0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
68 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen perubahan yang mencakup definisi kepemimpinan, korelasi antara kepemimpinan, pembangunan, dan perubahan, pendidikan perekrutan dan pembinaan kepemimpinan, serta pembagian kemampuan teknis dalam membangun perubahan.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen perubahan yang mencakup definisi kepemimpinan, korelasi antara kepemimpinan, pembangunan, dan perubahan, pendidikan perekrutan dan pembinaan kepemimpinan, serta pembagian kemampuan teknis dalam membangun perubahan.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen perubahan yang mencakup definisi kepemimpinan, korelasi antara kepemimpinan, pembangunan, dan perubahan, pendidikan perekrutan dan pembinaan kepemimpinan, serta pembagian kemampuan teknis dalam membangun perubahan.
Disusun Oleh M Rizaldy Akbar C1B114089 M Aldin Irtisaly C1B114252 M Askia Noor F C1B114091 Anisa Firdayanti C1B114219
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2016 A. Definisi Kepemimpinan Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari bahasa inggris yaitu lead(memipin), leader (pemimpin), dan leadership (kepemimpinan). Sedangkan pengertian kepemimpinan secara terminologi adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar bekerja sama menuju kepada suatu tujuan tertentu yang diinginkan bersama, atau dengan pengertian lain bahwa kepemimpinan adalah seni kemampuan menggerakkan atau mengendalikan dalam organisasi agar perilaku mereka sesuai dengan perilaku yang diinginkan oleh pemimpin organisasi. B. Korelasi antara Kepemimpinan, Pembangunan, dan Perubahan Berdasarkan pemaparan diatas, jelaslah bahwa inti dari kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi orang lain agar mereka bisa melaksanakan apa yang diinginkan dan dicita-citakan bersama. Salah satu tujuan dari kepemimpinan adalah perubahan dari sesuatu yang baik ke sesuatu yang lebih baik lagi, dan juga tidak luput didalamnya ialah pembangunan. Hakikat pembangunan adalah rangkaian upaya perkembangan dan perubahan yang dilangsungkan secara sadar, sengaja, berencana, dan bertujuan oleh satu kelompok manusia (orang, suku, rakyat, bangsa, dan negara) menuju pada modernitas dan taraf kehidupan yang lebih tinggi.[1] Administrator pembangunan bertugas melakukan rentetan usaha-bersama dengan rakyat atau masyarakat dalam iklim yang demokratis-untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan tata kehidupan serta sarana kehidupan; demi pencapaian kesejahteraan, kebaikan, serta keadilan yang lebih merata. Sedangkan seseorang-sosio teknokrat, dalam tugas-tugasnya mengelola aspek-aspek teknis dan administratif, harus mahir pula membimbing-membangun manusia.[2] Adapun perubahan yang dimaksud yaitu perubahan sosial, politik, ekonomi, keamanan, dan berbagai perubahan lain yang mungkin timbul.[3] Oleh karena itu, korelasi antara kepemimpinan, perubahan, dan pembangunan terletak pada tujuan yang telah disepakati oleh individu-individu yang ada pada suatu organisasi. C. Pendidikan Perekrutan Kepemimpinan dan Pembinaan Kepemimpinan Sehubungan dengan usaha-usaha pembangunan itu diperlukan sekali pendidikan perekrutan dan pembinaan kepemimpinan.[4] Pendidikan perekrutan kepemimpinan adalah usaha yang disadari, terencana, sistematis, dan bertujuan untuk menumbuhkan keterampilan sosial dan kemahiran teknis yang diperlukan bagi para (calon) pemimpin.[5] Pembinaan kepemimpinan ialah usaha yang dilakukan secara sistematis dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemahiran teknis, keterampilan sosial, sikap, dan tingkah laku pemimpin melalui pendidikan, latihan dan berbagai penugasan, untuk tujuan teknis-administratif-sosial tertentu.[6] Dalam proses administrasi negara, khususnya dalam usaha pembangunan nasional, pemimpin formal sebagai alat negara harus sanggup melancarkan jalannya administrasi secara maksimal. Sedangkan dalam proses teknis dan sosial, dia harus mampu menjalankan tugas-tugas sosio-teknis yang berkaitan dengan pembangunan manusia. Yaitu berkaitan dengan semua peralatan, sarana, dan pembinaan segenap bakat serta potensi manusianya, yang digerakkan demi tugas pembangunan bangsa.[7] D. Pembagian Kemahiran atau Kemampuan Teknis dalam Membangun Perubahan Kemahiran atau kemampuan teknis menurut Willian R. Tracy dalam bukunya Managing Training and Development dibagi dalam tiga jenis kemampuan/skill, yaitu:[8] 1. Technical skill: a. Semua kecakapan/keahlian dalam keterampilan khusus, terutama yang memerlukan metode, proses, prosedur, dan teknik. b. Kecakapan teknis yang memerlukan pengetahuan khusus, kecakapan menganalisis, penggunaan alat-alat, teknik-teknik yang memerlukan disiplin khusus dan barang-barang. c. Kecakapan teknis yang berkitan dengan tugas-tugas khusus. 2. Human skill: a. Kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama secara efektif dalam suatu kelompok. b. Kemampuan menciptakan kerja sama yang baik dalam usaha bersama; menekankan kemampuan bekerja dengan orang-orang lain. c. Kemampuan menciptakan situasi lingkungan yang aman, dengan iklim saling mempercayai, terbuka dan saling menghormati. 3. Conseptual skill: a. Kemampuan pempin untuk melihat organisasi dan setiap permasalahan sebagai satu keseluruhan. b. Kemampuan untuk mengkoordinasikan seluruh rentetan kegiatan, keinginan, dan kepentingan perorangan serta kelompok, dalam kerangka pencapaian tujuan organisasi; juga menyusun konsep- konsep tertentu. Sehubungan dengan pelaksanaan pembinaan kepemimpinan di pusat-pusat pendidikan dan latihan, perlu diperhatikan beberapa hal dibawah ini:[9] 1. Tujuan jelas yang ingin dicapai, yaitu macam kepemimpinan bagaimana yang dinginkan/untuk sektor-sektor kegiatan tertentu; dan berapa orang yang dibutuhkan. 2. Perincian kebutuhan-kebutuhan materiil dan personil, sarana, serta prasarana pendidikan dan latihan. 3. Program pendidikan dan latihan yang menarik bagi pengikut dan relevan dalam hal materi, metodologi, metode penyampaian, proses mengajar-belajar, sarana, dana, dan rentang waktu. 4. Kesempatan mengunjungi tempat-tempat bersejarah, pusat-pusat teknologi, sentra kebudayaan, pemerintahan dan sebagainya (karyawisata). 5. Menambah pengalaman melalui diskusi-diskusi dalam sindikat-sindikat, case study, “konfrensi” dan permainan peranan atau role playing. Jika mungkin, para peserta diberi sesmpatan untuk mengikuti diskusi dan seminar pada taraf regional, nasional, dan internasional. 6. Penugasan oleh lembaga untuk membuat laporan dari survei lapangan, paper atau kertas keja, makalah dan lain-lain.