Anda di halaman 1dari 23

TUGAS AKHIR

REVIEW BUKU

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

OLEH:

NUR FAISAL

1866040018

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2019
BAB PENDAHULUAN

Dunia berkembang begitu pesatnya. Segala sesuatu yang semula tidak


bisa dikerjakan, kini dengan mudah dapat dilakukan oleh semua orang. Semua
itu tidak lain karena adanya pendidikan yang pada saat ini telah berkembang
dengan pesat. Di dalam proses pendidikan terdapat dua istilah yang sangat erat
dan tidak dapat dipisahkan, yaitu Belajar dan Pembelajaran. Pada hakikatnya
belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menciptakan suasana dan memberikan pelayanan agar siswa dapat belajar
dengan baik. Oleh karena itu seorang pendidik harus paham bagaimana agar
siswa dapat memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya secara optimal.
Untuk itu perlu dibahas bagaimana belajar dan pembelajaran yang baik dan
efektif.

Pembelajaran sesungguhnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk


menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Jika guru
dapat memahami proses bagaimana memperoleh pengetahuan maka guru akan
dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Belajar lebih
menekankan pada siswa dan proses yang menyertai dalam rangka perubahan
tingkah lakunya. Sedangkan pembelajaran lebih menekankan pada guru dalam
rangka untuk membuat siswa dapat belajar.

Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil /
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi belajar lebih luas dari pada
itu, yakni mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami) oleh
orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain. Kegiatan
belajar yang berupa perilaku kompleks tersebut menimbulkan berbagai teori
belajar. Seorang pelajar (siswa) harus menghayati apa yang dipelajarinya karena
erat hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar
( guru )

Pendidikan itu adalah suatu kebutuhan yang akan menjamin


kelangsungan hidup bagi setiap manusia. Hal ini telah terbukti dengan adanya
proses dari pendidikan itu sendiri dimana pada masa sekarang ini, seseorang
yang berpendidikan akan memegang peranan penting dalam setiap aspek
kehidupan dalam masyarakat. Untuk mendukung hal tersebut tentunya
diperlukan metode-metode ataupun cara-cara yang akan membuat peserta didik
mampu menyerap dan memahami materi apa yang akan kita sampaikan yang
nantinya kapasitas kita tentu saja akan menjadi seorang pendidik. Selain dengan
metode atau cara-cara yang efektif kita juga harus mampu memahami peserta
didik secara personal maupun secara kelompok.

2
BAB II RINGKASAN

BAB 1

PENGERTIAN,HAKIKAT,DAN CIRI-CIRI BELAJAR

A. Definisi Belajar

"The capacity to learn is a gift, the ability to learn is skill, the willingness to
learn is a choice." (Brian Herbert) Thorndike (1931), menyatakan bahwa
salah satu aspek yang paling mengesankan dari diri manusia adalah
kemampuannya untuk belajar, karena dengan itu ia dapat mengubah dirinya
sendiri. Bagaimana tidak, manusia memang dibekali dengan akal budi, yang
menyebabkan ia seyogianya mampu secara sadar dan terencana
mengarahkan dirinya untuk mencapai tujuan tertentu. Seluruh proses
mencapai tujuan ini, dimulai perencanaan pelaksanaan, pengidentifikasian
dan penyelesaian factor penghambat, merupakan bagian dari belajar. Belajar
merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk
suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan
sesuatu.Arti belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang
dimana perubahaan tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku,
seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan, daya pikir, pemahaman,
sikap, dan berbagai kemampuan lainnya. Sejarah mencatat ada cukup
banyak aliran filsafat tertentu yang membahas hakikat belajar. Kadang
filsafat-filsafat ini bersisian, meskipun ada pula yang berseberangan. Setiap
filsafat memiliki cara pandang masing- masing dalam mendefinisikan apa itu
belajar. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Objektivisme

Menurut filsafat objektivisme, dunia ini penuh dengan objek-objek


(entitas) yang memiliki karakteristik, sifat, dan hubungan satu dengan
yang lain. Oleh karena itu, pikiran manusia merupakan cerminan dari
alam dan harus memiliki korespondensi dengan dunia luar. Dengan kata
lain, "mengetahui" adalah bagaimana seseorang mampu membuat
representasi dari objek yang ada di dunia nyata melalui objek yang ada
pikirannya.

2. Realisme

Sama halnya dengan objektivisme, realisme juga melihat keterkaitan


antara dunia nyata dengan pikiran manusia. Hanya saja, realism tidak
sampai pada menunjukkan objeknya secara langsung di dunia nyata,
asumsi bahwa objek tersebut eksis saja sudah cukup mewakili
keberadaan objek itu sendiri.

3. Empirisme

Empirisme mensyaratkan adanya konsistensi antara pengetahuan dan


pengalaman. Hal ini berarti, apa yang dipelajari manusia bersumber dari

3
pengalamannya. Pengetahuan dunia nyata dan pengetahuan yang ada
di pikiran bukanlah sesuatu yang saling lepas dan kemudian nanti dicari
hubungan atau korespondensinya, melainkan manusia menjadi tahu
sesuatu sebagai akibat hasil yang diperoleh dari pengalamannya.

4. Rasionalisme

Rasionalisme berpandangan bahwa sumber pengetahuan adalah


alasan-alasan rasional. Adapun Schunk (2012) menambahkan bahwa
pengetahuan yang diperoleh dari alasan yang rasional tadi tidak perlu
memiliki fakta berupa objek di dunia nyata. Pandangan ini berawal dari
Plato yang memisahkan antara pengetahuan yang diperoleh dari sense
atau indra manusia dengan yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan
yang ada pada diri manusia dan djelaskan dengan menggunakan akal.

5. Idealisme

Pandangan idealisme bersisian dengan rasionalisme karena sama-


sama mengandalkan pengetahuan yang berasal dari akal tanpa harus
melihat/merasakan/menemukan objeknya di dunia nyata. Hanya saja,
idealisme lebih lanjut menyatakan bahwa pemisahan antara dunia nyata
dan dengan dunia pikiran adalah sesuatu yang tidak benar. Hal ini
disebabkan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman pada
dasarnya merupakan hasil bentukan atau representasi mental dari buah
pemikiran manusia.

6. Relativisme

Menurut relativisme tidak ada kebenaran yang sifatnya absolut,karena


semua hal yang dianggap benar oleh seseorang adalah sebagai hasil
konstruksinya sendiri yang berdasarkan pada pengalaman-
pengalamannya. Oleh karena itu, pengetahuan bersifat relatif tergantung
dari siapa yang bicara dan apa konteks yang dibicarakan.

7. Pragmatisme

Pragmatisme tidak banyak menyoroti apa itu pikiran, tapi lebih pada apa
yang dapat dilakukan oleh pikiran. Kebenaran bagi penganut
pragmatisme adalah apa yang baik untuk diyakini oleh manusia.
Pengetahuan sendiri merupakan akibat yang dihasilkan oleh interaksi
antara manusia dan apa yang baik untuknya. Dengan kata lain,
pengetahuan haruslah sesuatu yang berfungsi bagi kehidupan manusia

B. Ciri-ciri belajar menurut,Aunurrahman (2012),mencakup hal-hal berikut.

a) Belajar terjadi karena disadari atau disengaja.

b) Belajar terjadi karena interaksi antara individu dan lingkungannya.

c) Belajar ditandai dengan adanya perubahan, yang ditandai dengan


adanya perubahan dari segi tingkah laku, afektif, kognitif, verbal, dan
moral.

4
1. Bentuk belajar menurut De Block

a. Belajar Dinamik, merupakan suatu kegiatan belajar yang


menitikberatkan pada berkehendak pada sesuatu yang wajar. Oleh
sebab itu, belajar akan selalu dinamis sesuai dengan kebutuhan
dalam hidup yang bersangkutan.

b. Belajar Afektif, merupakan suatu bentuk penghayatan terhadap nilai-


nilai perasaan dan pengungkapan ekspresi kepada manusia maupun
objek lainnya.

c. Belajar Kognitif, fungsi belajar sesuai dengan kognitif bermakna


memeroleh pengetahuan terkait dengan objek yang berbentuk
tanggapan, gagasan maupun lambang-lambang, dan lain
sebagainya. Ada dua aktivitas yang berkaitan dengan belajar kognitif,
yakni mengingat dan berpikir.

d. Belajar Sensori Motorik, merupakan bentuk belajar yang berkaitan


dengan objek-objek fisik,anggota tubuh manusia,objek-objek yang
didapat diamati oleh pancaindra dan kemampuan yang melibatkan
gerakan.

BAB 2

PILAR-PILAR BELAJAR MENURUT UNESCO

EFA dari UNESCO ini memiliki enam tujuan pemerataan pendidikan yang
meliputi perhatian pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar yang
universal, keterampilan untuk remaja dan orang dewasa, literasi orang dewasa,
kesetaraan gender dalam pendidikan, dan peningkatan kualitas pendidikan.
Keenam tujuan ini ditargetkan tercapai pada tahun 2015 yang lalu. Dari hasil
refleksi yang dilakukan pada kenyataannya walaupun angka perhatian pada
poin-poin utama yang menjadi tujuan EFA ini sudah mengalami peningkatan
dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu, banyak tantangan yang masih belum
teratasi. Tantangan ini terutama terletak pada masih banyaknya angka putus
sekolah di usia muda sehingga menyebabkan kurangnya pengetahuan dan
keterampilan di masa dewasa (UNESCO, 2015). Empat pilar belajar menurut
UNESCO yaitu:

1. Learning to Know

Pilar yang pertama adalah learning to know, yang berarti belajar untuk
mengetahui, belajar untuk mencari tahu. Pilar ini berisi tingkatan yang paling
dasar dalam mencari ilmu pengetahuan, yakni untuk dapat mengetahui dan
kemudian memahami objek-objek riil maupun ide-ide abstrak yang ada di
sekitar mereka.

2. Learning to Do

Pilar kedua adalah learning to do, yang berarti belajar untuk melakukan
sesuatu. Artinya, seseorang belajar untuk dapat menggunakan pengetahuan
tersebut secara praktikal dalam kehidupannya sehari-hari. Walaupun secara

5
umum pengertian belajar ini berkaitan dengan tujuan di sekolah kejuruan di
mana mempersiapkan peserta didik untuk dapat mengaplikasikan
pengetahuan di dunia kerja, kita perlu melihatnya dengan sudut pandang
yang lebih luas.

3. Learning to Live Togelther

Pilar ketiga adalah learning to live together, yang berarti belajar untuk dapat
hidup bersama dengan orang lain. Dalam kaitannya dengan kecakapan abad
ke-21, belajar satu ini berkaitan dengan keterampilan untuk dapat
berkomunikasi dan berkolaborasi dengan orang lain sehingga seseorang
dapat mencapai target pribadi maupun target bersama kelompok maupun
yang sifatnya universal bagi kesejahteraan umat manusia. Kita ketahui
bahwa dalam menjalani kehidupan di dunia, akan banyak konflik yang
disebabkan pergesekan kepribadian individu dan kepentingan yang ingin
dicapai. Oleh karenanya, belajar untuk hidup bersama ini penting sehingga
setiap individu dapat saling menghargai perbedaan

4. Learning to Be

Pilar keempat adalah learning to be, yang secara harfiah dapat diartikan
sebagai belajar untuk menjadi. Kata "menjadi" yang seolah- olah
menggantung di akhir kalimat ini seyogianya mengacu pada hakikat
pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia. Dalam hal ini, learning to
be berarti bagaimana melalui pendidikan, seorang-dapat belajar untuk
menjadi manusia-manusia yang memiliki harkat dan martabat sebagai
manusia, unik sesuai ciri khasnya masing-masing dan menyadari secara utuh
bahwa ia dapat mengembangkan seluruh kemampuannya dengan bertolak
dari akal dan budi yang dibekali oleh Sang Pencipta.

Kesadaran untuk belajar dalam kaitannya mengetahui sesuatu (learning to


know) memang berada di dasar pengalaman belajar. Seseorang disebut belajar
jika ia berhasil mengetahui apa yang ia ingin ketahui. Kemudian selain tahu,
manusia juga sebaiknya mampu mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan
sehari-hari. Berikutnya adalah learning to be, yakni menjadikan diri sebagai
manusia Indonesia yang berkualitas dan unggul, dan tentunya tidak hanya
unggul secara individu, melainkan juga sebagai makhluk sosial. Untuk itulah
kenapa prinsip belajar yang terakhir muncul, yakni belajar untuk hidup
berdampingan/berkolaborasi dan lain sebagainya dengan orang lain (learning to
live together)

BAB 3

HAKIKAT HASIL BELAJAR

hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat
adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai
aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian
terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam

6
berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan
tingkah laku secara kuantitatif.

Adapun menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 250-251) bahwa:

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi murid
dan dari sisi guru. Dari sisi murid, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat
perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesikannya bahan pelajaran.

Pengukuran hasil belajar yang dilaksanakan saat berlangsungnya proses


belajar mengajar, khususnya pada akhir pengajaran biasanya disebut tes
formatif. Dari penelaahan terhadap evaluasi hasil belajar murid, guru dapat
melihat kembali satuan pelajaran dan menelusuri tindakan yang dilakukannya
pada waktu mengajar. Kesadaran guru mengenai fungsi hasil belajar inilah yang
menjadi salah satu instrumen dalam untuk meningkatkan kualitas hasil
pendidikan. Secara lebih luas, hasil belajar tersebut dapat digunakan oleh para
pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai dimana keefektifan
pengalaman mengajar, kegiatan dan metode-metode mengajar yang digunakan
guru.

Di samping itu, hasil belajar yang dicapai murid dapat dijadikan indikator
untuk mengetahui tingkat kemampuan, kesanggupan, penguasaan tentang
materi belajar. Menurut Sudjana, N. (1995: 157-158) bahwa manfaat terhadap
kajian hasil belajar, diantaranya:

1. Memperbaiki program pengajaran pada masa berikutnya.

2. Meninjau kembali dan memperbaiki tindakan mengajarnya dalam memilih


dan menggunakan metode mengajar, mengembangkan kegiatan belajar
murid, bimbingan belajar, tugas dan latihan.

3. Mengulang kembali bahan pengajaran yang belum dikuasai para murid.

4. Melakukan diagnosis kesulitan belajar murid sehingga ditemukan faktor


penyebabnya.

Jenis-Jenis Hasil Belajar

1. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir seseorang. Dalam


taksonomi Bloom yang dikembangkan pada tahun 1956, dikenal ada enam
jenjang ranah kognitif. Jenjang ini bersifat hierarkis, artinya jenjang satu lebih
tinggi dari yang lain, di mana jenjang yang lebih tinggi akan dapat dicapai
apabila yang rendah sudah dapat dikuasai (bersifat hierarkis).

2. Ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap,


emosi,penghargaan, proses, internalisasi dan pembentukan karakteristik diri.

3. Ranah psikomotor berhubungan dengan kemampuan gerak atau manipulasi


yang bukan disebabkan oleh kematangan biologis, kemampuang gerak atau

7
manipulasi tersebut dikendalikan oleh kematangan psikologis.Jadi
kemampuan tersebut adalah kemampuan yang dapat dipelajari

Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas dua


kategori, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Kedua faktor tersebut saling
mempengaruhi dalam proses belajar individu, sehingga menentukan kualitas
hasil belajar. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar beserta
dengan kaitannya dengan hasil belajar itu sendiri antara lain :

1. Faktor internal

Faktor internal dapat diklasifikasikan dalam dua kategori besar, yaitu:

a. Faktor biologis (jasmaniah). Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan,


Pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam
kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus
meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi
kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum
yang teratur, olahraga serta cukup tidur.

b. Faktor psikologis; Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan


belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental
seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar
adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini
meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat
kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat
dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga,
bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang
dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi
rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori besar, yaitu:

a. Faktor lingkungan keluarga; Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini


merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup
tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses
belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi
keberhasilan belajarnya.

b. Faktor lingkungan sekolah; Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk


menentukan keberhasilan belajar murid. Hal yang paling mempengaruhi
keberhasilan belajar para murid disekolah mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan murid, relasi murid dengan murid,

8
pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara
konsekuen dan konsisten.

c. Faktor lingkungan masyarakat; Seorang murid hendaknya dapat memilih


lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar.
Masyarakt merupkan faktor ekstern yang juga berpengruh terhadap
belajar murid karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang
dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-
lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan
tes, pengajian remaja dan lain-lain.

Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat


meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah murid dari
penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.

BAB 4

TEORI-TEORI BELAJAR

1. Teori belajar ilmu daya Pengaruh teori belajar ilmu jiwa daya terhadap proses
belajar adalah ilmu pengetahuan yang didapat hanyalah bersifat hafalan-
hafalan. Penguasaan materi yang bersifat hafalan biasanya jauh dari
pengertian dan pemahaman. Walaupun demikian, teori belajar ini dapat
digunakan untuk menghafal rumus, dalil, tahun, peristiwa sejarah, kata-kata
asing, dan sebagainya, sehingga untuk karakteristik materi tertentu yang
menuntut hafalan membutuhkan teori belajar menurut ilmu jiwa daya ini.

2. Teori Belajar Behaviorisme (dari Pavlov, Thorndike, dan Skinner)

Belajar menurut reori behaviorisme adalah perubahan dalam tingkah laku


sebagai akibar dari interaksi antara stimulus dan respons. Dengan kata lain,
belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya
untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respons. Teori belajar menurut pandangan behaviorisme ini
lebih menekankan hasil belajar daripada proses belajar. Perkembangan teori
belajar behaviorisme (tingkah laku) dimulai dari adanya keinginan para ahli
bidang ini untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana orang dan
binatang bisa belajar. Dua penelitian penting yang dilakukan oleh Ivan Pavlov
dan Edward Thorndike. Kemudian diikuti oleh B. F. Skinner yang meneliti
tentang hubungan tingkah laku dengan konsekuensinya.

3. Teori Belajar Kognitif

Istilah "cognitive" berasal dari kata cognition yang artinya adalah pengertian
atau mengerti. Secara umum cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan,
dan penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, kemudian
istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi
manusia, suatu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan
yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah
pemahaman, memerhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, membayangkan,

9
memperkirakan, berpikir, dan keyakinan. Menurut para ahli aliran kognitif,
tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi.

4. Teori belajar kontruktivisme (dari lev s.Vygotsky)

Belajar menurut konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan dan


mengaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pengertian
yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dani apa yang dipelajari.
Beda dengan aliran behaviorisme yang memahami hakikat belajar sebagai
kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respons, konstruktivisme
lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya
sesuai dengan pengalamannya. Konstruktivisme sebenarnya bukan
merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita
selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi
pengalaman yang menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan
lebih dinamis.

5. Teori belajar Pemrosesan Informasi menurut Gagne

Teori ini memandang bahwa belajar adalah proses memeroleh informasi,


mengolah informasi, menyimpan informasi, serta mengingat kembali
informasi yang dikontrol oleh otak. Dalam pemrosesan informasi terdapat tiga
macam ingatan, yairu (1) sensory memory atau Memori Indrawi (MI); (2)
short-term/working memory atau Memori Jangka Pendek (MJPd), dan (3)
long-term memory atau Memori Jangka Panjang (MJP)).

6. Teori belajar sosial

Selanjutnya, teori belajar yang relatif baru dengan teori belajar sebelumnya
adalah teori belajar sosial. Teori belajar sosial atau disebut juga teori
observational learning dikemukakan oleh Bandura, yang memandang bahwa
perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar
menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial
dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku
(modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui
pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berpikir dan
memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

BAB 5

HAKIKAT PEMBELAJARAN

1. Pengertian Pembelajaran

10
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan
mengajar. Belajar, mengajar, dan pembelajaran terjadi bersama- sama.
Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan
pembelajaran formal lainnya. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang
guru lakukan di dalam kelas. Lebih lanjut, belajar adalah suatu proses yang
kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup,
sejak masih bayi sampai akhir hayat. Belajar dapat terjadi di rumah, sekolah,
tempat kerja, tempat ibadah, dan masyarakat, serta berlangsung dengan
cara apa saja, dari apa, bagaimana, dan siapa saja.Salah satu tanda
seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotor), dan perubahan sikap atau tingkah laku (afektif).
Berkaitan dengan hal itu, tentunya diperlukan suatu cara untuk menjadikan
orang belajar, yang dalam hal ini diistilahkan dengan "pembelajaran", yang
memiliki unsur-unsur seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial, penyajian
oleh guru, konten atau materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan
produk-produk pembelajaran.

perbedaan antara pembelajaran, pengajaran, pemelajar, dan pembelajar


adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran, adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk


mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-
kejadian ekstrem yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian
intern yang berlangsung dialami siswa.

2. Pengajaran, adalah suatu proses, perbuatan, cara mengajar atau


mengajarkan perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar,
peringatan (tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya).
Selain itu, pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam
menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan
sebagai interaksi belajar dan mengajar.

3. Pemelajar, adalah orang yang melakukan pengajaran..

4. Pembelajar, adalah orang yang melakukan pembelajaran..

2. Unsur-unsur Pembelajaran

Pembelajaran sebagai suatu proses interaksi peserta didik dengan


pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, tentunya
memiliki unsur-unsur di dalamnya. Adapun unsur-unsur pembelajaran nya
adalah

a. lingkungan fisik,

b. lingkungan sosial,

c. penyajian oleh guru,

d. konten atau materi pembelajaran,

11
e. proses pembelajaran, dan

f. produk-produk pembelajaran.

3. Ciri-Ciri Pembelajaran

Ciri-ciri dari kegiatan pembelajaran adalah

a. merupakan upaya sadar dan disengaja;

b. pembelajaran harus membuat siswa belajar;

c. tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan;

d. pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya.

4. Prinsip-prinsip pembelajaran

Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan


sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, yaitu sebagai berikut

a. Menarik perhatian (gaining attention), hal yang menimbulkan minat siswa


dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau
kompleks.

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives),


memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai
mengikuti pelajaran.

c. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or


prior learning), merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah
dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.

d. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus),


menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.

e. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance), memberikan


pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa
agar memiliki pemahaman yang lebih baik.

f. Memeroleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance), siswa


diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau
penguasaannya terhadap materi.

g. Memberikan balikan (providing feedback), memberitahu seberapa jauh


ketepatan performance siswa.

h. Menilai hasil belajar (assessing performance), memberitahukan tes/


tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan
pembelajaran.

i. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and


transfer), merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer

12
dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau
mempraktikkan apa yang telah dipelajari.

BAB 6

MODEL PEMBELAJARAN

model pembelajaran merupakan suatu kerangka atau rancangan yang


menggambarkan proses pembelajaran yang terjadi di dalam suatu kelas, untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang memiliki fungsi sebagai pedoman
bagi pendidik dalam menjalankan proses belajar mengajar. Istilah strategi,
metode, dan teknik pembelajaran sering digunakan secara bergantian walaupun
pada dasarnya istilah-istilah tersebut memiliki perbedaan satu dengan yang lain.
Teknik pembelajaran sering kali disamakan dengan metode pembelajaran.
Teknik pembelajaran merupakan cara yang dilakukan seorang guru dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik dalam proses pembelajaran
ke arah tujuan yang ingin dicapai. Metode pembelajaran, didefinisikan sebagai
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode
pembelajaran lebih bersifat procedural, yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan
strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode dan teknik
yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung.Strategi pembelajaran
mengandung arti yang lebih luas dari metode dan teknik pembelajaran. Dengan
kata lain, metode dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi
pembelajaran. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh, maka
terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Dari hasil kajian terhadap berbagai model belajar-mengajar yang


dikembangkan dan dites oleh para pakar kependidikan di bidang itu, Joyce &
Weil (2003) mengelompokkan model-model tersebut ke dalam empat kategori,
yakni:

1. Kelompok Model Pengolahan Informasi atau "The Information Processing


Family"

2. Kelompok Model Personal atau "The Personal Family",

3. Kelompok Model Sosial atau "The Social Family",

4. Kelompok Model Sistem Perilaku atau "The Behavioral Systems Family".

dikemukakan oleh Joyce & Weil (2003), setiap model pembelajaran


memiliki unsur-unsur, yaitu:

1. sintaks,

2. sistem sosial,

13
3. prinsip reaksi,

4. sistem pendukung, dan

5. dampak Instruksional dan pengiring

Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang menentukan efektivitas

pembelajaran, di antaranya:

1. ekspektasi guru tentang kemampuan peserta didik yang akan dikembagkan;

2. keterampilan pengelolaan kelas;

3. jumlah waktu yang digunakan oleh peserta didik untuk melakukan tugas-
tugas belajar yang bersifat akademis;

4. kemampuan guru dalam mengambil keputusan pembelajaran; dan

5. variasi metode mengajar yang dipakai oleh guru.

Secara umum, strategi belajar-mengajar dapat dikategorikan ke dalam dua


kelompok strategi, yakni

1. strategi yang diarahkan atau "Teacher - Directed Strategies",

2. strategi yang terpusat pada siswa atau "Student -Directed Strategies".

Yang termasuk ke dalam kelompok strategi yang diarahkan guru antara lain
ceramah, tanya jawab, drill, dan latihan. Kelompok strategi yang terpusat pada
siswa antara lain belajar kelompok, penemuan terbimbing atau "Guided
Discoveries". Sedangkan (Borich & Tombari, 1997) mengelompokkan strategi
belajar mengajar menjadi dua kelompok, yaitu pertama, "Direct Instruction
Strategies". Dasar pengelompokan ini ialah jenis hasil belajar yang ingin dicapai.
Dalam kerangka itu, hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok
besar, yakni

1. fakta, hukum, dan urutan tindakan,

2. konsep, pola, dan abstraksi.

Hasil belajar jenis pertama tercermin dari perilaku kognitif, afektit, dan
psikomotorik taraf rendah. Sedangkan hasil belajar kedua tercermin dalam
perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik taraf yang lebih tinggi Kedua, "Direct
Instruction Model" menurut (Borich & Tombari, 1997/ sangat cocok untuk
mengajarkan atau mencapai hasil belajar kategori pertama. Sedangkan untuk
mencapai hasil belajar jenis kedua diperlukan "Indirect Teaching Strategies".
Proses belajar mengajar dengan menggunakan direct teaching strategies
didominasi oleh proses penyajian isi pelajaran. Agar penyajian ini dapat
mendorong pemahaman yang lebih tinggi perlu memerhatikan variasi hubungan
antarmateri yang disajikan. Untuk ini tersedia beberapa pola hubungan
antarmateri, yakni "Partwhole Relationship" atau hubungan antara bagian
dengan keseluruhan, "sequential relationship" atau hubungan yang berurutan,

14
"combinationatorial relationship" atau hubungan kombinasi, dan "comparative
relationship" atau hubungan perbandingan. Dikaitkan dengan model belajar
mengajar konseptual yang tersedia, kita dapat mengkaji model-model mana yang
telah menitikberatkan pada strategi langsung dan yang tidak langsung, sekurang-
kurangnya dari sintaks untuk masing-masing model tersebut.

BAB 7

PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut


pandang terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatrnya masih sangat umum yang di dalamnya
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Pendekatan pembelajaran merupakan cara
kerja yang mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses
pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan sebelumnya.Dilihat dari pendekatannya, kegiatan
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, antara lain (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada guru, yaitu pembelajaran yang
menempatkan posisi siswa sebagai objek di dalam proses kegiatan belajar dan
kegiatan belajar itu sifatnya klasik, di mana manajemen dan pengelolaan
pembelajaran ditentukan sepenuhnya oleh guru; dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada siswa, yaitu pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan kegiatan belajar bersifat
modern, di mana manajemen atau pengelolaannya kemudian ditentukan oleh
siswa, sehingga pada pendekatan siswa mempunyai kesempatan yang terbuka
lebar untuk melakukan kreativitas dan mengembangkan potensinya melalui
aktivitas secaralangsung sesuai dengan minat dan bakatnya. pendekatan
Heuristik diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang menyajikan sejumlah
data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan dengan menggunakan data
tersebut. Prinsip pendekatan pembelajaran heuristik menurut Rusyan (1993),
adalah sebagai berikut.

a. Aktivitas peserta didik menjadi fokus perhatian utama belajar.

b. Berpikir logis adalah cara yang paling utama dalam menemukan sesuatu.

c. Proses mengetahui dari sesuatu yang paling rasional dalam pelajaran di


sekolah.

d. Pengalaman yang penuh tujuan adalah tonggak dari usaha pembelajaran


peserta didik ke arah belajar berbuat, bekerja, dan berusaha.

e. Perkembangan mental seorang berlangsung selama ia berpikir,berusaha,


dan mandiri.

Pada pendekatan ini tidak terus-menerus memberi informasi tanpa peduli


apakah siswa memahami informasi itu atau tidak. Guru hanya memberi informasi
pada saat tertentu iika diperlukan, misalnya pada permulaan pelajaran, memberi
contoh soal, menjawab pertanyaan siswa, dan sebagainya. Pendekatan

15
ekspositorik membawa siswa dapat belajar bermakna, sehingga dapat
merupakan pendekatan yang efektif dan efisien pada situasi tertentu. Lebih
lanjut, Syamsudin Makmun (2003) mengemukakan bahwa pada pendekatan
ekspositorik guru menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang telah dipersiapkann
secara rapi, sistematika, dan lengkap, sehingga siswa tinggal menyimak dan
mencernanya secara teratur dan tertib di kelas.

secara garis besar prosedur dari pendekatan ekspositorik pada pembelajaran


adalah sebagai berikut.

1. Persiapan (preparation), yaitu guru menyiapkan bahan ajar selengkap-


lengkapnya secara sistematik dan rapi.

2. Pertautan (apperception), pertautan terhadap bahan terdahulu yaitu guru


bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian
siswa pada materi yang telah diajarkan.

3. Penyajian (presentation), penyajian terhadap bahan yang baru, yaitu guru


menyajikan dengan cara memberi ceramah atau menyuruh siswa membaca
bahan telah disiapkan diambil dari buku, teks tertentu atau ditulis oleh guru
menyajikan dengan cara memberi ceramah atau menyuruh siswa membaca
bahan yang telah dipersiapkan diambil dari buku teks tertentu atau ditulis
oleh guru.

4. Evaluasi (recitation), yaitu guru bertanya dan siswa menjawab sesuai dengan
bahan yang dipelajari, atau siswa yang disuruh menyatakan kembali dengan
kata-kata sendiri pokok-pokok yang telah dipelajari secara lisan atau tulisan.

Berdasarkan uraian tersebut, pendekatan ekspositorik tentunya juga memiliki


keunggulan dan kelemahannya tersendiri, yaitu sebagai berikut:

Keunggulan dari pendekatan ekspositorik, yaitu

a. melalui pendekatan ekspositorik, selain siswa dapat mendengar suatu materi


pelajaran, juga dapat melihat atau mengobservasi (melalui demonstrasi);

b. guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik serta dapat dengan mudah
menyatu dengan kelas; pendekatan ekspositori sangat efektif, bila materi
pelajaran cukup luas sementara waktu terbatas;

c. dapat diikuti oleh siswa dengan jumlah yang besar.

Kelemahan dari pendekatan ekspositorik adalah

a. keberhasilan pendekatan ekspositorik sangat bergantung kepada


pengetahuan yang dimiliki guru;

b. gaya pendekatan satu arah mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki oleh


siswa menjadi terbatas

c. sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi;

16
d. pendekatan ini hanya dapat dilakuan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik;

e. siswa menjadi pasif atau kurang aktif di dalam aktivitas kelas.

Metode pembelajaran adalah suatu cara atau teknik penyajian bahan


pelajaran yang digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, haik
secara individual atau secara berkelompok, agar tercapainya tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan oleh seorang guru. Dengan memiliki
pengetahuan mengenai karakteristik dari berbagai metode pembelajaran, maka
seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan
situasi dan kondisi kelas. Penggunaan metode pembelajaran sangat bergantung
pada tujuan pembelajarannya.

faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran, antara lain:

1. Siswa atau peserta didik

2. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai

3. Faktor materi pembelajaran

4. Situasi belajar mengajar

5. Fasilitas belajar mengajar

6. Faktor alokasi waktu pembelajaran.

7. Guru.

BAB 8

RENCANA DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi dalam


kurikulum 2013, maka prinsip pembelajaran yang digunakan adalah:

1. dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu:

2. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis


aneka sumber belajar;

3. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan


pendekatan ilmiah;

4. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis


kompetensi;

5. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;

6. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran


dengan jawaban yang kebenarannya multidimensi

7. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;

17
8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hard skills) dan
keterampilan mental (soft skills);

9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan


peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi kete- ladanan


(ing ngarso sung tulodo), membangun kemau an (ing madyo mangun karso),
dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
(tut wuri handayani);

11. pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;

12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa
saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;

13. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan


efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan

14. pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta
didik.

Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang


mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran. Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan untuk
pengembangan ketiga ranah meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara utuh/holistik.

1. Silabus

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap


bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:

a. identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B danSMA/


MA/SMALB/SMK/MAK /Paket C/Paket C Kejuruan);

b. identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;

c. kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai


kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran;

d. kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup


sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata
pelajaran;

e. tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);.

f. materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi;

18
g. pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan didik
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;

h. penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi


untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

i. lokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur


kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan

j. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan


Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan
pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan
sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.

2. Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP Menurut Kurikulum 2013

Beberapa prinsip penting yang harus diperhatikan saat mengembangkan


atau menyusun RPP adalah sebagai berikut.

a. RPP disusun oleh guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan
berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke
dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan
dalam pembelajaran. Jadi dalam hal ini guru harus mampu
menterjemahkan ide-ide yang dimuat dalam Kurikulum 2013.
Penterjemahan ide-ide didasarkan pada silabus yang telah disiapkan
oleh pemerintah pusat dalam hal ini departemen pendidikan dan
kebudayaan. Kemampuan menterjemahkan ide akan terlihat saat guru
mengembangkan RPP dan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam
silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal
peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial,
emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

b. RPP yang dibuat selalu mengedepankan perencanaan pembelajaran


yang nantinya dalam proses belajar mengajar akan mendorong
partisipasi aktif siswa. RPP yang dibuat tidak boleh menyimpang dari
tujuan Kurikulum 2013 yaitu untuk menghasilkan siswa sehingga menjadi
manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar (pebelajar sepanjang
hayat/lifelong learner), proses pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centered) sehingga dapat mengembangkan motivasi, minat,
rasa ingin tahu (curiousity), kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian,
semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar.

c. Pengembangan RPP yang baik akan mengedepankan proses


pembelajaran yang mengembangkan budaya membaca dan menulis
pada diri peserta didik. Proses pembelajaran dalam RPP dirancang
untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam
bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

19
d. Di dalam RPP terdapat cara-cara dan langkah-langkah yang dapat
dilakukan oleh guru untuk memberikan umpan balik (feedback) dan
tindak lanjut (follow up). RPP memuat rancangan program pemberian
umpan balik positif (positive feedback), penguatan (reinforcement),
pengayaan (enrichment), dan remedi. Pemberian pembelajaran remedi
harus dilakukan guru setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian
dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat
teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan
kelemahan peserta didik.

e. Perancangan RPP memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara


materi-materi pembelajaran yang satu dengan materi pembelajaran yang
lainnya. RPP harus sedemikian rupa sehingga keterkaitan dan
keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar menjadi satu kesatuan utuh
berbentuk pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. RPP disusun
dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas
matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya.

f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. RPP disusun dengan


mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi
secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan
kondisi.

20
BAB III KOMENTAR

A. BAB 1
Komentar : menurut saya pada pembahasan di bab satu mudah saya
pahami dengan cepat,karna tidak begitu berbelit2 pembahasannya

B. BAB 2
Komentar : pada pembahasan materi di bab dua membuat saya tertarik
dan merasa bahwa materi ini telah saya pelajari sebelumnya mudah di
cerna dan dipahami dengan baik.

C. BAB 3
D. BAB 4
E. BAB 5
F. BAB 6
G. BAB 7
H. BAB 8

21
BAB IV KESIMPULAN

Belajar merupakan proses serta upaya sadar untuk mencari pengetahuan


dan kemampuan, dimana pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh tersebut
akan bersifat permanen kecuali jika ada masalah secara fisik bagi yang memiliki
kemampuan tersebut. Berhasil dan tidaknya kita dalam belajar sangat
dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Hal lain yang
menunjang kesusuksesan belajar adalah motivasi atau dorongan yang diberikan
kepada anak.

Pembelajaran merupakan upaya-upaya yang harus dilakukan oleh


seorang pendidik agar siswa dapat dan mau melakukan kegiatan belajar. Untuk
mengoptimalkan hasil belajar, guru harus menguasai berbagai metode-metode
pembelajaran yang dapat diterima oleh siswa seperti ceramah, latihan, Tanya
jawab, tugas diskusi, karyawisata dan lain sebagainya. Guru sebagai pengajar
dan pendidik tentu harus memiliki berbagai kompetensi sebagai bekal baik
kompetensi kognitif ( ilmu pengetahuan ), afektif ( sikap ) maupun psikomotor
( kecakapan jasmaniah ).

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat


terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan
tabiat, serta Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik agar dapat belajar dengan baik.Ada beberapa
istilah pembelajaran, diantaranya adalah : Metode, Pendekatan, Teknik, Taktik.
Dari istilah-istilah di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu strategi pembelajaran
yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan,
sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai
metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru
dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan
penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara
guru yang satu dengan yang lain.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan


sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang direncanakan sebagai proses
belajar yang direncanakan oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir
yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan konstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh pada tuntutan mutu pendidikan
untuk mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualias. Maka
diperlukan proses belajar mengajar yang dapat berjalan secara efektif. Oleh
sebab itu pendidikan harus mengacu pada kurikulum, silabus, standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Dalam pelaksanaannya dan dalam
pengembangannya berdasar pada konsep-konsep belajar untuk mencapai
kemampuan pada ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh sebab itu
dilakukan pendekatan dan model-model pembelajaran.

22
DAFTAR PUSTAKA

Parwati, Ni Nyoman., Dkk. 2018. Belajar Dan Pembelajaran. Depok: Pt. Raja
Grafindo Persada. Bab : 8 , Halalaman : 289.

23

Anda mungkin juga menyukai