PROPOSAL SKzRIPSI
Oleh :
ANI WIDIYAWATI
NIM. 1700031025
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penulisan skripsi pada program studi
Pendidikan Agama Islam
Islam adalah agama yang paling sempurna daripada agama lain dan diantara
ajaran yang menempati posisi terpenting salah satunya yaitu tentang akhlak.
Akhlak bisa dikatakan cermin yang menunjukan jati diri seseorang karena akhlak
adalah sesuatu yang timbul dari diri seseorang dengan spontan dan tidak
direkayasa. Dalam kondisi apapun akhlak seseorang akan terlihat dengan apa
yang dilakukan seseorang jika terjadi sesuatu, bisa dengan kejadian baik atau
dengan kejadian buruk. Akhlak akan muncul dengan sendirinya karena Akhlak
sendiri bisa kita lihat dari respon indra penglihatan, dari indra pendengaran, dan
dari anggota tubuh yang dilakukan oleh seseorang. Suatu hal yang ditekankan
dalam Islam adalah pendidikan akhlak wajib dimulai sejak usia dini karena masa
kanak-kanak adalah masa yang paling kondusif untuk menanamkan kebiasaan
yang baik.1
Pendidikan akhlak adalah ikhtiar atau usaha manusia dewasa untuk
mengarahkan peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah
SWT dan berakhlak karimah.2 Seperti saat ini Indonesia sedang mengalami krisis
moral yang berkepanjangan. Banyaknya kasus-kasus yang merupakan dekadensi
moral, seperti korupsi, kekerasan, tawuran antar pelajar, tindakan pornografi, dan
lain-lain yang muncul menimbulkan keprihatinan yang mendalam. Hampir setiap
hari media massa dan elektronik menyajikan berita yang berisi kriminalitas, yang
tak jarang dilakukan oleh para anak usia belasan. Hal tersebut menyiratkan
bahwa ada yang kurang tepat dengan pendidikan di Indonesia. Oleh sebab itu,
saat ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan
pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal.3
1
Ibrahim Bafadhol, “Book Review: Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam”, dalam
Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam vol. 06 no.12, Juli 2017/1438H,, hlm. 45.
2
Ibid., hlm. 46.
3
Yeni Ernawati, “Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Sastra: Problematika
Pembinaan Karakter”, dalam Jurnal ilmiah Bina Edukasi Vol. 11 No.1, Juni 2018, hlm. 50.
1
Masyarakat berharap lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi
pembinaan generasi muda dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan
kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan
karakter. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya untuk membina
pembentukan karakter peserta didik di sekolah yang terintegrasi dalam
komponen pembelajaran, seperti kurikulum, guru, materi pembelajaran, sumber
pembelajaran, dan lain-lain.4
Penerapan pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran dapat
dilakukan dalam pembelajaran sastra. Pembelajaran sastra diintergrasikan
dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran sastra masih sering
dikesampingkan dalam pembelajaran. Guru lebih menitikberatkan pada
pembelajaran bahasa Indonesia. Padahal pembelajaran sastra memberikan
banyak manfaat dalam proses pembentukan dan pembinaan karakter peserta
didik. Ada empat manfaat yang dapat diambil dari belajar sastra, yaitu
menunjang keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya,
mengembangkan rasa karsa, dan membentuk watak5. Dalam komunikasi sastra,
sifat sastra yang penting adalah mampu menyampaikan informasi yang
bermacam-macam kepada pembaca yang bermacam-macam pula.6
Menurut KKBI online, novel adalah karangan prosa yang panjang
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di
sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. novel sebagai
media untuk mengungkapkan nilai-nilai atau norma-norma dalam masyarakat
melalui diskusi dan brainstorming pun bisa digunakan oleh pendidik. Novel
banyak memberikan kisah-kisah yang mampu menjadikan pembacanya
berimajinasi dan masuk dalam cerita novel tersebut. Banyak penikmat novel
yang terpengaruh dengan isi yang ada dalam novel, baik itu gaya berbicara,
4
Ibid,. hlm. 50.
5
Ibid,. hlm. 50.
6
Rachmat Djoko Pradopo,dkk, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Hanindita Graha
Widya, 2006), hlm. 10.
2
busana bahkan perilaku tentunya setelah membaca dan memahaminya. Hal ini
sangat baik apabila pendidik mampu memasukkan pendidikan karakter untuk
bisa mempengaruhi peserta didiknya.7 Dari cerita di dalam novel tersebut
mengandung cerita yang bermacam-macam mulai cerita rakyat, religi, politik,
dan lain-lain. Dengan adanya novel ini maka bisa diselipkan nilai-nilai agama
islam agar tidak stagnan dan cepat terasa bosan karena cerita yang ada
didalamnya bisa menghantarkan ke imajinasi yang bisa membangkitkan
semangat. Novel yang baik itu tidak hanya menghantarkan pembaca untuk
menambah ilmu dan mempunyai nilai yang baik dalam kehidupan. Contoh novel
yang sarat akan pendidikan Akhlak khususnya bagi remaja yaitu novel Api
Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy.
Dalam novel Api tauhid karya Habiburrahman El Shirazy yang sering di
sapa “kang Abik” ini mengangkat cerita tentang Syaikh Badiuzzaman Said Nursi
tokoh peradaban zaman yang berpengaruh pada masanya dengan nilai-nilai Islam
dan semangat berjuang menegakkan agama Islam serta berjihad melalui segala
aspek yang bisa beliau lakukan. Di samping itu menceritakan tokoh yang sangat
menonjol dalam kehidupan nyata dalam novel Api Tauhid yaitu Fahmi.
Sebagaimana pada salah satu petikan yang menceritakan Fahmi
“Keindahan sejarah tiada bandingnya, Karenanya salah satu muatan Al-
Qur’an adalah sejarah nabi dan umat terdahulu agar kita menyelami
lautan hikmah dalam keindahan.” Begitu Fahmi sering berkata.”8
3
Dan contoh lainnya berisikan akhlak seorang hamba yang bersyukur
kepada Allah SWT telah menciptakan alam yang berbeda-beda dan musim
dengan karakter pada negara masing-masing.
“Fahmi tiada putusnya mengucapkan tasbih melihat pemandangan alam
yang baginya sangat menakjubkan itu. Bagi orang Turki, mungkin sudah
biasa karena setahun sekali mereka menemukan salju, tapi bagi dia,yang
orang lumajang, itu sangat luar biasa. Bahkan ia merasa seperti berada di
alam lain, bukan lagi alam dunia. Alam yang serba putih, indah dan
terasa magis. Sudah tiga hari ia di Istanbul, dan ia belum juga bosan
menikmati keindahan salju.”9
9
Ibid,. hlm. 74.
4
pencipta, menjadi pribadi yang menolong tanpa pamrih, sabar dalam menghadapi
cobaan, bertekat kuat dalam kepercayaan yang diyakininya, dan bermanfaat bagi
orang banyak sekaligus menjadi teladan bagi orang lain. Selain itu bagi guru dan
orang tua bisa memahami bagaimana akhlak seorang insan yang bisa menjadi
teladan bagi peserta didiknya dan anaknya serta menyelami seorang hamba yang
luar biasa mengedepankan kewajiban kepada RabbNya daripada makhlukNya.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka fokus masalah akan di jawab
melalui penelitian ini adalah :
1. Apa saja Nilai-nilai Akhlak dalam novel Api Tauhid Karya Habiburrahman
El Shirazy ?
2. Bagaimana relevansi Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam novel Api Tauhid
Karya Habiburrahman El Shirazy terhadap Pendidikan Agama Islam ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apa saja Nilai-nilai akhlak dalam novel Api Tauhid Karya
Habiburrahman El Shirazy
D. Manfaat Penelitian
5
2. Dapat bermanfaat bagi peneliti yang ingin mengkaji novel tentang nilai
Pendidikan akhlak.
4. Diharapkan hasil penelitian ini nanti dapat dijadikan salah satu rujukan dan
acuan bagi pelaksanaan penelitian-penelitian yang relevan di masa yang
akan datang.
E. Tinjauan Pustaka
Pertama, yaitu Skripsi ini disusun oleh Sri Rahayu Mahasiswi Fakultas
Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan yang berjudul
“Nilai-nilai Akhlak Yang Terkandung Dalam novel Bumi Cinta karya
Habiburrahman El-Shirazy”. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini
yakni nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam novel Bumi Cinta. Jenis Penelitian
ini yaitu penelitian kepustakaan (Library Research) dengan teknik dokumentasi
dan untuk mengungkap permasalahan nilai-nilai pendidikan akhlak. Hasil
penelitian ini menunjukan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam
novel Bumi Cinta, diantaranya : Akhlak terhadap Allah SAW yaitu bersikap
takut, taat, tawakkal syukur, husnudzan, taubat. Akhlak terhadap diri sendiri
yaitu memelihara kesucian diri, disiplin, dan berani. Sedangkan akhlak terhadap
sesama manusia yaitu tolong-menolong, toleransi dan rendah hati.10
10
Sri Rahayu, Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam novel Bumi Cinta Karya
Habiburrahman El-Shirazy, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Raden Intan Lampung,1438 H/2017 M.
6
Persamaan penelitian Sri Rahayu dengan penelitian ini ada pada subjek
yang sama dari novel dengan mengangkat permasalahan nilai-nilai pendidikan
Akhlak dan dengan objek, yaitu Habiburrahman El- Shirazy. Adapun
perbedaannya yakni pada judul novel yang diteliti dan jangkauan permasalahan
yang diusung. Dalam penelitian ini menggunakan judul novel Bumi Cinta,
sedangkan penulis menggunakan judul Api Tauhid.
7
nilai-nilai pendidikan agama Islam dengan subjek kajian dalam novel Ketika
Cinta Bertasbih. Sedangkan dalam penelitian ini mengkaji tentang nilai-nilai
pendidikan akhlak dan relevansinya terhadap pendidikan agama Islam dan
objek kajian novel Api Tauhid.
8
Sendiri, Akhlak terhadap Keluarga, Akhlak Terhadap Masyarakat, Akhlak
terhadap tetangga.13
Kelima, yaitu artikel jurnal yang ditulis oleh Ibrahim Bafadhol dengan
judul “Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Islam”. Pendidikan punya
karakteristik yang sangat rinci dan detail yang membedakan dari karakteristik
lainnya. Pendidikan akhlak dalam perspektif Islam mempunyai karakteristik
meliputi : a. Rabbaniyah atau dinisbatkan kepada Rabb (Tuhan), yang dimaksud
dengan rabbaniyah di sini meliputi dua hal: Rabbbaniyah dari sisi tujuan
akhirnya (Rabbbaniyah al-ghoyah) dan Rabbaniyah dari sisi sumbernya
(Rabbbaniyah al-mashdar) b.Insaniyah (bersifat manusiawi) c.Syumuliyah
(universal dan mencakup semua kehidupan. d.Wasathiyah (sikap pertengahan).
Islam menekankan pendidikan akhlak sejak dini karena suatu hal penting untuk
menanamkan akhlak dari sejak dini dan menjadi generasi yang baik14
Relevansi artikel jurnal tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan
peneliti ialah mengenai pendidikan akhlak. Dalam artikel ini dipaparkan betapa
pentingnya menanamkan pendidikan akhlak sejak dini yang mudah didoktrin
dengan nilai-nilai keislaman serta tingkatan dari akhlak sendiri perlu diketahui
13
Syarifah Habibah, “Book Review: Akhlak dan Etika dalam islam”, dalam jurnal pesona
dasar, Vol.1 No.4,Oktober 2015, hlm. 73 – 87.
14
Ibrahim Bafadhol, “Book Review: Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam”,dalam
Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam vol. 06 no.12, Juli 2017/1438H. hlm. 46-61.
9
seorang hamba dalam melakukan kehidupan ini. Hal ini sangat mendukung
dengan penelitian yang diusung dalam penelitian pada novel yakni tentang
akhlak seorang mahasiswa yang melakukan risalah nur yang mengarungi
beberapa kota dengan kejadian yang luar biasa yang dilakukannya, bukan hanya
sekedar teori saja tetapi dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel 1
N Relevansi dengan
o Penulis/ Judul Tahun Bentuk Penelitian
Peneliti
1 Sri Nilai-nilai 2017 Skripsi Pesan nilai-nilai
Rahayu Pendidikan pendidikan Akhlak
Akhlak terdapat dalam
yang novel diantaranya ;
terkandung Akhlak terhadap
dalam Allah SWT yaitu
novel Bumi bersikap takut,
Cinta taat, tawakkal,
Karya syukur, husnudzan,
Habiburra taubat. Akhlak
hman El Terhadap diri
Shirazy sendiri yaitu
memelihara
kesucian diri,
disiplin, dan
berabi. Sedangkan
Akhlak terhadap
sesama manusia
yaitu tolong-
menolong,
toleransi dan
rendah hati
2 Herliyah Nilai-nilai 2010 Skripsi Nilai-nilai
Navisah pendidikan Pendidikan akhlak
Agama yang terdapat
islam dalam novel
dalam meliputi: Akhlak
10
novel kepada Allah ;
Ketika sabar dan tabah
Cinta menghadapi
Bertasbih cobaan, taubat,
Karya optimis, bersyukur
Habiburra kepada Allah
hman El Subhanahuwata’al
Shirazy dan a, menghindarkan
Relevansin diri dari sifat
ya marah, I’tikad,
Terhadap tawadhu. Akhlak
Pendidikan Kepada Orang tua;
Agama berbakti kepada
Islam orang tua, larangan
durhaka kepada
orang tua. Akhlak
kepada Saudara;
memberi slam,
tolong menolong
dan menghormati
sesama.
3 Arief Nilai-nilai 2011 Skripsi Nilai-nilai
Mahmudi pendidikan pendidikan Akhlak
Akhlak yang terdapat pada
dalam novel meliputi;
Novel Akhlak terhadap
Ketika Allah
Cinta Subhanahuwata’al
Bertasbih a dan RasulNya;
Karya syukur, sabar,
Habiburra taubat, ikhlas,
hman El sunnah dan
Shirazy sholawat. Akhlak
terhadap orang tua;
lemah lembut
kepada orang tua,
perbuatan baik
kepada orang tua,
dan memuliakan
teman-teman orang
tua, Akhlak
terhadap diri
11
sendiri; kerja
keras, cita-cita
yang tinggi, giat
belajar, disiplin,
dan pemeliharaan
kesucian diri, dan
Akhlak kepada
sesama; tolong-
menolong, rendah
hati, pemaaf,
penepatan janji,
dan pemuliaan
tamu.
12
hal: Rabbbaniyah
dari sisi tujuan
akhirnya
(Rabbbaniyah al-
ghoyah) dan
Rabbaniyah dari
sisi sumbernya
(Rabbbaniyah al-
mashdar)
b. Insaniyah
(bersifat
manusiawi)
c. Syumuliyah
(universal dan
mencakup semua
kehidupan)
d. Wasathiyah
(sikap
pertengahan).
Islam menekankan
pendidikan akahlak
sejak dini karena
suatu hal penting
untuk
menanamkan
akhlak dari sejak
dini dan menjadi
generasi yang baik
F. Teori Konseptual
1. Nilai
a. Pengertian Nilai
Nilai ialah sesuatu yang berbentuk abstrak, yang bernilai mensifati
dan disifatkan terhadap sesuatu hal yang ciri-cirinya dapat dilihat dari
perilaku seseorang, yang memiliki hubungan yang berkaitan dengan fakta,
tindakan, norma, moral, dan keyakinan. Menurut Muhmidayeli, pengertian
nilai adalah “gambaran sesuatu yang indah, yang mempesona,
menakjubkan, yang membuat kita bahagia dan senang serta merupakan
13
sesuatu yang menjadikan seseorang ingin memilikinya. Pendapat lainnya
mendefinisikan nilai adalah “suatu pola normatif yang menentukan tingkah
laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang berkaitan dengan lingkungan
sekitar dan tidak membedakan fungsi-fungsi tersebut bagian-bagiannya”.
Adapun menurut Rohmat Mulyana, nilai adalah “rujukan terhadap
keyakinan dalam menentukan suatu pilihan”. Berdasarkan beberapa para
pendapat ahli tersebut dipahami bahwa pengertian nilai sangatlah luas dan
kompleks. Nilai membantu seseorang untuk mengindentifikasikan apakah
perilaku tersebut itu baik atau tidak, boleh atau tidak boleh, benar atau
salah, sehingga dapat menjadi pedoman dalam bertingkahlaku dalam
kehidupan bermasyarakat dan sebagai makhluk individu maupun makhluk
sosial.15
b. Jenis-jenis Nilai
Dalam aksiologi ada dua komponen yang mendasar yang merupakan
jenis-jenis nilai, yaitu nilai etika dan nilai estetika. Sebagaimana yang
dikemukakan Amsal Bakhtiar, bahwa “teori tentang nilai yang terdapat
dalam filsafat mengarah pada permasalahan etika dan estetika. Etika yang
berkenaan dengan masalah kebaikan, dan estetika berkenaan dengan
masalah keindahan.16
1) Etika
Etika menurut Istilah adalah etika berasal dari bahasa Yunani
“ethos” yang berarti adat atau kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa
latin, istilah moral adalah “mores” kata jamak dari mos yang artinya
adat kebiasaan. Dalam istilah lain, para ahli yang berkecimpung dalam
bidang etika menyebutkan dengan moral, berasal dari bahasa Yunani,
15
Ade Imelda Frimayanti, “Book Review :Implementasi Pendidikan Dalam Pendidikan
Agama Islam dalam Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8 No.11, 2017, hlm. 230.
16
Ibid,. hlm. 230 - 231.
14
juga berarti kebiasaan. Etika merupakan suatu teori tentang nilai-nilai
adat atau kebiasaan. pembahasan secara teoritis tentang nilai-nilai adat
dan kebiasaan ,dan terdapat ilmu kesusilaan yang memuat dasar untuk
berbuat susila. Sedangkan moral pelaksanaannya dalam kehidupan
Makna etika juga dapat dipakai dalam dua bentuk arti, yang pertama,
etika merupakan suatu kumpulan ilmu pengetahuan yang mengenai
penilaian terhadap suatu perbuatan manusia.17
Arti yang kedua, etika merupakan suatu predikat yang dapat
dipakai untuk membedakan perbuatan manusia dalam hal-hal tersebut.
Etika merupakan cabang dari filsafat aksiologi yang membahas
masalah-masalah adat dan kebiasaan. Kajian etika lebih terfokus
terhadap perilaku, norma, dan adat istiadat yang berlaku pada
kelompok tertentu. Etika merupakan cabang filsafat tertua karena sudah
menjadi kajian yang menarik sejak masa sokrates dan para kaum
sophis. Di situlah dipersoalkan mengenai masalah kebaikan,
keutamaan, keadilan dan sebaginya. Jadi, tema pokok yang menjadi
perbincangan didalam etika adalah nilai “betul” (right) dan “salah”
(wrong) dalam arti moral dan immoral Berdasarkan beberapa pendapat
para ahli tersebut dipahami bahwa etika adalah cabang filsafat yang
membicarakan perbuatan manusia. Cara memandang seseorang dari
sudut perilaku baik atau tidak, etika merupakan suatu cabang dari
filsafat yang membahas tentang perilaku manusia.18
Oleh karena itu, diperlukan etika, yang berguna untuk
mencari tahu apa yang semestinya dilakukan oleh manusia. Secara
metodologis, tidak semua hal dapat menilai perbuatan dan dapat
dikatakan sebagai etika. Etika harus memiliki sikap kritis, metodis, dan
sistematis dalam melakukan refleksi. Karena sebab itu etika dikatakan
17
Ibid,. hlm. 230 - 231.
18
Ibid,. hlm. 230-231.
15
suatu cabang ilmu. Sebagai suatu ilmu, etika memiliki objek yakni
tingkah laku manusia. Akan tetapi memiliki perbedaan dengan ilmu-
ilmu lainnya yang sama-sama meneliti tingkah laku manusia. Sudut
pandang etika bersifat normatif. artinya etika melihat dari sudut baik
dan buruk terhadap perbuatan manusia.19
2) Estetika
Estetika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat. Estetika adalah
nilai-nilai yang berhubungan dengan nilai keindahan dengan
pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan seni. Sebagaimana
yang dikemukakan Muhmidayeli bahwa “estetika merupakan studi nilai
dalam realitas keindahan”. Sedangkan menurut Amsal Bakhtiar,
estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang
berkaitan dengan manusia terhadap lingkungan dan fenomena di
sekelilingnya. Keindahan memiliki arti bahwa segala sesuatu memiliki
unsur-unsur yang tertata secara berurutan dan harmonis dalam suatu
hubungan yang utuh menyeluruh. Artinya suatu objek yang indah tidak
hanya memiliki sifat yang selaras serta memiliki bentuk yang baik,
melainkan harus memiliki kepribadian. 20
2. Pendidikan Akhlak
a. Pendidikan
Ki Hadjar memaknai pendidikan sebagai proses pemberian tuntunan
untuk menumbuhkembangkan potensi anak. Dalam istilah tuntunan
tergambar bahwa tujuan pendidikan mengarah pada pendampingan anak
dalam proses penyempurnaan ketertiban tingkah lakunya. Dalam artikel
berjudul “Sifat dan Maksud Pendidikan” yang dipublikasikan pada
tahun 1942, beliau mengemukakan bahwa tujuan pendidikan ialah
19
Ibid, .hlm. 230-231.
20
Ibid., hlm. 231 – 232.
16
kesempurnaan hidup manusia sehingga dapat memenuhi segala
keperluan lahir dan batin yang diperoleh dari kodrat alam.21
Konsep pendidikan yang diarahkan pada pengembangan kompetensi
peserta didik dengan memaksimalkan potensi alami peserta didik dengan
mengoptimalkan daya-daya yang berada di sekelilingnya merupakan
pandangan yang semakin mendapat tempat dalam diskursus pendidikan
kontemporer. Pendidikan tidak semestinya dibatasi pada pengembangan
dimensi akademik atau lebih sempit lagi pada dimensi pengetahuan
(kognitif) semata. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara .22
a. Pendidikan Islam
Pengertian pendidikan dari segi bahasa maka kita harus melihat
kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam bahasa
tersebut. Kata pendidikan yang umum kita gunakan sekarang, dalam
bahasa Arabnya adalah “Tarbiyah”, dengan kata kerja "Rabba". Kata,
pengajaran dalam bahasa Arabnya adalah "Ta'lim" dengan kata kerjanya
"’Allama" pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya "Tarbiyah
wa ta'lim" sedangkan pendidikan Islam dalam bahasa Arabnya adalah
Tarbiyah Islamiyah. Kata kerja Rabba (mendidik) sudah digunakan pada
zaman Nabi Muhammad SAW seperti terlihat dalam ayat al-Qur’an dan
hadis Nabi. Dalam bentuk kata benda "Rabba" ini juga digunakan untuk
Tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara maha mencipta.
21
Al musanna, ”Indigenisasi Pendidikan : Rasionalitas Revitalisasi Praktis Pendidikan Ki
Hadjar Dewantara”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol.2, No. 1,Juni 2017. hlm. 122.
22
Ibid,. hlm. 123.
17
Kata Ta'lim dengan kata kerjanya "'Allama" juga sudah digunakan pada
zaman Nabi. Baik dalam Al-quran, Hadis atau pemakaian sehari-
hari,kata ini lebih banyak digunakan dari pada kata "Tarbiyah" tadi.
Dari segi bahasa perbedaan arti dari kedua kata itu cukup jelas. Kata
Allama pada kedua kata tadi mengandung pengertian sekedar memberi
tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan
kepribadian Nabi Sulaiman melalui burung, atau memberi kepribadian
Adam melalui benda-benda. Lain halnya dengan pengertian Tabba
Addaba dan sebangsanya tadi. Di situ jelas terkandung kata pembinaan
pimpinan pemeliharaan dan sebagainya.23
Sedangkan Secara Istilah, Pengertian pendidikan seperti yang lazim
dipahami sekarang belum terdapat di zamannya Nabi. Tetapi usaha dan
kegiatan yang dilakukan oleh Nabi yang menyampaikan ajaran,
memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan
menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide
pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan dalam
pengertian sekarang. Orang Arab Mekah yang tadinya penyembah
berhala, musyrik, kafir, kasar, dan sombong maka dengan usaha dan
kegiatan Nabi mengislamkan mereka, lalu tingkah laku mereka berubah
menjadi penyembah Allah SWT, mu'min, muslim, lemah lembut dan
hormat kepada orang lain. Mereka telah berkepribadian muslim
sebagaimana yang dicita-citakan oleh ajaran Islam.
Dengan begitu berarti Nabi telah mendidik membentuk kepribadian
yaitu kepribadian muslim dan sekaligus berarti bahwa Nabi Muhammad
SWT adalah seorang pendidik yang berhasil. Apa yang beliau lakukan
dalam membentuk manusia, kita rumuskan sekarang dengan pendidikan
Islam. Cirinya ialah perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan
petunjuk ajaran Islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat,
23
Rosmiaty Azis, “Ilmu Pendidikan Islam” (Yogyakarta ; Penerbit Sibuku, 2019) hlm.1-3.
18
dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya. Dengan
demikian, secara umum dapat kita katakan bahwa pendidikan Islam itu
adalah pembentukan kepribadian muslim.24
b. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya
“khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.
Sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan
tentang baik dan buruk (benar dan salah), mengatur pergaulan manusia,
dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya. Akhlak pada
dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau
perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak
yang buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku
tersebut baik disebut akhlak mahmudah.25
Akhlak tidak terlepas dari aqidah dan syariah. Oleh karena itu,
akhlak merupakan pola tingkah laku yang mengakumulasikan aspek
keyakinan dan ketaatan sehingga tergambarkan dalam perilaku yang
baik. Akhlak merupakan perilaku yang tampak (terlihat) dengan jelas,
baik dalam kata-kata maupun perbuatan yang memotivasi oleh dorongan
karena Allah. Namun demikian, banyak pula aspek yang berkaitan
dengan sikap batin ataupun pikiran, seperti akhlak diniyah yang
berkaitan dengan berbagai aspek, yaitu pola perilaku kepada Allah,
sesama manusia, dan pola perilaku kepada alam. Akhlak islam dapat
dikatakan sebagai akhlak yang islami adalah akhlak yang bersumber
pada ajaran Allah dan Rasulullah. Akhlak islami ini merupakan amal
perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi indikator
seseorang apakah seorang muslim yang baik atau buruk.
24
Ibid,. hlm. 3.
25
Syarifah Habibah, “Akhlak dan Etika dalam Islam”, dalam jurnal Pesona Dasar,vol.1 No.4,
Oktober 2015. hlm. 73-74.
19
Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar.
Secara mendasar, akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian manusia
yaitu khaliq (pencipta) dan makhluk (yang diciptakan). Rasulullah
diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia yaitu untuk memperbaiki
hubungan makhluk (manusia) dengan khaliq (Allah Ta’ala) dan
hubungan baik antara makhluk dengan makhluk. Kata
“menyempurnakan ” berarti akhlak itu bertingkat, sehingga perlu
disempurnakan. Hal ini menunjukan bahwa akhlak bermacam-macam,
dari akhlak sangat buruk, buruk, sedang, baik, baik sekali hingga
sempurna. Rasulullah sebelum bertugas menyempurnakan akhlak, beliau
sendiri sudah berakhlak sempurna.26
26
Ibid,. hlm. 73-74.
27
Ibid,. hlm. 78.
20
Rasulullah adalah manusia yang paling mulia akhlaknya.
Beliau sangat dermawan paling dermawan diantara manusia. Beliau
sangat menghindari perbuatan dosa, sangat sabar, sangat pemalu
melebihi gadis pingitan, berbicara sangat fasih dan jelas, beliau
sangat pemberi, beliau juga jujur dan amanah, sangat tawadhu’,
tidak sombong, tepati janji, penyayang, lembut, suka memaafkan,
dan lapang dada. Beliau mencintai orang miskin dan duduk bersama
mereka, beliau banyak diam dan tawa beliau adalah senyuman.
Maka oleh sebab itu sepatutnya kita meneladani akhlak rasulullah.
Berakhlak kepada rasulullah dapat diartikan suatu sikap yang harus
dilakukan manusia kepada SAW.28
3) Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Islam mengajarkan agar manusia menjaga diri meliputi
jasmani dan rohani. Organ tubuh kita harus dipelihara dengan
memberikan konsumsi makanan yang halal dan baik. Apabila kita
memakan makanan yang tidak halal dan tidak baik, berarti kita
telah merusak diri sendiri. Akal kita juga perlu dipelihara dan dijaga
agar tertutup oleh pikiran kotor. Jiwa harus disucikan agar menjadi
orang yang beruntung. Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S Asy-
Syam (91) : 9-10 :
Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan
jiwa. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”
Kemudian menahan pandangan dan memelihara kemaluan juga
termasuk berakhlak terhadap diri sendiri29
4) Akhlak Terhadap Keluarga
Akhlak terhadap keluarga meliputi ayah, ibu, anak, dan
keturunannya. Kita harus berbuat baik kepada anggota keluarga
28
Ibid,. hlm. 81.
29
Ibid,. hlm. 83.
21
terutama orang tua. Ibu yang telah mengandung kita dalam keadaan
lemah, menyusui dan mengasuh kita memberikan kasih sayang yang
tiada tara. Ketika kita lapar, tangan ibu yang menyuapi, ketika kita
haus, tangan ibu yang memberi minuman. Ketika kita menangis,
tangan ibu yang mengusap air mata. Ketika kita gembira, tangan ibu
yang menadah syukur, memeluk kita erat dengan deraian air mata
bahagia. Ketika kita mandi, tangan ibu yang meratakan air ke
seluruh badan, membersihkan segala kotoran. Tangan ibu, tangan
ajaib, sentuhan ibu, sentuhan kasih, dapat membawa ke Surga
Firdaus. Begitu juga ayah dialah sosok seorang pria yang hebat
dalam hidup yang telah menafkahi kita tanpa memperdulikan
panasnya terik matahari, maut yang akan menghadang demi anak
apapun akan dilakukan, mendidik kita tanpa lelah meski terkadang
kita melawan perintahnya ia tak pernah bosan memberi yang terbaik
agar anaknya selamat dunia dan akhirat, menyekolahkan anaknya
hingga sukses. Tak pernah lupa dalam doa mereka untuk kita.
Begitulah perjuangan orang tua maka sudahkah kita berbakti,
mendoakan mereka disetiap selesai shalat, ingat kepada mereka
setiap saat, maka sepatutnya lah kita patuh kepada kedua
merekadalam hidup kita ini.30
5) Akhlak Terhadap Masyarakat
Akhlak terhadap masyarakat antara lain :
a) Memuliakan tamu
b) Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
c) Saling menolong dalam melakukan kebajikan takwa.
d) Menganjurkan anggota masyarakat berbuat baik dan
mencegah perbuatan jahat.
30
Ibid,. hlm.84.
22
e) Memberi makan fakir miskin.
f) Bermusyawarah dalam segala urusan kepentingan Bersama
g) Menunaikan amanah yang telah diberikan oleh masyarakat
kepada kita.
h) Menepati janji.31
31
Ibid,. hlm.86.
23
Sebagaimana sabdanya: “Man aamana billaahi walyaumil aakhiri
falyukrim jaarahu” Artinya: Barang siapa beriman kepada Allah dan
hari akhir hendaklah memuliakan tetangganya.32
d. Pendidikan Akhlak
Suatu hal yang ditekankan dalam Islam adalah pendidikan akhlak
wajib dimulai sejak usia dini karena masa kanak-kanak adalah masa
yang paling kondusif untuk menanamkan kebiasaan yang baik. Yang
dimaksud dengan pendidikan akhlak adalah pembiasaan seorang anak
untuk berakhlak baik dan berperangai luhur sehingga hal itu menjadi
pembawaannya yang tetap dan sifatnya yang senantiasa menyertainya.
Termasuk dalam pendidikan akhlak adalah menjauhkan anak dari akhlak
yang tercela dan perangai yang buruk. Seorang anak akan tumbuh sesuai
dengan kebiasaan yang ditanamkan oleh sang pendidik terhadapnya.
Tentang ini Ibn al-Qayyim rahimahullah berkata: Termasuk sesuatu
yang sangat dibutuhkan oleh anak kecil adalah perhatian terhadap
perkara akhlaknya. Karena, ia akan tumbuh sesuai dengan apa yang
dibiasakan oleh pendidiknya di masa kecilnya. Rasulullah shallallahu
alaihiwasallam telah mencontohkan kepada para pendidik perihal
menanamkan kebiasaan yang baik semenjak kecil. Umar bin Abi
Salamah radhiyallahu’anhu berkata:
Aku adalah seorang bocah di bawah asuhan Rasulullah SAW, dan
pada saat makan bersama tanganku berpindah-pindah ke sana dan ke
sini, maka Rasulullah SAW bersabda kepadaku, “Wahai anak muda,
bacalah bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu serta makanlah
dari apa yang dekat denganmu”. Maka semenjak itu begitulah cara
makanku selalu.33
32
Ibid,. hlm.86.
33
Ibrahim Bafadhol, “Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam”,dalam Jurnal Edukasi
Islami Jurnal Pendidikan Islam vol. 06 no.12, Juli 2017/1438H, hlm.57.
24
Keimanan yang kuat akan membuahkan akhlak-akhlak yang
terpuji seperti amanah dan memegang perjanjian. Oleh karena itu,
barangsiapa yang menyia-nyiakan amanah dan melanggar perjanjian
maka ini merupakan indikasi kosongnya orang tersebut dari nilai-nilai
keimanan. 34
Jadi, Konsep akhlak dalam Islam sangat terkait erat dengan konsep
keimanan. Ketika seseorang memiliki orientasi dan cita-cita yang tinggi
yaitu ridha Allah, maka dengan sendirinya ia akan menganggap rendah
apa saja yang bertentangan dengan cita-cita tersebut yaitu seluruh
perbuatan atau sifat yang dibenci oleh Allah.35
34
Ibid,.hlm. 59.
35
Ibid,.hlm. 60.
36
Iswanti, “Transformasi Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Nilai Karakter Peserta
Didik Yang Humas Religius”, dalam Jurnal Pendidikan Islam; Al I’tibar. Vol.3 No.1,2017. hlm. 44.
25
menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri
peserta didik baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual.
b) Rabba yurbi tarbiyah yang memiliki arti tumbuh (nasya’a) dan
menjadi besar atau dewasa (tarara’a) artinya pendidikan
merupakan usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan
peserta didik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual.
26
pendidikan untuk menciptakan baik pada tingkah laku dan kehidupan
pribadinya atau kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana
individu hidup atau berada pada proses pendidikan dan proses
pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi diantara profesi-profesi
dalam masyarakat.40
Zakiah Daradjat juga mengemukakan hal sama tentang tujuan
pendidikan Islam adalah untuk terbentuknya kepribadian seseorang
yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola takwa.41
Insan kamil merupakan manusia utuh, baik dari segi rohani dan
jasmaninya, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal
karena takwanya kepada Allah. Pendidikan Islam harus mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki anak karena pada dasarnya
pendidikan anak itu tanggung jawab orang tuanya.42
40
Ibid,. hlm. 46-47.
41
Ibid,. hlm. 46-47.
42
Ibid,. hlm. 46-47.
27
saja akan tetapi Pendidikan Agama Islam prosesnya melebihi
dengan adanya internalisasi dari sisi nilai dan akhlak yang karimah.43
43
Ibid,.hlm. 46-47.
44
Lidya Arman, “Karakteristik Sastra Sufi”, dalam Al Munir Jurnal Komunikasi dan Penyiar
Islam Vol.10 No.1 Januari –juni 2019. hlm. 60.
45
Ibid,. hlm. 60.
28
Sastra merupakan cerminan dari kehidupan masyarakat.
Disitulah hubungan erat sastra dan pendidikan. Tentunya karya
sastra yang diharapkan adalah karya sastra yang baik yang
memiliki hal-hal penting dan berguna bagi kemanusiaan.
Pembelajaran sastra utamanya novel tentu mempunyai fungsi yang
dapat menumbuhkan rasa kepedulian terhadap karya-karya yang
dihasilkan oleh para pengarang. Tentu saja karya sastra dipandang
dan mempunyai relevansi terhadap problem kenyataan (sosial),
maka kita harus memandangnya sebagai suatu fenomena yang
penting dan banyak artinya. Dalam kaitan inilah kita berpikir
bahwa studi sastra (dalam dunia pendidikan dan pengajaran) itu
dapat mengambil peranan penting di dalam masyarakat yang
sedang berkembang yang dalam kenyataannya berhadapan dalam
masalah-masalah realitas.46
Citra Salda Yanti, “Religiositas Islam Dalam Novel Ratu Yang Bersujud Karya Amrizal
46
Mochamad Mahdavi”, dalam Jurnal Humanika No. 15, Vol.3 Desember 2015.hlm.6.
29
semantik atau isi berkaitan dengan tema global yang melingkupi
semua unsur dalam sebuah teks.47
Untuk membantu pembaca memahami teks sastra, Henry
Widdowson dalam bukunya “Stylistics and the Teaching of
Literature” mengusulkan penggunaan stilistika sebagai penengah
antara disiplin ilmu linguistik dan ilmu kritik sastra atau antara
subjek bahasa (Inggris) dan sastra (Inggris). Menurut Widdowson,
stilistika pada dasarnya bukan merupakan sebuah disiplin ilmu,
tetapi merupakan suatu sarana untuk menghubungkan antara kedua
disiplin dan subjek tersebut. Dalam hal ini, stilistika yang berusaha
untuk menjembatani antara kedua disiplin (linguistik dan kritik
sastra) atau dua subjek (bahasa dan sastra) bisa membantu
pemahaman pembaca dengan bergerak dari arah bahasa dan sastra
ke arah linguistik dan kritik sastra.48
Selain memahami makna hubungan antarkata dalam kalimat,
pembaca juga harus memahami keterkaitan antara satu kalimat
dengan yang lain pada tataran yang lebih luas dan disebut dengan
diskursus. Pada tataran ini, aspek-aspek yang memungkinkan
sebuah proses penciptaan makna atau pesan secara sosial terjadi
secara bergabung dan bersatu padu. Pada tahap ini, makna atau
pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui tulisan ditangkap
oleh pembaca melalui media teks yang dibaca dan dipahami
dengan menggunakan kaidah-kaidah pemahaman konvensional.49
G. Metode Penelitian
47
Bachrudin Musthafa, “Teori dan Praktik Sastra Dalam Penelitian dan Pengajaran”,
Jakarta: New Concept English Education Centre, 2008) hlm. 25-26.
48
Ibid,. hlm. 27.
49
Ibid,. hlm.27.
30
Penelitian kepustakaan adalah jenis penelitian kualitatif yang pada
umumnya dilakukan dengan cara tidak terjun ke lapangan dalam pencarian
sumber datanya. Penelitian kepustakaan juga dapat diartikan sebagai
penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya-karya tertulis,
termasuk hasil penelitian baik yang sudah maupun yang belum
dipublikasikan.50
2. Sumber Data
a. Data Primer
50
Rina Hayati, “8 thoughts on “Penelitian Kepustakaan (Library Research), Macam, dan Cara
Menulisnya” https://penelitianilmiah.com/penelitian-kepustakaan. Html, di akses pada tanggal 24
Agustus 2019 pukul 05.14 WIB
51
Farida Nugrahani, “Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa”,
Solo: Cakra Books, 2014. hlm. 4.
31
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga
sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk
mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara
langsung.52 Data Primer merupakan Literatur yang membahas secara
langsung objek permasalahan pada penelitian ini yaitu novel Api Tauhid
Karya Habiburrahman El Shirazy.
b. Data Sekunder
52
Sandu Siyoto, “Dasar Metodologi Penelitian”, Yogyakarta; Literasi Media
Publishing,2015. hlm.67 - 68.
53
Ibid,. hlm. 67- 68.
54
Ibid,. hlm. 77- 78.
32
Teknik Pengumpulan data ini peneliti menghimpun, memeriksa
dokumen (analisis dokumen). Peneliti menghimpun, memeriksa, dokumen-
dokumen yang menjadi sumber data penelitian. Dalam melaksanakan studi
dokumentasi ini, peneliti memilih novel Api Tauhid Karya Habiburrahman
El Shirazy sebagai bahan dalam pengumpulan data dan dari data literature,
baik artikel, jurnal, buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan
penelitian ini.
Analisis data berasal dari hasil pengumpulan data. Sebab data yang
telah terkumpul, bila tidak dianalisis hanya menjadi barang yang tidak
bermakna, tidak berarti, menjadi data yang mati, data yang tidak
berbunyi. Oleh karena itu, analisis data di sini berfungsi untuk mamberi
arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data itu55
a. Reduksi Data
55
Ibid,. hlm. 77-78.
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian: suatu pemikiran dan penerapan (Jakarta:
56
33
Merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema dan polanya sehingga data yang
direduksi menjadi jelas dan mempermudah peneliti mengumpulkan
data selanjutnya.
b. Penyajian Data
c. Kesimpulan
H. Sistematika Pembahasan
Pada Bab I, yaitu Pendahuluan, terdapat latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian Terdahulu, landasan Teori,
metode penelitian, dan sistematika Pembahasan.
Selanjutnya pada Bab II, Berisi Teori, Pada bab ini membahas mengenai
Nilai Pendidikan Akhlak, Pendidikan Agama Islam, Serta kajian Hereumonik
Sastra.
Kemudian pada Bab III, Berisi paparan data mengenai isi dari novel Api
Tauhid yang di dalamnya mengandung nilai-nilai pendidikan Akhlak.
57
Ibid,. hlm. 122 – 124.
34
Adapun bab IV yaitu Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Novel
Api Tauhid Terhadap Pendidikan Agama Islam.
Terakhir bab V adalah penutup, meliputi: kesimpulan dari Pembahasan, dan
saran dari peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
35
Bafadhol, Ibrahim, “Book Review: Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif
Islam”,dalam Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam vol. 06 no.12,
Juli 2017/1438 H.
Iswanti, “Book Review: Transformasi Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun
Nilai Karakter Peserta Didik Yang Humas Religius”, dalam Jurnal
Pendidikan Islam; Al I’tibar. Vol.3 No.1,2017/1438 H.
Arman, Lidya, “Book Review: Karakteristik Sastra Sufi”, dalam Al Munir Jurnal
Komunikasi dan Penyiar Islam Vol.10 No.1,Januari – juni 2019/1440 H.
Pradopo, Rachmat Djoko,dkk, Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta: Hanindita
Graha Widya, 2006.
Hayati, Rina , “8 thoughts on “Penelitian Kepustakaan (Library Research), Macam,
dan Cara Menulisnya” https://penelitianilmiah.com/penelitian-kepustakaan,
di akses pada tanggal 24 Agustus 2019.
Azis, Rosmiaty, “Ilmu Pendidikan Islam”, Yogyakarta ; Penerbit Sibuku, 2019.
Siyoto, Sandu, “Dasar Metodologi Penelitian”,Yogyakarta; Literasi Media
Publishing, 2015.
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian: suatu pemikiran dan penerapan.
Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Habibah, Syarifah, “Book Review : Akhlak dan Etika dalam Islam”, dalam jurnal
Pesona Dasar,vol.1 No.4, Oktober 2015/1436 H.
Ernawati, Yeni, “Book Review : Membangun Karakter Melalui Pebelajaran Sastra :
Problematika Pembinaan Karakter”, dalam Jurnal ilmiah Bina Edukasi
Vol. 11 No.1, Juni 2018/1439 H.
36