NIM: E1C019105
Kelas: V C
1. Latar Belakang
Konflik merupakan suatu permasalahan yang dapat dialami oleh setiap
orang. Konflik juga dikenal sebagai suatu pertentangan yang dialami individu
yang tidak sesuai dengan prinsip yang dipegang oleh individu tersebut. Sama
halnya dengan kehidupan nyata, kehidupan pribadi yang dialami setiap tokoh
cerita di dalam kehidupan masyarakat dapat membuat individu mengalami
ketidaksesuaian dengan prinsip dan bertolak belakang dengan kehidupan
pribadi.
Kejiwaan setiap individu sulit dipahami dalam kehidupan masyarakat.
Hal tersebut sama halnya dengan kehidupan nyata, konflik bisa terjadi karena
adanya perbedaan pendapat, perbedaan kepentingan dan gejolak atau penolakan
yang dialami individu dalam dirinya yang tidak sesuai pendirian maupun prinsip
yang dialami setiap individu.
Pada karya sastra, konflik merupakan bagian terpenting di dalam sebuah
cerita. Berdasarkan pemaparan tersebut, kehidupan cerita akan lebih berwarna
ketika konfliknya hidup. Dengan adanya konflik inilah, alur cerita akan jauh
lebih menarik, konflik juga menjadi kekuatan dalam sebuah cerita dan membuat
pembaca memiliki rasa penasaran yang tinggi sehingga ingin membaca sampai
selesai.
Ada beberapa jenis konflik yang sering ditonjolkan dalam cerita, salah
satunya yaitu konflik batin. Pada sebuah cerita, seringkali tokoh utama maupun
tokoh lainnya mengalami konflik batin, yaitu konflik dengan dirinya sendiri.
adalah suatu permasalahan yang berhubungan dengan jiwa seseorang yang
disebabkan perbedaan dan pertentangan sehingga mempengaruhi tingkah laku
seseorang atau tokoh tersebut.
Kebudayaan di Minangkabau dan Bugis merupakan dua kebudayaan
yang berbeda jika dilihat dari garis keturunannya. Suku Minangkabau
menggunakan garis keturunan matrilineal, sementara suku Bugis menggunakan
garis keturunan patrilineal. Hal ini mengakibatkan keberadaan famili pada suku
Minangkabau sangat penting dalam menentukan posisi/keberadaan seseorang
dalam masyarakat tersebut. Bahkan dalam sebuah pernikahan mereka tidak
hanya bermodalkan percintaan semata, akan tetapi memperhatikan status sosial
keluarga, pendidikan, serta harta kekayaan yang dimiliki. Hal ini karena
masyarakat menganggap bahwa pernikahan sebagai penyatuan dua kekuatan
keluarga untuk tetap mempertahankan kedudukan sosial keluarga dalam
masyarakat. Kasus ini tidak hanya terjadi pada masa lampau akan tetapi masih
terjadi dalam masyarakat modern seperti saat ini.
Daerah Padang yang ber-adat Minangkabau terkenal dengan
masyarakatnya yang sangat menjaga dan menjunjung tinggi adat yang berlaku
di sana. Hal tersebut pun tercermin dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck karya Buya Hamka yang menceritakan kisah cinta antara Zainudin dan
Hayati yang menuai banyak pertentangan karena Zainudin bukanlah orang yang
berada dan bisa dibilang sebagai orang terbuang dan dijuluki sebagai anak
pisang.
Hal ini dikarenakan tokoh yang bernama Zainuddin yang lahir di
Mengkasar, namun tidak diakui sebagai darah asli suku Bugis, karena ayah
Zainuddin yakni Pendekar Sutan adalah keturunan Minang. Namun, ketika
Zainuddin merantau ke tanah kelahiran ayahnya yang berada di dusun Batipuh
Padang Panjang, di sana ia juga tidak dianggap sebagai orang asli suku
Minangkabau karena ibu dari Zainuddin asli suku Bugis. Hal tersebut membuat
si tokoh yang bernama Zainuddin terasingkan di dua tempat. Oleh karena itu, hal
tersebut merupakan salah satu hal menarik untuk dikaji.
Sistem kekerabatan masyarakat Minangkabau dalam novel digambarkan
dengan jelas mulai awal penceritaan yang diceritakan dengan latar belakang
ayah Zainuddin yang tidak mempunyai saudara perempuan dan
mengakibatkannya tidak dapat menguasai hak waris dari garis ibunya. Hal
tersebut secara kronologis juga berdampak kepada Zainuddin yang mengetahui
bahwa ayah dan ibunya berlainan suku yang mengakibatkan ia tidak dianggap
mempunyai keturunan Minangkabau oleh masyarakat desa Batipuh. Dalam adat
Minangkabau, ia disebut sebagai “anak pisang” yang merupakan hasil dari
pernikahan yang berlainan suku. Hal tersebut juga mempengaruhi kehidupannya
ketika ingin menikah dengan Hayati. Hubungan mereka ditentang keras oleh
datuk yang merupakan mamak Hayati.
Fenomena yang ada di kehidupan masyarakat Minang pada zaman
dahulu serta fenomena yang terjadi dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck menjadi satu alasan kuat bagi penulis untuk meneliti novel tersebut
menggunakan kajian sosiologi sastra, yaitu teori marxisme. Dalam novel
tersebut banyak sekali nilai-nilai moral yang dapat diambil hikmahnya, baik dari
segi budaya, adat, maupun dari perjuangan kelas yang dialami oleh tokoh
Zainudin seperti yang terdapat dalam cerita.
Pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, ceritanya menjonjolkan
kisah cinta dua insan yang saling mencintai dengan tulus akan tetapi tidak
direstui oleh tokoh adat di suku Minangkabau yang menganut sistem matrilineal.
Kisah cinta Zainudin dan Hayati yang tidak direstui karena suku, adat, maupun
karena ekonomi menjadikan novel ini pantas diteliti menggunakan teori
Psikianalisis yang banyak membahas tentang karakter.
Berdasarkan pemaparan tersebut, diketahui bahwa faktor eksternal turut
mempengaruhi psikologis maupun perubahan sikap sesesorang dalam merespon
stimulus. Atas berbagai pertimbangan, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana
konflik batin yang dialami oleh tokoh Zainuddin dalam novel Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck.
Penelitian ini penting untuk dilakukan dalam rangka untuk mencari tahu
tentang bagaimana pengendalian diri (id, ego, dan superego) oleh tokoh
Zainuddin yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
terhadap permasalahan adat yang masih dianut pada masa sekarang. Penelitian
ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakter seseorang juga
dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang dikembangkan secara terus
menerus.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Manfaat Penelitian
5. Penelitian Terdahulu
1. Konflik Internal dalam penelitian ini terjadi karena pergolakan emosi antara
tokoh-tokoh utama atau peristiwa yang terjadi pada diri tokoh-tokoh tersebut.
Adapun tokoh-tokoh tersebut Zainuddin, Aziz, dan Hayati. Konflik batin yang
memuncak terjadi antara Zainuddin dan Hayati, karena hubungan meraka tidak
direstui oleh orang tua dan keluarga. Tidak disetujui hubungan tersebut karena
adat istiadat. Sehingga Hayati akhirnya menikah dengan orang yang kaya raya,
sederajat, dan sama adat istiadat. Konflik internal antara tokoh begitu menarik,
kisah yang disampaikan oleh pengarang dalam cerita ini begitu menyentuh hati
semua pembaca. Karena banyak sekali pembelajaran yang dapat dipetik dari isi
roman tersebut.
2. Konflik Eksternal dalam penelitian ini terjadi karena adanya pengaruh dari
orang lain, sehingga membuat tokoh utama dalam cerita ini, menjadi tidak teguh
pendirian. Setiapa apa yang disampaikan oleh pihak ketiga tentang tokoh utama
menjadi bahan pertimbangan yang begitu diperhitungkan oleh masing-masing
tokoh utama dalam roman ini. Masing-masing tokoh utama memiliki karakter
yang berbeda-beda, sehingga membuat pembaca terhipnotis dan tak bosan untuk
membaca berulang-ulang roman tersebut.
Selain penelitian yang dilakukan oleh Mai dan Haris, terdapat juga
penelitian yang dilakukan oleh Quintana Balqis Kapindho pada tahun 2019 yang
berjudul “Kontradiksi Sosial Budaya dalam Novel Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck Karya Hamka Kajian: Sosiologi Sastra” mengangkat
permasalahan tentang bagaimana kontradiksi atau pertentangan sosial budaya
yang berada dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck serta
pengaruhnya kepada tokoh yang ada dalam novel tersebut.
Berikut beberapa contoh konflik yang dialami oleh tokoh dalam novel
tersebut:
Selain itu, perbedaan perlakuan yang terjadi dalam cerita tersebut juga
menggambarkan bahwa eksitensi, keberadaan, dan posisi sesorang dalam
masyarakat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, budaya, kekuasaan, status
sosial, dan sistem kekerabatannya. Perbedaan perlakuan antara kaum borjuis dan
proletar menjadi tampak jelas tercermin pada cerita tersebut dimana orang tak
bersuku seperti Zainuddin tidak terlalu dianggap bahkan tidak boleh
mencampuri urusan yang ada di daerah tersebut.
Ego berasal dari diri sendiri yang nantinya akan menjadi karakter
seseorang. Ego berurusan dengan kenyataan/ realita, berusaha memenuhi
keinginan id dengan cara yang dapat diterima secara sosial. Misalnya, dengan
menunda kepuasan dan membantu menghilangkan ketegangan yang dirasakan
id jika keinginan tidak segera dipenuhi. Ego mengerti bahwa orang lain juga
memiliki kebutuhan dan keinginan. Oleh karena itu menjadi egois dalam jangka
panjang bukanlah hal yang baik.
Contoh, Sinta haus. Namun, dia tahu bahwa pelayan akan segera
kembali untuk mengisi ulang gelasnya dengan air, jadi dia memilih untuk
menunggu, meskipun ada keinginan besar dalam dirinya untuk minum dari gelas
Pak Budi yang ada di seberangnya. Pada kasus ini, sinta telah mengalahkan
egonya untuk tidak egois atau mementingkan diri sendiri.
Superego merupakan aspek moral dari suatu kepribadian yang didapat
dari pengasuhan orang tua atau norma-norma dan nilai-nilai di dalam masyarakat
dan didasarkan pada moral dan penilaian tentang benar dan salah. Contoh, Jojo
ingin mencuri kamera milik temannya. Ia memiliki kesempatan dan bisa
melakukannya tanpa ada yang tahu. Namun, Jojo mengerti mencuri itu salah,
jadi dia memutuskan untuk tidak mencuri apa pun meski ada kesempatan.
Novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck yang diterbitkan oleh Balai
Pustaka Djakarta adalah sebuah karya sastra roman yang ditulis oleh Haji Abdul
Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama Hamka ini mengisahkan
tentang perbedaan adat istiadat dan latar belakang sosial yang terjadi di
Minangkabau. Perbedaan tersebut menghalangi hubungan percintaan antara
Zainuddin dan Hayati sehingga berakhir dengan kematian. Kapal Van Der Wijck
menjadi salah satu latar belakang kisah ini.
Pada suatu masa, di wilayah Mengkasar, daerah tepi pantai yang berada
di antara Kampung Baru dan Kampung Mariso, berdirilah sebuah rumah khas
daerah Mengkasar. Di dalamnya tinggal seorang pemuda berumur 19 tahun,
pemuda itu bernama Zainuddin. Zainuddin tinggal bersama ibu asuhnya, Mak
Base. Dia merupakan hasil perkawinan campur antara Minangkabau dan
Mengkasar. Zainuddin sering mendengarkan cerita dari orang tua angkatnya
tentang ayahnya (Pendekar Sutan) saat muda.
Setelah itu, Pendekar Sutan pun ditangkap dan dibuang ke Cilacap dan
dibawa ke Tanah Bugis (Perang Bone). Setelah bebas, ia pun pergi ke daerah
Mengkasar dan disana ia menemukan lalu menikah. Empat tahun kemudian,
Daeng habibah melahirkan seorang anak laki laki yang diberi nama Zainuddin.
Namun, Daeng Habibah meninggal. Beberapa bulan kemudian, Pendekar Sutan
pun menyusul Daeng Habibah. Sehingga Zainuddin diasuh oleh Mak Base.
Setelah Zainuddin dewasa, ia meminta izin kepada Mak Base untuk pergi
ke kampung halaman ayahnya di daerah Padang Panjang. Sesampainya di sana
ternyata tidak seperti yang ia harapkan. Ia dianggap sebagai orang asing atau
orang Bugis oleh masyarakat setempat, hanya karena ia di lahirkan dari
seorang wanita yang bukan keturunan ninik mamaknya. Tetapi Zainuddin tetap
tabah menghadapi omongan orang-orang di kampung tersebut. Betapa
malangnya Zainuddin, karena di negeri ibunya, ia dianggap sebagai orang
asing juga atau sebagai orang Padang.
Hubungan Zainudin dan Hayati ini tidak disetujui oleh ninik dan
mamaknya Hayati. Dikarenakan Zainuddin berasal dari suku yang berbeda,
asal-usulnya sebagai orang buangan di Mengkasar, dan tak memiliki harta.
Sedangkan Hayati terlahir dari keluarga terpandang. Akhirnya, Hayati memilih
untuk diperistri oleh Aziz, kakak dari sahabatnya, Khadijah. Luluh lantaklah
hati Zainudin, terlebih lagi disaat yang sama Zainuddin mendapat kabar kalau
Mak Base, pengasuhnya telah berpulang.
Saat Zainuddin sedang bersiap-siap, tersiar kabar bahwa kapal Van Der
Wijck yang ditumpangi Hayati tenggelam. Zainuddin langsung syok dan
langsung pergi bersama Muluk untuk mencari Hayati. Hayati menghembuskan
nafas terakhir setelah Zainuddin membimbing mengucapkan kalimah syahadat.
Tak lama setelah Hayati meninggal, Zainuddin pun menyusulnya. Karena tidak
bisa berhenti memikirkan hayati menyebabkan ia sakit-sakitan sampai akhirnya
meninggal. Sedangkan jasadnya dimakamkan dekat pusara Hayati oleh muluk.
Cinta sejatinya kekal abadi.
7. Metode Penelitian
1) Data sekunder
Data yang didapatkan melalui jurnal, buku, maupun skripsi.
2) Data kualitatif
Data yang didapatkan melalui diskusi, wawncara, maupun tanggapan dari
teman sejawat yang menggeluti ilmu sastra.
8. Daftar Pustaka
Hamka, Buya. (1938). Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Djakarta: Balai
Pustaka.
Junita Lamalian, Wehelmina. Dkk. (2019). Analisis Konflik Batin Tokoh dalam
Novel
Cinta-Mu Seluas Samudra Karya Gola Gong: Psikologi Sastra. JPPK:
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa. Vol 8, No 7, hal: 1-6.
Yuliastri Samarmata, Mai. (2015). Analisis Konflik Tokoh Utama Dalam Roman