PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
dunia tidak bisa lepas dari pendidikan. Karena pendidikanlah yang menjadi
tolak ukur dari keberhasilan atau tidaknya peran manusia dalam menjadi
khalifah di dunia ini. Anugerah Allah SWT berupa akal dan pikiran inilah
adanya daya pikir oleh akal manusia. Manusia dan pendidikan merupakan
satu kesatuan penciptaan manusia di dunia ini. Banyak ayat al-Quran yang
penggunaan akal dalam menjalani hidup ini. Islam sebagai agama rahmah
perwujudan dari aktivitas belajar. Dan dalam arti yang luas, dengan iqra‟
kehidupan.
i
Pendidikan Islam mengembangkan ilmu pengetahuan dan budaya
akhlak untuk masa depan. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa setiap
atas apa yang telah ditanamnya pada alam sekarang. Di sisi lain, manusia
perbaikan akhlak yang telah mulai rapuh di masa sekarang. Seperti contoh
yang terjadi saat ini adalah kenakalan remaja. Hal ini sudah menjadi
mengatasinya secara bijaksana dan sesuai dengan nilai moral yang berlaku
di dunia dan Indonesia secara khusus. Terkait dengan hal ini, visi
akhlak yang pelik ini. Sebenarnya hal ini juga dipicu karena kurangnya
Fenomena yang terjadi pada saat ini ialah bangsa indonesia tengah
2
3
Diakui atau tidak, saat ini memang telah terjadi krisis akut yang telah sampai
milik kita yang paling berharga yaitu anak-anak atau peserta didik. Kondisi
remaja atau peserta didik saat ini mengalami krisis yaitu anatara lain berupa
pemerkosaan dll.1
pengetahuan akhlak yang baik dikarnakan pendidikan yang salah yang tidak
sesuai dengan agama, karna selama ini nilai-nilai yang ditanamkan kepada
globalisasi ini menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia yang
berdaya tahan kuat dan perilaku yang andal. Sumber daya manusia yang
1
Eis Dahlia, Skripsi : “Konsep Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Al-Ghazali” (Lampung UIN
Raden Intan Lampung, 2014)
4
unggul. Dari system pendidikan yang unggul inilah muncul generasi dan
yang bermutu atau yang berkualitas dalam Iptek, ataupun ilmu yang bersifat
pengetahuan Global saja melainkan juga harus ilmu yang akhlak yang harus
dengan ajaran Rosulullah. Oleh karenanya dibutuhkan kerja sama yang apik
dalam pendidikan ber akhlak yang dimana ilmu yang tidak hanya membawa
kabaikan dunia saja melainkan ilmu yang mampu membawa generasi muda
baik dalam dunia tetapi baik juga diakhirat yang membuat mereka
penjuru dan banyak juga yang telah menggunakan atas apa yang telah
B. Fokus Penelitian
Diantaranya :
C. Tujuan Penelitian
Al- Ghazali
2
Paryono, Skripsi : “Konsep Pendidikan Akhlak Imam Al Ghazali” (Studi Analisis Kitab Ihya’
Ulumuddin)” (Salatiga : STAIN Salatiga, 2014), 1
6
D. Kegunaan Penlitian
3. Sebagai salah satu tugas untuk meraih gelar sarjana pendidikan S. Pd.
E. Telaah Pustaka
Agama Islam.
3
Eis Dahlia, Skripsi : “Konsep Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Al-Ghazali” (Lampung UIN
Raden Intan Lampung, 2014)
7
Agama Islam
Islam.
F. Kajian Teoritik
4
Paryono, Skripsi : “Konsep Pendidikan Akhlak Imam Al Ghazali” (Studi Analisis Kitab Ihya’
Ulumuddin)” (Salatiga : STAIN Salatiga, 2014)
5
Muhail, Skripsi : ”Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Imam Al-Ghazali” (Yogyakarta :
UIN Sunan Kalijaga, 2009)
8
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta
jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
lingkungannya.
9
ambil bagian tapi juga ada unsur-unsur yang berkaitan dengan perasaan
bermakna.
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi
keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah
bahasa sehari hari ditemukan pula istilah etika ataupun moral, yang
Budi pekerti merupakan perpaduan dari hasil ratio dan rasa yang
bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia. Kata akhlaq itu sendiri
berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari kata khuluq yang
sebagai berikut :
dasar untuk mengetahui baiknya hati dan panca indra, dan akhlak
sebagai hiasan diri kita dan bertujuan untuk menjauhkan dari perkara
6
Nurkholis, Jurnal : “Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi” (Purwokerto : STAIN
Purwokerto, 2013) Hal. 25-29
13
yang jelek, dan buah dari akhlak adalah bersih hati dan panca indranya
seseorang boleh jadi merupakan tabiat atau bawaan dan boleh jadi juga
sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya terlahir
merenung.
atau sifat seseorang, yaitu keadaan jiwa yang telah terlatih sehingga telah
sudah ada dalam jiwa seseorang maka yang perlu atau yang dibutuhkan
menimbulkan akhlak yang baik yang sesuai ajaran Rasulullah saw. Tidak
mungkin ada akhlak yang baik selama seseorang tidak pernah mau untuk
menjadikannya akhlak yang baik yang sesuai dengan al-qur’an dan hadits
lepas dari tujuan atau pandangan hidup dalam eksistensi kita di dunia.
bangsa yang meliputi taubat, muhasabah, ikhlas, ridha, zuhud, cinta Allah
1) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
7
Abdulloh Sadjad, jurnal : “Pendidikan Akhlak Perspektif al-Imam Al-Ghazali” ( Pacitan : STAINU
Pacitan) Hal 113-115
15
tanpa pemikiran
3) Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri
orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
Akhlak dibagi menjadi 2 bagian, yaitu akhlak yang baik disebut juga
seseorang kepada Allah. Akhlak yang terpuji dilahirkan dari sifat-sifat yang
terpuji pula.8
pendidikan non formal dan formal. "Pendidikan ini berawal dari non formal
8
Tita Rostitawati, Jurnal : “Konsep Pendidikan Akhlak Anak Dalam Perspektif Al-Ghazali” (
Gorontalo : IAIN Sultan Amai Gorontalo) Hal 49
16
sesuatu yang baik. Di samping itu pergaulan anak pun perlu diperhatikan,
karena pergaulan dan lingkungan itu memiliki andil yang sangat besar
baik, dimana ia diajarkan al-Quran, Hadits dan hal hal yang bennanfaat.
Anak perlu dijaga agar tidak terperosok kepada yang jelek, dengan pujian
dibukakan di depan umum. Bila terulang lagi, diberi ancaman dan sanksi
yang lebih berat dari yang semestinya. Anak juga punya hak istirahat dan
adanya seorang guru atau mursyid yang mempunyai kewajiban antara lain:
yang amal itu dilihat oleh mata dan ilmu dilihat oleh hati, tapi orang yang
melihat dengan mata kepala itu lebih banyak dari mereka yang melihat
kebersihan hati, tidak sombong karena ilmunya dan tidak menentang guru,
hubungan antara seorang guru dan murid sangat sarat dengan peraturan
1. Akhlak
harus menetap dalam jiwa dan perbuatan itu muncul dengan mudah tanpa
cenderung kepada salah satu dari kebaikan dan bisa cendrung kepada
akhlak itu adalah "hal" keadaan atau kondisi: di mana jiwa mempunyai
potensi yang bisa memunculkan dari padanya manahan atau memberi. Jadi
9
Enok Rohayati, Jurnal : “Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlak” (Palembang : IAIN
Raden Fatah) Hal 106-108
18
akhlak itu adalah ibarat dari " keadaan jiwa dan bentuknya yang
bathiniah" Di satu sisi, pendapat al-Ghazali ini mirip dengan apa yang di
al Akhlak. Tokoh filsafat etika yang hidup lebih dahulu ini menyatakan
dorongan nafsu.
2. Pembagian Akhlak
dipenuhi untuk suatu kriteria akhlak yang baik dan buruk, yaitu: kekuatan
'ilmu, atau hikmah, kekuatan marah, yang terkontrol oleh akal akan
untuk mencapai derajat akhlak yang baik secara mutlak. Semua ini
dimiliki secara sempuma oleh Rasulullah. Maka tiap-tiap orang yang dekat
dekat juga dengan Allah. Keteladanan ini karena Rasulullah 'tiada diutus
dijadikan lurus, patuh kepada akal dan agama. Lalu jadilah orang itu
berilmu (a'lim) tanpa belajar, terdidik tanpa pendidikan, ilmu ini disebut
mengandung beberapa pengertia antara lain, Adat istiadat, Sopan santun dan
norma norma hukum, tata krama dan sopan santun. Berbagai usulan tentang
pelajaran pada tahun 1947, yang ada hanyalah mata Pelajaran “didikan budi
10
Rima Winda Sari, Skripsi : “Relevansi Pemikiran Al-Ghazali Dalam Kitab Ihya Ulumuddin
Terhadap Pendidikan Akhlak Di Masa Sekarang” (Jambi : Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin) Hal 24-26
20
masalah akhlak dan moral di kalangan peserta didik pada berbagai level atau
tingkatan. Sekali lagi, pikiran dan logika yang sedikit simplisit menganggap
pendidikan agama.
Lebih-lebih dalam era globalisasi ini yang berada di dunia yang terbuka,
yang dimensional, dan krisis yang dirasakan sangat parah adalah nilai-nilai
pendidikan karakter. Hal ini bukan hanya dirasakan oleh bangsa dan
juga tanggung jawab keluarga dan lingkungan sosial yang lebih luas.
pendidikan agama dan mata pelajaran lain. Akan tetapi, kandungan budi
agama dan PPKn. Seperti terlihat rincian nilai-nilai budi pekerti yang
keagamaan dan akhlak, yang secara sosial dan kultural dipandang dan
5. Perkembangan moral
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang
manusia harus hidup agar menjadi baik sebagai manusia. Moral berkaitan
bisa berasal dari sumber tradisi ataupun adat, agama ataupun ideology, atau
G. Metode Penelitian
“metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid
pendidikan.12
11
Martin Aulia Skripsi : “Relevansi Pemikiran Al-Ghazali Terhadap Pendidikan Karakter (Akhlak)
Di Era Sekarang (Globalisasi), 2017” (Lampung : Universitas Raden Intan Lampung) hal 91-95
12
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2010), Cet. 10, 6.
23
berupa fakta, hasil dari ide pemikiran seseorang melalui cara mencari,
13
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyususnan Skripsi, (Jakarta :Rineka
Cipta, 2011), 95
24
penelitian ini.
14
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor : Ghalia Indonesia,2014), 81.
15
Ibid Sugiyono, Op.Cit., 224.
25
analisis dokumen atau analisis isi (content analysis), analisis isi berarti
16
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta : RinekaCipta, 2010),
202.
17
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 86
26
H. Sistematika Pembahasan
pembahasan dalam skripsi ini dapat terarah dan tersistem dengan baik maka
haruslah disusun secara global dan kronologis, karena setiap bab harus
saling berkaitan dari bab pertama sampai terakhir maka dari itu ketepatan
digunakan di sajikan dalam lima bab dan setiap bab dijadikan sub-sub bab
bab pertama yang dilakukan oleh penulis sebagai gambaran umum. Latar
tema kajian untuk diteliti. Kemudian diikuti dengan rumusan masalah yang
bab kedua tentang. Biografi Tentang Akhlak Imam Al-Ghazali Dan Karya-
Karyanya.
Kekinian.
Bab kelima bab yaitu penutup yang memuat kesimpulan dari semua
pembahasan yang ada. Bab ini penting dipaparkan untuk dapat mengetahuai
keaslian dan kejelasan penelitian ini sebagai hasil studi. Begitu juga
kesimpulan ini terdapat saran dan harapan supaya penelitian ini dapat
KARYANYA
masa hidup imam al-ghazali nasih berada dalam periode klasik (650 –
1250), namun sudah masuk ke dalam masa kemunduran atau jelasnya masa
ketika itu dibawah kekuatan Dinasti Abbasiyah sudah sangat lemah dan
kunjung terselesaikan.
(Persia) pada pertengahan abad kelima Hijriyah (450 H/1058 M). Ia adalah
salah seorang pemikir besar Islam yang dianugerahi gelar Hujjatul Islam
(bukti kebenaran agama Islam) dan zain ad-din (perhiasan agama). Al-
Naisabur pada Imam Juwaini sampai yang terakhir ini wafat pada tahun 478
H/1085 M. Ayah Imam Al Ghazali adalah seorang wara’ yang hanya makan
adalah penjual dan penenun kain wol. Tampaknya tentang pribadi dan sifat
28
ayah Imam Al Ghazali ini tidak banyak ditulis orang. Kecuali sikap
mempelajari ilmu -ilmu fikih, ushul fikih, dan mantik serta tasawuf pada
belajar yang sangat luar biasa (Imam Al Ghazali) serta kemampuannya dalam
Nasaibur Imam Al Ghazali menuju Baghdad dan disana beliau menjadi guru
mengalami krisis rohani, krisis keraguan yang meliputi akidah dan sejenis
Ahmad zaini, Jurnal : “Pemikiran Tasawuf Imam Al Ghazali” (Kudus : STAIN Kudus) hal 150
18
Eko setiawan, jurnal : “Konsep Pendidikan Akhlak Anak Perspektif Imam Al Ghazali” (Malang :
19
29
ma’rifat. Secara diam-diam Al-Ghazali meninggalkan Baghdad ke Syam,
agar tidak ada yang menghalangi kepergiannya, baik dari pihak penguasa
ibadah dan i’tikaf di sebuah masjid damaskus. Setelah melalang buana antara
muluk, pada tahun 499 H/106 M. Setelah dua tahun berlalu Imam Al Ghazali
Nidhamiyah. Kali ini beliau telah menjadi tokoh pendidik yang betul mewarisi
dan mengerti ajaran Rasululloh SAW.21 Tidak diketahui secara pasti berapa
kritis rohaninya. Dan lama setelah fahrul muluk mati terbunuh pada tahun
20
Dodo suhada, jurnal : “Pemikiran Pendidikan Agama” (Banjar : Sekolah Tinggi Agama Islam
Miftahul Huda Al-Azhar) Hal 1175
21
Ibid., 1176
30
santri yang mengaji dan sebagai tempat berkhalawat bagi para sufi. Pada hari
Beliau wafat pada usia 55 tahun, dan beliau dimakamkan disebelah tempat
khalwatnya.22
kitab yang ditulis al-Ghazali sampai sekarang belum disepakati secara definitif
kitab-kitab yang telah dikarang dan diduga sebagai karya oleh al-Ghazali
kelompok kitab yang diragukan sebagai karyanya asli al-Ghazali terdiri atas 22
kitab. Ketiga, kelompok kitab yang dapat dipastikan bukan karyanya, terdiri
22
Ibid., 1176-1177
31
Karya-karya al-Ghazali meliputi bidang ilmu yang populer pada
zamannya, yaitu ilmu kalam, tafsir al-Qur’an, ushul fiqh, tasawuf, mantiq,
adalah :
dimensi eksoterik dan esoterik Islam. Kitab ini dikarang al-Ghazali selama
Maqdis, Makkah dan Thus. Kitab ini merupakan perpaduan dari beberapa
fisika dan ilmu alam. Menurut Dunya karya al-Ghazali ini memaparkan
dan fisika) dengan bahasa yang sederhana, sehingga kitab ini dapat
dicerna.
ada dalam ajaran filsafat, baik pada masa klasik maupun filsafat yang
dikembangkan oleh filosof muslim seperti Ibnu Sin dan Al-Farabi, serta
32
dijelaskannya juga ketidaksesuaiannya dengan akal. Dalam kitab ini Al-
seperti filosof Muslim al-Farabi (m. 950) dan Ibnu Sina (m. 1037). Dalam
dan menghancurkan para filosof di mata umat Islam, namun cara-cara yang
kebenaran.
5. Karya lain di bidang filsafat, logika dan ilmu kalam antara lain,
33
Mi’yar al-ilmi (standar ilmu), al-iqtashad fi Al-‘iqtiqad (moderisasi dalam
manthiq).
menjadi budi pekerti yang mulia (akhlaqul karimah). Dalam hal ini orang tua
Selain itu, akhlak anak-anak bergantung pada kebiasaan dan perilaku orangtua
dan saudara saudaranya di rumah. Anak-anak akan mencontoh ayah dan ibunya
orangtua dan saudara-saudaranya. Bila anak sering melihat orang tuanya saling
menolong dan bergaul dengan baik, maka anak dengan mudah berperilaku
23
Ahmad Atabi, Jurnal : ‘Telah Pemikiran Al-Ghazali Tentang Filsafat’ (STAIN Kudus) Hal 25-28
34
Begitupun dengan ucapan-ucapan yang sering didengar oleh anak-anak,
akan mudah ditiru oleh mereka. Oleh karena itu, sudah semestinya orangtua
di rumah, orangtua dapat mengajarkan dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu
merupakan sarana atau media untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Sang
Pencipta (Allah SWT) dan untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan
akhirat kelak yang lebih utama dan abadi. Cara berfikir Imam Al-Ghazali dalam
pendidikan dapat kita lihat dalam pandangannya tentang hidup dan nilai-nilai
kehidupan yang selalu sejalan dengan filosofinya, serta hikmahnya yang sangat
menuturkan sebagai berikut: nasihat terbaik yang dipesankan oleh Imam Al-
Dapat kita katakan disini bahwa apa yang dipesankan oleh Imam Al
khususnya usia dini dalam pendidikan akhlak dan moral yang tinggi.
35
Berdasarkan argumen Imam Al-Ghazali tersebut, corak pemikiran Al-Ghazali
tentang pendidikan terfokus pada sufistik dan lebih banyak bersifat rohaniah,
Islami. Selain itu Imam Al-Ghazali juga menekankan bahwa ilmu pengetahuan
moral yang tinggi, yang dibangun dari nilai-nilai akhlak yang diajarkan oleh
Dari definisi tersebut ada kesamaan dalam hal pemahaman makna agar
36
Imam Al-Ghazali memandang pentingnya pendidikan akhlak dan
dan jika anak ditinggalkan tanpa dididik akhlaknya, maka ia akan tumbuh
tingkah laku yang baik dan terarah serta menjadikan sebagai suatu kebiasaan
baik menurut akal maupun syara’. Maka jelas sebuah pendidikan akhlak sangat
lah penting bagi setiap orang tidak hanya seorang peserta melainkan seorang
pendidik pun harus tetap belajar dan mencari pendidikan agar dia anggap oleh
orang-orang sekitarnya.
“pe” dan akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara, dan
sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu
24
Mhd. Habibu Rahman, Jurnal : ‘Metode Mendidik Akhlak Anak Dalam Perspektif Imam Al-Ghazali’
(UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) Hal 39-42
37
yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar
usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang agar menjadi
dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih baik
dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang
adalah suatu proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau
pengetahuan dari satu orang kepada orang lainnya atau dari satu generasi
25
Musrifah, Jurnal : “Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam” (STAI Brebes) Hal 121-122
38
Pendidikan akhlak seseorang berkaitan dengan moral dan kepribadian.
Upaya mendidik terkait dengan pemberian motivasi kepada anak untuk belajar
dan mengikuti ketentuan norma dan aturan yang telah menjadi kesepakatan
merupakan bagian dari ajaran Islam agar terbentuk menjadi manusia yang
seutuhnya, dan dapat berpegangan teguh pada apa yang telah diwariskan oleh
metode yang tepat dalam pembentukan akhlak yang islami dan sesuai dengan
antara lain :
suka dipuji dan disanjung, mulia, kaya, suka membanggakan diri dan suka
Abdulloh Sadjad, Jurnal : “Pendidikan Akhlak Perspektif al-Imam Al-Ghazali” (STAINU Pacitan)
26
Hal 120-123
39
mencari ketinggian diatas manusia seluruhnya sehingga seakan-akan ia
daya upaya, tipu, menyerah dengan kerusakan dan perbuatan yang munkar.
3. Sifat Kebinatangan, seperti sifat rakus, yang dimiliki oleh hewan babi,
iri, suka marah, berkata kasar, suka bertengkar dan suka menghambur-
terkumpul, lalu keduanya menguasai akal untuk tipu daya dan daya upaya,
40
Dari pemaparan diatas, disimpulkan bahwa manusia itu memiliki fitrah
dan akhlak yang baik. Akan tetapi manusia itu sendiri pula yang merusak
fitrahnya dengan berbagai macam akhlak tidak tepuji yang dibentuk dalam
hendaknya manusia menyadari bahwa tidak ada yang paling baik dan sempurna
pendidikan atau latihan salah satunya adalah dengan mujahadah dan riyadlah,
yang dikehendaki oleh akhlak yang dicari. Misalnya, jika ingin menanam
akhlak pemurah dalam diri, maka jalannya adalah dengan memberi beban pada
mengasingkan diri itu tidak lepas dari orang harus mengurusinya, mulai dari
41
BAB III
a. Definisi Pendidikan
mawa‟izh, 'ada ta'awwud dan tadrib. Sedangkan untuk istilah tarbiyah, tahzib
pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam suatu
42
secara lebih baik.
manusia biasa .
segenap potensi fisik, psikis, bakat, minat dan sebagainya, yang dimilki oleh
para manusia . Karena didalamnya ada suatu proses maka hasilnya akan
b. Definisi Akhlaq
Akhlak didapat dari bahasa arab dari kata “khuluqun” bentuk jama‟
dari kata “khuluq” yang mempunyai arti budi pekerti, perangai, tingkah laku
Dari kata khulqun, hal ini sangat memungkinkan bahwa tujuan dari
akhlak adalah ajaran yang mengatur hubungan dari manusia kepada sang
Khalik dan makhluk lain. Akhlak dalam kamus Besar Bahasa Indonesia
27
Abudin Nata, “Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat”, (Jakarta, Rajawali Pers, 2012), hal 19
43
mempunyai arti budi pekerti, kelakuan5. Artinya akhlak adalah segala sesuatu
sebagai berikut:
Akhlak adalah sebuah ibarat atau dasar untuk mengetahui baiknya hati
dan panca indra, dan akhlak termasuk sebagai hiasaan diri kita dan
bertujuan untuk menjauhkan dari perkara yang jelek, dan buah dari
2) Ibn Miskawaih
pertimbangan
3) Al-Faidh al-Kasyani
44
bawaan dan boleh jadi juga merupakan kebiasaan melalui latihan dan
perjuangan.
5) Ibrahim Anis
Akhlaq ialah sifat yang tetanam dalam jiwa, yang denagnnya lahitlah
yang berkaitan dan senada denagn akhlak, maka penulis perlu menjelaskan
tentang etika, moral, susila dan hubungan etika, moral, susila dengan akhlak.
a. Etika
Kata etika berasal dari yunani yang berarti adat kebiasaan. Hal
ini berarti adat kebiasaab. Hal ini berarti sebuah tatanan perilaku
banyak berkaitan denagn ilmu atau filsafat. Oleh karena itu, standar
28
Imam Hanafi Al-Jauharie, “Filsafat Islam Pendekatan Tematik” (Pekalongan:STAIN PREES, 2010), hal
94
45
b. Moral
Kata moral berasal dari bahasa latin, yaitu mos. Kata mos adalah
bentuk kata tunggal dan jamaknya adalah mores. Hal ini adalah
dengan ide-ide umum tentang yang baik dan yang buruk yang diterima
oleh masyarakat, oleh karena itu moral adalah perilaku yang sesuai
c. Susila
etika, moral, susila dan akhlak dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa etika, moral, susila dan akhlak adalah sama, yaitu menentukan
46
atau sumber yang dijadikan ukuran baik dan buruk. sedangkan dalam
akhlak dalam ukuran yang digunakan sebagai standar baik dan buruk
Jika akhlaq memang sudah ada dalam jiwa seseorang maka yang perlu
akan menimbulkan akhlak yang baik yang sesuai dengan ajaran Rosulullah.
Tidak mungkin ada akhlak yang baik selama seseorang tidak pernah mau
untuk menjadikannya akhlak yang baik yang sesuai dengan alqur’an dan hadis
sisi yaitu: pertama , perilaku benar dalam hubungan dengan orang lain dan
kedua , perilaku benar dalam kaitannya dengan diri sendiri. Kehidupan yang
keadilan, kejujuran, rasa syukur, dan cinta, tetapi juga termasuk kebajikan
diri, dan berusaha yang terbaik daripada menyerah pada kemalasan. Adapun
47
mengenai penjelasan diatas yaitu melalui dua hal ini manusia diajak untuk
yang tidak mau dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada begitu saja
dari sananya. Sedangkan orang yang memiliki akhlak lemah adalah orang
yang tunduk pada sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya tanpa
dapat menguasainya.
adalah sikap pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan
jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki serta
suatu kondisi yang diterima tanpa kebebasan dan akhlak yang diterima
miliki.
48
Akhlak juga dapat dikatakan adalah sebagai proses perkembangan, dan
(never ending process) selama manusia hidup dan selama sebuah bangsa ada
dan tetap berusaha. Pendidikan akhlak harus menjadi bagian terpadu dari
sederhana akhlak dapat dikatakan sebagai nilai-nilai dan sikap hidup yang
berpikir dan bertindak orang tersebut, dan akhirnya menjadi tabiat hidupnya.
Akhlak juga ternyata tidak hanya sebagai suatu sifat bawaan, tetapi dapat
Akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan,
dengan kebaikan dan kebajikan, yang bebas dari kekerasan dan tindakan-
kewargaan dari warga bangsa dan seluruh aparatur negara, sebab akhlak,
sebagai gambaran jati diri kebangsaan dan kewargaan, menjadi ciri dasar
49
ideologi dan kaidah penuntun yang mengandung seperangkat nilai guna
adalah perasaan (sari) dari seperangkat nilai kebaikan dan kearifan yang
pendidik harus sesuai dengan ajaran dan pengetahuan yang diajar pada murid
yang mana guru sebagai tongkatnya tidak akan menemui bayangnya lurus
tanpa adanya upaya-upaya cerdas dari pada pihak yang bertanggung jawab
mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada peserta didik,
50
telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa
perlakuan yang tidak benar dan pergaulan sosial, merupakan gejala penyakit
jiwa yang sering disebut sebagai (kegonjangan jiwa), yang harus segera
menjadikan seseorang untuk lebih baik. Dan pendidikan dan akhlak di atas
lain. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak
adalah terciptanya manusia yang beriman perilaku lahir dan batin yang
29
Zainuddin , ”Seluk-Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali”, (Jakarta, Bumi Aksara, 2016), hal 44
51
seimbang (seperti Nabi). Dengan pendidikan dasar inilah seseorang
hidup. Pendidikan akhlak merupakan salah satu alat yang paling penting dan
merupakan salah satu alat terbesar yang aka menjamin kualitas hidup
Dalam ilmu ushul fiqh yang menjadi rujukan pencarian hukum maka
dikenal prinsip Maqasid Al Syari‟ah yang tidak lain merupakan salah satu
prinsip fiqh yang mengkaitkan dengan akhlak. Segala sesuatu menjadi benar
menderita.
52
d) Hifdu an-Nasl (Menjaga Keluarga), tidak boleh ada ketetapan yang
sebagai berikut:
Akhmad Azhar Basyir tentang ruang lingkup akhlak maka terlihat ada salah
satu aspek yang tertinggal yaitu aspek pemeliharaan terhadap Harta. Akhlak
53
banyak manusia tergelincir pada lubang kesesatan dikarenakan oleh harta.
haruslah mempunyai dasar atau landasan sebagai tempat berpijak yang baik
dan kuat. Demikian juga dengan proses pendidikan, sebagai aktivitas yang
ulang yang didahului oleh kesadaran dan pemahaman akan menjadikan akhlak
seseorang. Adapun gen hanya merupakan salah satu faktor penentu saja. Jika
akhlak merupakan seratus persen turunan dari orang tua, tentu saja akhlak
tidak bisa dibentuk. Namun jika gen hanyalah menjadi salah satu faktor dalam
pembentukan akhlak, kita akan meyakini bahwa akhlak bisa dibentuk. Dan
orang tualah yang memiliki andil besar dalam membentuk akhlak anaknya.
Orang tua di sini adalah yang mempunyai hubungan genetis, yaitu orang tua
kandung, atau orang tua dalam arti yang lebih luas orang- orang dewasa yang
berada di sekeliling anak dan memberi peran yang berarti dalam kehidupan
anak.
54
Dalam Islam, faktor genetis ini juga diakui keberadaannya. Salah satu
contohnya adalah pengakuan Islam tentang alasan memilih calon istri atas
ketiga faktor selain agama itu. Salah satunya adalah keturunan. Boleh jadi
tua si perempuan. Atau bisa juga karena ingin memiliki keturunan yang
Dari sekian banyak faktor, para ahli menggolongkannya kedalam dua bagian,
55
a. Faktor Internal
oleh naluri (insting). Naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir yang
kepada derajat yang tinggi (mulia), jika naluri disalurkan kepada hal yang
2. Kebiasaan (Habit)
kebiasaan, karena sikap dan perilaku yang menjadi akhlak sangat erat
56
rintangan-rintangan tersebut. Salah satu kekuatan yang berlindung dibalik
tingkah laku adalah kehendak atau kemauan keras (azam). Itulah yang
kehendak itu menjelma suatu niat yang baik dan buruk dan tanpa kemauan
dan keburukan, kekuatan tersebut adalah suara batin atau suara hati
perbuatan baik. Suara hati dapat terus dididik dan dituntun untuk menaiki
5. Keturunan
57
2. Sifat ruhaniyah, yakni lemah dan kuatnya suatu naluri dapat
anak cucunya.
b. Faktor Eksternal
1. Pendidikan
faktor pendidikan itu, karena naluri yang terdapat pada seseorang dapat
dibangun baik dan terarah. Oleh karena itu, pendidikan agama perlu
pada masyarakat.
2. Lingkungan
58
b) Lingkungan pergaulan yang bersifat kerohanian
tersebut.
alasan kemerosotan moral, karena kemanusiaan yang terjadi tidak hanya dalam
diri generasi muda kita, namun telah menjadi ciri khas abad kita, seharusnya
diinginkan. Misalnya, jika ingin akhlak yang jujur terjadi, maka pendidikan
akhlak berarti suatu usaha membantu siswa agar nilai kejujuran itu menjadi
59
menjadi tabiatnya dalam kehidupan dimanapun.
tujuan pendidikan itu tercapai. Tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan
manusia yang seutuhnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Zahara Idris bahwa
60
menyatakan pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
Seperti orang yang dulunya malas kemudian menjadi rajin, itu sangat mungkin
terjadi. Ini merupakan kritik dari imam al-Ghazali kepada aliran nativisme
akhlak sangatlah arif dan bijak yang bisa menyesuaikan dengan zamannya.
61
c. Pembinaan daerah motor skill
Apabila dikaitkan pada ajaran Islam maka tujuan pendidikan tidak dapat
lepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam yaitu untuk menciptakan pribadi-
pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya dan dapat mencapai
membangun motivasi pribadi dan orang lain untuk mencontoh akhlak nabi.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah
terciptanya manusia yang beriman perilaku lahir dan batin yang seimbang
(seperti Nabi). Dari pemaparan diatas, bahwa pendidikan akhlak pada intinya
semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan pancasila.
lain, tujuan pendidikan dapat ditafsirkan sebagai turunan dari tujuan hidup
62
orang dewasa. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa pendidikan
merupakan hal yang wajar dilakukan mengingat selama masa covid anak lebih
banyak dirumah dari pada pergi ke sekolah. Dengan belajar dirumah dibawah
pembelajaran online saat ini yang dilakukan peran orangtua lebih dalam
disamping munculnya masa covid -19. Oleh karena itu orang tua memilki
tanggung jawab penuh atas pendidikan anak di rumah secara informal. Orang
63
utama orang tua adalah menciptakan bangunan dan menciptakan suasana
berakhlak mulia yang dapat dijadikan sebagai pijakan yang kokoh dalam
menapaki kehidupan. Tanggung jawab ini utuh dibebankan pada orang tua
Perlakuan orang tua terhadap anak dapat membentuk dan pengaruh karakter
diperhatikan dan akan ditiru oleh anak. Oleh karena itu orangtua
diharapkan mampu memberikan contoh yang baik dengan cara yang benar,
64
keluar rumah berubah sebagaimana protokol kesehatan yang diatur oleh
dari hari ini, sebelum terlambat, karena sesuatu yang tidak dibiasakan dari
dini akan berdampak pada dewasanya, sebab anak akan memiliki kebiasaan
lain yang berlawanan pembiasaan memang butuh usaha keras, namun ini
semua sisi kehidupan. Anak menjadi salah satu korban pada efek
30
Dr. Hadarah Rajab. M. Ag, Jurnal : “Pendidikan Akhlak Di Masa Pandemi” (IAIN SAS Bangka
Belitung), Hal 3
65
Pada abad ke-21, covid-19 mengharuskan pembelajaran dilakukan secara
menjadi kunci utama dalam pendidikan akhlak anak sehingga akhlak anak
tatap muka. Orang tua bukan hanya pendidik sebagai orang tua tetapi
memiliki peran sebagai guru bagi anak dalam pendidikan akhlak dalam
keluarga.
Pada masa pandemi, orang tua banyak memiliki waktu bersama anak-
diberikan orang tua. Orang tua tidak pernah belajar bagaimana cara
dengan anak. Keterlibatan orang tua menjadi hal penting dalam membantu
pendidikan akhlak dalam keluarga. Setiap orang tua memiliki cara yang
kekurangan serta kelebihan. Orang tua sesuai dengan pola asuhnya dituntut
dalam diri anak dapat berkembang maksimal. Apabila pola asuh orang tua
dan stimulus yang diberikan tidak sesuai maka berpotensi akan salah arah.
66
Setiap keluarga memiliki cara yang berbeda dalam memberikan
dan bahan yang akan digunakan untuk mengerjakan tugas hingga proses
kerja sama lebih besar dari orangtua. Oleh karena itu, dibutuhkan kesiapan
Orangtua harus bisa mengendalikan diri atas apa yang sedang dialaminya
hal tersebut bisa diterapkan oleh setiap orangtua, maka proses saat belajar
di rumah akan lebih baik. Anak-anak bereaksi sesuai dengan apa yang
orangtua bersikap tenang dan percaya diri, mereka akan menjadi yang
67
pertama tentang adaptasi yang efektif di masa wabah ini. Orangtua akan
isi hati mereka. Dengan kata lain, tidak hanya pertukaran informasi,
kesah anak-anak. Apa pun isi keluh kesah itu, orangtua sepatutnya dapat
meyakinkan anak-anak bahwa mereka akan tetap melalui masa sulit ini
anak).
68
Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka tentang
manusia. Yang paling penting adalah bahwa ayah dan ibu adalah satu-
begitu juga anak yang secara tidak sadar mereka akan terpengaruh, maka
kedua orang tua di sisni berperan sebagai teladan bagi mereka baik teladan
Hendriyanto Bujangga , jurnal : “Urgensi Akhlak Pada Masa Pandemi” (Institut Agama Islam
31
69
BAB IV
Al-Ghazali adalah salah seorang tokoh ternama dalam dunia Islam yang
pendidikan akhlak, khususnya di kalangan muslim sekarang ini dan masa masa
dengan hal ini. Tak salah kiranya karena usia dini yang dikenal sebagai usia
emas (golden age) merupakan masa yang paling tepat untuk menanamkan
pendidikan anak usia dini harus dilakukan sebelum terjadinya masa konsepsi
upaya penyiapan lahan bagi bibit tanaman yang kelak akan ditanam. Sementara
32
Agus Salim Lubis, jurnal : “Konsep Akhlak dalam Pemikiran al-Ghazali” (IAIN Padang Sidimpuan,
2012), Hal 66
70
setelah konsepsi merupakan33 upaya pemeliharaan dan perawatan agar tanaman
tumbuh dan berkembang dengan baik. Imam Al-Ghazali seorang dari ahli fikir
dan ahli tasawuf Islam yang terkenal dengan gelar “Pembela Islam” (Hujjatul
dalam tugasnya harus menggunakan pengaruhnya serta cara yang tepat arah.
Bila dipandang dari segi filosofis, Imam AlGhazali adalah berfaham idealisme
terhadap anak didik. Misalnya didalam kitabnnya “Ihya‟ ulum ad-Din” juz III,
bersih, murni laksana permata yang amat berharga, sederhana dan bersih dari
ukiran atau gambaran apapun. Ia dapat menerima setiap ukiran yang digoreskan
(condongkan). Oleh karena itu bila ia dibiasakan dengan sifat-sifat yang baik,
maka akan berkembanglah sifat-sifat yang baik itu pada dirinya dan akan
tersebut kita biasakan dengan sifat-sifat yang jelek, dan kita biarkan begitu saja
Mohammad Irsyad, jurnal : “Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Imam Al Ghazali” (UIN Sunan
33
71
maka ia akan celaka dan binasa. Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak
akan lepas dari kegiatan pendidikan, baik pendidikan dalam bentuk fisik
Islam, yaitu Al-Quran dan Al-Hadis yang memuat kata-kata rabba dari kata
kerja tarbiyah, „alama kata kerja dari ta‟lim dan 1 A. Syaifudin, Percikan
Pemikiran Imam Al Ghazali, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h.9 addaba dari
kata ta‟dib.
adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan
72
pembentukan sikap dan perilaku yang baik hingga anak didik dapat
nilai etika atau akhlak kepada anak didik yang dilakukan secara bertahap dan
Pengertian konsep ini dibangun dari makna kata dasar adaba, di antara makna-
Makna ini identik dengan akhlak. Berkenaan dengan ini seorang guru yang
derivasi dari kata addaba yaitu adiib, ta‟dib, muaddib. Dari gambaran tersebut
etika, kesopanan, pengembangan diri atau suatu ilmu (ma’rifah) agar anak
73
pengetahuan. Konsep Ta’lim juga dapat dipahami sebagai sebuah konsep dalam
suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan
Mengacu pada definisi ini, talim berarti usaha terus menerus sejak lahir hingga
mati untuk menuju dari posisi “tidak tahu” ke posisi “tahu” seperti yang
apapun, dan dia memberi kamu pendengaran ,penglihatan dan hati agar kamu
bersyukur. Dari ke tiga kata diatas dapatlah dipahami bahwa pendidikan adalah
menyangkut aspek ruhaniah dan jasmaniah. Tidak heran bila suatu kematangan
yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan jiwa manusia, baru dapat
menjadi amat penting dalam mengelola kematangan mental dan jiwa seseorang
fitrah manusia pendidikan sangat terkait dengan pembinaan anak didik demi
74
terbentuknya kepribadian yang utuh sebagai manusia individual dan sosial serta
kehidupan masyarakat.
dasar dan kemampuan belajar sehingga tercapai perubahan tingkahlaku kea rah
yang lebih baik. Maka pengertian pendidikan lebih mengacu pada pembinaan
kehidupan yang lebih baik. Pentingnya akhlak sebenarnya tidak lepas dari
taubat, muhasabah, ikhlas, ridha, zuhud, cinta Allah dan Rasul. Akhlak yang
menjurus ke tujuan itu Kebaikan. dan keburukan berbagai amal ditentukan oleh
75
pembahasan pengertian pendidikan akhlak bercirikan sebagai berikut: 1)
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. 4) Bahwa perbuatan
Budi pekerti berasal dari bahasa Indonesia. Akhlak berasal dari bahasa
Arab. Sedangkan kata moral berasal dari bahasa Latin, dan etika berasal dari
bahasa Yunani. Akhlak adalah istilah yang tepat dalam bahasa Arab untuk arti
moral dan etika. Seperti halnya akhlak, secara etimologis etika juga memiliki
Etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk. Mengingat
34
Muhammad Takdir, Ilahi Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media 2012),
hal 173
76
pemikiran yang disampaikan pada masa sebelum Indonesia merdeka, maka
globalisasi. Konsep pemikiran beliau pada masa kini telah berkembang dengan
norma agama, norma norma hukum, tata krama dan sopan santun.
oleh Nurul Zuhriah terus berkembang dengan berbagai pendapat atau aspek
budi pekerti itu sendiri. Ajaran budi pekerti di sekolah yang di tempuh
melalui proses panjang itu dapat menghasilkan semangat pada diri siswa
77
Salah satu sebabnya adalah siswa mencampakkan norma moral atau
budi pekerti yang diajarkan dalam bentuk himpunan perintah dan larangan.
Keadaan ini menjadikan siswa melawan norma yang disebabkan oleh hal
mendasar, yaitu siswa tidak percaya lagi kepada norma moral, yang ternyata
pelajaran wajib, dalam rencana pelajaran pada tahun 1947, yang ada
hanyalah mata pelajaran “didikan budi pekerti” yang bersumber dari nilai-
78
Kewarganegaraan (PKn). Sejalan dengan menghilangnya mata pelajaran
masalah akhlak dan moral di kalangan peserta didik pada berbagai level atau
tingkatan. Sekali lagi, pikiran dan logika yang sedikit simplisit menganggap
pendidikan agama.
yang dimensional, dan krisis yang dirasakan sangat parah adalah krosos
79
80
artinya.
aspek afektif.
agama dan PPKn. Seperti terlihat rincian nilai-nilai budi pekerti yang
keagamaan dan akhlak, yang secara sosial dan kultural dipandang dan
82
2. Perkembangan Moral
dasar.36
35
Gunawan, “Pendidikan Islam Kajian Teoritis Dan Pemikiran Tokoh”, (PT Remaja Rosda,
Bandung, 2014), hal 323
36
Shafique Ali Khan, “Filsafat Pendidikan Al-Ghazali”, (Bandung, CV Pustaka Setia, 2015), hal 33
83
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
dengan analisis yang telah disampaikan pada bab sebelumnya dan disesuaikan
akhlak bahwa akhlak harus menetap dalam jiwa dan perbuatan itu muncul
nafsu-syahwat dan amarah itu dijadikan lurus, patuh kepada akal dan agama.
2. Pemikiran Imam al-Ghazali tentang pendidikan akhlak anak sampai saat ini
konsep beliau. Hanya saja berbeda dalam penyajian pemikiran dan kasus
dengan zaman anak tersebut dan tidak bersifat yang mutlak. Dari ini
konsep pendidikan akhlak tersebut pada zaman era dlobalisasi dan masih
relevan.
B. Saran
konstruktif bagi dunia pendidikan, baik bagi pendidik maupun instansi yang
menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya, sehingga seorang guru harus
psikisnya dan hanya akan melahirkan pribadi-pribadi yang tidak percaya diri,
keras dan kasar, yang menyebabkan semakin jauh dari nilai-nilai luhur agama
(Islam) yang sangat mengagungkan rasa cinta dan kasih sayang sebagai
masih perlu dilakukan penggalian dan penelitian yang intensif oleh para
DAFTAR PUSTAKA
Lubis Agus Salim, jurnal : “Konsep Akhlak dalam Pemikiran al-Ghazali” (IAIN
Padang Sidimpuan, 2012)
Irsyad Mohammad, jurnal : “Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Imam Al Ghazali”
(UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2017)
Muhammad Takdir, Ilahi Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media 2012)
Gunawan, “Pendidikan Islam Kajian Teoritis Dan Pemikiran Tokoh”, (PT Remaja
Rosda, Bandung, 2014)
Shafique Ali Khan, “Filsafat Pendidikan Al-Ghazali”, (Bandung, CV Pustaka Setia,
2015)
89
90