REVIEW BUKU
OLEH:
NUR FAISAL
1866040018
2019
BAB PENDAHULUAN
Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil /
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi belajar lebih luas dari pada
itu, yakni mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami) oleh
orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain. Kegiatan
belajar yang berupa perilaku kompleks tersebut menimbulkan berbagai teori
belajar. Seorang pelajar (siswa) harus menghayati apa yang dipelajarinya karena
erat hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar
( guru )
2
BAB II RINGKASAN
BAB 1
A. Definisi Belajar
"The capacity to learn is a gift, the ability to learn is skill, the willingness to
learn is a choice." (Brian Herbert) Thorndike (1931), menyatakan bahwa
salah satu aspek yang paling mengesankan dari diri manusia adalah
kemampuannya untuk belajar, karena dengan itu ia dapat mengubah dirinya
sendiri. Bagaimana tidak, manusia memang dibekali dengan akal budi, yang
menyebabkan ia seyogianya mampu secara sadar dan terencana
mengarahkan dirinya untuk mencapai tujuan tertentu. Seluruh proses
mencapai tujuan ini, dimulai perencanaan pelaksanaan, pengidentifikasian
dan penyelesaian factor penghambat, merupakan bagian dari belajar. Belajar
merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk
suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan
sesuatu.Arti belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang
dimana perubahaan tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku,
seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan, daya pikir, pemahaman,
sikap, dan berbagai kemampuan lainnya. Sejarah mencatat ada cukup
banyak aliran filsafat tertentu yang membahas hakikat belajar. Kadang
filsafat-filsafat ini bersisian, meskipun ada pula yang berseberangan. Setiap
filsafat memiliki cara pandang masing- masing dalam mendefinisikan apa itu
belajar. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Objektivisme
2. Realisme
3. Empirisme
3
pengalamannya. Pengetahuan dunia nyata dan pengetahuan yang ada
di pikiran bukanlah sesuatu yang saling lepas dan kemudian nanti dicari
hubungan atau korespondensinya, melainkan manusia menjadi tahu
sesuatu sebagai akibat hasil yang diperoleh dari pengalamannya.
4. Rasionalisme
5. Idealisme
6. Relativisme
7. Pragmatisme
Pragmatisme tidak banyak menyoroti apa itu pikiran, tapi lebih pada apa
yang dapat dilakukan oleh pikiran. Kebenaran bagi penganut
pragmatisme adalah apa yang baik untuk diyakini oleh manusia.
Pengetahuan sendiri merupakan akibat yang dihasilkan oleh interaksi
antara manusia dan apa yang baik untuknya. Dengan kata lain,
pengetahuan haruslah sesuatu yang berfungsi bagi kehidupan manusia
4
1. Bentuk belajar menurut De Block
BAB 2
EFA dari UNESCO ini memiliki enam tujuan pemerataan pendidikan yang
meliputi perhatian pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar yang
universal, keterampilan untuk remaja dan orang dewasa, literasi orang dewasa,
kesetaraan gender dalam pendidikan, dan peningkatan kualitas pendidikan.
Keenam tujuan ini ditargetkan tercapai pada tahun 2015 yang lalu. Dari hasil
refleksi yang dilakukan pada kenyataannya walaupun angka perhatian pada
poin-poin utama yang menjadi tujuan EFA ini sudah mengalami peningkatan
dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu, banyak tantangan yang masih belum
teratasi. Tantangan ini terutama terletak pada masih banyaknya angka putus
sekolah di usia muda sehingga menyebabkan kurangnya pengetahuan dan
keterampilan di masa dewasa (UNESCO, 2015). Empat pilar belajar menurut
UNESCO yaitu:
1. Learning to Know
Pilar yang pertama adalah learning to know, yang berarti belajar untuk
mengetahui, belajar untuk mencari tahu. Pilar ini berisi tingkatan yang paling
dasar dalam mencari ilmu pengetahuan, yakni untuk dapat mengetahui dan
kemudian memahami objek-objek riil maupun ide-ide abstrak yang ada di
sekitar mereka.
2. Learning to Do
Pilar kedua adalah learning to do, yang berarti belajar untuk melakukan
sesuatu. Artinya, seseorang belajar untuk dapat menggunakan pengetahuan
tersebut secara praktikal dalam kehidupannya sehari-hari. Walaupun secara
5
umum pengertian belajar ini berkaitan dengan tujuan di sekolah kejuruan di
mana mempersiapkan peserta didik untuk dapat mengaplikasikan
pengetahuan di dunia kerja, kita perlu melihatnya dengan sudut pandang
yang lebih luas.
Pilar ketiga adalah learning to live together, yang berarti belajar untuk dapat
hidup bersama dengan orang lain. Dalam kaitannya dengan kecakapan abad
ke-21, belajar satu ini berkaitan dengan keterampilan untuk dapat
berkomunikasi dan berkolaborasi dengan orang lain sehingga seseorang
dapat mencapai target pribadi maupun target bersama kelompok maupun
yang sifatnya universal bagi kesejahteraan umat manusia. Kita ketahui
bahwa dalam menjalani kehidupan di dunia, akan banyak konflik yang
disebabkan pergesekan kepribadian individu dan kepentingan yang ingin
dicapai. Oleh karenanya, belajar untuk hidup bersama ini penting sehingga
setiap individu dapat saling menghargai perbedaan
4. Learning to Be
Pilar keempat adalah learning to be, yang secara harfiah dapat diartikan
sebagai belajar untuk menjadi. Kata "menjadi" yang seolah- olah
menggantung di akhir kalimat ini seyogianya mengacu pada hakikat
pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia. Dalam hal ini, learning to
be berarti bagaimana melalui pendidikan, seorang-dapat belajar untuk
menjadi manusia-manusia yang memiliki harkat dan martabat sebagai
manusia, unik sesuai ciri khasnya masing-masing dan menyadari secara utuh
bahwa ia dapat mengembangkan seluruh kemampuannya dengan bertolak
dari akal dan budi yang dibekali oleh Sang Pencipta.
BAB 3
hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat
adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai
aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian
terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam
6
berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan
tingkah laku secara kuantitatif.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi murid
dan dari sisi guru. Dari sisi murid, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat
perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesikannya bahan pelajaran.
Di samping itu, hasil belajar yang dicapai murid dapat dijadikan indikator
untuk mengetahui tingkat kemampuan, kesanggupan, penguasaan tentang
materi belajar. Menurut Sudjana, N. (1995: 157-158) bahwa manfaat terhadap
kajian hasil belajar, diantaranya:
7
manipulasi tersebut dikendalikan oleh kematangan psikologis.Jadi
kemampuan tersebut adalah kemampuan yang dapat dipelajari
1. Faktor internal
2. Faktor eksternal
8
pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara
konsekuen dan konsisten.
BAB 4
TEORI-TEORI BELAJAR
1. Teori belajar ilmu daya Pengaruh teori belajar ilmu jiwa daya terhadap proses
belajar adalah ilmu pengetahuan yang didapat hanyalah bersifat hafalan-
hafalan. Penguasaan materi yang bersifat hafalan biasanya jauh dari
pengertian dan pemahaman. Walaupun demikian, teori belajar ini dapat
digunakan untuk menghafal rumus, dalil, tahun, peristiwa sejarah, kata-kata
asing, dan sebagainya, sehingga untuk karakteristik materi tertentu yang
menuntut hafalan membutuhkan teori belajar menurut ilmu jiwa daya ini.
Istilah "cognitive" berasal dari kata cognition yang artinya adalah pengertian
atau mengerti. Secara umum cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan,
dan penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, kemudian
istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi
manusia, suatu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan
yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah
pemahaman, memerhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, membayangkan,
9
memperkirakan, berpikir, dan keyakinan. Menurut para ahli aliran kognitif,
tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi.
Selanjutnya, teori belajar yang relatif baru dengan teori belajar sebelumnya
adalah teori belajar sosial. Teori belajar sosial atau disebut juga teori
observational learning dikemukakan oleh Bandura, yang memandang bahwa
perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar
menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial
dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku
(modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui
pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berpikir dan
memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
BAB 5
HAKIKAT PEMBELAJARAN
1. Pengertian Pembelajaran
10
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan
mengajar. Belajar, mengajar, dan pembelajaran terjadi bersama- sama.
Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan
pembelajaran formal lainnya. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang
guru lakukan di dalam kelas. Lebih lanjut, belajar adalah suatu proses yang
kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup,
sejak masih bayi sampai akhir hayat. Belajar dapat terjadi di rumah, sekolah,
tempat kerja, tempat ibadah, dan masyarakat, serta berlangsung dengan
cara apa saja, dari apa, bagaimana, dan siapa saja.Salah satu tanda
seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotor), dan perubahan sikap atau tingkah laku (afektif).
Berkaitan dengan hal itu, tentunya diperlukan suatu cara untuk menjadikan
orang belajar, yang dalam hal ini diistilahkan dengan "pembelajaran", yang
memiliki unsur-unsur seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial, penyajian
oleh guru, konten atau materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan
produk-produk pembelajaran.
2. Unsur-unsur Pembelajaran
a. lingkungan fisik,
b. lingkungan sosial,
11
e. proses pembelajaran, dan
f. produk-produk pembelajaran.
3. Ciri-Ciri Pembelajaran
4. Prinsip-prinsip pembelajaran
12
dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau
mempraktikkan apa yang telah dipelajari.
BAB 6
MODEL PEMBELAJARAN
1. sintaks,
2. sistem sosial,
13
3. prinsip reaksi,
pembelajaran, di antaranya:
3. jumlah waktu yang digunakan oleh peserta didik untuk melakukan tugas-
tugas belajar yang bersifat akademis;
Yang termasuk ke dalam kelompok strategi yang diarahkan guru antara lain
ceramah, tanya jawab, drill, dan latihan. Kelompok strategi yang terpusat pada
siswa antara lain belajar kelompok, penemuan terbimbing atau "Guided
Discoveries". Sedangkan (Borich & Tombari, 1997) mengelompokkan strategi
belajar mengajar menjadi dua kelompok, yaitu pertama, "Direct Instruction
Strategies". Dasar pengelompokan ini ialah jenis hasil belajar yang ingin dicapai.
Dalam kerangka itu, hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok
besar, yakni
Hasil belajar jenis pertama tercermin dari perilaku kognitif, afektit, dan
psikomotorik taraf rendah. Sedangkan hasil belajar kedua tercermin dalam
perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik taraf yang lebih tinggi Kedua, "Direct
Instruction Model" menurut (Borich & Tombari, 1997/ sangat cocok untuk
mengajarkan atau mencapai hasil belajar kategori pertama. Sedangkan untuk
mencapai hasil belajar jenis kedua diperlukan "Indirect Teaching Strategies".
Proses belajar mengajar dengan menggunakan direct teaching strategies
didominasi oleh proses penyajian isi pelajaran. Agar penyajian ini dapat
mendorong pemahaman yang lebih tinggi perlu memerhatikan variasi hubungan
antarmateri yang disajikan. Untuk ini tersedia beberapa pola hubungan
antarmateri, yakni "Partwhole Relationship" atau hubungan antara bagian
dengan keseluruhan, "sequential relationship" atau hubungan yang berurutan,
14
"combinationatorial relationship" atau hubungan kombinasi, dan "comparative
relationship" atau hubungan perbandingan. Dikaitkan dengan model belajar
mengajar konseptual yang tersedia, kita dapat mengkaji model-model mana yang
telah menitikberatkan pada strategi langsung dan yang tidak langsung, sekurang-
kurangnya dari sintaks untuk masing-masing model tersebut.
BAB 7
b. Berpikir logis adalah cara yang paling utama dalam menemukan sesuatu.
15
ekspositorik membawa siswa dapat belajar bermakna, sehingga dapat
merupakan pendekatan yang efektif dan efisien pada situasi tertentu. Lebih
lanjut, Syamsudin Makmun (2003) mengemukakan bahwa pada pendekatan
ekspositorik guru menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang telah dipersiapkann
secara rapi, sistematika, dan lengkap, sehingga siswa tinggal menyimak dan
mencernanya secara teratur dan tertib di kelas.
4. Evaluasi (recitation), yaitu guru bertanya dan siswa menjawab sesuai dengan
bahan yang dipelajari, atau siswa yang disuruh menyatakan kembali dengan
kata-kata sendiri pokok-pokok yang telah dipelajari secara lisan atau tulisan.
b. guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik serta dapat dengan mudah
menyatu dengan kelas; pendekatan ekspositori sangat efektif, bila materi
pelajaran cukup luas sementara waktu terbatas;
16
d. pendekatan ini hanya dapat dilakuan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik;
7. Guru.
BAB 8
1. dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu:
17
8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hard skills) dan
keterampilan mental (soft skills);
12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa
saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
14. pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta
didik.
1. Silabus
f. materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi;
18
g. pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan didik
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
j. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
a. RPP disusun oleh guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan
berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke
dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan
dalam pembelajaran. Jadi dalam hal ini guru harus mampu
menterjemahkan ide-ide yang dimuat dalam Kurikulum 2013.
Penterjemahan ide-ide didasarkan pada silabus yang telah disiapkan
oleh pemerintah pusat dalam hal ini departemen pendidikan dan
kebudayaan. Kemampuan menterjemahkan ide akan terlihat saat guru
mengembangkan RPP dan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam
silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal
peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial,
emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
19
d. Di dalam RPP terdapat cara-cara dan langkah-langkah yang dapat
dilakukan oleh guru untuk memberikan umpan balik (feedback) dan
tindak lanjut (follow up). RPP memuat rancangan program pemberian
umpan balik positif (positive feedback), penguatan (reinforcement),
pengayaan (enrichment), dan remedi. Pemberian pembelajaran remedi
harus dilakukan guru setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian
dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat
teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan
kelemahan peserta didik.
20
BAB III KOMENTAR
A. BAB 1
Komentar : menurut saya pada pembahasan di bab satu mudah saya
pahami dengan cepat,karna tidak begitu berbelit2 pembahasannya
B. BAB 2
Komentar : pada pembahasan materi di bab dua membuat saya tertarik
dan merasa bahwa materi ini telah saya pelajari sebelumnya mudah di
cerna dan dipahami dengan baik.
C. BAB 3
D. BAB 4
E. BAB 5
F. BAB 6
G. BAB 7
H. BAB 8
21
BAB IV KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
Parwati, Ni Nyoman., Dkk. 2018. Belajar Dan Pembelajaran. Depok: Pt. Raja
Grafindo Persada. Bab : 8 , Halalaman : 289.
23