Anda di halaman 1dari 18

PENDEKATAN PENELITIAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI

Oleh: Kuswandi*

Abstraks
Penelitian dan pengembangan pendidikan karakter seharusnya berbasis ajaran agama
dengan mengamati gejala sosial dan faktor budaya karena kedua hal terakhir ini dapat
menjadi kendala dalam pendidikan karakter secara Islami. Sebaliknya, agar karakter Islami
terbentuk di masyarakat, maka tipikal karakter ini harus menjadi budaya masyarakat. Maka
pendidikan karakter Islami harus diperkenalkan, dipahamkan, dijadikan pedoman hidup dan
diterapkan baik dari aspek muatan maupun prioritas materi sesuai kondisi maupun
pentahapan tertentu sehingga mudah diadopsi masyarakat Muslim dan non-muslim. Tulisan
ini berusaha memberikan kontribusi pemikiran dalam upaya mencari konsep metodologi
penelitian pendidikan karakter yang tepat tersebut dari persepsi Islam. Tidak selalu
kepustakaan yang dirujuk dalam tulisan ini tepat penggunaannya, sehingga para ilmuwan
sangat dianjurkan untuk berhati-hati dalam menelaahnya untuk kepentingan penelitian,
khususnya yang berkaitan dengan agama. Penelitian pendidikan karakter Islami memerlukan
pendekatan penelitian pada pihak pendidik (keluarga, lembaga pendidikan), peserta didik
atau masyarakat, lingkungan, daya adopsi masyarakat dan pembiasaannya dalam kehidupan
sehari-hari. Hasil dari tulisan ini adalah belum ada standar nilai-nilai Islam dalam
penelitian pendidikan karakter yang selama ini menggunakan pendekatan sosiologis,
terbatasnya penelitian baik deskriptif maupun inferensial tentang pendidikan karakter di
Indonesia. Di antara bentuk-bentuk penelitian yang memungkinkan untuk diaplikasikan,
pendekatan deskriPerguruan Tinggiif lebih mudah dilakukan di masyarakat, sedangkan
pendekatan korelasional tepat dilakukan di sekolah-sekolah.

Key Word: Penelitian, Karakter, Islam

A. Pendahuluan terbentuk di masyarakat, maka tipikal


Pendidikan karakter yang seolah-olah karakter ini harus menjadi budaya
diprakarsai negara-negara Barat mulai masyarakat. Maka pendidikan karakter
dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di Islami harus diperkenalkan, dipahamkan,
Indonesia, yang sebenarnya pada zaman dijadikan pedoman hidup dan diterapkan
orde lama sudah ada pendidikan serupa baik dari aspek muatan maupun prioritas
bernama pendidikan Budi pekerti. Di Barat materi sesuai kondisi maupun pentahapan
sendiri pencetus pendidikan karakter bukan tertentu sehingga mudah diadopsi
dari kalangan gereja atau ajaran gereja, masyarakat Muslim dan non-muslim.
melainkan dikaitkan dengan norma-norma Para ahli seperti Kerlinger1 dan
sosial dan budaya. Untuk itu penelitian dan Nasution2 meyakini bahwa ilmu atau teori
pengembangan pendidikan karakter seharus
nya berbasis ajaran agama dengan
mengamati gejala sosial dan faktor budaya * Dosen Tetap Prodi PAI Jurusan Tarbiyah STAI
karena kedua hal terakhir ini dapat menjadi Al-Hidayah Bogor.
1
kendala dalam pendidikan karakter secara Kerlinger, F. N., Asas-asas Penelitian
Behavioral, terjemahan oleh L. R. Simatupang
Islami. Sebaliknya, agar karakter Islami dari Foundation of Behavioral Research, 2nd ed,

325
didapat dari pengalaman dan hasil-hasil "Tidak ada anak yang dilahirkan
penelitian. Khusus pendidikan karakter, kecuali dalam keadaan suci, maka
pesan-pesan melalui Al Qur’an dan Hadits kedua orang tuanya lah yang
menjadikannya yahudi, nashrani
sudah ada, sehingga sarjana Muslim
dan majusi". (H.R. Imam Muslim)
harusnya menjadi tokoh dalam pendidikan,
diperkuat dengan penelitian, pembentukan, Karakter tidak akan bertumbuh baik
pengembangan dan penerapan karakter hanya dengan praktek-praktek pengajaran
Islami di masyarakat. Undang-undang normatik sebagaimana pengajaran yang
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 terjadi di sekolah-sekolah. Islam mengajar-
mengisyaratkan bahwa tujuan utama kan penyampaian pendidikan (dakwah) ke
pendidikan adalah membentuk insan yang jalan Alloh dengan nasihat yang baik
beriman dan berakhlak mulia. Pada (mau’idhatul hasanah, QS 16:125) dan
kenyataannya bangsa Indonesia saat ini keteladanan yang baik (QS 33:21).
mengalami krisis multi dimensi dengan Sayangnya, sistem pendidikan yang ada
masalah terbesar terletak pada aspek moral. sekarang ini terlalu berorientasi pada
Krisis itu bahkan tidak terkecuali, menimpa pengembangan otak kiri (kognitif) dan
remaja3 . Oleh karena itu pendidikan formal kurang memperhatikan pengembangan otak
hendaknya juga ditujukan untuk perbaikan kanan (afektif, empati, rasa), sedangkan
moral atau akhlakul karimah, disamping mata pelajaran yang berkaitan dengan
intelijensi. Untuk itu proses pengenalan, pendidikan karakter pun (seperti budi
pemahaman, penghayatan dan pengamalan pekerti dan agama) ternyata masih
akan kebajikan harus dilibatkan dalam menekankan pada pengetahuan dan hafalan
mereformasi pendidikan yang selama ini saja.
menekankan pada aspek kognitif, afektif Keberhasilan pendidikan karakter
dan psikomotorik untuk membentuk tergantung pada komitmen pihak pendidik,
karakter yang berkualitas. materi pendidikan, keteladanan pendidik,
Karakter anak-anak akan tumbuh daya adopsi peserta didik, dan pembiasaan
menjadi karakter yang berkualitas jika karakter berkualitas. Secara sosiologis,
lingkungannya menunjang, sehingga fitrah pentingnya sikap kritis dalam meneliti
setiap anak yang dilahirkan suci dapat karakter individu atau komunitas adalah
berkembang secara oPerguruan Tinggiimal, karena subyek yang mengkaji karakter
sebagaimana sabda Rasulullah yang dapat dipengaruhi oleh berbagai ke-
artinya: pentingan. Dalam hal ini lembaga
pendidikan berbasis keislaman dapat
mengambil peran dalam mengembangkan
1986, Holth Rinehart & Winston Inc., Gadjah pendidikan karakter dari ajaran Islam yang
Mada University Press, Yogyakarta, 1995, hal. 5. universal, serta hendaknya menjadi pelopor
2
Nasution, H., Klasifikasi ilmu dan tradisi
penelitian Islam: sebuah perspektif, Dalam: dalam kajian dan penelitian untuk
M.D. Ridwan (ed). Tradisi Baru dalam menemukan arah dan strategi yang tepat
Penelitian Agama Islam. Tinjauan antar disiplin
ilmu, hlm 21-36, Yayasan Nuansa Cendekia,
dalam pendidikan karakter.
Bandung, 2001, hal. 34-35. Di lingkungan lembaga pendidikan
3
Ginanjar, M.H., et.al., Faktor-faktor pendorong Islam (IAIN/STAIN) sendiri penyeleng-
terjadinya kriminalitas di kalangan remaja,
laporan penelitian, Sekolah Tinggi Agama Islam garaan kajian-kajian pendidikan masih
(STAI) Al Hidayah, Bogor, 2010, hal. 67-71.

326
terbatas pada segala faktor yang berkaitan perkembangan karakter, maupun gagasan-
dengan mutu pendidikan dalam arti prestasi gagasan penelitian terhadap pendidikan
belajar peserta didik sebagaimana yang karakter Islami. Hal ini disebabkan oleh
dilakukan di lembaga pendidikan pada tuntutan zaman dan kelangkaan kajian dan
umumnya. Bahkan penelitian atau kajian penelitian di bidang ini. Mengingat ajaran
pendidikan Islam masih terbatas pada Islam bersifat universal dan sempurna
penelitian atau kajian normatif, khususnya dalam masalah pendidikan, maka lembaga-
deskripsi dan perbandingan konsep atau lembaga maupun LSM di bidang
sistem berpikir tentang pendidikan/dakwah pendidikan Islam sudah selayaknya
zaman klasik (salaf) dan kekinian (khalaf). mengambil peluang terbanyak dalam
Sementara itu Fakultas Pendidikan atau penelitian pendidikan karakter bangsa.
Psikologi perguruan tinggi umum Sebelum membahas bidang kajian
mengembangkan penelitian yang dan penelitian pendidikan karakter Islami,
menyangkut kinerja sumber daya manusia, perlu terlebih dahulu diketahui bagaimana
termasuk prestasi peserta didik terkait munculnya gagasan pendidikan karakter
dengan sikap, faktor lingkungan, efektivitas itu. Ketidakpuasan manusia terhadap ajaran
penyelenggaraan peraturan pemerintah dan agama yang terjadi di setiap kurun waktu
sebagainya. Adapun penelitian atau kajian sejak diciptakan-Nya manusia adalah
non-normatif terhadap fenomena karena ajaran ini dianggap membelenggu
pendidikan karakter masyarakat bernorma kebebasan berpikir, bersikap dan berbuat
umum, apalagi norma Islam dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
penyimpangan perilaku serta solusinya Ajaran gereja yang dianggap bertentangan
kurang mendapat perhatian. dengan kemajuan berpikir para ilmuwan
Tulisan ini berusaha memberikan kosmos dan kenegaraan dikalahkan dan
kontribusi pemikiran dalam upaya mencari berujung pada eksekusi hukuman mati
konsep metodologi penelitian pendidikan pemimpin-pemimpin gereja. Kemudian
karakter yang tepat tersebut dari persepsi berkembang dengan pembiaran gereja dan
Islam. Tidak selalu kepustakaan yang ajarannya (sekularisasi), dan gereja cukup
dirujuk dalam tulisan ini tepat dijadikan spirit sewaktu-waktu diperlukan.
penggunaannya, sehingga para ilmuwan Para pemikir, pemerhati syariah dan
sangat dianjurkan untuk berhati-hati dalam penasihat Islam juga mengalami hal serupa
menelaahnya untuk kepentingan penelitian, dalam menghadapi kekuasaan yang sekuler.
khususnya yang berkaitan dengan agama. Kejayaan Islam selama tujuh abad pertama
Bersama dengan sumbangan disiplin lain, menginspirasi Barat menekuni berbagai
khususnya sosiologi dan antropologi, disiplin keilmuan alam, namun sisi ilmu
tulisan ini diharapkan dapat memperkaya sosial, apalagi moral ditinggalkan. Pranata
khasanah pencarian metodologi penelitian sosial dikembangkan berdasarkan
pendidikan karakter Islami yang benar dan pengalaman-pengalaman, bukan karena
tepat. norma agama.
Pendidikan karakter digagas karena
B. Bidang kajian pendidikan karakter beberapa ketidakharmonian kehidupan
Dalam seksi ini sengaja dibahas terutama dalam kehidupan bermasyarakat.
panjang lebar tentang bidang penelitian Hasil seminar internasional di Universitas
yang menghambat, yang mendorong Negeri Jakarta tanggal 4 Februari 2012

327
menggambarkan ketidakharmonisan yang tuntunan agama. Dianggap menarik
direkam dari masa ke masa menurut perhatian tentang penyimpangan karakter
pertimbangan Barat. Dari pertemuan itu ini misalnya kalau pada tahun 1950-an
mudah dipahami bahwa pendidikan macamnya berupa kebiasaan membuat
karakter perlu dipersiapkan sejak di kegaduhan, busana tidak pantas dan
lingkungan keluarga, sekolah dan pembuangan sampah seara sembarangan,
masyarakat sebelum dianggap menciptakan sedangkan pada tahun 2010-an adalah
kedamaian dunia. Hal ini karena konsumsi minuman keras dan alkohol,
masyarakat membutuhkan individu- kehamilan di luar nikah dan tawuran6 ,
individu yang mampu berkontribusi dalam penyakit seksual menular dan kejahatan
keterampilan, pelayanan sesama dan umum, sementara minuman keras belum
4
pelestarian lingkungan . Pada kenyataannya dianggap memprihatinkan di kalangan
kemerosotan moral telah melanda berbagai masyarakat. Padahal dengan pendidikan
belahan dunia, termasuk Indonesia. Saat ini karakter ini diharapkan terciptakannya
publikasi ketokohan spiritual dunia masih kedamaian di bumi. Oleh karena itu
dianggap berasal dari kalangan vatikan, individu masyarakat harus baik hatinya
sedangkan tsaqafah Islamiyah seakan sehingga berkarakter indah dan harmonis
tenggelam dari permukaan. Barat sejak dalam lingkungan kehidupan di
mendambakan kenyamanan hidup bersama keluarga, sehingga menjadi warga yang
dan keindahan sebagaimana Disney Land 5 , selalu membawa kemaslahatan.
sebaliknya hanya sedikit kenyamanan yang Problem utama di Asia Pasifik adalah
dijumpai di berbagai tempat yang lain. korupsi. Indonesia yang semula (tahun 950-
Pandangan Barat tentang penyimpang an) mengingatkan bahaya penyakit
an karakter masih sebatas apa yang dilihat masyarakat, yaitu `molimo’ (main, maling,
dalam konteks sosial, dan hampir tak madat, mabuk, madon), yaitu perjudian,
pernah menyinggung moralitas menurut pencurian, minuman keras, gila-gilaan dan
perselingkuhan, kini skupnya bahkan lebih
komplek dan mengalami krisis multi
4
Amala, U and D. McLackland, Raising good dimensial. Dari kenakalan remaja yang
leaders through character education in the
family and community, Paper no. 2, Paper
membahayakan, seperti asusila,, narkoba,
presented in International Seminar entitled pencurian dan tawuran7 hingga warga orang
Leadership and Character Education: dewasa yang kurang peduli lingkungan,
Foundation for The Nation’s Future. Education
Management (S3) Postgraduate Program, transaksi bisnis tidak sehat, ketimpangan
Universitas Negeri Jakarta, February 4, 2012.
Mirshahi, R., Character building for peace.
6
Paper no. 3. Paper presented in International Bennet, et.al., 1993; disitasi oleh Amala, U and
Seminar entitled Leadership and Character D. McLackland, Raising good leaders through
Education: Foundation for The Nation’s Future. character education in the family and
Education Management (S3) Postgraduate community, Paper no. 2, Paper presented in
Program, Universitas Negeri Jakarta, February 4, International Seminar entitled Leadership and
2012. Character Education: Foundation for The
5
Mirshahi, R., Character building for peace. Nation’s Future. Education Management (S3)
Paper no. 3. Paper presented in International Postgraduate Program, Universitas Negeri
Seminar entitled Leadership and Character Jakarta, February 4, 2012.
7
Education: Foundation for The Nation’s Future. Ginanjar, M.H., et.al., Faktor-faktor pendorong
Education Management (S3) Postgraduate terjadinya kriminalitas di kalangan remaja ,
Program, Universitas Negeri Jakarta, February 4, laporan penelitian, Sekolah Tinggi Agama Islam
2012. (STAI) Al Hidayah, Bogor , 2010, hal. 67-71.

328
ekonomi masyarakat, ketidakjujuran, serta dengan konsekuensi ketaatan kepada Rabb
perdebatan tidak akademik antar elit politik. walaupun manusia mempunyai peluang
Bait8 memandang efektif pendidikan memilih jalan fujur atau takwa (QS. 91:8).
karakter di sekolah-sekolah. dan bahkan di Namun secara garis besar Alloh
lembaga pendidikan yang ia pimpin, menghendaki makhluknya untuk beramal
BINUS, menekankan perlunya meng saleh, menyeru kepada kebajikan dan
implementasikan fungsi kepemimpinan dan mencegah kemunkaran, serta menjaga
pembentukan karakter sejak dari bangku komunitas dan lingkungan alam. Banyak
sekolah. Dengan cara ini dapat diharapkan hal yang disebutkan para pioner pendidikan
terbentuknya individu yang bermoral, karakter yang sebenarnya sudah diajarkan
unggul seara akademik, inovatif sehingga dalam Islam. Perbedaannya dengan
unggul pula dalam kontribusi terhadap pendidikan karakter pada umumnya antara
tuntutan lokal maupun global. lain adalah Islam menuntut tiap individu
Dari uraian di atas ternyata terdapat menjaga syariat, sedangkan dalam
keragaman prinsip dan konsep pendidikan pendidikan konvensional hanya ditekankan
karakter. Walaupun demikian, sampai saat pada kemaslahatan di masyarakat dan
ini belum ada pedoman baku pendidikan norma-norma umum; tidak peduli apa
maupun penelitian karakter yang bersifat dirinya taat dalam ibadah atau tidak, shahih
operasional. Soedijarto9 mengutip bahwa dalam ibadah atau tidak, berdasar pada
UNESCO International Commission on sunnah atau tidak, dan lain-lain.
Education for the second century Dari berbagai pandangan tersebut di
mengukuhkan pilar pendidikan sebagai atas dapat diusulkan bidang-bidang
learning to know, learning to do, learning penelitian yang relevan, yaitu menyangkut
to live and learning to be (belajar untuk beberapa hal, antara lain:
memahami, bebuat, hidup dan membaur). 1. Cara pandang peneliti pada
Pilar-pilar ini kini diadopsi oleh system umumnya (sosiolog, pendidik,
pendidikan kita. budayawan)
Islam memperkenalkan tauhid 2. Faktor pihak pendidik: orang tua,
rububiyah yang mengajarkan kekuasaan guru mengaji, pesantren, lembaga
Rabb semesta alam. Manusia sebagai pendidikan formal dan non formal,
bagian dari alam mengakui hal itu sejak lembaga dakwah
ditiupkan ruh dalam kandungan (QS. 7:172) 3. Sasaran pendidikan (peserta didik)
4. Sarana pendidikan: peraga,
kelayakan fasilitas/sarana prasarana
8
Bait, E.L., Character education in the school. 5. Peraturan yang berlaku: Permen
Paper no. 4. Paper presented in International
Seminar entitled Leadership and Character Diknas, Sosial, Agama, Hukum dan
Education: Foundation for The Nation’s Future. Ham, Pariwisata, dan lain-lain
Education Management (S3) Postgraduate
6. Instrumen atau materi pendidikan
Program, Universitas Negeri Jakarta, February 4,
2012. 7. Pembiasaan dan penghargaan dan
9
Soedijarto. Character education in Education sangsinya. Aspek ini dirasa sangat
system to build character of our nation. Paper no.
1. Paper presented in International Seminar kurang, tidak tegas atau tidak
entitled Leadership and Character Education: konsisten.
Foundation for The Nation’s Future. Education 8. Studi keluaran serta dampak
Management (S3) Postgraduate Program,
Universitas Negeri Jakarta, February 4, 2012. pengembangan dan penerapan

329
pendidikan dari sisi masyarakat yang dialami dan dikhawatirkan akan
umum maupun dari sisi berpengaruh pada perkembangan karakter
keberhasilan dakwah Islami. pada usia dewasa. Dalam hal ini Mahfuzh
memandang pentingnya penelitian siswa
Sementara penelitian pendidikan SMU yang telah dilakukan oleh jurusan
karakter Islami rupanya belum merupakan Konseling sebuah Fakultas Pendidikan di
prioritas di lingkup kementerian agama, Kairo. Bidang yang diteliti adalah:
penelitian sosio-antropologi atau etnografi 1. Problem kesehatan jasmani
dalam suasana keberagamaan lebih 2. Problem ekonomi
ditonjolkan. Demikian pula penelitian 3. Problem waktu luang
tentang kesenjangan antara ajaran agama 4. Problem jender
dengan prakteknya di masyarakat, 5. Problem ada Perguruan Tinggiasi
khususnya yang menyangkut pendidikan sosial
karakter hendaknya diberi muatan lebih. 6. Problem emosional
Misalnya peran masyarakat, dan seharusnya 7. Problem agama
peran kaum muslimin, sebagai 8. Problem keluarga
kholifatullah fil ‘ardhi dalam praktek 9. Problem pendidikan dan pekerjaan
keseharian bahkan belum mendapat 10. Problem mengerjakan tugas-tugas
perhatian kalangan ulama. Hal ini yang diberikan guru
dikhawatirkan masyarakat akan menjadikan 11. Problem metode pembelajaran.
budaya setempat sebagai acuan lebih
dibandingkan tuntunan Islam. Oleh karena Khusus faktor agama penelitian
itu penerjemahan pokok-pokok ke pendidikan karakter lebih ditekankan pada
masyakatan harus dapat dijabarkan dalam penelitian sarana dan metode pendewasaan
praktek keseharian individu muslim melalui ruhiah. Dalam hal ini Wahfiudin
pendidikan dan penelitian tindakan. (komunikasi pribadi) menekankan
Dalam aspek psikologi, bidang perhatian pada hawa (dorongan, keinginan,
penelitian karakter dapat didasarkan pada gejolak kehendak) dan nafs (fisik, spiritual)
fase-fase perkembangan/kehidupan10 , dan akhlak.
meliputi awal (umur 0-6 bulan), kanak- Selanjutnya bentuk-bentuk perilaku
kanak dan mulai sekolah (6-12 tahun), menyimpang pada peserta didik merupakan
masa remaja (12-21 tahun), masa dewasa kendala-kendala yang harus diteliti sebelum
akhir 21-30 tahun). Sementara itu penelitian kita sibuk membicarakan pembentukan
pendidikan karakter dan evaluasinya oleh karakter unggul. Baik kendala maupun
konseler (psikolog) atau LSM dapat pula pemacu terbentuknya karakter Islami yang
digolongkan menurut tingkat pendidikan membawa kemaslahatan bagi lingkungan,
formal sesuai menurut Kemendiknas, yaitu ada baiknya penelitian itu dilakukan
di tingkat SLTP dan SLTA. terhadap kehidupan anak dari fase ke fase
Karakter yang terbentuk sejak usia perkembangan hidupnya. Sejalan dengan
sekolah dipengaruhi oleh problematika itu penelitian menurut fase-fase

10
Yudhawati, R. dan D. Haryanto, Teori-Teori
Dasar Psikologi Pendidikan. PT. Prestasi
Pustakaraya, Jakarta, 2011, hal. 158-161.

330
perkembangan anak dapat dilakukan kehendak, perilaku, dan relasi antar
terhadap fase-fase sebagai berikut11 manusia.Ini menyangkut penelitian
1. Balita perkembangan kognitif dan afektif menurut
2. Umur 4 – 10 tahun pedoman Diknas. Hasil-hasil sitasinya
3. Umur 10 – 14 tahun terhadap 43 studi dengan 125.000 subyek
4. Umur 15 – 18 tahun menyimpulkan bahwa pemeluk agama yang
5. Remaja aktif menjalankan ibadah agamanya, baik
dengan pergi ke klenteng, gereja, masjid,
Secara operasional, penelitian
ataupun sinagog mempunyai umur yang
pendidikan karakter dapat diinstrumentasi
lebih panjang dan kehidupan yang lebih
kan dalam tahapan-tahapan12 :
baik. Hal ini bebeda penekanan dengan
1. Pembiasaan
pendekatan Kerlinger14 yang menawarkan
2. Keteladanan
penelitian kinerja karyawan perusahaan
3. Teknik penanaman pengertian
akibat perlakuan fisik ruangan yang
4. Kapasitas penghayatan pada anak
berbeda; agak berbeda dengan Ali15 yang
5. Pengalaman bermasyarakat
mencontohkan penelitian pendidikan agama
dalam kaitannya dengan ketaatan beragama
Sangat baik kiranya bidang penelitian
buruh pabrik.
pendidikan karakter itu dilihat dari aspek
Berdasarkan pembahasan di atas,
hubungan individu dengan keluarga,
tampak bahwa bidang penelitian pendidikan
kerabat, tetangga, teman sepergaulan,
karakter Islami sangatlah luas, dan harus
masyarakat, guru, pemimpin, fakir-miskin,
dikembangkan terus menerus di lembaga-
buruh, negara, individu atau masyarakat
lembaga pendidikan Islam, terutama
non Muslim serta makhluk lain (hewan dan
jurusan tarbiyah atau psikologi Islam.
tanaman lingkungan sekitar) seperti halnya
Penelitian harus dinamis apalagi dalam
sikap harian seorang muslim dalam
merespon perkembangan innovator-
kehidupan sosial menurut paparan Zaini13 .
inovator baru dalam pembinaan atau
Secara psikologi Islami Thalib
pelatihan SDM seperti metode NLP
mengutip Bastaman yang menekankan
(Nightingale-Conant Corporation) arahan
perlunya penelitian-penelitian mengarah
pada perilaku menurut pengalaman Andreas dan Faulkner16 , kreativitas,
personality development, dan program
interaksi dengan diri sendiri dan lingkungan
pengembangan kecerdasan spiritual yang
sekitar, dan alam kerohanian dengan tujuan
lain seperti yang dikembangkan Wahfiudin
meningkatkan kesehatan mental dan
dari Yayasan Aqabah Sejahtera di Jakarta.
kualitas keberagamaan. Yang hendak
diteliti dengan psikologi Islami ini adalah
proses pemikiran, perasaan, sikap, 14
Kerlinger, F.N. Asas-asas Penelitian Behavioral.
Terjemahan oleh L.R. Simatupang dari
Foundation of Behavioral Research, 2 nd ed,
11
Abdurrahman, Jamal. Cara Nabi Menyiapkan 1986. Holth Rinehart & Winston Inc. Gadjah
Generasi. Terjemahan oleh Nurul Muklisin dari Mada University Press, Yogyakarta 1995, hal.
Ahfalul Muslimin . Kaifa Rabbahumun Nabiyun 27.
15
Amin. La Raiba Bima Amanta (eLBA), Surabaya Ali, S. Metodologi Penelitian Agama.
2006, hal. 261. Pendekatan Teori dan Praktek. RajaGrafindo
12
Zaini, Syahminan. Kehidupan Sosial Seorang Perkasa, Jakarta, 2002, hal. 25.
16
Muslim. Kalam Mulia, Jakarta, 1995, hal. 47-52. Agustian, A.G. ESQ (Emotional Spiritual
13
Ibid., hal. 16-25. Quotient). Penerbit Arga, Jakarta 2005, hal. ?

331
Paradigma dalam penelitian komunitas masyarakat yang berbeda
pendidikan karakter Islami (evolusionisme), interaksi antar individu
Sebagaimana pembahasan pada seksi dan kelompok (interaksionisme), hasrat
sebelumnya, pendidikan karakter dipandang masyarakat yang saling membutuhkan
perlu dalam memperbaiki kehidupan sosial dalam suatu sistem yang harmonis
terlepas individu masyarakat itu apakah (fungsionalisme) dan reaksi keras dari
dirinya baik dalam pemahaman agama atau pemenuhan kebtutuhan itu (konflik).
tidak. Jadi secara umum penelitian Seringkali pendekatan sosiologis ini karena
kualitatif masih berorientasi pada norma penelitiannya bersifat kualitatif, karya
sosial, bukan norma agama. Dipandang dari penelitian ilmiah bermula dari teori,
segi agama sebagian norma sosial berlanjut dengan makna proses dan
kemasyarakatan ada yang sejalan, berujung pada teori baru.
sedangkan pada norma budaya terdapat Mastuhu19 telah mereview secara
penyimpangan-penyimpangan dari standar detail tentang beberapa paradigma
budaya Islami dengan kebudayaan keilmuan sosial dari Phillips yang tidak
setempat. Kebudayaan itu sendiri berlaku mutlak, melainkan berdasarkan
mempunyai nilai yang beragam antar suku situasi dan tingkat perkembangan
dan bangsa. Dalam aspek budaya misalnya, masyarakat atau kemajuan suatu negara.
proses interpretasi muncul dari proses Pokok-pokok gagasannya berbeda-beda
apresiasi walaupun belum tentu sesuai karena pendekatan-pendekatannya berbeda-
dengan Islam. Magetsari17 menyebutkan beda, dari paling sederhana hingga komplek
bahwa tahap apresiasi ini memerlukan yaitu formisme, mekanisme, organisme dan
penelaahan hakikat teks atau dikenal pragmatisme, yang masing-masing berlaku
dengan pendekatan hermeneutika. (Tabel 1).
Dikaitkan dengan norma agama, pada ayat- Pendekatan formisme berusaha
ayat qouliyah terutama pada hal-hal yang mencari jawaban atas hubungan-hubungan
bersifat qot’i metode ini tidak seluruhnya sederhana antar variabel utama.
cocok, atau bahkan tertolak. Dalam Kelemahannya untuk masyarakat yang
kehidupan sosial metode ini dapat sudah majemuk dan memiliki permasalahan
menghasilkan multi tafsir. komplek adalah bahwa kesimpulannya
Mastuhu18 mencermati penelitian tidak dapat untuk menggeneralisir pada
sosiologis dengan empat asumsi dasar, masyarakat yang lebih luas skalanya atau
yaitu pola perubahan dan perkembangan berbeda kondisi daerahnya. Paradigma
mekanisme mengikuti model pengukuran
ordinal, dimana fenomena dilihat sebagai
17
Magestari, N. Penelitian agama Islam: Tinjauan hubungan berjenjang dan kontinum
disiplin ilmu budaya. Dalam: M.D. Ridwan (ed). (berkesinambungan). Misalnya jika
Tradisi Baru dalam Penelitian Agama Islam.
masyarakat A memiliki karakter lebih baik
Tinjauan antar disiplin ilmu, hlm 216-224.
Yayasan Nuansa Cendekia. Bandung, 2001, hal.
221-222.
18
Mastuhu. Penelitian agama Islam : tinjauan
19
disiplin sosiologi. Dalam: M.D. Ridwan (ed). Mastuhu. Penelitian agama Islam : tinjauan
Tradisi Baru dalam Penelitian Agama Islam. disiplin sosiologi. Dalam: M.D. Ridwan (ed).
Tinjauan antar disiplin ilmu, hlm 106-135. Tradisi Baru dalam Penelitian Agama Islam.
Yayasan Nuansa Cendekia. Bandung, 2001, hal: Tinjauan antar disiplin ilmu, Yayasan Nuansa
109-112. Cendekia. Bandung, 2001, hal. 118-130.

332
dari kelompok masyarakat B, dan B lebih masyarakat memiliki karakter sebanding
baik dari C, maka masyarakat A masyarakat A. Oleh karena itu peneliti
kemungkinan memiliki karakter lebih baik selalu memperbarui model yang lain,
dari C, tetapi tidak selalu demikian pada misalnya dengan model organisme.
penelitian periode berikutnya. Boleh jadi
Tabel 1. Paradigm penelitian sosial menurut Phillips
Keterangan Formisme Mekanisme Organisme Pragmatisme
Cocok Pra- Awal Industrialisasi Pasca-industrialisasi
pada industrialisasi industrialisasi
periode
Ajaran dari Plato, Demokritos, Hegel, Green, James, Mead Dewey,
Aristoteles, sko Galileo, Comle, Maine, Holmes
lastik, neo- Descartes, Tonies,
skolastik, neo- Hobbes, Durkheim
realistik, Locke,
modern, Hume,
Cambridge Reichenbach
realistic
Dasar Sama dan beda, Kontinum Organism, Situasional, peneliti
ukuran/ peneliti berada dan mekanis, peneliti belum masuk di sistem,
sifat di luar sistem, peneliti di masuk dalam adaPerguruan
manipulasi sepenuhnya luar sistem, system, Tinggiasi, tumbuh,
tergantung masih adaPerguruan member umpan balik,
factor luar tergantung Tinggiasi, memilih situasi
pada keadaan memberi umpan
luar tetapi balik
mulai ada
adaPerguruan
Tinggiasi
Jenis Ya – tidak, ada Perbedaan Tumbuh saling Manusia pusat
– tidak ada secara menentukan perhatian, kreatifitas
gradual
Contoh Pensiunan Kemampuan Pembangunan Konsep
riset teraliensi, memilih masyarakat, tiap pembangunan/pemecah
bekerja, bidang studi, variabel an masalah secara
beradaPerguruan manusia swaling komprehensif
Tinggiasi rasional menentukan
Sifat Isolated Deterministic Historical Spatial and temporal,
kontekstual
Hasil riset Setuju – tidak Antara ya – deskriPerguruan Setiap hal berkaitan
setuju, ya – tidak, Tinggiif, dengan keseluruhan,
tidak, benar - deterministik historis, ide dan aksi, integral
salah perubahan individu, individu-
bahan, struktur masyarakat
integral,
individu dalam
masyarakat
Ukuran Nominal Ordinal Interval Rasio
skala

333
Tahapan kepentingan skala dari nominal paradigma organisme ini harus diterapkan
menuju rasio secara bertahap menunjukkan pada masyarakat industri.
pergerakan penelitian mulai dari nominal Dalam paham pragmatisme semua
sederhana dan ordinal yang bercirikan fenomena adalah kontekstual atau
pendekatan kualitatif menuju ukuran skala situasional. Disini peneliti dituntut
interval dan rasio yang bercirikan melibatkan diri dalam keterkaitan
pendekatan kuantitatif. Dalam hal ini masyarakat yang menjadi sasaran
pendekatan kualitatif masih mendominasi penelitian. Ikut memberikan empati untuk
penelitian sosial kemasyarakatan walaupun dapat menghasilkan metode yang tepat
eranya sudah industrialisasi. Dengan kata dalam pendidikan karakter.
lain, pendekatan penelitiannya masih
sedang mencari bentuk, karena masih C. Bentuk-bentuk penelitian pendidikan
subyektif atau belum bersifat menguji karakter
hipotesis. Hal ini sekaligus belum Di antara bentuk-bentuk penelitian
mencerminkan pijakan yang jelas dalam karakter dan pendidikan karakter dapat
penetapan hipotesis. Artinya standar norma disebutkan antara lain berupa penelitian
sosial masih labil. Peneliti muslim survei, penelitian kasus, penelitian
seharusnya dapat mengintroduksikan norma perkembangan, dan penelitian tindak lanjut.
Islam sebagai standar. Untuk Penelitian semacam ini menghasilkan
implementasinya, norma umum diteliti laporan yang bersifat deskriPerguruan
sambil dipadukan dengan norma Islam Tinggiif. Bentuk lain adalah korelasional
untuk melihat seberapa lebar (mencari hubungan antar variabel), dan
kesenjangannya. Kesenjangan ini yang penelitian untuk menguji hipotesis
menentukan arah pendidikan karakter (penelitian perbandingan dan percobaan).
Islami, rencana tindak lanjut dan Penelitian deskriPerguruan Tinggiif saat ini
pentahapan dalam pendidikan karakter menjamur di kalangan peneliti sosial,
Islami. penelitian korelasional di kelembagaan
Dalam metode organisme ruang pendidikan, sedangkan penelitian
lingkup penelitian tidak hanya terbatas pada perbandingan dan percobaan hanya lazim di
masalah-masalah umpan balik, kalangan sain di Indonesia namun lazim di
adaPerguruan Tinggiasi dan pertumbuhan, negara maju baik untuk penelitian sain
melainkan juga masalah-masalah maupun sosial.
sebaliknya; bukan hanya kemajuan,
melainkan juga kemunduran. Misalnya 1. Penelitian survei
faktor apa yang dapat membangun dan Penelitian survei berusaha
bersamaan itu faktor apa yang mengumpulkan informasi secara cermat
menghancurkan. Bagaimana kita dapat akan fenomena dari suatu kelompok sampel
memperbaiki dan mengembangkan untuk mendapatkan gambaran aspek suatu
pendidikan karakter, membangun populasi. Dalam penelitian pendidikan
masyarakat madani, mengembangkan pola- karakter, informasi yang mungkin
pola komunikasi baru, dan sebagainya ? diperlukan adalah faktor sarana-prasarana
Tentu dalam penelitiannya melibatkan pendidikan, eksistensi, jumlah dan kualitas
variabel-variabel yang sangat banyak dan pesantren atau lembaga pendidikan,
komplek. Oleh karena itu dikatakan bahwa instrumen atau materi pendidikan dan

334
pengembangan serta penerapan pendidikan diperoleh dari kantor kepolisian, Lapas dan
karakter sehubungan adanya problematika lain-lain sebagai data sekunder.
sosial yang ada. Dapat juga dijadikan bahan
evaluasi dan pengembangan indikator- 3. Penelitian Tindak Lanjut.
indikator sosial atau pendidikan karakter. Penelitian tindak lanjut atau
Penelitian ini dapat dijadikan tahap awal pengembangan ditujukan untuk menindak-
dalam pengumpulan informasi umum atau lanjuti hasil penelitian sebelum-nya.
dasar bagi penelitian lanjut tentang Penelitian tindak lanjut bukan sekedar
pendidikan karakter. Penelitian survei lebih melanjutkan pencarian serangkaian
baik dilakukan terhadap bermacam-macam informasi yang makin lengkap, melainkan
strata sosial atau pendidikan dan budaya merupakan langkah berikutnya dalam
agar diperoleh pemetaan kondisi umum. mengatasi ketimpangan atau me-
Untuk itu diperlukan kerjasama antar nyempurnakan pendidikan yang sudah ada.
kelembagaan agar tidak terjadi Penelitian dapat dikembangkan berdasarkan
pengulangan, melainkan pelengkapan umpan balik dari permasalahan sebelumnya
informasi. Penelitian evaluasi lebih sehingga dapat bersifat memenuhi tunutuan
dibebankan pada instansi pemerintah di tiap atau pesanan. Dapat pula dijadikan strategi
daerah, sedangkan penelitian bentuk lain bagi pengembangan program yang
terbuka untuk umum. memerlukan serangkaian penelitian.

2. Penelitian kasus D. Desain penelitian pendidikan


Penelitian ini bertujuan untuk karakter Islami
mempelajari secara intensif mengenai unit Dengan desain penelitian
social tertentu yang meliputi individu, dimaksudkan adalah desain dalam
kelompok, lembaga dan masyarakat merencanakan penelitian, desain dalam
(Depdikbud, 1982/1983: 11). Sebagai melaksanakan penelitian dan desain dalam
contoh adalah studi tentang perkembangan penentuan jenis penelitian. Penelitian yang
kepribadian anakanak di daerah konflik. berkaitan dengan pendidikan karakter dapat
Penelitian perkembangan bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Penelitian ini memusatkan perhatian Penelitian karakter dan pendidikannya di
pada variabel-variabel dan perkembangan- Indonesia tergolong langka, namun
nya selama beberapa kurun waktu. Dan apa penelitian pendidikan di sekolah-sekolah
dampak perkembangannya, dan lain-lain. dan penelitian sosial dalam perubahan pola
Contoh-contoh negatif adalah per- adopsi keagamaan atau kebudayaan sudah
kembangan kenakalan remaja (jenis dan sering dilakukan. Kebanyakan penelitian di
jumlah kasus) dari tahun, identifikasi jurusan psikologi atau pendidikan bersifat
perkembangan anak di lingkungan komplek kuantitatif korelasional, sedangkan yang di
pekerja seksual daerah tertentu. Contoh masyarakat bersifat kualitatif.
positif adalah perkembangan anak SD Dari sifatnya, penelitian kualitatif
dalam berpikir kreatif sehubungan dengan lebih diarahkan pada pengumpulan data
muatan materi pelajaran prakarya atau terkait pendidikan karakter sebanyak-
religiusitas. Untuk mengetahui per- banyaknya, dan lebih sering terjadi
kembangan kenakalan remaja seperti perubahan-perubahan rancangan di-
narkoba, tawuran dan lain-lain dapat karenakan mendapatkan informasi yang

335
begitu komplek setelah sampai di lapangan. perilaku jamaah dalam rangka mengukur
Penelitian semacam ini harus didukung tingkat ketaatannya beragama. Kerlinger20
oleh para informan ahli bidang pendidikan memelopori penelitian perilaku manusia
disamping dokumen hasil-hasil penelitian dengan melakukan percobaan-percobaan
sebelumnya. Penelitian kualitatif dengan fisik untuk menilai kinerja dalam produksi
kuesioner terbuka, mementingkan makna suatu perusahaan. Dalam seksi ini sengaja
proses dari pada hasil. Hasil penelitian ini diuraikan instrumentasi yang dapat
tanpa nilai kalau tidak ditindaklanjuti dilakukan di sekolah. Untuk aplikasinya di
dengan penelitian-penelitian menjurus dan kalangan masyarakat prinsipnya sama,
penelitian pengembangan yang menunjang hanya diperlukan penyesuaian-penyesuaian
program pendidikan karakter secara menyangkut keragaman tingkat
nasional. pemahaman sasaran penelitian.
Banyak anggapan bahwa penelitian Sebagai contoh, dalam”Pedoman
kualitatif hanya sekedar penggalian Pengembangan Pendidikan Budaya Dan
informasi lewat buku-buku atau dokumen, Karakter Bangsa” yang dikeluarkan oleh
apalagi bukan dokumen hasil penelitian, Depdiknas (2009), nilai-nilai yang
tanpa turun ke lapangan ke sasaran dikembangkan dalam pendidikan budaya
penelitian maupun informan (ilmuwan). dan karakter bangsa diidentifikasi dari
Hal ini hanya menghasilkan analisis agama, dasar Negara Pancasila, dan
terhadap karya ilmiah ahli lain di bidang pertimbangan budaya, dikaitkan dengan
pendidikan (critical review). Critical tujuan pendidikan (Undang-undang
review hanya dilakukan oleh peneliti senior Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 3).
atau ahli di bidangnya, yang mampu Kemudian dari sumber-sumber ini misalnya
menganalisis urgensi suatu permasalahan dihasilkan sejumlah nilai untuk pendidikan
pendidikan karakter, mempertimbangkan budaya dan karakter bangsa, yaitu21 :
implementasi serta menyumbangkan suatu
model pengembangan pendidikan karakter Religius Kerja keras Gemar
berdasarkan hasil analisisnya itu. bermusyawarah
Penelitian kuantitatif terhadap Toleransi Kreatif Rasa ingin tahu
pendidikan karakter dapat didesain untuk Disiplin Mandiri Semangat
kebangsaan
penelitian deskriptif, korelasional, pem-
Cinta Menghargai Peduli
bandingan dua kelompok kondisi atau uji tanah air prestasi lingkungan
variansi untuk pemilihan metode atau Cinta Senang Peduli sosial
pengujian simulasi terhadap sasaran damai membaca
penelitian. Untuk kondisi sekolah,
penelitian hendaknya dilakukan dengan
salah satu dari dua pendekatan terakhir,
sedangkan untuk di masyarakat, dua cara 20
Kerlinger, F.N. Asas-asas Penelitian Behavioral.
pertama dapat dilakukan. Terjemahan oleh L.R. Simatupang dari
Foundation of Behavioral Research, 2nd ed, 1986.
Holth Rinehart & Winston Inc. Gadjah Mada
E. Prosedur dan instrumentasi dalam University Press, Yogyakarta, 1995, hal. 26-46.
21
penelitian pendidikan karakter Dimodifikasi dari Mulyana 2011,
Salah satu laboratorium di gereja http://ainamulyana.blogspot.com/2011/06/contoh
-laporan-penelitian-tindakan_08.html.
Christian Science Sydney berusaha meneliti

336
Dalam buku Pedoman Pembangunan deskripsi nilai-nilai pembangunan karakter
Karakter Bangsa (Depdiknas, 2002) bangsa adalah sebagai berikut:

Nilai
No Indikator
Karakter
1 Taqwa 1 mengucapkan doa setiap memulai danmengakhiri suatu
pekerjaan.
2 bersyukur alas setiap nikmat yang diberikan Alloh
3 mengerjakan setiap perintah agama dan menjauhi larangan-
Nya.
4 menyesal setiap membuat kesalahan dan segera mohon ampun
kepada Tuhan.
5 menolak setiap ajakan untuk melakukan perbuatan tercela.
2 Jujur 1 berkata benar (tidak bohong).
2 berbuat sesuai aturan (tidak curang).
3 menepati janji yang diucapkan.
4 bersedia menerima sesuatu atas dasar hak
5 menolak sesuatu pemberian yang bukan haknya.
6 berpihak pada kebenaran.
7 menyampaikan pesan orang lain.
8 satunya kata dengan perbuatan.
3 Disiplin 1 patuh pada setiap peraturan yang berlaku. -
2 patuh pada etika sosial/masyarakat setempat
3 menolak setiap ajakan untuk melanggar hukum.
4 dapat mengendalikan din terhadap perbuatan tercela.
5 hemat dalam menggunakan uang dan barang.
6 menyelesaikan tugas tepat waktu.
7 meletakkan sesuatu pada tempatnya.
8 dapat menyimpan rahasia.
4 Demokratis 1 bersedia mendengarkan pendapat orang lain.
2 menghargai perbedaan pendapat.
3 tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
4 toleran dalam bermusyawarah/diskusi.
5 bersedia melaksanakan setiap basil keputusan bersama.
6 menghargai kritikan yang dilontarkan orang lain.
7 membuat keputusan yang adil.
5 Adil 1 memperlakukan orang lain atas dasar kebenaran.
2 mampu meletakkan sesuatu menurut tempatnya.
3 tidak ingin lebih atas sesuatu yang bukan haknya.
4 membela orang lain yang diperlakukan tidak adil.
5 memperlakukan orang lain sesuai haknya.
6 tidak membeda-bedakan orang dalam pergaulan.
7 menghargai kerja orang lain sesuai basil kerjanya.

6 Bertanggung 1 menyelesaikan setiap pekerjaan yang dibebankan sampai


Jawab tuntas. .
2 tidak mencari-cari kesalahan orang lain.

337
3 berani menanggung resiko terhadap perbuatan yang dilakukan.

4 bersedia menerima pujian atau celaan terhadap tindakan yang


dilakukan.
5 berbicara dan berbuat secara berterus-terang (tidak seperti
ungkapan, lempar batu sembunyi tangan).
6 melaksanakan setiap keputusan yang sudah diambil.
7 Cinta tanah air 1 merasa bangga sebagai orang yang bertanah air Indonesia.
2 bersedia membela tanah air untuk kejayaan bangsa.
3 peduli terhadap rusaknya hutan/lingkungan di tanah air.
4 bersedia memelihara Iingkungan dan melindungi flora dan
fauna Indonesia.
5 dapat menyimpan rahasia negara.
6 mau hidup dimanapun di wilayah negara kesatuan Indonesia.

8 Orientasi pada 1 gemar membaca.


keunggulan 2 belajar dengan bersungguh-sungguh. .
3 mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan sebaik mungkin.
4 berupaya mendapat hasil yang terbaik.
5 senang dalam kegiatan yang bersifat kompetitif.
6 tidak cepat menyerah mengerjakan sesuatu yang mengandung
tantangan.
7 memiliki komitmen kuat dalam berkarya.
8 menjaga din hidup sehat.
9 gemar membaca dan menulis.
9 Gotong 1 memahami bahwa kerj asama merupakan kekuatan.
Royong 2 memahami hasil kerjasama adalah untuk kebaikan bersama.
3 dapat menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk kepentingan
bersama. ,
4 dapat melaksanakan pekerjaan bersama dengan cara yang
menyenangkan.
5 bantu-membantu demi kepentingan umum.
6 bersedia secara bersama-sama membantu orang lain.
7 bersedia secara bersama-sama membela kebenaran.
8 dapat bekerja dengan giat dalam setiap kelompok kerja.
10 Menghargai 1 mengucapkan terima kasih atas pemberian atau bantuan orang
lain.
2 santun dalam setiap kontak sosial.
3 menghormati pemimpin dan orang tua.
4 menghormati simbol-simbol negara.
5 tidak mencela hasil karya orang lain.
6 memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.
7 tidak mengganggu orang yang sedang beribadah menurut
agamanya.
8 menerima orang lain apa adanya.
11 Rela 1 mau mendengarkan teman berbicara sampai selesai walaupun
Berkorban ada keperluan lain yang mendesak.
2 bersedia membantu temanlorang lain yang mengalami
musibah.

338
3 ikhlas bekerja membantu orang lain dan harus meninggalkan
pekerjaan sendiri untuk sementara.
4 bersedia menyumbang untuk kepentingan dana kemanusiaan
dalam keuangan pribadi sangat terbatas.
5 rela memberi fasilitas (kemudahan) kepada orang lain
sungguhpun secara din sendiri sangat membutuhkan fasilitas
tersebut.
6 mau memperjuangkan kepentingan orang lain walaupun
mengandung resiko untuk din sendiri.

Contoh pertama adalah hasil angket, sungguhpun dilakukan secara


penggalian sendiri, sedangkan contoh kuantitatif, seringkali hasilnya tidak
kedua adalah nilai-nilai yang dibakukan. memuaskan karena jawaban bisa tidak
Data dapat dianalisis dengan korelasi konsisten. Oleh karena itu angket ini harus
product Moment. Baik nilai pengembangan diujicobakan dulu sebelum diimplementasi-
maupun nilai baku masih terbuka untuk kan. Kemudian hasil sementaranya
disempurnakan, dan inilah peluang bagi digunakan untuk menguji validitas dan
peneliti untuk mencari terobosan penelitian. reliabilitas. Bilamana hasil ujinya tidak
Parameter nilai ini kemudian dibentuk valid, butir-butir pertanyaan yang tidak
menjadi instrumen berupa angket yang lolos uji harus diperbaiki ke dalam bentuk
berisi butir-butir pertanyaan atau bahasa yang mudah dipahami, sedangkan
pernyataan sederhana menggunakan skala pertanyaan yang dirasakan sensitif sehingga
Likert yang dibagikan kepada responden. mengurangi derajat kepercayaan perlu
Karena butir-butir pertanyaan atau dieliminasi. Karena kemungkinan terjadi
pernyataan itu menghasilkan jawaban- hasil-hasil yang mengecewakan maka
jawaban relatif dan kualitatif, maka langkah aman adalah memperbanyak
jawaban dikuantitatifkan menggunakan jumlah butir pertanyaan atau pernyataan,
skor-skor. sehingga bila terjadi eliminasi sejumlah
Angket hanya dapat digunakan untuk butir-butir pertanyaan/pernyataan masih
kalangan masyarakat yang jujur dalam meyimpan butir-butir yang relevan untuk
menjawab, misalnya sahabat nabi. Oleh dipakai.
karena itu untuk menaikkan akurasi
penelitian diperlukan responden dalam F. Kesimpulan
jumlah banyak. Ada beberapa cara a. Penelitian pendidikan karakter
penentuan jumlah sampel, di antaranya Islami memerlukan pendekatan
dengan simpangan baku dan nilai proporsi22 penelitian pada pihak pendidik
atau tabel Krejcie – Morgan23 . (keluarga, lembaga pendidikan),
Berbeda dengan penelitian sain, peserta didik atau masyarakat,
dalam penelitian pendidikan menggunakan lingkungan, daya adopsi masyarakat
dan pembiasaannya dalam
22
kehidupan sehari-hari
Zuriah, N. Metodologi Penelitian Sosial dan
Pendidikan. Teorri – Aplikasi. Bumi Aksara, b. Belum ada standar nilai-nilai Islam
Jakarta, 2007, hal: 131. dalam penelitian pendidikan
23
Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan karakter yang selama ini mengguna-
Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Gaung
Persada Press, Jakarta, 2008, hal: 71. kan pendekatan sosiologis

339
c. Terbatasnya penelitian baik entitled Leadership and Character
deskriptif maupun inferensial Education: Foundation for The
tentang pendidikan karakter di Nation’s Future. Education
Indonesia Management (S3) Postgraduate
d. Di antara bentuk-bentuk penelitian Program, Universitas Negeri
yang memungkinkan untuk Jakarta, February 4, 2012.
diaplikasikan, pendekatan deskriptif Andreas, S. and C. Faulkner. NLP
lebih mudah dilakukan di (Nightingale-Conant Corporation).
masyarakat, sedangkan pendekatan Teknologi Baru Meraih Sukses.
korelasional tepat dilakukan di Terjemahan oleh Tim Dabara.
sekolah-sekolah Pustaka Delaprasta, Jakarta. 1998.
e. Ilmuwan muslim belum terbiasa Bait, E.L. Character education in the
dengan memanfaatkan kriteria school. Paper no. 4. Paper
penilaian dalam penelitian presented in International Seminar
pendidikan karakter, baik dari entitled Leadership and Character
pengembangan sendiri maupun dari Education: Foundation for The
standar baku pemerintah untuk Nation’s Future. Education
kepentingan penelitian Management (S3) Postgraduate
Program, Universitas Negeri
G. DAFTAR PUSTAKA Jakarta, February 4, 2012.
Abdul Majid dan Dian Andayani Darajat, Zakiah. 1972. Ilmu Jiwa Agama,
Pendidikan Karakter Persfektif Jakarta: Bulan Bintang.
Islam, Bandung: Remaja Rosda Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta:
Karya, 2011. Bumi Aksara.
Abdurrahman, Jamal. Cara Nabi E. Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan
Menyiapkan Generasi. Terjemahan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara.
oleh Nurul Muklisin dari Ahfalul Ginanjar, M.H., A. Misno, Kuswandi dan
Muslimin: Kaifa Rabbahumun Romly. Faktor-faktor pendorong
Nabiyun Amin. La Raiba Bima terjadinya kriminalitas di kalangan
Amanta (eLBA), Surabaya 2006. remaja. Laporan penelitian. Sekolah
Agustian, A.G. ESQ Emotional Spiritual Tinggi Agama Islam (STAI) Al
Quotient. Penerbit Arga, Jakarta Hidayah, Bogor (2010).
(2005). Hamad Hasan Ruqaith. 2004. Sudahkah
Al-Ghazali. 1994. Mengobati Penyakit Hati Anda Mendidik Anak dengan
Membentuk Akhlak Mulia, Benar?, Jakarta: Cendekia Centra
Bandung: Kharisma. Muslim.
Ali, S. Metodologi Penelitian Agama. http://ainamulyana.blogspot.com/2011/06/c
Pendekatan Teori dan Praktek. Raja ontoh-laporan-penelitian-
Grafindo Perkasa, Jakarta 2002. tindakan_08.html
Amala, U and D. McLackland. Raising Iskandar. Metodologi Penelitian
good leaders through character Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif
education in the family and dan Kualitatif). Gaung Persada
community. Paper no. 2. Paper Press, Jakarta (2008).
presented in International Seminar

340
Kerlinger, F.N. Asas-asas Penelitian Mustofa al’Adawi.2006. Fiqh Pendidikan
Behavioral. Terjemahan oleh L.R. Anak, Jakarta: Qisti Press.
Simatupang dari Foundation of Nasution, H. Klasifikasi ilmu dan tradisi
Behavioral Research, 2nd ed, 1986. penelitian Islam: sebuah perspektif.
Holth Rinehart & Winston Inc. Dalam: M.D. Ridwan (ed). Tradisi
Gadjah Mada University Press, Baru dalam Penelitian Agama
Yogyakarta (1995). Islam. Tinjauan antar disiplin ilmu,
M. Anis Matta.2006. Membentuk Karakter hlm 21-36. Yayasan Nuansa
Cara Islam, Jakarta : ‘Itishom. Cendekia. Bandung 2001.
Magestari, N. Penelitian agama Islam: Ramayulis.2004. Ilmu Pendidikan Islam,
Tinjauan disiplin ilmu budaya. Jakarta: Kalam Mulia.
Dalam: M. D. Ridwan (ed). Tradisi Soedijarto. Character education in
Baru dalam Penelitian Agama Education system to build character
Islam. Tinjauan antar disiplin ilmu, of our nation. Paper no. 1. Paper
hlm 216-224. Yayasan Nuansa presented in International Seminar
Cendekia. Bandung: 2001. entitled Leadership and Character
Mastuhu. Penelitian agama Islam: Tinjauan Education: Foundation for The
disiplin sosiologi. Dalam: M.D. Nation’s Future. Education
Ridwan (ed). Tradisi Baru dalam Management (S3) Postgraduate
Penelitian Agama Islam. Tinjauan Program, Universitas Negeri
antar disiplin ilmu, hlm 106-135. Jakarta, February 4, 2012.
Yayasan Nuansa Cendekia. Yudhawati, R. dan D. Haryanto. Teori-teori
Bandung: 2001. Dasar Psikologi Pendidikan.
Mirshahi, R.. Character building for peace. Prestasi Pustakaraya, Jakarta 2011.
Paper no. 3. Paper presented in Zahruddin AR dan Hasanuddin
International Seminar entitled Sinaga.2004. Pengantar Studi
Leadership and Character Akhlak, Jakarta: Rajawali.
Education: Foundation for The Zaini, Syahminan. Kehidupan Sosial
Nation’s Future. Education Seorang Muslim. Kalam Mulia,
Management (S3) Postgraduate Jakarta: 1995.
Program, Universitas Negeri Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan
Jakarta, February 4, 2012. Karakter, Jakarta: Kencana.
Muhammad Athiyah al-Abrasyi.1987. Zuriah, N. Metodologi Penelitian Sosial
Dasar-dasar Pokok Pendidikan dan Pendidikan. Teorri – Aplikasi.
Islam, Jakarta: Bulan Bintang. Bumi Aksara, Jakarta: 2007
Mulyana, Aina. Upaya mewujudkan
pendidikan karakter bangsa melalui
penerapan pendekatan
pembelajaran aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan (pakem) dalam
KBM di SMPN 2 Cikeusik
Kabupaten Pandeglang. Laporan
penelitian. SMPN 2 Cikeusik
Kabupaten Pandeglang: 2011.

341
342

Anda mungkin juga menyukai