SKRIPSI
Oleh:
Awali Muttaqiin
NIM. 1700031071
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penulisan skripsi pada program studi
YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan salah satu kebutuhan yang sudah sulit untuk di pisahkan lagi dari
kehidupan manusia, pendidikan juga memiliki andil yang sangat besar pada
peradaban umat manusia, dari zaman dahulu hingga sekarang, di setiap tradisi
hal itu bergantung pada tujuan pendidikan yang telah di tetapkan oleh masing-masing
Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa tujuan dari
pendidikan adalah :
“mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung
jawab”.1
Menurut Paulo Freire sebagaimana dikutip dalam skripsi M. Hilal bahwa Paulo
1
UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional).
Freire merumuskan sebuah konsep pendidikan yang bisa memberikan hak manusia
untuk menggali potensi dan kreativitas yang ada dalam dirinya. Sebagai sebuah alat
berdasarkan ajaran Islam. Melalui proses pendidikan ini, seseorang dibentuk untuk
mencapai derajat yang lebih tinggi dan sempurna (insan kamil) agar mampu
Mengutip dalam skripsi Titian Ayu Nawtika, bahwa konsep insan kamil menurut
Ibn ‘Arabi ialah dimana manusia adalah “cerminan atau pancaran-pancaran Allah”,
dirinya sendiri sehingga manusia yang sadar akan dirinya maka ia akan mengenal
Tuhannya.4
peserta didik untuk “menemukan dirinya sendiri” sangatlah penting mengingat ketika
seorang telah menemukan dirinya sendiri, seperti kecenderungan dan potensi bakat
yang ia miliki, tentu akan lebih mudah untuk memaksimalkan peran yang pegang atas
pemberian tuhan, dengan begitu akan lebih mudah juga agar bisa menjadi seorang
2
M.Hilal, Pendidikan Islam Transformatif (Analisis Filosofis Pendidikan Humanistik Paulo
Freire dalam Perspektif Islam)., Skripsi S1 UIN Walisongo Semarang, 2012.
3
Abdullah B, Ilmu Pendidikan Islam, (Makassar : Alauddin Unirsity Pres, 2018) hlm. 34
4
Titian Ayu Nawtika, Konsep Insan Kamil Ibn ‘Arabi Dalam Perspektif Transpersonalisme.,
Skripsi S1 UIN Raden Intan Lampung, 2019
manusia yang bermanfaat bagi manusia maupun makhluk disekitarnya.
Namun tujuan itu merupakan sebuah ideal yang dicita-citakan sebuah sistem atau
tingkat ketercapainnya masih cukup rendah, seperti terlihat dalam sistem sekolah atau
lembaga pendidikan saat ini yang masih terkesan tidak menekankan peserta didik
sekolahan yang terjadi saat ini, menganggap semua peserta didik itu “sama”, di dalam
istilah dunia pendidikan sering kita menjumpai kata “bodoh” dan “pintar”, bagi
peserta didik yang mampu mendapatkan nilai yang baik setelah mengikuti proses
didik yang kurang mampu memperoleh nilai yang baik biasa disebut “bodoh”, dalam
hal ini tentu kita tidak bisa seenaknya saja mengatakan seseorang itu “bodoh” hanya
karena ia lemah di bidang akademik, karena dalam hal non akademik mungkin
disitulah ia akan disebut “pintar”, bahwa tidak ada orang bodoh, semuanya pintar
Hal demikian tidak hanya terjadi di pendidikan umum saja, begitupun juga
dengan pendidikan islam saat ini yang juga mengalami kemerosotan nilai, dalam
sebuah wawancara langsung Bahtiar Fahmi Utomo dengan Emha Ainun Nadjib yang
dimuat dalam skripsinya bahwa menurut Caknun saat ini, pendidikan islam
hanya belajar sesuai disiplin ilmunya saja, dengan kata lain ilmu yang dipelajari
hanya terbatas pada yang sesuai dengan jurusannya tidak pada ilmu secara universal,
kemudian nilai yang ditekankan di kampus cenderung pada salah dan benar, pintar
dan bodoh sedangkan nilai akhlak dan kejujuran tidak termasuk dalam perilaku
ilmiah. sehingga dampak dari lemahnya pendidikan islam saat ini antara lain
menurunya moral, dan yang terjadi adalah diantaranya seperti permusuhan yang
terjadi antar agama, antar ormas-ormas Islam, hamil diluar nikah, tidak adanya sekat
Maka dari itu sekali lagi penting bagi sekolah untuk memberi peluang bagi setiap
bukanlah sekolah yang di kontrak oleh pabrik industri dan pabrik-pabrik untuk
menyuplai manusia onderdil, yang siap untuk menjadi robot, melainkan ini adalah
salah satunya ada Emha Ainun Nadjib atau lebih dikenal dengan panggilan Caknun
5
Bahtiar Fahmi Utomo, Pemikiran Emha Ainun Nadjib Tentang Pendidikan Islam., Skripsi
S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014
6
Emha Ainun Nadjib, Kiai Hologram, (Yogyakarta: Bentang, 2018) hlm. 50-51.
7
Emha Ainun Nadjib, Saat-Saat Terakhir Bersama Soeharto 2,5 Jam di Istana, (Yogyakarta:
Bentang, 2016) hlm. 190.
bahwa pendidikan adalah sebuah metode dari bapak ibu didik dan orang tua, untuk
kalau seseorang itu “cabai” maka dia tau kalau dirinya “cabai” agar dirinya bisa lebih
agama islam melalui forum diskusi yang bertakjub sinau bareng, yang diadakan rutin
setiap bulan di beberapa daerah dan jamaahnya biasanya disebut sebagai jama’ah
yang agak berbeda dari yang lain, yang memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri,
dalam forum ini Caknun tidak sendirian, beliau selalu ditemani oleh group musik Kiai
Kanjeng yang bertugas untuk mengiringi lagu, yang ada disela-sela Sinau Bareng,
maiyah. Caknun berusaha untuk membaur dan merangkul masyarakat dari berbagai
elemen hingga berbagai tingkat lapisan sosial dan golongan, Caknun tidak membeda-
8
https://www.youtube.com/watch?v=fqjzzUcnlxk&t=256s diakses pada tanggal 26 Desember
20 pukul 0.49
9
Maiyah berasal dari kata Ma’a (bahasa Arab) yang berarti; dengan, bersama, atau beserta.
Kata Ma’iya yang berbahasakan Arab itu oleh lidah khas etnik Jawa berubah menjadi Maiya atau
Maiyah.
bedakan dari kesemua itu, karena semua sama dimata beliau, Ada banyak tema yang
dibahas pada acara tersebut. Mulai dari sisi ke Pendidikan Islam, kehidupan, politik,
kenalkan entah itu melalui perkataanya pada forum diskusi maiyahan, ataupun
tulisan-tulisanya, ada yang menarik dari salah satu tulisan beliau yang di muat di
dalam buku Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai, buku ini adalah salah satu buku karya
Caknun dari puluhan buku karya beliau dan sekaligus menjadi salah satu medium
yang jarang sekali kita pikirkan, dalam buku ini beliau mengajak kita melihat
berbagai persoalan Islam dalam kerangka zaman edan yang sekarang kita termasuk
hidup di dalamnya, kemudian beliau juga sandingkan dengan praktik yang umum
terjadi dalam masyrakat saat ini, dengan gaya pemikiran khas beliau yang out of the
box, mulai dari pembahasan politik hingga khususnya dalam bidang pendidikan, yang
mana kita akan dibawa kepada sebuah frame yang berbeda ketika kita melihat sebuah
Saat ini di kota-kota besar, anak-anak diyatimkan oleh orang tuanya. Waktu
yang mereka habiskan untuk bertemu orang tua mereka sangat minim. Hak mereka
untuk memperoleh tingkat dan kualitas emosional (yang seharusnya diperoleh dari
peradaban orang pandai di era modern) ditelantarkan. Hak mereka untuk memperoleh
10
M. Dimas Septian, Retorika Dakwah Emha Ainun Najib “Cak Nun” Dalam Pengajian
Maiyah Kenduri Cinta Jakarta., Skripsi S1 UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, 2019.
pendidikan akal budi yang baik, tanggung jawab moral dan sosial, atau pengenalan
Berdasarkan uraian tersebut, oleh karena itu penulis tertarik untuk menggali
lebih tentang pemikiran Emha Ainun Nadjib dalam buku Anggukan Ritmis Kaki Pak
Kiai Karya Emha Ainun Nadjib, kemudian untuk mencari rekonstruksinya dengan
pendidikan modern saat ini, maka dari itu penulis melakukan penelitian dengan judul
“Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Buku Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai Karya
Emha Ainun Nadjib” dengan harapan penelitian ini bisa bermanfaat bagi masyarakat
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari Latar Belakang yang telah diuraikan di atas, maka timbul
rumusan masalah yang akan menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut ;
Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai Karya Emha Ainun Nadjib dalam kehidupan
masa kini?
C. Tujuan Penelitian
11
Emha Ainun Nadjib, Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai, (Yogyakarta: Bentang, 2015) hlm.
270.
Berdasarkan Rumusan Masalah yang telah di sebutkan diatas maka penelitian
Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai Karya Emha Ainun Nadjib dalam
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
akademika Sebagai rujukan atau referensi untuk kegiatan penelitian lanjutan Tentang
pendidikan Islam.
2. Praktis
Sebagaimana pemikiran Pendidikan Islam yang ideal menurut Emha Ainun Nadjib.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemikiran dunia
Pendidikan Islam.
E. Metode Penelitian
Sutrisno Hadi Disebut sebagai penelitian kepustakaan karena data atau bahan yang
2. Sumber Data
tampilan teks lisan atau tulisan yang diperiksa dengan cermat Oleh peneliti dan objek
yang diamati hingga ke detailnya agar bisa Menangkap makna yang tersirat dalam
dokumen13 Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:
12
Nursapia harahap, “Penelitian Kepustakaan” dalam Jurnal Iqra’ Volume 08 No.01, 2014,
hlm. 68
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta,
2013), hlm. 22
Sumber data primer merupakan data yang di peroleh oleh peneliti langsung dari
sumber yang pertama. Data primer yang dipakai dalam penelitian ini adalah data yang
bersumber langsung dari tokoh Emha Ainun Nadjib berupa buku yaitu ;
Emha Ainun Nadjib, Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai, (Yogyakarta: Bentang, 2015)
Sumber data sekunder berasal dari Sumber pendukung memperjelas sumber data
utama. Dalam penelitian ini, data pembantu Diperoleh dari sumber buku, jurnal atau
Dokumen tersebut berasal dari asal kata document yang artinya proyek tertulis.
buku, majalah, dokumen, perkataan berupa video atau audio, catatan harian, dll.14
Untuk memperoleh data yang relevan dan obyektif sesuai dengan jenis penelitian
oleh karena itu digunakan metode dokumentasi di mana metode ini mencari data atau
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konten
14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian,... hlm. 201
15
Ibid., hlm. 202
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya di olah serta disusun sesuai dengan
kesimpulan.16
F. Kajian Pustaka
yang sama, yang telah diteliti sebelumnya tentang Pendidikan Islam atau Emha Ainun
Nadjib. Dalam contoh penelitian Bisa dalam bentuk Buku, jurnal, atau makalah.
Istriku Seribu Karya Emha Ainun Nadjib (UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018), ditulis
oleh Latifatul Fajriah. Skripsi ini mengkaji tentang pemikiran pendidikan islam Emha
Ainun Najib melalui yang di kaji dari kumpulan esai-nya yang berjudul Istriku seribu
dan hasil penelitian pada esai tersebut meliputi nilai pendidikan aqidah, nilai
pendidikan akhlak, nilai pendidikan syariah, nilai pendidikan jasmani, dan nilai
pendidikan akal. Adapun kesamaan penelitan ini dengan penulis adalah pada subyek
dan obyek penelitian yang digunakan yaitu sama-sama megkaji pemikiran Emha
Ainun Nadjib tentang Pendidikan Islam, adapun perbedaanya hanya terletak pada
16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R N D (Bandung: Cet. Ke 13 Bandung
Alfabeta, 2011), hlm. 24.
Sumber Primer penelitian yang digunakan penulis menggunakan buku Anggukan
Di Kampung Sendiri Karya Emha Ainun Nadjib ( IAIN Salatiga, 2019 ), ditulis oleh
Lutfi Isnan Romdloni. Skripsi ini mengkaji mengenai pendidikan karakter dalam
sudut pandang Emha Ainun Nadjib dan mengambil sumber dari buku Gelandangan
Di Kampung Sendiri Karya Emha Ainun Nadji, serta mecoba untuk mencari titik
relevansinya dengan pendidikan modern saat ini, adapun kesamaan penelitian ini
dengan penulis adalah subyek kajiannya tokohnya sama yaitu Emha Ainun Nadjib,
Ketiga, Skripsi berjudul Pemikiran Emha Ainun Nadjib Tentang Pendidikan Islam
( UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 ), ditulis oleh Bahtiar Fahmi Utomo. Skripsi
ini mengkaji tentang pemikiran Emha Ainun Nadjib tentang pendidikan Islam,
diantaranya adalah Kualitas pendidikan Islam saat ini masih sangat buruk, karena
selama ini yang kita lihat di perguruan tinggi justru dikotomi ilmu. Di perguruan
tinggi, mahasiswa hanya mempelajari mata pelajaran sesuai jurusannya. Tidak hanya
itu, dunia akademis hanya melibatkan tau dan tidak tau, bukan paham atau tidak
paham, serta pintar atau bodoh. Adapun kejujuran atau kebaikan, ini bukan masalah
ilmiah. Kemudian Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah terletak
pada obyek dan subyek kajiannya, sama-sama meneliti pemikiran pendidikan Islam
dengan buku Anggukan Ritmis Kaki pak Kiai Karya Emha Ainun Nadjib menjadi
Sumber utamanya.
Keempat, Skripsi berjudul Konsep Pendidikan Moral Dan Etika Dalam Perspektif
Emha Ainun Nadjib ( UIN Raden Intan Lampung, 2019 ), ditulis oleh Alfarezi
Robani. Fokus kajian skripsi ini adalah menggali lebih dalam lagi tentang konsep
moral dan etiak menurut Emha Ainun Nadjib yang berkesimpulan yaitu Pandangan
Emha Ainun Nadjib tentang moralitas dan etika merupakan satu kesatuan yang
membahas tentang perbuatan baik. Etika Emha adalah etika yang memiliki nilai
teologis, yaitu etika yang didasarkan pada penalaran tentang agama, spiritualitas, dan
ketuhanan. Etika Emha dikaitkan dengan konsep etika atau ilmu tentang kewajiban
moral yang didasarkan pada ketaatan pada aturan yang telah ditetapkan tuhan.
Adapaun persamaan skripsi ini dengan penulis adalah subyek yang diteliti yaitu Emha
Ainun Nadjib sedang perbedaanya adalah fokus kajian-nya, yaitu mengenai Konsep
Kelima, Skripsi berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Antologi Puisi Lautan
Jilbab Karya Emha Ainun Nadjib ( IAIN Walisongo Semarang, 2013 ), ditulis oleh
Shofiyatul Muniroh. Skripsi ini menjelaskan bahwa nilai pendidikan Islam yang
terkandung dalam antologi Lautan Jilbab ini adalah nilai akidah, nilai akhlak, nilai
syariah, nilai ibadah, nilai muamalah, nilai sastra dan nilai estetika. Adapun
persamaan Skripsi ini dengan skripsi penulis adalah sama-sama meneliti pemikiran
Emha Ainun Nadjib Tentang Pendidikan Islam, sedangkan letak perbedaanya terletak
pada, sumber utama yang digunakan penulis adalah Buku Emha Ainun Nadjib
Keenam, Skripsi berjudul Analisis Wacana Pesan Dakwah dalam Buku Anggukan
Ritmis Kaki Pak Kiai Karya Emha Ainun Nadjib, ( UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2016) ditulis oleh Annisah Bilqis. Skripsi ini terfokus pada tema-tema yang
mengandung pesan dakwah dalam Buku Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai peneliti
menemukan dari segi teks dan melihat bangunan struktur kebahasaan yang
tersembunyi di suatu teks. Adapun kesamaan Skripsi ini dengan skripsi penulis ada
pada subjek sekaligus sumber data utama yang dikaji yang dikaji yaitu Buku
Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai Karya Emha Ainun Nadjib , sedangkan
perbedaannya terletak pada objek kajiannya dimana penulis meneliti tentang “Nilai-
Nilai Pendidikan Islam dalam Buku Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai Karya Emha
Pesan Dakwah dalam Buku Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai Karya Emha Ainun
Nadjib.
Table 1
G. Sistematika Penulisan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kajian pustaka serta Metode
Penelitian, berisi pemaparan terkait jenis dan pendekatan penelitian, sumber data,
BAB II: Landasan Teori, berisi meliputi Pengertian Nilai, Definisi Pendidikan,
Definisi Pendidikan Islam, Sumber Pendidikan Islam, Tujuan Pendidikan Islam.
BAB III: Profil Tokoh, membahas biografi sosial Emha Ainun Nadjib yang meliputi
sejarah hidup, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, karya, dan pemikiran yang
paling menonjol.
Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai. Bab ini berisi
analisis nilai-nilai pendidikan Islam yang mencakup pendidikan Islam menurut Emha
Ainun Nadjib, pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, sumber dan dasar
pendidikan Islam, yang terdapat dalam Buku Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai.
BAB IV: Berisi penjelasan terkait relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam Buku
Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai Karya Emha Ainun Nadjib dalam kehidupan masa
kini.
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Nilai
Nilai ataupun value (bahasa Inggris) ataupun valere (bahasa Latin) berarti adalah
dikutip oleh Ade Imelda Frimayanti dalam jurnalnya, pengertian nilai adalah “suatu
objek atau pandangan yang indah, yang menarik dan menakjubkan, mampu
menjadikan kita bahagia dan merupakan sesuatu yang sangat ingin dimiliki oleh
manusia.17
Nilai secara bahasa memiliki arti harga, angka, kepandaian, banyak sedikitnya
atau sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. Secara istilah
nilai merupakan suatu yang dapat dijadikan sasaran untuk mencapai tujuan yang
menjadi sifat keluhuran tatanan yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang saling
Menurut Oyerman nilai terbagi menjadi dua konsep yaitu level individu dan
kelompok. Pada tataran level individu menyatakan bahwa keyakinan moral yang
diinternalisasi dan digunakan oleh seseorang sebagai dasar rasional final dalam
tindakannya. Sedangkan pada taraf level kelompok, nilai dianggap sebagai ideal
budaya yang dipegang teguh secara umum oleh masyarakat dan dapat dikatakan
17
Ade Imelda Frimayanti, “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI DALAM PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM”, dalam Jurnal Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8 No. II, 2017, hlm.
227
sebagai pikiran kelompok.18
Dari sebagian penafsiran tentang nilai yang disebutkan diatas dapat di pahami
bahwa nilai merupakan sesuatu yang mempengaruhi motif dalam kehidupan manusia
berdasarkan nilai apa yang diyakini oleh seseorang, dan sebagai pertimbangan untuk
menentukan benar dan salah, baik dan buruk, indah dan tidak indah.
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang bermakna
bimbingan yang di lakukan kepada anak.19 Istilah ini kemudian diterjemahkan dalam
bahasa inggris yaitu “education” yang memiliki arti kurang lebih sama dengan
Indonesia, berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran
Dalam bahasa arab pendidikan Islam di bagi menjadi tiga istilah yaitu, tarbiyah,
pengertian, dan tanggung jawab. Ta’dib Berasal dari kata adaba-ya’dubu yang berarti
melatih dan mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang baik sesuai tata krama.
Sedangkan al-tarbiyyah berasal dari tiga kata, yaitu pertama, kata rabba-yarubu yang
pendidikan Islam ialah sebuah pendidikan yang di terapkan berdasarkan ajaran agama
Islam. Mengingat ajaran agam Islam bersumber pada Alquran, Sunnah, dan pendapat
ulama, maka pendidikan Islam pun mendasarkan diri pada Alquran, Sunah, pendapat
kepribadian Muslim yang utuh, mengembangkan potensi manusia secara utuh dalam
ruhani maupun jasmaninya, dan menciptakan hubungan yang harmonis antara setiap
internalisasi ilmu dan nilai-nilai Islam kepada peserta didik dengan cara mengajar,
peserta didik. Hingga mencapai harmoni dan kesempurnaan dunia dan akhirat.24
Sedang Pendidikan Islam yang ideal menurut Caknun adalah sebagaimana dikutip
dari wawancara langsung yang dimuat dalam Skripsi Bahtiar Fahmi Utomo ialah
pendidikan Islam yang ideal dan bagus itu pendidikan Islam beribu pintu berruang
satu. Pendidikan Islam beribu pintu berruang satu merupakan suatu metode
pembelajaran yang sangat ideal dan bertujuan supaya umat Islam dapat mengenal
22
Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam “Menuntun Arah Pendidikan Islam Indonesia”,
(Medan: LPPPI, 2016), hlm. 1
23
Haidar Putra Daulay, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia, (Medan: IKAPI,
2012), hlm. 1
24
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia
Group, 2014), hlm. 27-28
agama Islam lebih menyeluruh. Pendidikan Islam beribu pintu berruang satu, saya
ibaratkan dengan sebuah rumah yang besar, di rumah besar itu terdapat ribuan pintu
dan ketika kita masuk rumah itu hanya terdapat satu ruangan besar, tanpa satu
kamarpun. Satu ruangan besar diartikan sebagai keilmuan Islam dan ribuan pintu
diartikan berbagai disiplin ilmu keislaman seperti, pintu pertama adalah ilmu fiqih,
pintu kedua adalah ilmu tauhid, pintu ketiga adalah ilmu sejarah, pintu keempat
adalah ilmu mantik, pintu kelima adalah ilmu tasawuf, pintu keenam adalah ilmu
tafsir dan seterusnya. Dengan demikian, jika seseorang memasuki rumah dari pintu
fiqih, orang itu bukan hanya menemukan ilmu fiqih saja, akan tetapi orang tersebut
akan menemukan berbagai disiplin ilmu keislaman lainnya ketika memasuki ruangan
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli diatas, penulis menggaris
bawahi inti dari keseluruhan arti pendidikan Pendidikan Islam merupakan proses
‘Aqidah menurut bahasa arab (etimologi) berasal dari kata al-aqdu yang
berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-
25
Bahtiar Fahmi Utomo, Pemikiran Emha Ainun Nadjib Tentang Pendidikan Islam., Skripsi
S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapakan), dan ar-rabhthu biquwah yang
adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang
yang meyakininya.26
Iman secara bahasa berasal dari kata amana – yu’minu – imanan yang artinya
percaya. Iman bukan hanya sekedar percaya, melainkan keyakinan yang mendorong
seorang muslim untuk berprilaku, Wujud iman terlihat dari tiga unsur, yaitu hati,
ucapan dan perbuatan. Isi hati seseorang terdapat dalam pandangan hidup, sedangkan
ucapan dan perbuatannya tercermin dalam sikap hidup sehari-hari. Dengan demikian
Keimanan dan ketaqwaan merupakan dua kata yang berkaitan erat dalam laku
tingkah laku, dan dapat pula berwujud perbuatan. Sedangkan ketakwaan adalah
berwujud pada ketaatan dan kepatuhan tingkah laku dan perbuatan atau sebagai
berikutnya. Jika imannya kepada Allah sudah baik dan benar, maka
26
Marwan Riadi, Nilai-Nilai Pendidikan Akidah dalam Surah Al-Kahfi, Tesis S2 UIN
Sumatera Utara Medan, 2018.
27
Nurhasanah Bakhtiar, Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum, (Yogyakarta :
Aswaja Pressindo, 2013), hlm. 85
28
Darwin Une, dkk, Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, (Gorontalo: Ideas
Publishing, 2015), hlm. 15
proses keimanan kepada lima hal berikutnya akan lebih mudah dan
pengabdiannya.29
yang nyata. Malaikat adalah makhluk Allah yang suci. Mereka selalu
bertasbih, mensucikan Allah SWT pada waktu siang dan malam tanpa
merasa letih, patuh dan taat kepada Allah dan tidak pernah melanggar
mereka ada yang diberi tugas khusus oleh Allah dalam hubungannya
Beriman kepada Nabi dan Rasul merupakan salah satu dari rukun
29
Nurhasanah Bakhtiar, Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum..., hlm. 87
30
Ibid., hlm. 88
Islam (Q.S al-Baqarah: 177). Diutusnya Rasul kepada umat manusia
merupakan salah satu bentuk kasih sayang dan rahmat Allah SWT
etimologis Nabi berasal dari kata na-ba artinya ditinggikan, atau dari
kata na-ba-a artinya berita. Dalam hal ini seorang Nabi adalah orang
berita (wahyu). Di antara Nabi ada yang dipilih oleh Allah SWT
wahyu berupa kitab suci kepada Rasul pilihanNya. Ada empat kitab
suci yang mesti diimani, yaitu Kitab Taurat yang diturunkan kepada
Nabi Musa A.S, Kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud A.S,
Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa A.S dan Kitab al-Qur’an
31
Ibid., hlm. 89
32
Ibid., hlm. 90
Iman kepada hari akhir artinya menyakini bahwa akan ada kehidupan
Iman kepada qadha dan qadar disebut juga iman kepada taqdir Allah
SWT. Taqdir Allah merupakan persoalan ghaib dan misteri yang tidak
kurang tepat.34
Bahwa bagi kita keimanan sangatlah penting sebagai dasar keyakinan kita dan
nilainya termanifestasi dalam perilaku kita sebagai masnusia, menurut Caknun iman
itu adalah jembatan menuju penyatuan diri kita kepada Allah yaitu tauhid, menurut
Caknun dalam hidup ini tidak ada pilihan lain kecuali tauhid, kita tidak bisa lari
kemanapun meskipun kita menolak tauhid karena pada hakikatnya kita tidak bisa
33
Ibid., hlm. 91
34
Ibid., hlm. 93
tidak tauhid, hanya saja permasalahannya terletak pada, tingkat kesadaran kita.
Bahwa dalam amalanya ialah melakukan segala sesuatu yang diridhai oleh Allah.35
2. Nilai Akhlak
Kata akhlāk secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk jamaʹ dari
kata khuluqun yang berarti tabiat, budi pekerti, al-ʹādat (kebiasaan), al-murū‟ah
Sedangkan secara istilah akhlak adalah sifat yang melekat pada diri seseorang
dan menjadi identitasnya. Selain itu, akhlak dapat pula diartikan sebagai sifat yang
manfaatnyaKata akhlāk secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk jamaʹ
dari kata khuluqun yang berarti tabiat, budi pekerti, al-ʹādat (kebiasaan), al-murū‟ah
(peradaban yang baik), al-dīn (agama). Sedangkan secara istilah akhlak adalah sifat
yang melekat pada diri seseorang dan menjadi identitasnya. Selain itu, akhlak dapat
Menurut Saproni Akhlak adalah nilai diri seseorang, yang membedakan antara
satu dengan yang lainnya. Seekor hewan di zaman purbakala dengan yang di zaman
modern tidaklah ada perbedaan dari sisi tabiatnya, namun manusia di pengaruhi oleh
35
https://www.youtube.com/watch?v=CNdi7joq-zg&t=754s diakses pada tanggal 28
Desember 20 pukul 23.15
36
Afidiah Nur Ainun, dkk, Mengenal Aqidah dan Akhlak Islami, (Lampung : CV. IQRO,
2018), hlm. 411
nilai-nilai yang membentuk kepribadiannya. Jika berperangai baik, maka ia akan
berharga namun jika berperangai hewani, maka ia pun akan lebih rendah daripada
binatang.
3.) Tawadhu
5.) Taqwa
6.) Tawakal
7.) Berzikir
2.) Keluarga
37
Saproni, Panduan Praktis Akhlak Seorang Muslim, (Bogor : CV. BINA KARYA UTAMA,
2015), hlm. 6
38
Darwin Une, dkk, Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi..., hlm. 92
4.) Bangsa dan negara.
Menurut Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, atau yang dikenal
beliau memulai dengan pembahasan Al-Qalb, Al-Ruh, Al-Nafs dan Al-Aql. Lebih
jauh dari itu, Al-Ghazali juga membahas tentang manusia, tujuan hidup manusia
sebagai individu.
melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa melalui pemikiran
atau pertimbangan.40
bila Akhlak ini merupakan tanggung jawab kita terhadap sesama manusia, artinya
dan kiri kanan tidak boleh saling menuding-nuding atau menyalahkan satu sama lain,
Tetapi kalau Ahmad itu bertanggung jawabnya dua, satu horizontal dua vertikal,
misalnya ketika kita mencuri, kita bertanggung jawab kepada orang yang barangnya
39
Ibid., hlm. 93
40
Afidiah Nur Ainun, dkk, Mengenal Aqidah dan Akhlak Islami..., hlm. 412
kita curi sekaligus juga bertanggung jawab kepada Tuhan karena pada dasarnya yang
kita curi itu adalah milik Allah, jadi hal-hal yang menyangkut Iman aqidah tauhid itu
menurut Caknun adalah tanggung jawab masing-masing orang kepada Allah SWT.
Dengan demikian jelaslah bahwa akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang
mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi.
Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka perbuatan tersebut
Perkataan Syari’at berasal dari bahasa Arab dan berasal dari kata syari’,
secara harfiah berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim. Menurut ajaran
Islam, syari’at ditetapkan Allah menjadi pedoman hidup setiap muslim, atau the way
of life umat Islam untuk menjalankan perintah dan menjauhkan larangan Allah.43
Sedangkan menurut Caknun selama ini ada sebuah penyempitan nilai dalam
budaya kita pada memahami kata Syari’ah atau Ibadah, syariat Allah itu bukan hanya
ibadah madhndah di mana anda diwajibkan berusaha syahadat, shalat puasa, zakat,
dan haji syariat Allah itu pertama-tama justru terletak pada hakikat penciptaan bahwa
air mengalir ke bawah karena ada gravitasi bahwa anda butuh tidur sehari ntar lima
41
https://www.youtube.com/watch?v=kh7luWBz4HQ diakses pada tanggal 28 Desember 20
pukul 23.42
42
Nurhasanah Bakhtiar, Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum..., hlm. 127
43
Darwin Une, dkk, Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi..., hlm. 46
jam enam jam tujuh jam delapan jam meskipun ada juga yang tidur lima belas jam
atau ada yang dua hari dua malam tidak tidur tapi Allah sudah menciptakan pola-pola
patternya, sistem dan tatanan di dalam penciptaannya sejak sebelum manusia dibikin
yaitu sejak ada cahaya yang terpuji Nur Muhammad kemudian karena itu Allah
kemudian menciptakan alam semesta, nah di dalam penciptaan alam semesta ini
ditentukan oleh Allah berbagai macam sunnah atau hukum-hukum alam hukum alam
Dasar pendidikan Islam yang di maksudkan di sini adalah semua acuan atau
rujukan yang dari rujukan itu di dapatkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan
pendidikan Islam dan telah teruji dari waktu ke waktu.Sumber pendidikan Islam
Dasar pendidikan Islam identik dengan dasar ajaran Islam. Keduanya berasal
dari sumber yang sama yaitu al-Qur'an dan al-Hadis. Kemudian dasar tadi
dikembangkan dalam ijma yang diakui, ijtihad dan tafsir yang benar dalam bentuk
hasil pemikiran yang menyeluruh dan terpadu tentang jagad raya, manusia,
44
https://www.youtube.com/watch?v=Q6vaGeZ5l9s diakses pada tanggal 29 Desember 2020
pukul 00.34
45
Abdullah B, Ilmu Pendidikan Islam..., hlm. 41.
kepada kedua sumber (al-Qur'an dan al-Hadis) sebagai sumber utama.46
masalah ideal dan fundamental, maka diperlukan landasan pandangan hidup yang
kokoh dan komprehensif, serta tidak mudah berubah. Alquran dan Al-Hadist
dan eternal (abadi), sehingga kedua sumber ini akan dapat terus memenuhi kebutuhan
manusia kapan saja dan dimana saja. Karena pendidikan menempati posisi terpenting
dalam kehidupan manusia, Muslim secara alami berdasarkan akal teori Pendidikan
Al-Quran dan Hadis adalah dasar, atau sumber Pendidikan Islam, yang paling
utama.47
Tujuan pendidikan Islam adalah sesuatu yang ingin dicapai ketika atau atau
setelah pendidikan Islam itu berlangsung. Sesuatu yang ingin dicapai tersebut
kepribadian (afektif). Tujuan pendidikan Islam sebagai standar dalam mengukur dan
mengevaliasi tingkat pencapaian proses dan hasil pelaksanaan pendidikan Islam itu
46
Ibid., hlm. 43.
47
Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam “Menuntun Arah Pendidikan Islam Indonesia”...,
hlm. 20
sendiri.48
Tujuan dari pendidikan Ibn ‘Arabi adalah untuk mengenal diri yang
merupakan naskah dari makrokosmos dan Tuhan. Sebab itu, ia sering mengutip
sebuah perkataan “siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal
manusia sebagai naskah dari alam semesta dan Tuhan. Dengan hidupnya naskah
ketuhanan tersebut, maka ia akan berguru kepada Allah bersifat dengan segala nama
dan akhlak-Nya. Ilmu mengenai hal inilah yang paling berharga dan paling mulia.
memanfaatkan sumber daya yang tersedia di alam untuk kemaslahatan umat manusia
hakikatnya tersusun atas dua unsur jasad (materi), dan roh (non materi) yang
menyebabkan ia hidup (hayat). Bila manusia mendapat didikan dengan baik, akan
pengetahuan dan tidak tunduk pada hawa nafsu serta keberanian dan keadilan.51
Islam harus mampu mengakumulasikan tiga fungsi utama dari agama, yaitu fungsi
spiritual yang berkaitan dengan akidah dan iman, fungsi psikologi yang berkaitan
dengan tingkah laku individual, termasuk nilai- nilai akhlak yang mengangkat derajat
manusia ke derajat yang lebih tinggi dan sempurna, serta fungsi sosial yang berkaitan
Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan Islam dengan visi dan
misi pendidikan Islam. Menurutnya sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi
dan misi yang ideal, yaitu “Rahmatan Lil ‘Alamin”. Selain itu, sebenarnya konsep
dasar filosofis pendidikan Islam lebih mendalam dan menyangkut persoalan hidup
multi dimensional, yaitu pendidikan yang tidak terpisahkan dari tugas kekhalifahan
manusia, atau lebih khusus lagi sebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam rangka
pendidikan yang ideal, sebab visi dan misinya adalah “Rahmatan Lil ‘Alamin”, yaitu
untuk membangun kehidupan dunia yang yang makmur, demokratis, adil, damai, taat
51
Abdullah B, Ilmu Pendidikan Islam..., hlm. 95
52
Ibid., hlm. 93
hukum, dinamis, dan harmonis.53
Dari beberapa penjelasan para ahli di atas, jelas tujuan pendidikan adalah
untuk mengenal diri sebagai naskah dari ketuhanan dan alam semesta serta
di dunia yang di berikan oleh Allah SWT. dan berakhlak dengan akhlâq Rabbani.
Namun, yang paling utama dari tujuan tersebut adalah akhlâq Rabbani (akhlak
manusia. Hal ini ia tegaskan dalam bukunya “hendaklah manusia beradab dengan
baguslah adabku.”54
mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang unggul dalam beriman dan
tidak hanya penting menjadikan landasan utama yaitu pada akar fundamentalnya
sebagai konseptual semata tetapi Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam kurikulumnya
penting turut mengikuti ritme global dan dinamika masyarakat yang kian berkembang
dan penuh tantangan saat ini. Sehingga dengan keterpaduan landasan pengembangan
sosial kehidupan masyarakat baik dalam lokal maupun secara global dengan
realitasnya yang lahir dan terus, sehingga konseptual kurikulum PAI urgen
ditempatkan pada posisi tersebut. Landasan yang terpadu dan holistik dalam
pengembangan kurikulum PAI akan menjadi sebuah kekuatan kurikulum dan dinilai
akan memberikan pengaruh besar terhadap mutu pendidikan baik pada lembaga-
lembaga pendidikan Islam khususnya lembaga pendidikan pada umumnya sesuai pada
55
Agus Setiawan, “Kajian Kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam Tinjauan Historis,
Sosiologi, Politis, Ekonomis dan Manajemen Negara ”, dalam Jurnal Darul Ulum: Jurnal Ilmiah
Keagamaan, Pendidikan dan Kemasyarakatan, Volume 9 No. II, 2018, hlm. 267
a) Fazlur Rahman
Islam, seperti di Mesir, Pakistan, Sudan, Iran, Turki, Maroko dan sebagainya yang
dimulai dari tingkat dasar hinggai perguruan tinggi. Kedua, pendidikan Islam
Selain itu, pendidikan Islam dalam pandangan Fazlur Rahman, dapat juga dipahami
terkumpul sifat-sifat seperti kritis, kreatif, dinamis, inovatif, progresif, adil, jujur,
dan sebagainya.56
akan menyatu pada keseluruhan pribadi yang kreatif, yang memungkinkan manusia
umat manusia dan untuk menciptakan kemauan dan keteraturan dunia serta
keadilan57
b) Muhammad Abduh
khususnya di Mesir, dikarenakan dualisme sistem pendidikan yang ada ketika itu.
Dimana terdapat model-model sekolah, yaitu: sekolah modern dan sekolah agama.
56
Evi Fatimatur Rusydiyah, “ALIRAN DAN PARADIGMA Pemikiran Pendidikan Agama
Islam Kontemporer”..., hlm. 42.
57
Ibid., hlm. 43
Masing-masing lembaga pendidikan memiliki ciri khasnya masing-masing, tanpa
lintas disiplin ilmu (integrasi), dengan memadukan kurikulum sekolah modern dan
bagi umat Islam; sebagaimana, di madrasah yang berorientasi pada ilmu agama dan
sekolah umum yang berorientasi pada ilmu-ilmu umum tanpa adanya wawasan
hal tersebut disebabkan ide-idenya mendapat penolakan dari para ulama’ Mesir
yang masih berpegang kuat pada tradisi keagamaanya. Disisi lain, walaupun belum
dimasukkan dalam kurikulum Al- Azhar, seperti: geografi, al-jabar, dan ilmu
pengukuran.59
pada aspek jiwa dan akal serta tujuan utamanya adalah untuk kebahagiaan di dunia
58
Ibid., hlm. 193.
59
Ibid., hlm. 193-194.
dan akhirat. Karena itu, Abduh merumuskan tujuan pendidikan harus mencakup
aspek kognitif dan spititual. Abduh menginginkan terbentuknya pribadi yang tidak
hanya menekankan aspek akal semata, tetapi harus seimbang dengan aspek
spiritual. Abduh memiliki keyakikan, ketika dua aspek tersebut (akal dan psiritual)
diarahkan dengan pendidikan agama yang baik dan benar, maka dunia Islam akan
bisa bersaing dengan dunia Barat dari segi kemajuan ilmu pengetahuan. Adanya
(terhalang) oleh umat muslim sendiri. Sebab itu, dunia Islam haruslah instrospeksi
kepada seseorang, yaitu berkaitan dengan kondisi dan tempat yang tepat pada
manusia ke arah pengenalan dan pengetahuan akan Tuhannya yang tepat dalam
pribadinya”61
Tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan oleh Syed Naquib yaitu harus
membentuk manusia yang baik, yaitu manusia Insan Kamil (universal). Insan kamil
60
Ibid., hlm. 196.
61
Ibid., hlm. 171.
1. Seseorang yang secara seimbang memposisikan diri diantara vertikal dan
sosial alamnya).
d) Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal secara tekstual sebenarnya belum pernah menulis tentang teori
atau filsafat pendidikan dalam sebuah buku, apalagi sebuah kurikulum pendidikan bagi
terhadap sistem pendidikan yang berlaku pada saat itu. Dalam salah satu sajaknya,
Iqbal menulis:
“Aku tamat dari sekolah dan pesantren penuh duka, Di situ tak kutemukan
kehidupan, Tidak pula cinta, Tak kutemukan hikmah, dan tidak pula
Mati rasa, mati selera, Dan kyai-kyai adalah orang-orang yang tak punya
pendidikan Barat dan sistem pendidikan Islam tradisional. Dia memandang bahwa
sistem pendidikan Barat lebih cenderung kepada materialisme. Kecenderungan ini pada
gilirannya akan merusak nilai-nilai spiritual manusia yang lebih tinggi. Pendidikan
Barat dalam pandangan Iqbal kiranya hanya dapat mencetak manusia menjadi out put
yang memiliki intelektual tinggi, tetapi pendidikan ini tidak menaruh perhatian yang
besar terhadap hati nurani anak didik. Sistem pendidikan seperti ini pada akhirnya akan
aspek lahiriah dengan aspek batiniah. Sementara pendidikan Islam tradisional dikritik
Muhammad Iqbal karena pendidikan ini hanya dapat memenjarakan otak dan jiwa
manusia dalam kurungan yang ketat. Pendidikan tradisional dalam kacamata Iqbal
tidak mampu mencetak manusia intelek yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan
keduniaan.64
e)
64
Ibid., hlm. 240.
BAB III
1. Riwayat Hidup
Muhammad Ainun Nadjib atau Emha Ainun Nadjib atau akrab di sapa
Caknun ini merupakan anak ke-empat dari lima belas bersaudara yang lahir pada
Rabu Legi, 27 Mei 1953, di desa Menturo kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang,
Jawa Timur.65 Dari suami istri H.A. Lathif dan Halimah. Caknun yang saat itu masih
muda dipanggil Ngainun dibesarkan oleh orang tuanya yang di sibukan dengan
urusan madrasah, langgar, dan berbagai kegiatan sosial yang mana itu merupakan
film, serta penyanyi. Caknun di karuniai empat orang anak, yaitu Ainayya Al-Fatihah
(meninggal ketika di dalam kandungan), Aqiela Fadia Haya, Jembar Tahta Aunillah,
dan Anayallah Rampak Mayesha. Serta Sabrang Mowo Damar Panuluh yang di kenal
sebagai vokalis grup band Letto, Caknun saat ini bertempat tinggal di Yogyakarta
tepatnya di Jl. Barokah 287 Kadipiro, Yogyakarta. Yang biasa disebut sebagai Rumah
Sejak kecil, Emha Ainun Nadjib bukanlah “anak papi-mami”. Bukan juga
Selain itu di suatu kesempatan di forum diskusi umum pada 23 September 2018,
beliau bercerita masa kecilnya yang “nakal” karena kelakuannya yang berbeda
tidak semudah itu untuk mengatakan seorang anak itu “nakal” atau apapun itu yang
sifatnya negatif, hanya karena berkelakuan berbeda dengan yang lain yang sifatnya
bertentangan dengan kehendak orang dewasa, atau sepenuhnya disalahkan atas apa
sebuah konsep “kenakalan” seperti halnya konsep yang dipahami oleh orang
dewasa.”69
Di kenal sebagai orang yang dekat dengan “rakyat kecil”, ternyata Emha telah
memiliki sifat itu sejak kanak-kanak, terlihat dari ketika beliau masih kecil, suatu
ketika ibunya memasak makanan yang “mahal dan cukup mewah”. Tetapi, makanan
itu hanya terbatas bagi keluarganya saja. Tidak bisa dibagikan kepada para tetangga
di sekitarnya yang sehari-hari masih ada yang hanya makan thiwul (nasi gaplek) atau
nasi jagung. Di situ Emha mulai memprotes keras. Makanan yang sudah siap untuk di
makan itu diobrak-abriknya. Baginya, tidak etis makan makanan yang mewah di
67
Emha Ainun Nadjib, Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki, (Jakarta: Kompas, 2007), Cet. IV,
hlm. 258
68
Emha Ainun Nadjib, Sedang TUHAN pun Cemburu, (Yogyakarta: Bentang, 2015), hlm.
436
69
https://www.youtube.com/watch?v=Nt6gstDepR4 diakses pada tanggal, 29 Januari 2021,
pukul 10.15.
tengah orang-orang yang kesulitan makan. Lebih baik memasak makanan yang
sederhana, tetapi bisa dinikmati banyak orang. Protes itu ternyata dipahami ayah dan
ibu Emha. Bahkan, mereka menganggap sikap kritis dan “kenakalan” itu sebagai hal
Dalam forum tersebut beliau juga mengatakan “bahwa ibu saya adalah
seorang pecinta “rakyat kecil” yang saya tidak ada apa-apanya” dimana belajar
banyak hal dari ibunya terutama dalam hal mencintai “orang kecil” beliau
menceritakan ketika masih kecil ibunya selalu mengajaknya untuk berkeliling di desa
mempengaruhi Emha Ainun Nadjib hingga saat ini sangat dekat dengan “orang-orang
kecil”.71
2. Riwayat Pendidikan
Bakalan yang ada di sebelah desanya, sebelum akhirnya sekitar kelas 5 SD Emha
70
Emha Ainun Nadjib, Sedang TUHAN pun Cemburu,.. hlm. 437
71
https://www.youtube.com/watch?v=ngRQRDPPvAo diakses pada tanggal, 02 Februari
2021, pukul 23.54.
fakultas Ekonomi UGM dan hanya bertahan sampai satu semester, ia terpaksa harus
keluar. Lalu ia memutuskan untuk berproses di PSK (Persada Stubi Klub), sebuah
komunitas penyair terkemuka di Jogjakarta pada tahun 1970-an asuhan penyair Umbu
Landu Paranggi.72
Menarik untuk di ketahui bahwa meski sejak Emha kecil ayahnya memiliki
sebuah sekolah dasar, namun yang menarik bahwa Emha tidak mau bersekolah di
sekolah dasar milik ayahnya, Emha justru memilih bersekolah di sekolah yang
jaraknya berada cukup jauh di sebelah desanya, sejak SD sikap kritis Emha memang
sudah kentara hal inilah yang nantinya membuat Emha banyak keluar dari tempat ia
bersekolah,
“Saya selalu di keluarkan di setiap sekolah yang saya masuki, tidak ada
sekolah yang saya tidak di keluarkan, tidak ada guru yang tidak saya ajak
“bertengkar””
menerima itu sebagai sebuah konsekuensi atas kesalahan yang ia perbuat, dan
keesokan harinya ketika gurunya yang melakukan kesalahan yang sama, Emha
menerapkan hukuman yang sama kepada gurunya, sikap kritisnyalah yang membuat
72
Latifatul Fajriyah, Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kumpulan Esai Istriku Seribu
Karya Emha Ainun Nadjib., Skripsi S1 UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018
Emha keluar masuk sekolah.73
selalu “gagal”, namun ketika SMA kelas dua Emha yang sempat keluar dari sekolah,
masuk lagi karena pertimbangan ibunya, Kakak Emha Cak Fuad membujuk Emha
untuk melanjutkan sekolahnya dengan benar, “sekali ini saja, kasihan ibu itu lho”
kata Cak Fuad, karena Emha begitu menyayangi ibunya maka, Emha masuk lagi ke
sekolah SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang beliau sempat keluar dari sekolah
budayawan yang multitalenta, antara lain sebagai, penulis syair, essai, pemusik,
pegiat teater, dan lain-lain.76 Emha adalah seorang penulis yang produktif terbukti
sampai saat ini beliau sudah menghasilkan puluhan buku antara lain,
sebagai berikut: (a) Arus Bawah (Bentang Pustaka: 2014), (b) Dari Pojok
Sejarah (1985), (b) Seribu Masjid Satu Jumlahnya (1990), (c) Secangkir Kopi Jon
Pakir (1992), (d) Markesot Bertutur (1993), (e) Markesot Bertutur Lagi (1994), (f) 99
73
https://www.youtube.com/watch?v=0ez34erhT4o&ab_channel=WONGKENDO di akses
pada tanggal, 13 Maret 2021, pukul 11:43
74
Emha Ainun Nadjib, Kiai Hologram, (Yogyakarta: Bentang, 2018), hlm. 30-31
75
https://www.youtube.com/watch?v=BRteeNri4mc&list=WL&index=71 di akses pada
tanggal, 24 Maret 2021, Pukul 10.17
76
Emha Ainun Nadjib, Surat Kepada Kanjeng Nabi, (Jakarta: Mizan, 2015), hlm. 504
Untuk Tuhanku (Bentang Pustaka: 2015), (g) Istriku Seribu (Bentang Pustaka:
2015), (h) Kagum Kepada Orang Indonesia (2015), (i) Titik Nadir Demokrasi
(Bentang Pustaka: 2016), (j) Tidak. Jibril Tidak Pensiun! (Bentang Pustaka: 2016),
(k) Anak Asuh Bernama Indonesia (Bentang Pustaka: 2017), (l) Iblis Tidak Butuh
Pustaka: 2017), (n) Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (Bentang Pustaka: 2019), (o)
Pada tahun 2020 di usianya yang sudah menginjak 67 tahun Emha masih
produktif menulis, tercatat di tahun 2020 Emha sudah menerbitkan 2 buku baru yaitu,
Lockdown 309 Tahun (Juni) dan Apa yang Benar Bukan Siapa yang Benar (Agustus).
Usianya tak menghalangi Emha untuk mengikuti informasi terkini. Terlihat dari buku
Lockdown 309 Tahun yang mana merupakan refleksi atas merebaknya virus Covid-19
di dunia, bahkan bisa dibilang buku ini adalah yang buku pertama di Indonesia yang
77
Lutfi Isnan Romdloni , Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Buku Gelandangan di
Kampung Sendiri Karya Emha Ainun Nadjib., Skripsi S1 IAIN Salatiga, 2019
78
https://bentangpustaka.com/4-tips-produktif-menulis-ala-emha-ainun-nadjib/ di akses pada
tanggal, 25 Maret 2021 Pukul 14.17
79
Emha Ainun Nadjib, Demokrasi La Roiba Fih, (Jakarta: Kompas, 2009), hlm. 282.
4. Pemikiran besar
Dalam sebuah acara forum diskusi pada 14 Mei 2018 di Mancasan Lor,
Condong Catur, Sleman, Emha mengatakan “Kebenaran itu bekal di dapur, jangan
malah disajikan di warung” Sebelumnya Emha juga telah menguraikan bahwa dalam
hidup, ada tiga macam nilai yaitu, Kebenaran, Kebaikan, dan Keindahan, ketiganya
beliau memberi contoh, seluruh perdebatan yang ada di Medsos, adalah perdebatan
mengenai kebenaran, dan kita bisa melihat ketidak indahan disitu. Maka dari itu
kebenaran merupakan sebuah bekal, dan bukan ekpresinya, dan apalagi hasilnya.80
kemuliaan, namun bisa juga memicu keburukan sosial jika dilakukan tidak pada
80
https://www.youtube.com/watch?v=6eOOckU7C8U di akses pada tanggal, 25 Maret 2021
Pukul 14.51
81
https://www.caknun.com/2018/menyembunyikan-dan-menyatakan-kebenaran/ di akses
pada tanggal, 25 Maret 2021 Pukul 14.54
Daftar Pustaka
Ahmadi, A., & Uhbiyati, N. (2011). Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ardani, M. (2005). Akhlak – Tasawuf “Nilai-nilai Akhlak atau Budi Pekerti dalam Ibadat
Arifin, H. M. (1993). Ilmu Pendidikan Islam : Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jakarta:
Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ma’arif.
Lubis, M. (2009). Evaluasi Pendidikan Nilai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rosdakarya.
Muhadjir, N. (2002). etodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV. Yogyakarta: Penerbit Rake
Sarasin.
Nadjib, E. A. (2015). Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka).
Nadjib, E. A. (2015). Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.
Nadjib, E. A. (2016). Saat-Saat Terakhir Bersama Soeharto 2,5 Jam di Istana. Yogyakarta:
Bentang.
https://www.youtube.com/watch?v=fqjzzUcnlxk&t=256s
https://www.youtube.com/watch?v=CNdi7joq-zg&t=754s
https://www.youtube.com/watch?v=kh7luWBz4HQ
https://www.youtube.com/watch?v=Q6vaGeZ5l9s
Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghaia Indonesia.
M. Dimas Septian, Retorika Dakwah Emha Ainun Najib “Cak Nun” Dalam Pengajian
Maiyah Kenduri Cinta Jakarta., Skripsi S1 UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, 2019.
Bahtiar Fahmi Utomo, Pemikiran Emha Ainun Nadjib Tentang Pendidikan Islam., Skripsi S1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Titian Ayu Nawtika, Konsep Insan Kamil Ibn ‘Arabi Dalam Perspektif Transpersonalisme.,
Skripsi S1 UIN Raden Intan Lampung, 2019