi dunia
pendidikan di Indonesia. Untuk membangun kembali pondasi anak didik
agar tidak tergerus arus pergaulan yang semakin bebas. Dan untuk
membentuk manusia yang cerdas baik secara intelektual maupun
perilakunya. Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM
karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa.
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. 5
Maka dari itu pendidikan karakter sudah tentu penting untuk semua
tingkat pendidikan, yakni dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Secara
umum, pendidikan karakter sesungguhnya dibutuhkan semenjak anak
berusia dini. Apabila karakter seseorang sudah terbentuk sejak usia dini,
ketika dewasa tidak akan mudah berubah meski godaan atau rayuan datang
menggiurkan.6 Menurut Freud, Kegagalan penanaman kepribadian yang
4 Ganjarpratiwi, Tingkat Aborsi di Indonesia, http://ganjarpratiwi.blogspot.com/2011/12,
diakses 20 juni 2012
5 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional (Jakarta:
Bumi Aksara, 2011), 35.
6 Ibid.,15.

baik di usia dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa


dewasanya kelak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam
mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menetukan kesuksesan
anak dalam kehidupan sosial di masa depannya kelak.7
Dari latar belakang diatas maka penulis mengambil judul
ANALISA NOVEL LASKAR PELANGI DILIHAT DARI SUDUT
PANDANG PENDIDIKAN KARAKTER, dengan harapan novel
tersebut dapat memberikan wacana tentang pentingnya membentuk karakter
anak didik sejak usia dini agar kelak anak tidak terperosok dalam pergaulan
yang semakin bebas.
B;

Rumusan Masalah
1;

Apa saja karakter yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya
Andrea Hirata?

2;

Bagaimana metode pembelajaran pendidikan karakter yang terkandung


dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata?

C;

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan target yang
hendak dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena segala
sesuatu yang diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu sesuai dengan
permasalahannya.

7 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab.,35.

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka


penelitian ini bertujuan untuk:
1;

Untuk mengetahui pendidikan karakter yang terdapat dalam novel


Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

2;

Untuk mengetahui metode pembelajaran pendidikan karakter yang


terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

D; Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian yang penulis adakan ini diharapkan dapat


berguna dan bermanfaat untuk :
1;

Memberikan gambaran pendidikan karakter harus ditanamkan pada anak


sejak berusia dini.

2;

Menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya pendidikan dan menjadi


hak semua warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan.

3;

Menumbuhkan kesadaran bahwa pendidikan karakter di sekolah sangat


penting untuk membentuk karakter anak didik. Karena tantangan zaman
semakin berat dan merebaknya pergaulan bebas di kalangan remaja.
Untuk itu perlu adanya pondasi yang kuat agar anak tidak terjerumus ke
pergaulan bebas, dan untuk itu perlukan pendidikan karakter.

E;

Kajian Teoritik
1;

Analisa Novel Laskar Pelangi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, analisa


adalah penyelidikan terhadap suatu pristiwa (karangan, perbuatan)
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk
perkara).8
Novel Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata
yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini
bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang
bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di
Belitung yang penuh dengan keterbatasan.9
Dalam skripsi ini yang dianalisa adalah novel yang berjudul
Laskar Pelangi. Analisa ini untuk mengetahui, mengidentifikasi dan
memberi tanda pada novel Laskar Pelangi berdasarkan pemikiran yang
mendalam pada sebuah teks atau keadaan.
2;

Pendidikan Karakter
Sebelum membahas pengertian pendidikan karakter maka disini
dibahas dahulu pengertian pendidikan. Dalam buku pengantar dasar
dasar pendidikan dijelaskan, Pendidikan adalah aktivitas dan usaha
manusia unuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina

8 Departemem Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1997), 37.
9 Laskar Pelangi , http://id.wikipedia.org/wiki/Laskar_Pelangi, diakses 20 Mei 2012.

potensi potensi pribadinya, yaitu rokhani (pikir, karsa, cipta dan


nurani) dan jasmani (pancaindera serta keterampilan - keterampilan).10
Elizabeth Hurlock menjelaskan bahwa perkembangan anak
dipengaruhi oleh sekurang-kurangnya enam kondisi lingkungannya
yaitu, Hubungan antar pribadi yang mnyenangkan, keadaan emosi,
metode pengasuhan anak, peran dini yang diberikan kepada anak,
struktur keluarga di masa kanak-kanak dan rangsangan terhadap
lingkungan sekitarnya.11
Menurut Ratna Megawangi yang dikutip oleh Zaim Elmubarok
enam faktor inilah yang menjadi titik pijak pembentukan karakter yang
baik. Akar kata karakter dapat dilacak dari kata Latin kharakter,
kharasein, dan kharax, yang maknanya tools for marking, to
engrave, dan pointed stake. Kata ini mulai banyak digunakan
kembali dalam bahasa Prancis caractere pada abad ke-14 dan
kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi character, sebelum
akhirnya menjadi bahasa Indonesia karakter.12

10 Tim Dosen FIP IKIP Malang, Pengantar Dasar Dasar Pendidikan, (Malang: Usaha
Nasional, 1988), 7.
11 Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang Terserak,
Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai (Bandung: Alfabeta, 2009 ),102.
12 Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai.,101-102.

Selain itu karakter mempunyai pengertian lain yaitu, Karakter


diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain.13
Dalam buku pendidikan karakter karya Masnur Muslich
disebutkan, Pendidikan karakter disebut juga pendidikan budi pekerti,
sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang disadari dan dilkukan
dalam tindakan nyata.14

Menurut Suyanto, setidaknya terdapat sembilan pilar karakter

yang berasal dari nilai nilai luhur universal sebagai berikut:

F;

1;

Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya

2;

Kemandirian dan tanggung jawab

3;

Kejujuran / amanah

4;

Hormat dan santun

5;

Dermawan, suka menolong, dan kerja sama

6;

Percaya diri dan pekerja keras

7;

Kepemimpinan dan keadilan

8;

Baik dan rendah hati

9;

Toleransi, kedamaian, dan kesatuan15

Metode Penelitian

13 Ibid.,102.
14 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter.,67.
15 Akhmad Muhaimin Azzel, Urgensi Pendidikan Karakter.,29.

10

1; Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian library research yaitu studi


kepustakaan. Penelitian ini seluruhnya berdasarkan atas kajian pustaka
atau studi literer. Menurut Arikunto yang dimaksud dengan kajian
pustaka (literary research) adalah, Telaah yang dilaksanakan untuk
memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada
penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan bahan pustaka yang
relevan.16
2; Sumber Data

Menurut Arikunto yang dimaksud sumber data dalam penelitian


adalah, Subyek dari mana data dapat diperoleh.17 Adapun sumber
rujukan dibagi menjadi dua yaitu sumber rujukan primer dan sumber
rujukan sekunder. Sumber rujukan primer dalam penulisan ini adalah
novel berjudul Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Sedangkan sumber
sekundernya adalah buku-buku pendidikan yang relevan dengan
pembahasan skripsi. Di antarnya buku yang membahas tentang novel
yaitu Membaca Sastra dengan Ancaman Literasi Kritis karya Endah Tri
Priyatni, Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiantoro , Panduan
Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia 3 karya Nurdjanah Kafrani, dkk ,

16 Suharsini Arikunto, prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta:
1996), 13
17 Arikunto, Prosedur., 129.

11

Pengantar Kajian Satra karya Wiyatmi, Telaah Sastra karya Zainuddin


Fananie, Sastra dan Massa karya Jakob Sumardjo.
Serta buku buku yang membahas tentang pendidikan karakter
di antaranya Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak Sejak
dari Rumah karya Abdullah Munir , Tinjauan Berbagai Aspek Character
Building Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter? karya Arismantoro,
Pendidikan

Karakter

Strategi

Membangun

Karakter

Bangsa

Berkepribadian karya Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter


karya Mulyasa, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran karya
Bambang Q-Anees, Adang Hambali, Desain Pendidikan Karakter
Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan karya Zubaedi.
3; Metode Analisa Data

Agus Salim dalam buku Teori dan Paradigma Pendidikan


Sosial mengatakan

Analisis data adalah salah satu langkah penting dalam rangka


memperoleh temuan temuan hasil penelitian. Upaya mencari
dan menata secara sistematis catatan hasil dari dokumentasi,
untuk meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu
dilanjutkan dengan mencari makna.18
Untuk menganalisa novel tersebut, penulis menggunakan
metode analisis isi (content analysis). Analisis data dilakukan dengan
langkah langkah dengan menganalisis unsur unsur pendidikan
18 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Yogyakarta: Tiara Wacana), 20.

12

karakter yang terkandung dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea


Hirata.

Metode analisis isi (content analysis) ini adalah setiap prosedur


sistematis yang dirancang untuk mengakaji isi informasi
terekam. Datanya bisa berupa dokumen dokumen tertulis, film
film, rekaman rekaman audio, sajian sajian video, atau
jenis media komunikasi yang lain. Termasuk di dalamnya adalah
media masa seperti radio, televisi, bioskop, papan poster, iklan,
buku, majalah, piringan hitam, pita 8 track, koran, dan
sebagainya. Analisis isi mungkin memusatkan perhatian pada
semua dokumen, catatan catatan harian, dan komunikasi
komunikasi pribadi seperti surat surat, pidato pidato.19
Sedangkan

menurut

Edi

Endaswara,

Analisis

konten

merupakan model kajian sastra yang tergolong baru. Analisis konten


digunakan apabila si peneliti hendak mengungkap, memahami dan
mengungkap pesan karya sastra.20 Dalam buku Content Analysis dan
Focus Group Discussionn dalam Penelitian Sosial menjelaskakan,
Content Analysis adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi
inferensi yang dapat ditiru (replicabel), dan sahih dengan memperhatikan
konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi
komunikasi.21
Content Analysis dalam sastra mendasarkan pada tiga asumsi
penting karya sastra yaitu
19 Michael H. Walizer, Paul L. Wienir, Metode dan Analisis Penelitian Mencari Hubungan, terj.
Arief Sadirman (Jakarta: Erlangga, 1991), 48.
20 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra (Yogyakarta: Pustaka Widyatama,2003),
160.
21 Burhan Bungin, Content Analysis dalam Focus Discussion dalam Penelitian Sosial (Jakarta:
Rineka Cipta, 1999), 14-15.

13

1;

fenomena komunikasi pesan yang terselubung

2;

Di dalamnya memuat isi yang berharga

3;

Kajian sastra semacam ini, secara epistemologis merupakan


penelitian yang banyak menggunakan paham positifistik.
Analysis

harus

mendasarkan

pada

prinsip

obyektivitas,

sistematis dan generalisasi. Objektivitas ditempuh melalui bangunan


teoritik. Sistematis karena memanfaatkan langkah langkah yang jelas.
Generalisasi berdasarkan konteks karya sastra secara menyeluruh untuk
memperoleh inferensi.
Komponen penting dalam analisis konten adalah

adanya

masalah yang dikonsultasikan lewat teori. Itulah sebabnya, karya sastra


yang akan dibedah lewat content analysis harus memenuhi syarat
syarat: memuat nilai nilai dan pesan yang jelas. Misalnya saja: memuat
pesan pendidikan, nilai sosial, religi, dan budi pekerti.
Metode ini menurut Barcus seperti yang dikutip oleh Noeg
Muhadjir dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif adalah
merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan/komunikasi. Secara teknis
metode ini mencakup upaya-upaya mengklasifikasikan tanda-tanda yang
dipakai dalam komunikasi menggunakan kriteria sebagai dasar

14

klasifikasi, menggunakan teknis analisis tertentu untuk membuat


prediksi.22
Kemudian para ahli mengemukakan beberapa syarat Content
Analysis, yaitu: Obyektivitas, pendekatan sistematis, dan generalisasi.23
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis isi
untuk menganalisis pendidikan karakter yang terdapat dalam novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Misalnya, karakter tanggung jawab.
Dalam novel laskar pelangi, paragraf yang mencerminkan
adanya karakter tanggung jawab adalah
Seusai pelajaran aku dan Syahdan dipanggil Bu Mus untuk
mempertanggungjawabkan kapur yang kurang. Aku diam mematung,
tak mau berdusta, tak mau menjawab apa pun yang ditanyakan, dan
tak mau membantah apa pun yang dituduhkan. Aku siap menerima
hukuman seberat apapun termasuk jikalau harus mengambil ember
yang kemarin dijatuhkan Trapani di sumur horor itu.24
Analisa karakter tanggung jawab pada teks di atas adalah sikap
dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagaimana yang harus ia laksanakan. Dalam hal ini, Bu Mus
mengajarkan tanggung jawab pada murid-muridnya. Ikal dan Syahdan
yang diberi tugas Bu Mus untuk membeli kapur harus memberikan
penjelasan pada beliau karena kapur yang dibelinya tinggal setengah.
Penjelasan yang diberikan merupakan bentuk tanggung jawabnya atas
22 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:Rake Sarasin, 1992),76-78.
23 Soejono dan Abbdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan (Jakarta:
Rineka Cipta, 1999), 14-15.
24Andrea Hirata, Laskar Pelangi.,214.

15

tugas yang diberikan Bu Mus pada Ikal dan Syahdan. Walaupun harga
kapur tidak seberapa, namun ini merupakan media pembelajaran yang
efektif untuk melatih anak memiliki karakter yang bertanggung jawab.
G;

Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini secara bertahap mengikuti sistematika
sebagai berikut:
BAB I

: PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
kajian teoritik, metode penelitian, serta sistematika
pembahasan.

BAB II

: LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang kajian pustaka yang menguraikan
tentang

beberapa

hal

yang

menyangkut

tentang

pembahasan yaitu novel dan pendidikan karakter.


BAB III

: KARAKTERISTIK NOVEL LASKAR PELANGI


Bab ini

berisi tentang profil Andrea Hirata sebagai

penulis novel Laskar Pelangi, karakteristik novel Laskar


Pelangi serta gambaran cerita dalam novel laskar pelangi
yang

mengisahkan

perjuangan

sepuluh

anak

SD

16

Muhammadiyah Gantung untuk tetap sekolah dan


perjuangan Bu Mus serta Pak Harfan dalam mendidik
mereka.
BAB IV

: ANALISA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM


NOVEL LASKAR PELANGI
Bab ini berisi tentang hasil analisa dari novel laskar
pelangi

dengan

menggunakan

analisis

isi,

yakni

pendidikan karakter yang ada dalam novel laskar pelangi


serta metode pembelajaran pendidikan karakter dalam
novel laskar pelangi.
BAB V

: PENUTUP
Pada bagian ini berisi kesimpulan dan saran saran
sebagai akhir dari pembahasan.

17

BAB II
LANDASAN TEORI
A; Novel
1;

Pengertian Novel
Kata novel memang sudah tidak asing lagi didengar di telinga kita.

Asal mula kata novel menurut Endah Tri Priyatmi adalah:

Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus. Kata novellus


dibentuk dari kata novus yang berarti baru atau new dalam
bahasa Inggris. Dikatakan baru karena bentuk novel adalah
bentuk karya sastra yang datang kemudian dari bentuk karya
sastra lainnya, yaitu puisi dan drama.25

Sedangkan kata novel menurut Burhan Nurgiantoro menjelaskan:

Dalam bahasa Itali disebut novella dan dalam bahasa Jerman


novelle, secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil
dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk
prosa. Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung
pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet
(Inggris: novellete), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang
panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang namun tidak terlalu
pendek.26

25 Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis,124.


26 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press,2010), 9-10.

18

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Novel


adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap perilaku.27
Hardjana mengatakan bahwa, Suatu prosa atau novel adalah
sebuah eksplorasi atau hasil, kehancuran, atau tercapainya gerak-gerik
manusia.28

Menurut Sugihasturi dan Suhantono dalam bukunya Kritik Sastra


Feminis Teori dan Aplikasinya menjelaskan, Novel merupakan struktur
yang bermakna, novel tidak sekedar merupakan serangkaian tulisan yang
16
menggairahkan ketika dibaca, tetapi merupakan struktur pikiran yang
tersusun dari unsur-unsur padu.29
Pendapat lain dikemukakan oleh Burhan Nurgiantoro, Novel
adalah sebuah cerita fiksi yang jumlah halamannya mencapai berpuluhpuluh, ratusan atau beratus-ratus, seperti: Harry Poter, Load Of The Ring,
Eragon atau Ranggamorfosa Sang Penakhluk Istana.30
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan novel adalah
sebuah karangan prosa yang panjang yang mengisahkan tentang
kehidupan manusia dan masyarakat sekitar dengan adanya tokoh dan
menonjolkan watak dari tokoh.
27 Departemem Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.,694.
28 Hardjana, Cara Mudah Mengarang Cerita Anak-Anak (Jakarata: PT Grasindo,2006),13.
29 Sugihasturi dan Suhartono, Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2002),43.
30 Burhan Nugiantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press,2005),287.

19

2;

Ciri Ciri Novel


Novel adalah salah satu karya fiksi berbentuk prosa. Ciri-ciri novel
antara lain:
a;
b;
c;
d;

Ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur deskripsi


untuk menggambarkan suasana.
Bersifat realistis, artinya merupakan tanggapan pengarang terhadap
situasi lingkungannya.
Bentuknya lebih panjang, biasanya lebih dari 10.000 kata.
Alur ceritanya cukup kompleks.31
Selain mempunyai ciri ciri, novel juga mempunyai beberapa nilai

yang terkandung di dalamnya, seperti yang dikemukakan Nurdjanah


Kafrani, antara lain:
a;

Nilai moral yaitu nilai baik dan buruk yang terkandung dalam novel.

b;

Nilai religius yaitu nilai tentang tindakan tokoh dan kesesuaiannya


dengan hak asasi manusia dan nilai nilai keagamaan.

c;
3;

Nilai kultural yaitu nilai yang berkaian dengan budaya novel.32

Jenis Jenis Novel


Berdasarkan nyata atau tidaknya suatu cerita, novel terbagi menjadi
2 jenis, yaitu:
1;

Novel fiksi
Sesuai namanya, novel ini berkisah tentang hal yang fiktif
dan tidak pernah terjadi. Cerita, tokoh, alur, maupun latar
belakangnya semuanya hanyalah karangan penulis saja.

31 Natali, Menganalisis unsur unsur intrunsik dan ekstrinsik,


http://natalidopengasihmwordpress.com/05/10/2010. diakses tgl 10 Mei 2012.
32 Nurdjanah Kafrani, dkk, Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia 3 (Jakarta: PT
Grasindo,2002),46.

20

2;

Novel non fiksi


Novel ini kebalikan dari novel fiksi, yatu novel yang
bercerita tentang hal yang nyata yang sudah pernah terjadi.
Umumnya jenis novel ini berdasarkan pengalaman seseorang, kisah
nyata, atau berdasar sejarah.
Berdasarkan genre cerita cerita, jenis novel dibagi menjadi
beberapa macam, yaitu:

1; Novel romantis

Cerita dari jenis novel yang satu ini berkisar seputar percintaan
dan kasih sayang. Dari awal hingga akhir, pembaca akan disuguhi
sebuah konflik percintaan yang dibumbui oleh romantisme.
2; Novel horor

Jenis novel yang satu ini memiliki cerita yang menegangkan,


seram, dan pastinya membuat pembaca berdebar-debar umumnya
bercerita tentang hal-hal yang mistisbatau seputar dunia gaib.
3; Novel komedi

Salah satu dari macam-macam novel yang beredar di Indonesia


adalah novel komedi. Sesuai dengan namanya, jenis novell ini
mengandung unsur kelucuan atau humor yang pastinya akan
membuat orang tertawa dan benar benar terhibur.
4; Novel inspiratif

21

Novel inspiratif adalah jenis novel yang ceritanya mampu


menginspirasi banyak orang. Umumnya novel ini sarat akan
pesan moral atau hikamh tertentu yang bisa diambil oleh pembaca
dan motivasi untuk melekukan hal yang lebih baik.33
4;

Unsur Unsur Novel


Dalam sebuah novel ada dua unsur di dalamnya yakni unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik.

a;

Unsur Intrinsik
Mengenai pengertian unsur intrinsik Burhan Nurgiantoro

menjelaskan:

Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur unsur yang


membangun karya sastra itu sendiri. Unsur unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur
unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca
karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur unsur
yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan
antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah
novel terwujud.34

Jadi unsur intrinsik adalah unsur yang ada di dalam novel


itu sendiri. Paduan dari unsur tersebut akan membentuk menjadi
sebuah cerita dalam sebuah novel.
Yang termasuk unsur intrinsik antara lain sebagai berikut:
33 Anneahira content team, Jenis Jenis Novel http://.anneahira.com/jenis-novel.htm, diakses
24 Mei 2012.
34 Burhan Nurgiyanto, Teori Pengkajian Fiksi., 23.

22

1;

Tema
Pengertian tema menurut Zainuddin Fananie yaitu:

Tema merupakan ide, gagasan, pandangan hidup


pengarang yang melatar belakangi ciptaan karya sastra.
Karena karya sastra merupakan refleksi kehidupan
masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya
sastra bisa sangat beragam. Tema bisa berupa moral,
etika, agama, nilai, sosial, budaya, teknologi, tradisi yang
terkait erat dengan kehidupan masyarakat. Namun, tema
bisa berupa pandangan pengarang, ide atau keinginan
pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul.35

2;

Judul
Wiyatmi menjelaskan, Judul merupakan hal pertama yang
paling mudah dikenal oleh pembaca karena sampai saat ini tidak
ada karya yang tanpa judul. Judul seringkali mengacu pada
tokoh, latar, tema, maupun kombinasi dari beberapa unsur
tersebut.36
Judul sangatlah penting untuk mengetahui suatu buku yang
telah ditulis. Maka dari itu judul biasanya dibuat semenarik
mungkin untuk membuat penasaran orang yang melihatnya,
sehingga orang yang dengan membaca judul tersebut orang
ingin membaca isinya.

3;

Alur (Plot)
Menurut Wiyatmi alur (plot) adalah:

35 Zainuddin Fananie, Telaah Sastra (Surakarta: Muhammadiyah University Pers, 2000), 84.
36 Wiyatmi, Pengantar Kajian Satra (Yogyakarta: Pustaka, 2006), 40.

23

Rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan


kausalitas.
Maka setiap alur yang ditulis akan
berhubungan antara satu sama lain. Secara garis besar
alur dibagi dalam tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan
akhir.37

Novel adalah cerita yang panjang sehingga didalamnya


pengarang

memiliki

kebebasan

untuk

menentukan

plot.

Umumnya novel terdiri dari lebih dari satu plot, yaitu:


1;

2;

Satu plot utama, plot utama berisi konflik utama yang


menjadi inti persoalan yang diceritakan sepanjang
karya itu.
Sub-sub plot, yaitu berupa munculnya konflik
konflik tambahan yang bersifat menopang,
mempertegas dan mengintesifkan konflik utama untuk
sampai ke klimaks. Plot-plot tambahan atau sub plot
berisi konflik konflik yang mungkin tidak sama
kadar kepentingannya atau peranannya terhadap plot
utama. Masing masing sub-plot berjalan sendiri,
bahkan mungkin sekaligus dengan penyelesaiannya
sendiri, namun harus tetap berkaitan dengan yang
lain, dan tetap dalam hubungannya dengan plot
utama.38

Plot memiliki sejumlah kaidah sebagaimana dikemukakan


oleh wiyatmi, yaitu plausibilitas (kemasukakalan), surprise
(kejutan), unity (keutuhan). Rangakaian peristiwa disusun secara
masuk akal disini tetap dalam krangka fiksi. Suatu cerita
dikatakan masuk akal apabila cerita itu memiliki kebenaran,
yakni benar bagi diri cerita itu sendiri.39
4;

Latar (setting)

37Ibid.,36.
38 Burhan Nurgiyanto, Teori Pengkajian Fiksi.,12.
39 Wiyatmi, Pengantar Kajian Satra.,37.

24

Latar dibedakan menjadi tiga macam menurut wiyatmi,


yaitu:
a; Latar tempat, yaitu berkaitan dengan masalah geografis. Di

lokasi mana peristiwa terjadi, di desa, di kota dan


sebagainya.
b; Latar waktu, yaitu berkaitan dengan masalah waktu, hari,

jam, maupun histories.


c; Latar

sosial,

yaitu

berkaitan

dengan

kehidupan

masyarakat.40
Latar memiliki fungsi untuk memberi konteks cerita. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa sebuah cerita terjadi dan
dialami oleh tokoh di suatu tempat tertentu, pada suatu masa,
dan lingkungan masyarakat tertentu.

5;

Tokoh
Pengertian tokoh menurut wiyatmi yaitu:
Para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh
dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang, meskipun
dapat juga merupakan gambaran dari orang orang yang
hidup di alam nyata. Oleh karena itu, dalam sebuah fiksi
tokoh hendaknya dihadirkan secara alamiah. Sama
halnya dengan manusia yang ada dalam alam nyata, yang
bersifat tiga dimensi, maka tokoh dalam fiksi pun
hendaknya memiliki dimensi fisiologis, sosiologis dan
psikologis. Dimensi fisiologis meliputi usia, jenis
kelamin, keadaan tubuh, dan ciri ciri muka. Dimensi
sosiologis meliputi status sosial, pekerjaan, jabatan,
peranan dalam masyarakat, pendidikan, agama,
pandangan hidup, ideologi, aktivitas sosial, organisasi,

40 Ibid.,40.

25

hobi, bangsa, suku, dan keturunan. Dimensi psikologis


meliputi mentalitas, ukuran moral, keinginan, dan
perasaan pribadi, sikap dan kelakuan (tempramen), juga
intelektualitasnya (IQ).41

Tokoh dalam fiksi biasanya dibedakan menjadi beberapa


jenis. Sesuai dengan keterlibatannya dalam cerita dibedakan
menjadi tokoh utama (sentral) yang amat ditonjolkan dalam
cerita tersebut dan tokoh tambahan (periferial).42
6;

Sudut pandang (point of view)


Sudut pandang atau point of view memasalahkan siapa yang
bercerita. Sudut pandang dibedakan menjadi sudut pandang
orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Masing
masing sudut pandang tersebut kemudian dibedakan lagi
menjadi:
1;
2;
3;
4;

7;

Sudut pandang first person central atau akuan


sertaan.
Sudut pandang first person peripheral atau akuan
taksertaan.
Sudut pandang third person omniscient atau diaan
mahatau.
Sudut pandang third person limited atau diaan
terbatas.43

Amanat
Amanat adalah pesan yang dapat diambil dari cerita yang
ditulis oleh pengarang.

41 Wiyatmi, Pengantar Kajian Satra,.30-31.


42Ibid.,31.
43 Wiyatmi, Pengantar Kajian Satra.,41.

26

b;

Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar
karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun
cerita sebuah karya. Yang termasuk unsur ekstrinsik karya sastra
antara lain sebagai berikut.
1; Keadaan subjektifitas pengarang
keyakinan, dan pandangan hidup.

yang

memiliki

sikap,

2; Psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya)


3; Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik dan
sosial.
4; Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang
lainnya.44

5;

Fungsi Novel
Setidak tidaknya sudah seribu tahun sastra menduduki fungsinya
yang penting dalam masyarakat Indonesia. Fungsi novel menurut Jakob
Sumardjo, yaitu:
Sastra dibaca oleh para raja dan bangsawan, serta kaum terpelajar
pada zamannya. Pentingnya kedudukan sastra dalam masyarakat
Indonesia lama, disebabkan oleh fokus budaya mereka pada unsur
agama dan seni. Sastra jawa kuno malah menduduki fungsi
religio-magis. Pada zaman Islam sastra digunakan para raja untuk
memberikan ajaran rohani kepada rakyatnya. Jadi, pada zaman
dahulu sastra mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
masyarakat Indonesia. Akan tetapi, fungsi ini mulai tergeser
dengan masuknya kebudayaan barat ke Indonesia. 45

44 Natali, Menganalisis unsur unsur intrunsik dan ekstrinsik,


http://natalidopengasihmwordpress.com/05/10/2010. diakses tgl 10 Mei 2012.
45 Jakob Sumardjo, Sastra dan Massa (Bandung: ITB, 1995),6.

27

Beberapa fungsi sastra di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa


fungsi novel dalam masyarakat juga sangat penting, karena novel bukan
saja menampilkan sebuah wacana kepada masyarakat, akan tetapi novel
juga sangat berfungsi terhadap perkembangan masyarakat. Terlihat pada
pesan seorang penulis atau sastrawan dapat dikatakan sebagai pejuang
moral karena mereka berupaya agar pembaca dapat mengetahui dan
memahami apa yang ada dalam alur cerita novel tersebut sehingga
menggugah perasaan si pembaca.
B; Konsep Pendidikan Karakter
1; Pengertian Pendidikan Karakter

Sebelum mengetahui pendidikan karakter maka akan


dijelaskan terlebih dahulu pengertian karakter. Menurut Abdullah
Munir, Secara bahasa, karakter berasal dari bahasa Yunani,
charassein, yang artinya mengukir.46 Selain itu kata karakter
menurut Arismanto, Berasal dari kata to mark (menandai) dan
memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.47
Menurut Thomas Lickona menjelaskan:
Karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespons
situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanifestasikan
dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur,
bertanggungjawab, menghormati orang lain, dan karakter
mulia lainnya.48
46 Abdullah Munir, Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah
(Yogyakarta: Pedagogia, 2010),2.
47 Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building Bagaimana Mendidik Anak
Berkarakter? (Yogyakarta: Tiara Wacana,2008),28.
48 Agus Wbowo, Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berkepribadian
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012),32.

28

Arismanto menambahkan, karakter (character) mengacu


pada serangakain sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivasions), dan ketrampilan (skills). Karakter meliputi sikap
seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsipprinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan
interpersonal dan emosional yang memungkin seseorang berinteraksi
secara efektif dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk
berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya.49
Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality
(kepribadian) seseorang. seseorang bisa disebut orang yang
berkarakter apabila perilakunya sesuai dengan kaidah moral. Oleh
sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam dan rakus
dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang
yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang
berkarakter mulia.
Pengertian pendidikan karakter menurut Agus Wibowo
dalam Bukunya

Pendidikan Karakter Strategi Membangun

Karakter, yaitu:
Pendidikan
karakter
adalah
pendidikan
yang
mengembangkan nilai nilai karakter bangsa pada diri
peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter
sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai nilai tersebut
dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan
warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan
kreatif.50

49 Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building.,27.


50 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter.,35.

29

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan


dan mengembangkan karakter karakter luhur kepada anak didik,
sehingga mereka memilki karakter luhur itu, menerapkan dan
mempraktikannya dalam kehidupannya, entah dalam keluarga,
sebagai anggota masyarakat dan warga negara.51
Dalam
Pendidikan

grand
karakter

desain

pendidikan

merupakan

proses

karakter

dijelaskan,

pembudayaan

dan

pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan


(sekolah), lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.52
Pengertian pendidikan karakter menurut Sri Jundiani adalah
Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang
mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik
sehingga mereka memiliki nilai dan karakter dirinya,
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya,
sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius,
nasionalis, produktif, dan kreatif.53

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan


karakter adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru, yang dapat
mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk
karakter peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana
perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi,

51Ibid.,36.
52 Oos M. Anwas, Televisi Mendidik Karakter Bangsa: Harapan dan Tantangan, dalam Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balitbang Kemendiknas, Vol. 16. Edisi Khusus III, Oktober
2010), 258.
53 Sri Jundani, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui Penguatan
Pelaksanaan Kurikulum, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balitbang
Kemendiknas, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010), 282.

30

bagaimana guru bertoleransi, dan hal-hal yang terkait dalam proses


pembelajaran.
2; Sumber Pendidikan Karakter

Menurut

Zubaedi,

pendidikan

karakter

dilakukan

melalui

pendidikan nilai nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar karakter
bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya
adalah nilai. Oleh karena itu, pendidikan karakter pada dasarnya adalah
pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi
bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam
tujuan pendidikan nasional.54
Nilai nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di
Indonesia diidentifikasi berasal dari empat sumber, yaitu:
a; Agama

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat beragam.


Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan
bangsa selalub didasari ajaran agama dan kepercayaannya.
Secara olitis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilainilai yang berasal dari agama. Karenanya, nilia-nilai
pendidikan karakter harus didasarkan pada nilai-nilai dan
kaidah yang bersumber dari agama.
b; Pancasila

Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas


prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang
disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD
1945 yang dijabarkan lebih lanjut ke dalam pasal-pasal
yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila menjadi nilai-nilai yang
mengatur
kehidupan
politik,
hukum,
ekonomi,
kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan
karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta ddik
54 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2011),73.

31

menjadi warga negara yang lebih baik yaitu warga negara


yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan
nilai-nilai pancasila dalam kehidupannya sebagai warga
negara.
c; Budaya

Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang


hidup bermasyarakat yang tidak didasari nilai-nilai budaya
yang diakui masyarakat tersebut. nilai budaya ini dijadikan
dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan
arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat tersebut.
posisi budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan
budaya dan karakter bangsa.
d; Tujuan pendidikan nasional

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas)
merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang
harusbdigunakan
dalam
mengembangkann
upaya
pendidikan di Indonesia. 55
UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3
menyebutkan:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.56

Seperti yang dijelaskan Zubaedi dalam bukunya


Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya
dalam Lembaga Pendidikan, tujuan pendidikan nasional
55 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi.,72-74.
56 Anggota IKAPI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Sisdiknas Sistem Pendidikan
Nasional (Bandung: Fokusmedia,2010),6.

32

sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga


negara Indonesia dikembangkan oleh satuan pendidikan di
berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional
memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki
negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan
nasional adalah sumber yang paling operasional dalam
pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.57
3; Nilai Nilai Pendidikan Karakter

Menurut Heri Gunawan yang mengutip pendapat Sumatri


mendefinisikan nilai yaitu, Nilai adalah hal yang terkandung dalam diri
(hati nurani) manusia yang lebih memberi dasar pada prinsip akhlak yang
merupakan standar dari keindahan dan efisinsi atau keutuhan dalam
hati.58
Mengacu dari buku Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi
yang ditulis oleh Heri yang mengutip dari Kemendiknas, memberikan
uraian nilai nilai pendidikan karakter yang dapat dikembangkan di
sekolah, seperti yang ada pada tabel berikut:
Tabel 1
Nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah
No
1.

Nilai Karakter yang


dikembangkan
Nilai karakter dalam
hubungannya dengan
Tuhan Yang Maha Esa
(Religius)

Deskripsi perilaku
sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.

57 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi.,74.


58 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2012), 3.

33

2.

Nilai karakter dalam


hubungannya dengan
diri sendiri yang
meliputi:

Jujur

Tanggung jawab

Bergaya hidup sehat

Disiplin

Kerja keras

Percaya diri

Berjiwa wiarusaha
Berpikir logis, kritis,
kreatif, dan inovatif

perilaku yang didasarkan pada upaya


menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan, baik diri sendiri maupun orang
lain.
sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan
budaya), negara, dan Tuhan yang Maha Esa.
segala upaya untuk menerapkan kebiasaan
yang baik dalam menciptakan hidup yang
sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk
yang dapat mengganggu kesehatan.
tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
perilaku yang menunjukkan upaya sungguh
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan
belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
Merupakan sikap yakin akan kemampuan diri
sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap
keinginan dan harapannya.
Sikap dan perilaku yang mandiri dan panadai
atau berbakat mengenali produk baru,
menentukan cara produksibaru, menyusun
operasi untuk pengadaan produk baru.
Berpikir dan melakukan sesuatu secara
kenyataan atau logika untuk menghasilkan
cara atau hasil baru yang termutakhir dari apa

34

Mandiri

3.

yang telah dimiliki.


sikap dan perilaku yang
tergantung
pada
orang
menyelesaikan tugas tugas.

tidak
lain

mudah
dalam

Ingin tahu

sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk


mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarnya, dilihat, dan
didengar.

Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap berbuat yang


menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan
yang
tinggi
terhadap
pengetahuan.

Nilai karakter dalam


hubungannya dengan
sesama
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan
apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan
orang lain serta tugas/kewajiban dari sendiri
serta orang lain.
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan
Patuh pada aturanberkenaan
dengan
masyarakat
dan
aturan sosial
kepentingan umum.
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang
Santun
tata bahasa tata perilakunya ke semua orang.
Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang
Demokratis
menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam
Nilai karakter dalam disekitarnya, dan mengembangkan upayahubungannya dengan upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
lingkungan
yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi
bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
Nilai karakter dalam
hubungannya dengan
kebangsaan
Sadar akan hak dan
kewajiban orang lain

4.

5.

Nasionalis

Cara berpikir, berikap dan berbuat yang


menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politi, bangsanya.

35

Menghargai
keberagaman

59

Sikap memberikan respek/hormat terhadap


berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik,
sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

4; Tujuan Pendidikan Karakter

Mulyasa mengemukakan tujuan pendidikan karakter adalah sebagai

berikut:
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses
dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter
dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang,
sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan
pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta
mempersonalisasikan nilai nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari hari.60

Agus Wibowo menambahkan, pendidikan karakter memiliki esensi


dan makna yang sama dengan pendidikan moral atau akhlak. Tujuannya
adalah membentuk pribadi anak supaya menjadi pribadi yang baik, jika
di masyarakat menjadi warga yang baik, dan jika dalam kehidupan
bernegara menjadi warga negara yang baik. Adapun kriteria pribadi yang
baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi
suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai nilai sosial
tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsa.
Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks
pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai

59 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi., 33-35.


60 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: PT Bumi Aksara,2011),9.

36

nalai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam
rangka membina kepribadian generasi muda.61
Dari beberapa rumusan tujuan pendidikan karakter di atas dapat
disimpulkan bahwa tujuan utama pendidikan karakter adalah penanaman
nilai nilai yang baik pada peserta didik agar peserta didik mempunyai
karakter dan akhlak mulia. Sehingga peserta didik dapat berperilaku yang
baik baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.
5; Prinsip Pendidikan Karakter

Berkaitan dengan pendidikan karakter, Character Education


Quality Standards merekomendasikan 11

prinsip untuk mewujudkan

karakter yang efektif, sebagai berikut:


1; Mempromosikan nilai nilai dasar etika sebagai basis karakter.
2; Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup

pemikiran, perasaan dan perilaku.


3; Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk

membangun karakter.
4; Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
5; Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan
perilaku yang baik.
6; Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan
menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun
karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses.
7; Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari peserta didik.
8; Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral
yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia
kepada nilai dasar yang sama.
9; Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas
dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
10;Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra
dalam usaha membangun karakter.
11; Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru
guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan
peserta didik. 62
61 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter,34-35.
62 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter.,17-18.

37

Selain prinsip di atas terdapat beberapa prinsip lain dalam


pendidikan karakter, yaitu:
1;

Manusia adalah makhluk yang dipengaruhi dua aspek, pada


dirinya memiliki sumber kebenaran dan diluar dirinya ada juga
dorongan atau kondisi yang mempengaruhi kesadaran.
Berkowitz membagi dua aspek emosi, yaitu selfcerconship
(kontrol internal) dan badan procosial. Kontrol internal
berkaitan dengan adanya perasaan bersalah dan malu, dimana
kontrol itu akan mencegah seseorang dari perilaku buruk dan
selalu ada keinginan untuk memperbaiki diri. Sedangkan aspek
prosocial adalah terkait dengan emosi yang timbul karena
melihat kesulitan dan penderitaan orang lain, dan ini biasa
disebut dengan rasa empati dan simpati.
Atas dasar prinsip ini, pendidikan karakter tidaklah berifat
teoritis (meyakini telah ada konsep yang akan dijadikan rujukan
karakter), tetapi melibatkan penciptaan situasi yang
mengondisikan peserta didik mencapai pemenuhan karakter
utamanya. Penciptaan konteks (komunitas belajar) yang baik,
dan pemahaman akan konteks peserta didik (dari latar dan
perkembangan psikologi) menjadi bagian dari pendidikan
karakter.
Menganggap bahwa perilaku yang dibimbing olh nilai-nilai
utama sebagai bukti dari karakter, pendidikan karakter tidak
meyakini adanya pemisahan antara roh, jiwa, dan badan. Hadis
menyatakan bahwa iman dibangun oleh peran serta roh, jiwa
dan badan, yaitu melalui perkataan, peyakinan dan tindakan,
tanpa tindakan, semua yang diucapkan dan diyakini bukanlah
apa-apa, tanpa peyakinan maka tindakan dan perkataan tidak
memilki makna, kemudian tanpa pernyataan dalam perkataan,
penindakan dan peyakinan tidak akan terhubung.

2;

3;

Pendidikan karakter mengutamakan munculnya kesadaran


pribadi peserta didik untuk secara ikhlas mengutamakan
karakter positif.
Pendidikan karakter mengarahkan peserta didik untuk menjadi
manusia ulul albab yang tidak hanya memiliki kesadaran diri,
tetapi juga kesadaran untuk terus mengembangkan diri,
memperhatikan masalah lingkungannya, dan memperbaiki
kehidupan sesuai dengan pengetahuan dan karakter yang
dimilikinya. Manusia ulul albab adalah manusia yang dapat

38

4;

diandalkan dari segala aspek, baik aspek intelektual, afektif,


maupn spiritual.
Karakter seseorang ditentukan oleh apa yang dilakukannya
berdasarkan pilihan. Setiap keputusan yang diambil menentukan
kualitas seseorang di mata orang lain. Seorang individu dengan
karakter yang baik bisa mengubah dunia secara perlahan
lahan.63

6; Pilar Pendidikan Karakter

Menurut Suyatno, setidaknya terdapat sembilan pilar karakter yang


berasal dari nilai-nilai luhur universal sebagai berikut:
1;

Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya


Pilar ini adalah pilar yang paling penting dalam kehidupan
manusia. Apabila seseorang bisa mencintai Tuhannya,
kehidupannya akan penuh dengan kebaikan. Apalagi, cinta
kepada Tuhan ini disempurnakan dengan mencintai ciptaanNya.

2;

Kemandirian dan tanggung jawab


Banyak sekali orang melakukan perbuatan tidak
menyenangkan orang lain, bahkan merugikan banyak pihak
karena seseorang tidak punyai sifat kemandirian. Demikian
pula dengan tanggung jawab. Sungguh, inilah hal mendasar
yang harus dimiliki setiap manusia. Tanpa tanggung jawab,
manusia tak lebih hanyalah sosok yang tidak berguna akal
sehatnya.

3;

Kejujuran / amanah
Kejujuran dan amanah ini adalah kunci sukses seseorang
dalam menjalin hubungan dengan siapa pun. Barangsiapa yang
mengabaikan kejujuran, apalagi tidak berjiwa amanah, akan
ditinggalkan atau tidak disukai oleh sahabat dan kenalannya.

4;

Hormat dan santun


Inilah karakter penting yang harus ada dalam diri manusia agar
dapat menjalin kerja sama dalam kehidupan yang damai dan
menyenangkan. Manusia yang tidak mempunyai rasa hormat
dan sopan santun, tentu akan sulit menjalin hubungan dalam

63 Bambang Q-Anees, Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran (Bandung:


Refika Offset, 2009),104-106.

39

pergaulan. Orang yang demikian akan dijauhi oleh orang lain


karena dinilai angkuh dan sombong. Oleh karena itu,
pendidikan perlu membangun karakter anak didiknya agar
mempunyai sifat hormat dan santun dalam pergaulan. Dengan
demikian, mereka akan menjadi pribadi-pribadi yang
menyenangkan.
5;

Dermawan, suka menolong, dan kerja sama


Karakter dermawan dan suka menolong adalah kemuliaan
yang ada dalam diri manusia. Hanya orang-orang yang berjiwa
besar yang mempunyai sifat bisa dermawan dan suka
menolong.

6;

Percaya diri dan pekerja keras


Inilah hal yang penting agar seseorang dapat memperoleh apa
yang diinginkan, mencapai segala sesuatu yang menjadi
impiannya, atau meraih cita-cita yang mulia dalam kehidupan
ini.

7;

Kepemimpinan dan keadilan


Setiap manusia pasti akan menjadi pemimpin, entah menjadi
pemimpin bagi keluarganya, anak-anaknya, lingkungan tempat
tinggal, negara, perusahaan, kelompok, organisasi, atau bahkan
pemimpin bagi dirinya. Oleh karena itu, setiap anak didik
harus dibangun kepribadiannya agar mempunyai jiwa
kepemimpinan yang baik. Kepemimpinan yang baik sudah
tentu harus juga mempunyai karakter yang bisa bersikap adil.

8;

Baik dan rendah hati


Inilah hal yang sangat penting dimilki oleh setiap orang-orang
yang terdidik, yakni memiliki karakter baik dan rendah hati.
Apabila orang-orang yang terdidik tidak mempunyai karakter
yang baik dan rendah hati, akan banyak kerusakan terjadi di
muka bumi ini.

9;

Toleransi, kedamaian, dan kesatuan


Inilah hal yang sangat penting untuk membangun kehidupan
bersama yang damai dan menyenangkan.64

Selain itu, Character Counts di Amerika mengidentifikasikan bahwa


karakter-karakter yang menjadi pilar adalah:
64 Akhmad Muhaimin Azzel, Urgensi Pendidikan Karakter.,29-34.

40

1;
2;
3;
4;
5;
6;
7;
8;
9;
10;

Dapat dipercaya (trustworthines)


Rasa hormat dan perhatian (respect)
Tanggung jawab (responbility)
Jujur (fairness)
Peduli (caring)
Kewarganegaraan (citizenship)
Ketulusan (honesty)
Berani (courage)
Tekun (diligence)
integrity65

Melengkapi uraian tersebut, Ginanjar dengan teori ESQ menyodorkan


pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk
kepada sifat-sifat mulia Allah, yaitu al-Asma al-Husna. Sifat sifat dan
nama nama mulia ini merupakan sumber inspirasi setiap karakter positif
yang dirumuskan oleh siapa pun. 66
Dari sekian banyak karakter yang bisa diteladani dari nama-nama
Allah itu, Ari merangkumnya dalam 7 karakter dasar berikut:
1;
2;
3;
4;
5;
6;
7;

Jujur
Tanggung jawab
Disiplin
Visioner
Adil
Peduli
Kerja sama67

Meskipun demikian, karakter Nabi Besar Muhammad SAW, hanya


mencakup empat hal, yakni Sidik, Tabligh, Amanah, dan Fathonah
(STAF). Namun begitu, keempat hal tersebut telah mencakup seluruh
perilaku, sehingga Dia dijuluki sebagai Al Amin (orang yang dipercaya).68
65 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter.,16.
66 Ary Ginanjar Agustin, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (Jakarta:
Argha Publishing, 2001), 60.
67 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter.,16.
68 Ibid.,17.

41

7; Metode Pembelajaran Pendidikan Karakter

Dalam proses pendidikan, termasuk dalam pendidikan karakter


diperlukan metode pembelajaran pendidikan yang mampu menanamkan
nilai nilai karakter kepada siswa, sehingga siswa bukan hanya tahu
tentang moral (karakter) tetapi juga diharapkan mereka mampu
melaksanakan moral yang menjadi tujuan utama pendidikan karakter.
Dony Kusuma mengajukan lima metode pembelajaran pendidikan
karakter (dalam penerapan di lembaga sekolah), yaitu:
1;

Mengajarkan
Pemahaman konseptual tetap dibutuhkan sebagai bekal
konsep-konsep-konsep nilai yang kemudian menjadi rujukan
bagi perwujudan karakter tertentu. Mengajarkan karakter
berarti memberikan pemahaman pada peserta didik tentang
struktur nilai tertentu, keutamaan (bila dilaksanakan), dan
maslahatnya (bila tak dilaksankan). Mengajarkan nilai
memiliki dua faedah, pertama memberikan pengetahuan
konseptual baru, kedua menjadi pembanding atas pengetahuan
yang telah dimiliki oleh peserta didik. Karena itu, maka proses
mengajarkan tidaklah menolong, melainkan melibatkan
peranserta peserta didik.

2;

Keteladanan
Manusia lebih banyak belajar dari apa yang mereka
lihat. Keteladanan menempati posisi yang sangat penting. Guru
harus terlebih dahulu memiliki karakter yang hendak diajarkan.
Guru adalah yang digugu dan ditiru, peserta didik akan meniru
apa yang dilakukan gurunya. Bahkan, sebuah pepatah kuno
memberi peringatan pada para guru bahwa peserta didik akan
meniru karakter negatif secara lebih ekstrim ketimbang
gurunya, Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.
Keteladanan tidak hanya bersumber dari guru,
melainkan juga dari seluruh manusia yang ada di lembaga
pendidikan tersebut. juga bersumber dari orang tua, karib
kerabat, dan siapapun yang sering berhubungan dengan peserta
didik. Pada titik ini, pendidikan karakter membutuhkan

42

lingkungan pendidikan yang utuh, saling mengajarkan


karakter.
3;

Menentukan prioritas
Penentuan prioritas yang jelas harus ditentukan agar
proses evaluai atas berhasil tidaknya pendidikan karakter dapat
menjadi jelas. Tanpa prioritas, pendidikan karakter tidak dapat
terfokus dan karenanya tidak dapat dinilai berhasil atau tidak
berhasil.

4;

Praksis prioritas
Unsur lain yang sangat penting setelah penentuan
prioritas karakter adalah bukti dilaksanakannya prioritas
karakter tersebut. Lembaga pendidikan harus mampu membuat
verifikasi sejauh mana prioritas yang telah ditentukan telah
dapat direalisasikan dalam lingkup pendidikan melalui
berbegai unsur yang ada dalam lembaga pendidikan itu.

5;

Refleksi
Refleksi berarti dipantulkan ke dalam diri. Apa yang
telah dialami masih tetap terpisah dengan kesadaran diri sejauh
ia belum dikaitkan, dipantulkan dengan isi kesadaran
seseorang.69

Selain itu terdapat beberapa metode pembelajaran pendidikan karakter


menurut Zubaedi, antara lain:
a; Metode Demokratis

Metode demokratis menekankan pencerian secara bebas dan


pengahayatan nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan
anak untuk menemukan nilai-nilai tersebut dalam pendampingan
penghargaan guru.
b; Metode Pencarian Bersama

Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang


melibatkan siswa dan guru. Pencarian bersama berorientasi pada
diskusi atas soal-soal aktual dalam masyarakat, dimana dari
proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berpikir logis,
analitis, sistematis, argumentatif untuk dapat mengambil nilainilai hidup dari masalah yang diolah bersama.
69 Dony Kusuma, Pendidikan Karakter (Jakarta: Grasindo,2004), 215-116.

43

c; Metode Siswa Aktif

Metode siswa aktif menekankanpada proses yang melibatkan


anak sejaka awal pembelajaran. Guru memberikan pokok
bahasan dan anak dalam kelompok mencari dan
mengembangkan proses selanjutnya. Anak melalukan
pengamatan, pembahasan, analisis sampai pada proses
penyimpulan atas kegiatan mereka.
d; Metode Keteladanan

Metode ini dilakukan dengan menempatkan diri sebagai idola


dan panutan bagi anak. Dengan keteladanan pendidik / guru
dapat membimbing anak untuk membentuk sikap yang kukuh.
Dalam konteks ini, dituntut ketulusan, keteguhan, dan sikap
konsistensi hidup seorang guru.
e; Metode Live In

Metode ini dimaksudkan agar anak mempunyai pengalaman


hidup bersama orang lain secara langsung dalam situasi yang
sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan
pengalaman langsung anak dapat mengenal lingkungan bhidup
yang berbeda dengan cara berpikit, tantangan, permasalahan,
termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Kegiatan dilakukan
secara periodik, misalnya anak diajak berkunjung dan
membantu pada suatu panti asuhan anak-anak cacat.
f; Metode Penjernihan Nilai

Metode ini dilakukan dengan dialog aktif dalam bentuk sharing


atau diskusi mendalam dan intensif sebagai pendampingan agar
anak tidak mengalami pembelokan nilai hidup. Anak diajak
untuk secara kritis melihat nilai- nilai hidup yang ada dalam
masyarakatnya dan bersikap terhadap situasi tersebut.
penjernihan nilai dalam kehidupan amat penting, sebab apabila
kontradiksi atau bias dibiarkan dan seolah dibenarkan maka
akan terjadi kekacauan pandangan hidup bersama.70

Menurut Heri Gunawan yang mengutip pendapat Abdurrahman AnNahlawi, mengemukakan ada beberapa metode pembelajaran pendidikan
karakter, yaitu:
70 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi.,246-247.

44

1; Metode Hiwar atau Percakapan

Metode hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara


dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai satu topi,
dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang
dikehendaki. Dalam proses pendidikan metode hiwar
mempunyai dampak yang sangat mendalam terhadap jiwa
pendengar atau pembaca yang mengikuti topik percakapan
dengan seksama dan penuh perhatian.
2; Metode Qishah atau Cerita

Kisah merupakan penelusuran terhadap kejadian masa lalu.


Dalam pelaksanaan pendidikan memiliki peranan yang sangat
penting, karena dalam kisah kisah terdapat berbagai
keteladanan dan edukasi.
3; Metode Amtsal atau Perumpamaan

Dalam mendidik manusia, Allah banyak menggunakan


perumpamaan, misalnya seperti dalam Al Quran Surat Al
Baqarah ayat 17:

Artinya:
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan
api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah
hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.71
Metode perumpamaan juga baik digunakan oleh para guru
dalam mengajari peserta didiknya terutama dalam
menanamkan karakter kepada mereka. Cara penggunaan
metode amtsal ini hampir sama dengan metode kisah, yaitu
dengan berceramah.
4; Metode Uswah atau Keteladanan

Dalam penanaman karakter kepada peserta didik di sekolah,


keteladanan (terutama pada siswa usia pendidikan dasar dan
menengah) pada umumnya cenderung meneladani (meniru)
guru atau pendidiknya. Hal ini memang karena secara
psikologis siswa memang senang meniru, tidak saja yang baik,
bahkan terkadang yang jeleknya pun mereka tiru.

71 QS. Al Baqarah (2): 17.

45

Guru atau pendidik adalah orang yang menjadi anutan para


peserta didiknya. setiap anak mula mula mengagumi kedua
orang tuanya. Semua tingkah laku ditiru oleh anak-anaknya
maka orang tua harus memberikan teladan yang baik, mislnya
sebelum makan membaca basmalah. Tetapi setelah anak
sekolah ia mulai meneladani atau meniru apapun yang
dilakukan gurunya. Oleh karenanya guru perlu memberikan
keteladanan yang baik kepada peserta didiknya, agar
penanaman karakter baik menjadi lebih efektif dan efisien.
5; Metode Pembiasaan

Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara


berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan.
Metode pembiasaan (habituation) ini berintikan pengalaman.
Dan inti kebiasaan adalah pengulangan. Pembiasaan
menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, yang
dapat menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan
yang melekat dan spontan, agar kegiatan itu dapat dilakukan
dalam setiap pekerjaan. Oleh karenanya menurut para pakar,
metode ini sangat efektif dalam rangka pembinaan karakter
dan kepribadian anak.
6; Metode Ibrah dan Mauidah

Ibrah dan Mauidah memiliki perbedaan dari segi makna.


Ibrah berarti kondisi psikis yang menyampaikan manusia
kepada intisari seuatu yang disaksikan, dihadapi dengan
menggunakan nalar yang menyebabkan hati mngakuinya.
Adapun kata Mauidah ialah nasihat yang lembut yang
diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau
ancamannya.72

Dari berbagai metode pembelajaran pendidikan karakter yang telah


dijelaskan di atas, penggunaan metode yang bisa diterapkan di sekolah
harus disesuaikan dengan keadaan para peserta didik serta lingkungan
sekolah. Agar metode yang digunakan dapat terlaksana secara maksimal.

72 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi., 88-96.

Anda mungkin juga menyukai