Anda di halaman 1dari 19

NILAI MORAL DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL 5 CM: AKU, KAMU,

SAMUDRA, DAN BINTANG-BINTANG KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN


IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:

REZA CENDIBERDI

F1012201014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2022/2023
A. Judul

Nilai Moral dan Nilai Pendidikan Karakter Novel 5 CM: Aku, Kamu, Samudra, dan

Bintang-Bintang Karya Donny Dhirgantoro dan Implementasinya Pada Pembelajaran Sastra di

SMA

B. Latar Belakang

Manusia dan budaya tidak dapat dipisahkan, bersama-sama mereka membentuk

kehidupan. Kebudayaan sebagai suatu sistem kehidupan mengatur segala tindakan dan Tindakan

suatu masyarakat. Nilai-nilai budaya dalam masyarakat sering kali dijadikan sebagai pedoman

hidup. Tidak ada masyarakat tanpa budaya, dan sebaliknya, tidak ada budaya tanpa masyarakat.

Sehingga konsep-konsep budaya tersebut mengakar dan membentuk karakter tersendiri dalam

wadah pendidikan.

Pendidikan karakter ini juga menjadi komponen baru, di dalamnya terkandung nilai-nilai

budaya luhur yang telah menjadi ciri bangsa Indoensia sejak awal. Dengan demikian, kehidupan

di sekitarnya mempengaruhi dan dapat memberikan wawasan tentang semua peristiwa atau

kejadian yang terjadi di masyarakat. 3 Nilai moral adalah pesan yang dapat di sampai kepada

pendengar dan pemirsa, baik akhlak yang baik maupun yang buruk serta menjadi teladan hidup

bagi masyarakat.

Novel Donny Dhirgantoro 5 cm : Aku, Kamu, Samudera, dan Bintang-Bintang

merupakan salah satu novel prosa Indonesia. Secara umum novel ini menceritakan tentang lima

orang sahabat yang tinggal Jakarta. Karakkternya adalah Genta, Zaffran, Arial, Ian, dan Riani.

Pada edisi sekuel menceritakan lima orang sahabat sekarang perjalanan pulang setelah mendaki

Mahameru puncak tertinggi jawa.


Penelitian terhadap nilai moral dan pendidikan telah dilakukan oleh beberapa peneliti

sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Riqi Utami Putri yang menganalisis Nilai-Nilai Moral,

Pendidikan dan Sosial dalam Novel Orang-Orang Biasa Karya Andrea Hirata. Penelitian itu

memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu pada objek kajiannya yaitu menemukan nilai

moral dan nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel. Perbedaan dengan penelitian

sebelumnya, yaitu pada penelitian ini tidak hanya menggali nilai nilai pendidikan moral dan nilai

pendidikan karakter yang terdapat dalam novel akan tetapi juga meneliti implementasinya dalam

proses pembelajaran sastra di SMA.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini adalah novel

5 cm: Aku, Kamu, Samudera, dan Bintang-Bintang karya Donny Dhirgantoro. Fokus penelitian

ini adalah nilai moral dan nilai pendidikan karakter dalam novel 5 cm: Aku, Kamu, Samudera,

dan Bintang-Bintang karya Donny Dhirgantoro dan implementasinya pada pembelajaran sastra

di SMA.

Novel Donny Dhirgantoro 5 cm: Aku, Kamu, Samudera, dan Bintang-Bintang memiliki

pesan moral yang kuat. Selain bisa menghibur pembaca, ada juga pelajaran hidup yang bisa

dicontoh. Seperti nilai agama, disiplin, kerja kelas, dll. Tentunya memiliki kaitan yang cukup

kuat dengan pembelajaran moral dan pembentukan karakter. Berdasarkan hal tersebut, peneliti

melihat lebih jauh pesan moral yang ditampilkan dalam cerita dan mencoba mengaitkannya

dengan nilai-nilai Pendidikan karakter.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melakukan teknik analisis data

sehingga peneliti mampu memberikan manfaat apa yang didapat dari data penelitian. Teknik

analisis data dari Miles and Huberman atau interative model dipakai di penelitian ini, yaitu

kegiatan tentang analisis data kualitatif yang dilaksanakan secara langsung dan berkelanjutan
sehingga mendapatkan data jenuh. Penelitian ini, analysis data dilakukan sepanjang waktu

penelitian berlangsung proses melanjutkan secara berurutan (Sugiyono, 2015: 337).

Penelitian ini akan menganalisis nilai moral dan nilai pendidikan karakter dalam novel 5

cm : Aku, Kamu, Samudera, dan Bintang-Bintang karya Donny Dhirgantoro dan

implementasinya pada pembelajaran sastra di SMA. Analsis ini dilakukan untuk memperoleh

pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai moral dan Pendidikan karakter dalam novel tersebut.

Selain itu, kontribusi terhadap pembelajaran lebih menekankan pada kajian yang bersifat teoretis

mengenai teks moal dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini mengacu pada kajian nilai-nilai Pendidikan

Karakter dan moral dalam novel “5 cm : Aku, Kamu, Samudera, dan bintang-bintang” karya

Donny Dhirgantoro dalam implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA

1. Bagaimanakah analisis isi tentang kandungan nilai moral dalam novel “5 cm : Aku,

Kamu, Samudera, dan Bintang-Bintang” karya Donny Dhirgantoro.

2. Bagaimanakah wujud nilai-nilai Pendidikan karakter yang terdapat dalam novel “5

cm : Aku, Kamu, Samudera, dan Bintang-Bintang” karya Donny Dhirgantoro.

3. Bagaimanakah implementasi nilai moral dan nilai pendidikan karakter dalam Novel

“5 cm : Aku, Kamu, Samudera, dan Bintang-Bintang” karya Donny Dhirgantoro.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan

sebelumnya, yaitu:

1. Mendeskripsikan analisis isi tentnag kandungan nilai moral dalam novel “5 cm : Aku,

Kamu, Samudera, dan Bintang-Bintang” karya Donny Dhirgantoro.


2. Mendeskripsikan wujud nilai-nilai Pendidikan karakter yang terdapat dalam novel “5

cm : Aku, Kamu, Samudera, dan Bintang-Bintang” karya Donny Dhirgantoro.

3. Mendeskripsikan implementasi nilai moral dan nilai Pendidikan karakter dalam novel

“5 cm : Aku, Kamu, Samudera, dan Bintang-Bintang” karya Donny Dhirgantoro”

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap perkembangan

moral dan pendidikan khususnya mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia.

1. Manfaat Teoretis

a) Menjadi sumbangan ilmu pengetahuan yang dapat menambah informasi mengenai

analisis nilai-nilai moral dan pendidikan karakter dalam novel.

b) Sebagai referensi bagi pembelajaran Bahasa Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a) Mampu menjadi panduan guna mendapatkan informasi didalam penelitian selanjutnya

b) Menjadi sumber belajar bagi siswa dalam upaya meningkgatkan minat baca siswa dalam

mempelajari teks sastra

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian diperlukan agar penelitian dapat terarah dan memudahkan

peneliti. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti penelitian ini difokuskan pada analisis nilai

nilai moral dan pendidikan karakter, sehingga hanya nilai moral dan Pendidikan karakter yang

akan diuraikan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik, pustaka, baca, dan

catat.
G. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah bertujuan agar peneliti dan pembaca terhindar dari kesalahhan

penafsiran terhadap kata-kata yang diguankan dalam penelitian. Adapun istilah yang terdapat

dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Novel

Membaca novel untuk sebagian besar orang hanya ingin menikmati cerita

disuguhkan. Mereka akan mendapat kesan secara umum dan samar tentang urutan

cerita dan bagian cerita tertantu yang menarik.

Menurut Jakob Sumardjo, “novel adalah bentuk sastra yang paling popular di

dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran

daya komunitasnya yang luas pada masyarakat”.

Menurut Nurhadi, Dawud, Yuni Pratiwi, Abdul Roni,“novel adalah bentuk karya

sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya social, moral, dan pendidikan”.

2. Nilai Moral

Nilai moral yang disampaikan dalam karya sastra pada dasarnya adalah nilai yang

disampaikan pengarang dalam rangka mendidik manusia dalam seluruh aspek atau

persoalan hidup dan kehidupannya agar manusia dapat mengatur tingkah lakunya

untuk menjadi manusia yang baik.

3. Nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk

menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya

terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk

melakukan nilai-nilai tersebut.
H. Kajian Teori

1. Pengertian Novel

Menurut Taylor, (dalam Atmazaki, 2007:40), novel menciptakan ilusi terhadap realita

aktual atau membuat dunia fiksi menjadi artifisial agar perhatian terarah pada suatu hubungan

yang imajinatif antara persoalan atau tema novel dan dunia nyata yang secara aktual kita

hidupi. Akan tetapi sebuah novel bukanlah cerita pendek melainkan sebuah karya sastra yang

memiliki alur atau jalan cerita yang panjang dan terdapat perubahan tokohnya.

Novel hanya menata sekurangnya dua segi, yaitu tema dan pembaca. Tema yang bagus

bisa memungkinkan banyaknya jumlah pembaca. Tema yang menarik akan menghasilkan

karya sastra yang berkualitas. Semakin menarik tema yang dimunculkan, maka pembaca akan

seakin tertarik untuk membaca karya sastra tersebut (Tambajong, 1981:23).

Novel memuat beberapa kesatuan permasalahan yang membentuk rantai permasalahan.

Permasalahan dalam novel di samping diikuti faktor penyebab dan akibatnya, terjadi

rangkaian dengan permasalahan berikutnya, yakni dengan mengungkapkan kembali

permasalahan atau akibat tersebut menjadi faktor menjadi faktor penyebab permasalahan

lainnya (Muhardi dan Hasanuddin WS, 1992:6).

Menurut Boulton (dalam Atmazaki, 2007:39) novel termasuk jenis karya sastra berbentuk

(formal) prosa fiksi naratif. Menurut Reeve (dalam Atmazaki, 2007:39), bahwa novel

merupakan gambaran kehidupan dan perilaku nyata pada saat novel itu ditulis. Novel

merupakan bentuk prosa naratif mengenai gambaran hidup tokoh.

Dari pernyataan di atas dapat disimpukan bahwa novel merupakan karya sastra berbentuk

prosa yang berisikan tentang gambaran hidup si penulis itu sendiri. Novel juga merupakan

hasil imajinasi si penulis tentang kehidupan nyata baik yang dialaminya maupun yang ada di
sekitarnya. Dalam novel terdapat unsur yang membangunnya baik tokoh maupun jalan cerita

yang panjang dan tema yang menarik dapat mempengaruhi pembaca. Permasalahan yang ada

dalam novel menjadi faktor penyebab munculnya permasalahan lain dalam novel tersebut.

2. Pengertian Moral

Pengertian moral dalam KBBI (2008: 929) adalah “ajaran baik buruk yang diterima

umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak dan budi pakerti”. Moral merupakan

sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, yang merupakan makna

yang terkandung dalam sebuah karya sastra dan makna yang disarankan lewat cerita

(Nurgiyantoro, 2009: 321). Hal ini berarti pengarang menyampaikan pesan-pesan moral

kepada pembaca melalui karya sastra baik penyampaian secara langsung maupun tidak

langsung.

Pengertian moral dalam KBBI (2008: 929) adalah “ajaran baik buruk yang diterima

umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak dan budi pakerti”. Moral merupakan

sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, yang merupakan makna

yang terkandung dalam sebuah karya sastra dan makna yang disarankan lewat cerita

(Nurgiyantoro, 2009: 321). Hal ini berarti pengarang menyampaikan pesan-pesan moral

kepada pembaca melalui karya sastra baik penyampaian secara langsung maupun tidak

langsung.

Moral pada kenyataannya membicarakan tentang persoalan benar atau salah, apa yang

perlu dilakukan dan ditinggalkan atas sebab-sebab tertentu yang mengakibatkan timbulnya

“pengadilan” dari masyarakat mengenai tindakan yang telah dilakukan oleh seorang individu.

Pertimbangan moral tergantung kepada suasana atau keadaan yang membentuk individu

tersebut. Misalnya, sistem sosial, kelas sosial, dan kepercayaan yang dianut. Moralitas dalam
diri manusia merupakan kesadaran tentang baik buruk, tentang larangan, tentang yang harus

dilakukan, dalam setipa tindakan manusia secara tidak langsung dibebani oleh tanggung

jawab moral yang harus selalu dipatuhi.

Moral yang berlaku di masyarakat bersifat mengikat terhadap setiap individu pada segala

lapisan masyarakat yang ada. Setiap individu dalam bersikap, bertingkah laku, dan bergaul

dalam masyarakat haruslah memperhatikan tatanan yang ada. Selain melakukan apa yang

ditugaskan kepadanyaoleh kehidiupan sosial dan oleh nasib pribadinya.

3. Moral dalam Karya Sastra

a. Pengertian Moral dalam Karya Sastra

Pengertian moral dalam karya sastra itu sendiri tidak berbeda dangan pengertian

moral secara umum, yaitu menyangkut nilai baik-buruk yang diterima secara umum dan

berpangkal pada nilai-nilai kemanusiaan. Moral dalam karya sastra biasanya

dimaksudkan sebagai petunjuk dan saran yang bersifat praktis bagi pembaca dalam

kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, Kenny via Nurgiyantoro (2009: 321) menyatakan

bahwa moral cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan

ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil atau ditafsirkan lewat

cerita yang bersangkutan dengan pembaca. Ia merupakan “petunjuk” yang sengaja

diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan tingkah laku

dan sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis sebab “petunjuk” itu dapat ditampilkan,

atau ditemukan modelnya, dalam kehidupan nyata, sebagaimana model yang ditampilkan

dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya. Menurut Sayuti (2000:

188), bahwa moral cerita biasanya dimaksudkan sebagai sepotong saran moral yang

bersifat agak praktis yang dapat diambil dari suatu cerita.


Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa moral adalah

suatu konsep kehidupan berupa saran atau makna yang terkandung dalam sebuah cerita,

ditujukan kepada pembaca. Berdasarkan pemahaman tema tertentu, moral dalam karya

sastra dapat dipandang sebagai amanat atau pesan. Unsur amanat itu merupakan gagasan

yang menjadi dasar penulisan sebuah karya, gagasan yang mendasari diciptakannya karya

sastra sebagai pendukung pesan

Karya sastra ditulis oleh pengarang untuk, antara lain, menawarkan model

kehidupan yang diidealkannya. Karya sastra mengandung penerapan moral dalam

sikapdan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangannya tentang moral. Hal itu

didasarkan pada pesan moral yang disampaikan melalui cerita fiksi tentulah berbeda

efeknya dibandingkan yang lewat tulisan nonfiksi (Nurgiyantoro, 2009: 321).

Pengarang dalam menyampaikan moral melalui cerita merupakan proses imajinasi

dari hasil pengamatan terhadap kehidupan masyarakat. Fenomena-fenomena yang terjadi,

diamati oleh pengarang dan selanjutnya dengan penuh ketelitian pengarang akan

menceritakan kehidupan yang diamati dalam bentuk karya sastra. Oleh karena itu, karya

sastra bukan tiruan atau jiplakan dari alam semesta.

b) Jenis Moral dalam Karya Sastra

Apabila karya fiksi mengandung dan menawarkan moral kepada pembaca,

tentunya banyak sekali jenis dan wujud ajaran moral yang dipesankan. Dalam karya fiksi

yang panjang sering terdapat lebih dari satu pesan moral. Hal tersebut belum lagi

berdasarkan pertimbangan dan penafsiran pembaca yang juga dapat berbeda dari segi

jumlah maupun jenisnya. Jenis dan atau wujud pesan moral yang terdapat dalam karya
sastra akan bergantung pada keyakinan, keinginan, dan interes pengarang yang

bersangkutan (via Nurgiyantoro, 2009: 323).

Jenis atau wujud pesan moral yang terdapat dalam karya sastra akan bergantung

kepada keyakinan, keinginan, dan interes pengarang yang bersangkutan. Jenis ajaran

moral itu sendiri dapat mencakup masalah, yang boleh dikatakan, bersifat dan tak

terbatas. Dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan, seluruh persoalan yang

menyangkut harkat dan martabat manusia. Secara garis besar persoalan hidup dan

kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan

diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk

hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya (via

Nurgiyantoro, 2009:323). Hampir sependapat dengan apa yang dikemukakan Daroesa

(1986: 27) bahwa moral digunakan untuk menilai perbuatan manusia yang meliputi

empat aspek penghidupan.

Keempat aspek kehidupan tersebut meliputi hubungan manuisa dengan Tuhan,

hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan lingkungan

alam sekitar. Dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya sastra sangat erat kaitannya dengan

agama, sosial dan individual. Sebagaimana diungkapkan di atas, maka hal-hal dalam

sastra akan senantiasa berurusan dengan masalah manusia dengan Tuhan, dalam

hubungan dengan diri sendiri, dan dalam hubungan dengan manusia lain atau alam.

Perilaku hubungan manusia dengan dirinya sendiri diklasifikasikan pada semua

wujud ajaran moral yang berhubungan dengan individu sebagai pribadi yang

menunjukkan akan eksistensi individu tersebut dengan berbagai sikap yang melekat pada
dirinya. Persoalan manusia dengan dirinya sendiri via Nurgiyantoro (2009: 324) dapat

bermacammacam jenisnya dan tingkat intensitasnya.

Persoalan manusia dengan manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas

dengan sang Pencipta. Sebagai manusia mengingat Tuhan dengan melakukan ibadah

sesuai ajaran agama yang dianutnya. Rasjidi (1984: 33) menyatakan bahwa manusia

adalah makhluk yang religius dalam arti bahwa ia menyembah Tuhan, melakukan ritual

atau ibadah serta upacara untuk minta ampun dan menyesali diri. Sikap dan perbuatan

manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dapat berupa ketakwaan yaitu menjalankan

perintahnya dan menjauhi larangannya.

Perilaku manusia dengan Tuhan tercermin dari individu dalam menjalankan

kehidupan dengan segala permasalahannya. Perbuatan apapun dalam kehidupan manusia

tidak akan terlepas dari Tuhan sebagai pencipta alam dan isinya termasuk semua mahluk.

Hubungan manusia dengan Tuhan dilakukan dengan berdoa ataupun wujud lain yang

menunjukkan adanya hubungan vertikal dengan Yang Maha Kuasa tersebut guna

meminta petunjuk, pertolongan maupun sebagai wujud syukur

Hubungan manusia dengan manusia lain dalam kehidupan bermasyarakat,

seringkali terjadi gesekan kepentingan. Persoalan hidup sesama manusia dengan

lingkungannya bisa berupa persoalan yang positif maupun persoalan yang negatif.

Mengingat bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang saling

membutuhkan satu sama lain termasuk hubungan dengan alam sekitar sebagai

kelengkapan dalam hidupnya terkadang menimbulkan berbagai macam permasalahan.

Gesekan kepentingan (hak dan kewajiban) yang timbul antara seseorang individu dengan

individu lain maupun dengan lingkungan, biasanya akan menimbulkan permasalahan


moral. Permaslaahan-permasalahan moral pada umumnya bermuara pada ketidak

sepakatan terhadap prinsip-prinsip moral itu sendiri (Haricahyono, 1995: 238).

4. Pengertian Nilai Pendidikan

Peneliti memahami bahwa nilai pendidikan merupakan pemahaman berharga akan

sesuatu hal yang dapat dijadikan acuan sebagai pegangan setiap insan untuk bekal hidup

secara manusiawi. Adapun menurut Haryadi nilai pendidikan adalah suatu ajaran yang

bernilai luhur menurut aturan pendidikan yang merupakan jembatan ke arah tercapainya

tujuan pendidikan. Nilai pendidikan merupakan nilai-nilai yang dapat mempersiapkan peserta

didik dalam perannya di masa mendatang melalui bimbingan, pengajaran dan Latihan.

Nilai pendidikan dalam sebuah novel berarti suatu ajaran bernilai luhur yang mendukung

tujuan pendidikan dapat digambarkan dalam unsur-unsur sebuah cerita fiktif naratif. Banyak

sekali nilai pendidikan yang terkandung dalam subuah novel 5 cm: Aku, Kamu, Samudera dan

Bintang-Bintang. Akan tetapi banyak nilai pendidikan dalam suatu novel tidak semua orang

dapat memetiknya dengan sadar. Hal ini dikarenakan luasnya jangkauan sastra dan luasnya

kajian dunia pendidikan itu sendiri. Di dalam novel 5 cm: Aku, Kamu, Samudera dan

Bintang-Bintang ini, terdapat banyak macam nilai pendidikan yang baik dan dirasa peneliti

sangat penting untuk dikaji. Nilai-nilai yang baik adalah syarat yang harus diketahui secara

sadar untuk dapat mendapatkan pendidikan yang baik. Berikut dibawah akan dibahas berbagai

macam nilai pendidikan yang dirasa baik dalam novel 5 cm: Aku, Kamu, Samudera dan

Bintang-Bintang.

5. Pengertian Karakter

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina

kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam


perkembangannya, istilah pendidikan atau pedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan

diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar

menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti

mental.

Setiap individu kamu harus memiliki karakter mulia, yang berarti memiliki pengetahuan

tentang potensi dirinya, dengan nilai-nilai seperti percaya diri, kritis, kreatif dan inovatif,

mandiri, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat

dipercaya, jujur, adil, rendah hati, pemaaf, malu berbuat salah, setia, tekun, gigih, disiplin,

berpikir positif, bersahaja, menghargai waktu, pengendalian diri, ramah, cinta keindahan,

tabah, terbuka dan tertib.

Dalam pemikiran Islam, karakter berkaitan dengan iman dan ikhsan. Hal ini sejalan

dengan ungkapan Aristoteles, bahwa karakter erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan

yang terus menerus dipraktikkan dan diamalkan. Scerenko mendefinisikan karakter sebagai

atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kopleksitas

mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa.

Koesoema A menyatakan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian

dianggap sebagai “ciri atau atau karakteristik atau gaya atau sifat khususdari diri seseorang

yang bersumber dari bentukan- bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga

pada masa kecil dan juga bawaan seseorang dari sejak lahir.”

Wynne mengemukakan bahwa karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “to

mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam

tindakan nyata atau prilaku sehari- hari. Oleh sebab itu, seseorang yang berprilaku tidak jujur,
curang kejam dan rakus dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter jelek, sedangkan

yang berprilaku baik, jujur dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang meiliki karakter

baik/ mulia.

Menurut Gordon W. Aliport, karakter erupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem

psiko-fisik individu yang enentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas.

Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia. Karakter bukan sekedar kepribaian

(personality) karena sesungguhnya karakter adalah kepribadian yang ternilai (personality

evaluated).

Dari definisi-definisi di atas, karakter merupakan cara berpikir dan berprilaku seseorang

yang menjadi ciri khas dari tiap individu dan menjadi kebiasaan yang akan terus dipraktikkan

dan diamalkan dengan dua pemahaman dasar tentang pendidikan dan karakter, jadi dibuatlah

sintesis tentang konsep pendidikan karakter. Karakter lebih besifat subjektif, sebab berkaitan

dengan struktur antropologis manusia dan tindakannya dalam memaknai kebebasannya.

Sementara pendidikan senantiasa berkaitan dengan dimensi sosialitas manusia, yang mana

selalu mebutuhkan kehadiran orang lain dalam menopang hidupnya. Oleh karena itu,

pendidikan karakter merupakan keseluruhan dinamika relasional antar pribadi dengan

berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, agar pribadi tersebut

semakin dapat menghayati kebebasannya dan ia dapat semakin bertanggung jawab atas

pertumbuhan dirinya.

Menurut Megawangi, pendidikan karakter adalah usaha sadar untuk mendidik anak-anak

agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan

sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif kepada lingkungannya.


Pendidikan karakter ialah upaya sadar untuk mebentuk kepribadian seseorang agar

menjadi manusia yang baik dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan dan mampu

melaksanan tugas-tugas hidupnya secara selaras.

6. Macam-Macam Nilai Pendidikan Karakter

Ada 18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional,

adalah :

1. Religius. Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang

dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan

pemeluk agama lain.

2. Jujur. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu

dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,

sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan

dan peraturan.

5. Kerja Keras. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan, jadi dengan peirlaku tertib ini dapat membangun karakter siswa

dalam kehidupan nyata.

6. Kreatif. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari

sesuatu yang telah dimiliki.


7. Mandiri. 9 Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis. Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban

dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan di dengar.

10. Semangat Kebangsaan. Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air. Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

12. Menghargai Prestasi. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan

sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan

orang lain.

13. Bersahabat/Komunikatif. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati

keberhasilan orang lain.

14. Cinta Damai. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu

yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang

lain.

15. Gemar Membaca. Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang

memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk


memperbaiki.Hal inis angat penting mengingat bahwa siswa seringkali berinteraksi

dengan masyarakat sekitar.

17. Peduli Sosial. Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan

masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung Jawab. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,

lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Delapan belas

nilai-nilai karakter diatas dapat menjadi fokus bagi guru untuk menanamkan nilai-nilai

karakter pada setiap mata pelajaran yang ada di sekolah. Setiap nilai-nilai karakter yang

akan ditanamkan kepada siswa, ada indikasiindikasi yang harus diperhatikan, seperti

contoh sikap peduli social, indiaksinya siswa dengan kesadaran sendiri membantuk

temannya ketika mengalami permasalahan.

7. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

Adapun tujuan pendidikan karakter secara umum adalah untuk membangun dan

mengembangkan karakter peserta didik pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan agar

dapat menghayati dan mengamalkan nilai- nilai luhur menurut ajaran agama dan nilai-nilai

luhur dari setiap butir sila dari Pancasila.20 Secara khusus pendidikan karakter bertujuan

menembangkan potensi anak didik agar berhati baik, berpikiran baik, berkelakuan baik,

memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negara, mencintai sesama umat manusia.

Sedangkan fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan potensi dasar, agar “berhati baik, berpikiran baik dan berprilaku baik.

b. Perbaikan prilaku yang kurang baik dan penguatan prilaku yang sudah baik.

c. Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai