Anda di halaman 1dari 21

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERTEMA

INDAHNYA KEBERSAMAAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL


LAMPUNG PIIL PESENGGIRI UNTUK PENGUATAN
PENDIDIKAN KARAKTER

PROPOSAL TESIS

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Magister Pendidikan

Oleh
Ahmad Fauzi
0103519019

Direview Oleh
Aqidatul Munfariqoh
0103519021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, tentang UUSPN pasal 3 dijelaskan bahwa
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. (Depdiknas,
2003:3).
Kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengenai
pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 patut diapresiasi. Tujuan penggunaan kurikulum
2013 adalah untuk membentuk peserta didik memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.
Oleh kerena itu, terbitnya Kurikulum 2013 untuk semua satuan pendidikan dasar dan
menengah, merupakan salah satu langkah sentral dan strategis dalam kerangka penguatan
karakter menuju bangsa Indonesia yang madani.
Dalam prakteknya pada pembelajaran , muatan sikap pada pendidikan karakter yang
dimasukkan juga haruslah terdapat muatan budaya lokal. Vygotsky menekankan pentingnya
memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Menurut Taylor (1993) Orang lain
merupakan bagian dari lingkungan. Pemerolehan pengetahuan siswa bermula dari lingkup
sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai peristiwa internalisasi.
Vygotsky menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial
dalam pembentukan pengetahuan yang menurut beliau, bahwa interaksi sosial yaitu interaksi
individu tersebut dengan orang lain merupakan faktor terpenting yang dapat memicu
perkembangan kognitif seseorang. Konstruktivisme menurut pandangan Vygotsky
menekankan pada pengaruh budaya.
Nilai-nilai karakter yang diharapkan oleh pemerintah melalui UU no. 20 Th.2003
ternyata sudah terwadahi dalam falsafah hidup yang dimiliki oleh orang Lampung itu sendiri,
yang dikenal dengan istilah Piil Pesenggiri. Berdasarkan temuan tim penulis, Ariyani (2015)
menyebutkan terdapat kata berkarakter dalam penjelasan tentang Piil Pesenggiri, yaitu (1)
Bejuluk Beadek menjelaskan secara lebih operasional bahwa masyarakat adat Lampung
memiliki karakter bertanggung jawab, berkeadilan, kepemimpinan, dan kedisiplinan; (2)
Nemui Nyimah, merefleksikan bahwa masyarakat adat Lampung berkarakter untuk
mengimplementasikan kejujuran, rendah hati, silaturahmi, dan empati; (3) Nengah Nyappur,
menunjukkan masyarakat adat Lampung itu bertoleransi, bermasyarakat, bermusyawarah dan
menghargai; Dan (4) Sakai Sambayan menampakkan karakter bahwa masyarakat adat
Lampung menjunjung tinggi nilai keikhlasan, kesetiakawanan, kebersamaan dan gotong
royong.
Pada kegiatan pembelajaran siswa tidak sekedar meniru dan membentuk bayangan dari
apa yang diamati atau diajarkan guru, tetapi secara aktif ia menyeleksi, menyaring, memberi
arti, dan menguji kebenaran atas informasi yang diterimanya (Yazdi, 2012). Untuk mengatasi
hal tersebut, seorang guru dituntut untuk dapat membuat media pembelajaran yang sesuai
agar pengajaran guru lebih menarik, aktif dan materi yang diterima oleh siswa tidak hanya
sekedar sekumpulan konsep.
Salah satu media pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa IPA adalah
dengan adanya buku pembelajaran. Namun, buku pembelajaran yang beredar saat ini kurang
membuat siswa tertarik mempelajarinya. Hal ini dikarenakan bahan ajar yang ada cenderung
bersifat verbal dan terdapat sedikit gambar. Padahal anak usia SMP khususnya kelas VII
cenderung lebih menyukai cerita bergambar atau buku bacaan yang didalamnya terdapat
gambar yang menarik dan bersifat menghibur daripada membaca buku yang bersifat verbal.
Buku cerita bergambar dipilih sebagai salah satu media pembelajaran karena sebagian
besar peserta didik tertarik membacanya. Selain menarik buku cerita bergambar mempunyai
beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut :
a. Buku cerita bergambar dapat membantu perkembangan emosi peserta didik
b. Peserta didik dapat dengan mudah memperoleh kesenangan
c. Dapat membantu peserta didik belajar tentang dunia dan untuk menstimulasi imajinasi
yang kreatif saat belajar
Melalui cerita atau dongeng yang baik, sesungguhnya anak tidak hanya memperoleh
kesenangan atau hiburan saja, akan tetapi mendapatkan pendidikan yang jauh lebih luas dan
juga dapat menyentuh berbagai aspek pembentukan sikap anak didik. Murtiningsih (2001)
mengatakan bahwa kegiatan bercerita dapat mengembangkan kreativitas siswa, melatih siswa
untuk berpikir kritis, kreatif dan bertanggung jawab, serta sikap menghargai.Cerita akan lebih
mereka ingat daripada hafalan mata pelajaran tertentu (Mukhlason, 2015: 86). Cerita sangat
efektif digunakan untuk meningkatkan kecerdasan moral anak (Ahyani, 2010.
Pengembangan karakter di dalam cerita yaitu pengembangan tokoh (characters) dan
penokohan (characterization) mengkonstruk pemahaman dan meningkatkan kecerdasan
moral dan emosional siswa sehingga lebih jujur, lebih peka, lebih disiplin dan bertanggung
jawab. Proses pertumbuhan karakter ini bergantung pada proses pemahaman dan
pembelajaran di masing-masing individu dan juga bergantung pada karakter peserta didik
apakah mampu dan mau memahami karakter dan meningkatkan kualitas karakternya sendiri.
Dari pembelajaran berbasis cerita ini, literasi dapat ditingkatkan dan karakter juga tertanam
kuat sejak dini serta melalui pembelajaran berbasis cerita ini, pembelajaran dalam tema-tema
itu akan lebih cepat diserap oleh anak.
Mengacu pada permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengembangkan buku cerita berbasis kearifan lokal Lampung Piil Pesenggiri
serta mengetahui efektivitasnya dalam penguatan pembentukan karakter.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai
berikut:
1.2.1 Bahan ajar yang digunakan di sekolah hanya sebatas buku ajar dari pemerintah
1.2.2 Sumber belajar kurang menarik hanya berupa buku tematik dari Pemerintah sehingga
minat baca siswa tergolong rendah sehingga enggan membaca materi.
1.2.3 Sumber belajar kurang menunjukkan kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam
pembelajaran serta belum menampilkan karakter.

1.3 Cakupan Masalah


Untuk mengatasi meluasnya masalah, cakupan masalah meliputi :
1.3.1 Dalam penelitian ini produk yang dikembangkan berupa buku cerita bergambar
bertema indahnya kebersamaan berbasis kearifan lokal Lampung Piil Pesenggi yang
menarik untuk menunjang buku teks pelajaran serta mampu menguatkan
pembentukan karakter siswa kelas IV Sekolah Dasar
1.3.2 Nilai -nilai karakter yang akan ditanamkan pada siswa melalui buku cerita bergambar
ini memfokuskan pada perilaku yang terkandung dalam falsafah Lampung Piil
Pesenggiri, yaitu : disiplin, cinta damai, toleransi dan peduli sosial.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian identifikasi masalah yang ditemukan, maka yang menjadi rumusan
masalah yaitu.
1.4.1 Bagaimana validitas buku cerita bergambar bertema indahnya kebersamaan berbasis
kearifan lokal Lampung Piil Pesenggiri yang dikembangkan?.
1.4.2 Bagaimana keefektifan buku cerita bergambar bertema indahnya kebersamaan berbasis
kearifan lokal Lampung Piil Pesenggiri yang dikembangkan?.
1.4.3 Bagaimana kepraktisan buku cerita bergambar bertema indahnya kebersamaan
berbasis kearifan lokal Lampung Piil Pesenggiri yang dikembangkan?.

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, maka peneliian ini memiliki dua tujuan, yaitu ujuan umum
dan tujuan khusus. Adapun tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menghasilkan buku cerita bergambar bertema
indahnya kebersamaan berbasis kearifan lokal Lampung Piil Pesenggiri untuk
penguatan pembentukan karakter

1.5.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui validitas buku cerita bergambar bertema indahnya kebersamaan
berbasis kearifan lokal Lampung Piil Pesenggiri yang dikembangkan.
2. Mengkaji keefektifan buku cerita bergambar bertema indahnya kebersamaan
berbasis kearifan lokal Lampung Piil Pesenggiri yang dikembangkan.
3. Mengkaji kepraktisan buku cerita bergambar bertema indahnya kebersamaan
berbasis kearifan lokal Lampung Piil Pesenggiri yang dikembangkan.

1.6 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara langsung maupun tidak langsung. Manfaatnya antara lain:
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara Teoritis memiliki manfaat di antaranya sebagai berikut:
1. Sebagai bahan referensi/ pendukung penelitian selanjutnya,
2. Menambah kajian tentang hasil penelitian pengembangan khusunya buku
cerita bergambar berbasis kearifan lokal
1.6.2 Manfaat praktis
1.7.1. Bagi siswa
Dengan buku cerita bergambar bertema indahnya kebersamaan berbasis
kearifan lokal Lampung Piil Pesenggiri, siswa mendapatkan sumber belajar
dan pembelajaran yang lebih bervariasi sehingga mampu meningkatkan
aktivitas belajar siswa yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa
serta peningkatan karakter bangsa.
1.7.2. Bagi guru
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan guru terkait
media pembelajaran yang cocok untuk digunakan dalam membantu
penyampaian materi pembelajaran serta dapat memberikan suatu nuansa yang
berbeda untuk diterapkan pada pembelajaran.
1.7.3. Bagi sekolah
Buku cerita bergambar bertema indahnya kebersamaan berbasis kearifan lokal
Lampung Piil Pesenggiri dapat menjadi alternatif sumber belajar yang mampu
menguatkan pembentukan karakter.
1.7.4. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan kepustakaan yang
merupakan informasi tambahan yang berguna bagi pembaca dan dapat
memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang mempunyai
permasalahan yang sama atau ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
1.7.1. buku cerita bergambar tematik untuk kelas IV SD , Tema 4 indahnya
kebersamaan
1.7.2. Berbasis kearifan lokal Lampung Piil Pesenggiri.
1.7.3. Buku cerita bergambar ini terdiri dari satu judul utama dan empat bagian/chapter
dengan ukuran A4 ( 21 x 29,7 cm) jenis huruf Tahoma ukuran 12 dalam bentuk
landscape.
1.7.4. Buku cerita terdiri dari (1) halaman sampul, (2) prakata, (3) daftar isi, (4)
penjelasan mengenai tokoh-tokoh yang ada dalam buku cerita, (5) bagian satu, (6)
bagian dua, (7) bagian tiga, (8) bagian empat, (9) glosarium, (10) daftar Pustaka,
dan (11) sampul belakang yang berisi profil penulis

1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan


1.8.1. Asumsi Pengembangan
1. Penggunaan buku cerita bergambar bertema indahnya kebersamaan berbasis
kearifan lokal Lampung Piil Pesenggiri dapat memberikan kemudahan dalam
penyampaian materi pembelajaran kepada siswa.
2. Penggunaan buku cerita bergambar bertema indahnya kebersamaan berbasis
kearifan lokal Lampung Piil Pesenggiri dapat diajadikan pendamping buku
pembelajaran yang sudah tersedia, untuk lebih mengoptimalkan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa.

1.8.2. Keterbatasan Pengembangan


1. Pengembangan produk buku cerita bergambar hanya dapat digunakan sebagai
pendamping buku tematik untuk kelas IV sekolah dasar tema 1 indahnya
kebersamaan
2. Uji coba Produk dilaksanakan di tiga sekolah dasar di lingkungan Kecamatan
Labuhan Maringgai, yaitu : SDN 01 Labuhan Maringgai, SDN 01 Sriminosari,
dan SDS Islam Plus Nurul Huda Labuhan Maringgai.
3. Proses review produk, terbatas pada tiga ahli, dan tiga praktisi sebagai sasaran
produk hasil pengembangan

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, dan KERANGKA BERPIKIR

2.1 Kajian Pustaka


Yi Chun & Yi Ching (2009) dalam “The Effects of Pictures on The Reading
Comprehension of Low-Proficiency Taiwanese English Foreign Language College
Students: An Action Research Study”, menyimpulkan bahwa peserta dengan kecakapan
rendah memiliki skor yang jauh lebih tinggi pada tugas terjemahan mereka ketika teks
disajikan bersama dengan gambar, dan bahwa gambar-gambar yang menyertainya
memfasilitasi para peserta tingkat rendah dalam memahami tidak hanya teks yang lebih
sederhana tetapi juga teks yang lebih sulit. Respon siswa terhadap efek visual pada
pemahaman bacaan mereka juga mengungkapkan bahwa gambar meningkatkan
pemahaman mereka tentang teks itu sendiri.
Lutfiana Khairoh (2014) dalam “Pengembangan buku cerita IPA terpadu
bermuatan pendidikan karakter peduli lingkungan pada tema pencemaran lingkungan”,
buku cerita ipa terpadu bermuatan pendidikan karakter yang dikembangakan dapat
menumbuhkan karakter peduli lingkungan siswa secara menyeluruh dengan perolehan skor
berada pada kriteria “mulai berkembang”
Ade Siska (2017) menemukan fakta bahwa produk pengembangan yang berupa
bahan ajar bahasa Lampung ini mampu menumbuhkan sikap/karakter Piil Pesenggiri dan
mempengaruhi hasil belajar berbicara siswa di kelas III Sekolah Dasar. Yoga Pria Kurnia
(2020) penerapan media pembelajaran comic book IPA efektif untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan karakter peduli lingkungan siswa.
Septi Utami (2017) pada penelitiannya “ Pengembangan Media Cerita Bergambar
Mata Pelajaran Ipa Untuk Anak Autis Kelas III Di SD Negeri 3 Poncowarno Kabupaten
Lampung Tengah” menyatakan bahwa Produk media cerita bergambar efektif, artinya
penggunaan media cerita bergambar mampu meningkatkan pemngetahuan siswa serta
mampu meningkatkan motivasi anak autis dalam belajar.
2.2 Kerangka Teoritis
2.2.1 Media Buku Cerita Bergambar
2.2.1.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar
Buku cerita bergambar pada dasarnya adalah suatu bacaan yang berisi
cerita yang di cetak dan di lengkapi gambar atau ilustrasi untuk
memperjelas isi cerita tersebut. Pada awalnya buku cerita bergambar
banyak dirancang untuk keperluan hiburan. Tema yang dapat dimuat
dalam cerita bergambar adalah dongeng, kisahkisah, fable bahkan tema
humor dan satire. Kemudian karena formatnya yang sangat fleksibel
dalam membuat tema, para perancang komunikasi pembangunan tertarik
untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan melalui buku cerita
bergambar ini.
Cerita bergambar menurut Elmaiya (2014:9) merupakan suatu bentuk seni
yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun
sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya cerita
bergambar dicetak diatas kertas dan dilengkapi teks. Cerita bergambar
merupakan media yang unik, menggabungkan teks dan gambar dalam
bentuk yang kreatif, media yang sanggup menarik perhatian semua orang
dari segala usia, karena memiliki kelebihan, yaitu mudah dipahami.
2.2.1.2 Peranan Buku Cerita Bergambar Dalam Pembelajaran
Cerita bergambar merupakan media komunikasi yang kuat. Fungsi-fungsi
yang bisa dimanfaatkan oleh cergam antara lain adalah untuk pendidikan,
untuk advertising, maupun sebagai sarana hiburan. Tiap jenis Cerita
bergambar memiliki kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar
pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan jelas. Menurut
Elmaiya (2014) fungsi dan peranan cerita bergambar, yaitu:
1. Cerita bergambar untuk informasi pendidikan, baik cerita maupun
desainnya dirancang khusus untuk menyampaikan pesan-pesan
pendidikan. Inti pesan harus dapat diterima dengan jelas, misalnya
”hindari pemecahan masalah dengan kekerasan.”
2. Cerita bergambar sebagai media advertising. Maskot suatu produk
dapat dijadikan tokoh utama dengan sifat-sifat sesuai dengan citra
yang diinginkan produk atau brand tersebut. Sementara pembaca
membaca cergam, pesanpesan promosi produk atau brand dapat
tersampaikan.
3. Cerita bergambar sebagai sarana hiburan merupakan jenis yang paling
umum dibaca oleh anak-anak dan remaja. Bahkan sebagai hiburan
sekalipun. Cerita bergambar dapat memiliki muatan yang baik. Nilai-
nilai seperti kesetiakawanan, persahabatan, dan pantang menyerah
dapat digambarkan secara dramatis dan menggugah hati pembaca.
2.2.2 Falsafah Lampung Piil Pesenggiri
Christian Heru Cahyo Saputro dalam bukunya yang berjudul “Piil Pesenggiri,
Etos dan Semangat Kerja” (2011 : 2) mengatakan bahwa Piil Pesenggiri bagi
masyarakat Lampung baik bagi penduduk asli dan maupun pendatang memiliki
makna sebagai cara hidup (way of life). Ini bermakna setiap gerak dan tingkah
kehidupan orang Lampung dalam kehidupan sehari-hari dilandasi dengan
kebersihan jiwa. Piil Pesenggiri ini pun ditopang oleh empat pilar yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Empat pilar tersebut adalah : Nemui Nyimah, Nengah
Nyappur, Sakai Sambayan, dan Bejuluk Beadek.
Hadikusuma (1989: 14-15) mengatakan bahwa pandangan hidup orang
Lampung disebut Piil Pesenggiri. Istilah Piil mengandung arti rasa atau pendirian
yang dipertahankan, sedangkan Pesenggiri berarti nilai harga diri. Jadi Piil
Pesenggiri secara singkat dapat diartikan sebagai rasa harga diri.
2.2.3.1. Pengertian Nemui Nyimah
Nemui nyimah, terdiri dari dua kata. Kata nemui yang berasal dari kata
temui yang berarti tamu dan nyimah yang berasal dari kata simah yang
berarti
santun. Masalah “tamu” atau “pertamuan” ataupun “pertemuan”
dimaksudkan sebagai ukuran bagi eksistensi sesorang. Orang dikatakan
berhasil, jika sanggup menjadi tamu yang baik, atau menjadi tuan rumah
yang bisa menerima tamu. Apapun posisinya baik sebagai tamu maupun
tuan rumah maka yang menjadi ukurannya adalah ‘simah’ yang berarti
santun. Jadi, sikap santun menjadi ukuran eksistensi seseorang dalam
komunitas masyarakat Lampung. Kesantunan seseorang itu bisa dalam
bentuk-bentuk perilaku dan tutur kata dan juga dalam bentuk benda. Jadi,
orang bisa dikatakan santun jika bisa berlaku produktif. Istilah ini pula
mengandung makna keterbukaan terhadap seluruh masyarakat kepada
siapa pun yang menjalin hubungan. Tindakan ini merupakan penerapan
dari prinsip membina tali silaturahmi baik terhadap generasi sebelumnya
maupun generasi sekarang maupun generasi yang akan datang atau
generasi penerus.
2.2.3.2. Pengertian Nengah Nyappur
Nengah nyappur, terdiri dari dua kata yaitu kata nengah dan nyappur.
Nengah berasal dari kata benda, kemudian berubah menjadi kata kerja
yang berarti berada di tengah. Sedangkan nyappur berasal dari kata benda
cappur menjadi kata kerja nyappur yang berarti baur atau berbaur. Secara
harfiah dapat diartikan sebagai sikap suka bergaul, suka bersahabat dan
toleran antar sesama. Nengah-nyappur menggambarkan bahwa anggota
masyarakat Lampung mengutamakan rasa kekeluargaan dan didukung
dengan sikap suka bergaul dan bersahabat dengan siapa saja, tidak
membedakan suku, agama, tingkatan, asal usul dan golongan. Sikap suka
bergaul dan bersahabat menumbuhkan semangat suka bekerjasama dan
tenggang rasa (toleransi) yang tinggi antar sesamanya. Sikap toleransi
akan menumbuhkan sikap ingin tahu, mau mendengarkan nasehat orang
lain, memacu semangat kreativitas dan tanggap terhadap perkembangan
gejala-gejala sosial. Oleh sebab itu dapat diambil suatu konklusi bahwa
sikap nengah-nyappur menunjuk kepada nilai musyawarah untuk mufakat.
Sikap nengah nyappur melambangkan sikap nalar yang baik, tertib dan
seklaigus merupakan embrio dari kesungguhan untuk meningkatkan
pengetahuan serta sikap adaptif terhadap perubahan. Melihat kondisi
kehidupan masyarakat Lampung yang pluralistik, maka dapat dipahami
bahwa penduduk daerah ini telah menjalankan prinsip hidup nengah-
nyappur secara wajar dan positif.
Sikap nengah-nyappur juga menunjukkan sikap ingin tahu yang tinggi,
sehingga menumbuhkan sikap kepeloporan. Pandangan atau pemikiran
demikian menggabarkan bahwa anggota masyarakat Lampung merupakan
bentuk kehidupan yang memiliki jiwa dan semangat kerja keras dan gigih
untuk mencapai tujuan masa depannya dalam berbagai bidang kehidupan.
2.2.3.3. Pengertian Sakai Sambayan
Sakai sambayan terdiri dari dua kata yaitu sakai dan sambayan. Kata sakai
berasal dari kata akai yang artinya terbuka dan bisa menerima sesuatu
yang datang dari luar. Sedangkan sambai atau sumbai (utusan) yang
berarti memberi. Dengan kata lain sakai sambaian adalah sifat kooperatif
atau gotong-royong.
2.2.3.4. Pengertian Bejuluk Beadek
Bejuluk beadek, berasal dari kata juluk adalah nama baru ketika seseorang
mampu menancapkan cita-citanya. Sedangkan adek adalah gelar atau
nama baru yang diberikan ketika cita-cita itu telah tercapai. Pemberian
nama itu melalui acara seghak sepei untuk juluk dan upacara mupadun
untuk adek. Nama-nama baru hanya diberikan ketika ada sesuatu yang
baru. Dengan demikian masyarakat Lampung selalu menginginkan
terjadinya perubahan, pembaharuan dan inovasi. Bejuluk beadek juga
merupakan salah satu sikap dari masyarakat Lampung yang
mencerminkan pada kerendahan hati dan kebesaran jiwa untuk saling
menghormati baik dalam keluarga maupun masyarakat.
2.2.3 Pendidikan karakter
Elkind dan Sweet (Kemendiknas, 2010) menyebutkan pendidikan karakter
dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help
people understand, care about, and act upon core ethical values”. Pendidikan
karakter adalah suatu usaha sengaja untuk membantu orang memahami, peduli dan
bertindak menurut nilai-nilai etika. Sementara itu menurut Ramli (Kemendiknas,
2010), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan moraldan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi
anak, supaya menjadimanusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang
baik.
Koesoema (2010) mengemukakan bahwa pendidikan karakter disekolah
memerlukan prinsip-prinsip dasar yang mudah dimengerti dan dipahami olehsiswa
dan setiap individu yang bekerja dalam lingkup pendidikan itu sendiri.
Beberapa prinsip dasar itu antara lain sebagai berikut :
1. Karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu
katakan atau kamu yakini. 
2. Setiap keputusan yang kamu ambil menentukan akan menjadi orangmacam apa
dirimu.
3. Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan
cara-cara yang baik, bahkan seandainya pun kamu harus membayarnya secara
mahal, sebab mengandung risiko.
4. Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lainsebagai
patokan bagi dirimu. Kamu dapat memilih patokan yang lebih baik dari mereka.
5. Apa yang kamu lakukan itu memiliki makna dan transformatif. Seorangindividu
bisa mengubah dunia.
6. Bayaran bagi mereka yang memiliki karakter baik adalah bahwa kamumenjadi
pribadi yang lebih baik, dan ini akan membuat dunia menjaditempat yang lebih
baik untuk dihuni.
2.2.3.1. Pengertian Karakter Disiplin
Pengertian disiplin menurut Soedjono adalah untuk suatu keadaan dimana
individu berprilaku sesuai dengan pola-pola tertentu yang telah ditetapkan
terlebih dahulu (Soedjono,1983). Menurut Manullang, disiplin berarti
sanggup melakukan apa yang sudah disetujui, baik persetujuan tertulis,
lisan maupun berupa peraturan-peraturan. (Manullang, 1981). Menurut
Julie Amdrews “Discipline is a form of life training that, once
experienced and when practiced, develops an individual’s ability to
control themselves” (disiplin adalah suatu bentuk latihan kehidupan, suatu
pengalaman yang telah dilalui dan dilakukan, mengembangkan
kemampuan sesorang untuk mawas diri)
Sebagai indikator karakter disiplin kemendiknas mengungkapkan bahwa
indikator disiplin meliputi :
1. Membiasakan hadir tepat waktu
2. Membiasakan mematuhi aturan, dan
3. Menggunakan pakaian sesuai dengan ketentuan
2.2.3.2. Pengertian Karakter Cinta Damai
Karakter cinta damai menurut Agus Wibowo adalah suatu sikap,
perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya. Perdamaian juga dapat diartikan sebagai
suatu sikap anti kekerasan dalam menyelesaikan masalah, dan selalu
mengedepankan dialog dan menghargai orang lain. Maka, dalam suasana
kegiatan belajar mengajar di kelas dan di luar kelas, seorang pendidik
selayaknya menghindari cara kekerasan dalam menghadapi dinamika anak
didiknya.
Indikator karakter cinta damai meliputi :
1. Menciptakan suasana kelas yang damai
2. Membiasakan peairilaku sekolah anti kekerasan
3. Kekerabatan di kelas penuh kasih sayang
2.2.3.3. Pengertian Karakter Toleransi
Toleransi menurut istilah berarti menghargai, membolehkan, membiarkan
pendirian pendapat, pandangan, kepercayaan kebiasaan, kelakuan, dan
sebagainya yang lain atau yang bertentangan dengan pendirinya sendiri.
Misalnya agama, ideologi, ras ( Poerwadinata, 1976)
Toleransi adalah Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
Indikator karakter toleransi meliputi :
1. Berkata yang sopan atau menyinggung perasaan orang lain.
2. Adanya sikap saling menghormati dan menghargai antara pemeluk
agama.
2.2.3.4. Pengertian Karakter Peduli Sosial
Hera Lestari Malik (2008) menjelaskan bahwa kesadaran sosial
merupakan kemampuan untuk memahami arti dari situasi sosial. Sehingga
nantinya manusia dalam berinteraksi akan saling menghormati, mengasihi,
serta peduli terhadap berbagai macam keadaan di sekitarnya Sikap dan
tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
Indikator karakter peduli sosial meliputi :
1. Berempati kepada sesama teman kelas
2. Melakukan aksi sosial
3. Membangun kerukunan warga kelas

2.3 Kerangka Berpikir


Pengembangan buku cerita
Belum ada media cerita bergambar bergambar bertema indahnya
berbasis kearifan lokal Lampung Piil
Pesenggiri kebersamaan berbasis kearifan lokal
Lampung Piil Pesenggiri

Indikator Keberhasilan :
Keunggulan produk:
1. Buku cerita bergambar bertema
1. bermuatan budaya lokal indahnya kebersamaan berbasis
2. disajikan dengan gambar yang kearifan lokal Lampung Piil
menarik mendorong minat baca Pesenggiri praktis dan layak
peserta didik digunakan
3. bermuatan pendidikan karakter 2. Karakter disiplin, cinta damai,
toleransi dan kepedulian meningkat

Melalui media pembelajaran buku


cerita bergambar bertema indahnya
kebersamaan berbasis kearifan lokal
Lampung Piil Pesenggiri dapat
menguatkan karakter disiplin, cinta
damai, toleransi dan kepedulian
sosial, siswa kelas IV SD di Lampung.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model ADDIE. Model ini
menggunakan 5 tahap pengembangan yakni : 1. Analysis (analisa) 2. Design (desain /
perancangan) 3. Development (pengembangan) 4. Implementation (implementasi /
eksekusi), dan 5. Evaluation (evaluasi / umpan balik)
3.2. Prosedur Penelitian
3.2.1. Studi Pendahuluan (Analysis)
Analisis kebutuhan
3.2.2. Perancangan (Design)
Tahap perancangan (design) yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai
berikut :
a. Pengambilan tema
b. Pembuatan alur cerita
c. Pembuatan karakter tokoh
d. Pembuatan ilustrasi
e. Penyusunuan cerita bergambar
3.2.3. Pengembangan (Development)
1. Validasi desain
a. Uji ahli media
b. Uji ahli bahasa
c. Uji ahli materi
2. Perbaikan desain
Perbaikan desain dilakukan setelah validator memvalidasi desain produk
yang diserahkan . dilakukan perbaikan ini untuk memperbaiki kekurangan
dari produk menurut para ahli.
3.2.4. Implementasi (Implementation)
Produk yang telah selesai dibuat, selanjutnya diujicobakan dalam kegiatan
pembelajaran. Untuk uji coba ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi
apakah bahan ajar berupa buku cerita bergambar menarik dan efektif sebagai
bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran
3.2.5. Evaluasi (Evaluation)
Proses evaluasi dilakukan setelah melakukan ujicoba lapangan. Produk
yang sudah diujicobakan para siswa, hasil revisi dari produk ini akan menjadi
desain produk akhir buku cerita bergambar bertema indahnya keberamaan
berbasis kearifan lokal Lampung Piil Pesenggiri.
3.3. Sumber Data dan Subjek Penelitian
3.3.1. Sumber Data
Sumber atau informasi-informasi didapatkan dari adanya wawancara dan juga
observasi.
3.3.2. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah wali kelas dan siswa kelas IV
SDN 01 Labuhan Maringgai .
3.4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.4.1. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Penelitian ini menggunakan observasi partisipan yang mana peneliti
mengambil bagian dalam kegiatan penelitian yang dilakukan.
2. Wawancara
3. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bebrbentuk pernyataan. Ini
bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk yang telah dikembangkan
untuk serta menerima masukan pendapat untuk perbaikan produk.
4. Dokumentasi
3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu berupa kuesioner
untuk analisis kebutuhan, kuesioner untuk ahli materi, kuesioner untuk ahli
media, kuesioner untuk ahli bahasa, kuesioner untuk pendidik serta kuesioner
untuk peserta didik. Pengujian instrumen dilakukan dengan menggunakan
validitas, yakni dengan membandingkan isi instrumen dengan teori yang ada.
3.5. Uji Keabsahan Data, Uji Validitas, dan Reliabilitas
3.5.1. Uji Validitas
Validitas instrumen digunakan sebagai alat ukur media cerita bergambar,
terlebih dahulu diuji validitasnya kepada responden di luar subjek uji coba.
Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat
mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, validitas berkaitan dengan
ketepatan dengan alat ukur. Instrumen yang valid akan menghasilkan data yang
valid.
Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi.
Validitas isi adalah sejauh mana kelayakan suatu tes sebagai sampel dari domain
item yang hendak diukur. Dalam pengujian validitas digunakan validitas logis.
Penilaian ini bersifat kualitatif dan judgement serta dilakukan oleh panel expert,
bukan oleh penulis atau perancang tes itu sendiri. Inilah prosedur yang
menghasilkan validitas logis. Seberapa tinggi kesepakatan antara experts yang
dilakukan penilaian kelayakan suatu item aka dapat diestimasi dan
dikuantifikasikan, kemudian statistiknya dijadikan indikator validitas isi item dan
validitas isi tes.
3.5.2. Uji Reliabilitas
Instrumen tes dikatakan reliable (dapat dipercaya) jika memberikan hasil
yang tetap atau konsisten apabila diteskan berkali-kali. Jika kepada responden
diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap responden akan
tetap berada dalam urutan yang sama dalam kelompoknya. Uji reliabilitas yang
dilakukan menggunakan program komputer dengan melihat pada nilai Cronbach’s
Alpha berarti item soal tersebut reliabel. Pada program ini digunakan metode
Cronbach’ Alpha yang diukur berdasarkan skala Cronbach’s Alpha 0 sampai 1.
Menurut Nunnanly (2012), suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,60.
3.6. Teknik Analisis Data
Penelitian ini dianalisis menggunakan dua teknik yaitu kualitatif dan kuantitatif
3.6.1. Teknik analisis data kualitatif
Teknik analsis data kualitatif didapatkan dari hasil wawancara dengan
guru kelas dan juga dari kuedsioner yang dikerjakan oleh validator saat
tahapan validasi desain untuk melihat produk yang dikembangkan dengan
memberikan kritik serta cara yang membangun.
3.6.2. Teknik analisis data kuantitatif
Data kuantitatif merupakan skor validasi berupa nilai angka yang
diberikan oleh validator ahli dan guru kelas dalam tahap validasi produk.
Analisis data dilakukan secara deskriptif dari data yang didapatkan dari
lembar kuesioner, dan langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a.pengumpulan data kasar
b. pemberian skor untuk analisis kuantitatif
c. skor yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai dengan skala lima
menggunakan acuan konversi pada pendekatan PAP (Penilaian Acuan
Patokan)
Kategori Interval skor
Sangat baik >4,21
Baik 3,40 – 4,21
Cukup baik 2,60 – 3,40
Kurang baik 1,70 – 2,60
Sangat kurang baik ≤ 1,79

Data kuesioner karakter 1 dan kuesioner karakter 2 (untuk mengukur nilai


karakter sesudah dan sebelum
Teknik analisis data untuk angket karakter 1 dan angket karakter 2
menggunakan gain-test. Teknik analisis data gain-test adalah dengan
menghitung nilai gain (g) (Knight, 2004: 9).
skor kuesioner karakter 1−skor kuesioner karakter 2
G=
skor maksimum−skor minimum
Interpretasi nilai gain disajikan dalam kriteria pada tabel berikut
Nilai g Kriteria
0,7 ≤ g Tinggi
0,3 ≤ g < 7 Sedang
g < 0,3 rendah
DAFTAR PUSTAKA

[1] R. Amini, “The Development of Integrated Learning Based Students ’,” Unnes Sci.
Edication J., vol. 6, no. 2, hal. 1586–1592, 2017.
[2] Y. Pan dan Y. Pan, “The effects of pictures on the reading comprehension of low-
proficiency Taiwanese English foreign language college students : An action research
study,” J. Sci. Foreign Lang., vol. 25, hal. 186–198, 2009.
[3] S. Pendidikan et al., Pengayaan Materi Ajar Legenda. 2019.
[4] P. Ganea, M. B. Pickard, dan J. DeLoache, “Transfer between picture books and the real
world by very young children,” J. Cogn. Dev., vol. 9, no. 1, hal. 46–66, 2008.
[5] D. Halim dan A. P. Munthe, “Dampak Pengembangan Buku Cerita Bergambar Untuk
Anak Usia Dini,” Sch. J. Pendidik. dan Kebud., vol. 9, no. 3, hal. 203–216, 2019.
[6] P. Lingkungan, “Pengembangan Buku Cerita Ipa Terpadu Bermuatan Pendidikan Karakter
Peduli Lingkungan Pada Tema Pencemaran Lingkungan,” USEJ - Unnes Sci. Educ. J.,
vol. 3, no. 2, hal. 519–527, 2014.
[7] S. Pendidikan et al., PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERDASARKAN
LAGU – LAGU BERBAHASA JAWA SEBAGAI MEDIA PENANAMAN NILAI
KARAKTER ANAK. 2017.
[8] Sri Rahmawati, Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendekatan Whole
Language Pada Materi Cerita Rakyat Untuk Kelas V SD/MI. 2018.
[9] P. Studi, “Pengembangan buku cerita dengan ilustrasi untuk menunjang pembelajaran
membaca siswa kelas x,” 2019.
[10] S. Wahono, “Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan antikorupsi untuk
pembelajaran membaca siswa kelas iii b sd kanisius wirobrajan i yogyakarta,” 2017.
[11] R. Priamantono, “Implementation of Local Wisdom Values of Piil Pesenggiri as Character
Education in Indonesian History Learning,” VNU J. Sci. Educ. Res., hal. 1–10, 2020.
[1], [2], [11], [3]–[10]

Anda mungkin juga menyukai