Oleh :
Kelompok 4
Semester 3 kelas C
2023
0
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puji dan syukur kami yang telah memberikan Rahmat sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan observasi Implementasi Model Manajemen Berbasis Sekolah di SDIT
Al Ishlah Sudimampir untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah.
Laporan ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami ucapkan banyak
terima kasih kepada Bapak Dede Hadiansah,M.Pd. selaku Dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Berbasis Sekolah serta berbagai pihak yang telah membantu dan berkontribusi
dalam pembuatan laporan kami.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan
observasi ini.
Akhir kata kami berharap semoga Laporan Hasil Observasi Manajemen Berbasis
Sekolah di SDIT Al Ishlah Sudimampir ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................i
Abstrak .......................................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan...........................................................................................................1
ii
4.2.6 Manajemen Hubungan Masyarakat.....................................................19
BAB V Penutup...............................................................................................................21
5.1 Simpulan..........................................................................................................21
5.2 Saran.................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23
LAMPIRAN
iii
ABSTRAK
ABSTRACT
This research was done at SDIT Al Ishlah Sudimampir. The respondents were the
Principal, Curriculum and Class 6B Home Teacher. This research aims to describe: 1) the
school-based management process, including planning, organizing, mobilizing, supervising;
2) curriculum management, student management, infrastructure management, educator and
education management, financial management, and public relations management. This type
of research is qualitative. Research data was collected through interviews, observation,
documentation and questionnaires. The results of this research show that in the school-based
management process, the principal of SDIT Al Ishlah Sudimampir is willing to work together
with teachers and the school committee to prepare a school-based management plan and
supervise the implementation of the plan. Each school component carries out its roles and
functions proportionally and professionally to increase school input so that it can achieve its
intended goals.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dakir.2017.Manajemen Berbasis Sekolah.Yogyakarta:K-Media.Hal:60
2
Mulyasa.Modul 01.Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah.Edisi 3.
1
Proses manajemen berbasis sekolah di SDIT Al Ishlah Sudimampir cenderung masih
mengalami beberapa kendala. Persoalan yang muncul adalah kesiapan sarana dan prasarana
salah satunya ruang kelas yang kurang. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SDIT Al
Ishlah Sudimampir menunjukkan bahwa para orang tua siswa menyerahkan pendidikan putra-
putrinya sepenuhnya kepada manajemen sekolah. Keterlibatan orang tua siswa dalam kegiatan
manajemen yang ada di sekolah masih cukup minim. Isu pendidikan gratis mengurangi
(memperlemah) peran orang tua dalam mendukung kebutuhan biaya pengembangan sekolah.
Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ternyata belum menutup biaya operasional di
SDIT Al Ishlah Sudimampir, padahal masih banyak sarana prasarana yang belum terealisasi
untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyono (dalam Dakir,2017:23) bahwa kegiatan
manajemen sekolah adalah kegiatan memproses peserta didik yang didukung oleh sarana dan
prasarana yang ada dan menghasilkan lulusan yang diinginkan. 3 Salah satu kegiatan
memproses peserta didik ini dengan mengadakan kegiatan pendidikan dan pengajaran yang
tidak pernah berhenti sejalan dengan kehidupan manusia yang terus berkembang sesuai
zamannya.
3
Dakir.2017.Manajemen Berbasis Sekolah.Yogyakarta:K-Media.hal:23
3
Serikat. Menurut Murphy (dalam Suhadi,2020:8-9) secara konseptual ada perbedaan para
pakar dalam memaknai MBS.4 Short and Creer, MBS merupakan startegi untuk
pemberdayaan semua individu di sekolah. Sedangkan Etheridge MBS adalah sebuah proses
formal yang melibatkan kepala sekolah, guru, orang tua siswa, siswa, dan masyarakat yang
berada di dekat sekolah dalam pengambilan keputusan.
Dari pendapat beberapa pakar di atas, dapat dikemukakan bahwa inti dari MBS
pertama, sekolah memiliki otonomi dalam melakukan aktivitas manajerial sesuai kemampuan
dan potensi sekolah. Kedua, pengambilan keputusan di tingkat sekolah melibatkan warga
sekolah atau stakeholder sekolah. Ketiga, MBS merupakan strategi untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Keempat, pemberdayaan SDM (sumberdaya manusia) di sekolah dengan
melibatkan warga sekolah dalam aktivitas manajerial sekolah.
4
Suhadi.2020.Manajemen Berbasis Sekolah Konsep dan Aplikasi dalam Aktivitas Manajerial di Sekolah atau
Madrasah.Yogyakarta:LkiS.hal:8-9
5
Ibid.hal:9
6
Ibid.hal:9
7
Suhadi.2020.Manajemen Berbasis Sekolah Konsep dan Aplikasi dalam Aktivitas Manajerial di Sekolah atau
Madrasah.Yogyakarta:LkiS.hal:49
4
1) Perencanaan (Planning)
Salah satu proses manajemen adalah perencanaan. Setiap kegiatan perlu
direncanakan agar kegiatan menjadi terarah demi menjcapai tujuan. Perencanaan
harus dibuat dengan sebaik-baiknya. Rencana merupakan pedoman kerja bagi para
pelaksana terkait, baik manajer atau staf dalam melaksanakan fungsi dan tugas
masing-masing. Selain itu rencana merupakan acuan dalam upaya mengendalikan
kegiatan lembaga, sehingga tidak menyimpang dan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, pentingnya perencanaan tersebut, maka seorang
manajer harus memiliki kemampuan merencanakan program.
Dalam konteks manajemen berbasis sekolah perencanaan merupakan strategi
yang penting dalam menjamin keberhasilannya. Oleh karena itu, tim
pengembangan mutu sekolah seharusnya, pertama, melakukan kajian sasaran output
yang diharapkan sekolah. Kajian ini akan menghasilkan tantangan keadaan
sekarang dengan output yang diharapkan. Kedua, merumuskan sasaran.
Berdasarkan hasil kajian terhadap sasaran peningkatan mutu yang akan dicapai oleh
sekolah. Perumusan sasaran itu harus mengacu pada: visi, misi, dan tujuan sekolah.
Sebab pada hakikatnya sasaran peningkatan mutu merupakan penjabaran dari
tujuan sekolah, sedangkan tujuan merupakan penjabaran dari misi sekolah, dan misi
merupakan penjabaran dari visi sekolah.
Ketiga, melalukan analisis SWOT (Strenghy, Weakness, Opportunity, and
Thriet). Setelah merumuskan sasaran peningktan mutu sekolah, langkah berikutnya
adalah mengidentifikasi komponen-komponen sekolah: kurikulum, ketenagaan,
pembinaan kesiswaan, sarana prasarana, pengembangan iklim sekolah, dan
pengembangan hubungan masyarakat. Komponen-komponen itu perlu ditentukan
tingkat kesiapannya melalui analisis SWOT, yaitu: strenght (kekuatan), Weakness
(Kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threat (ancaman).
Analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui tingkat kesiapan masing-masing
komponen sekolah dalam melaksanakan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Seklah. Kesiapan masing-masing komponen harus memenuhi standar yang
diperlukan untuk mencapai sasaran mutu. Selanjutnya diklasifikasikan menjadi
faktor internal untuk kekuatan, dan faktor eksternal untuk peluang. Sedangkan
komponen yang kurang kesiapannya diklasifikasikan dalam faktor internal untuk
kelemahan, dan faktor eksternal untuk ancaman.
5
Dari analisis di atas, dapat ditentukan langkah-langkah pemecahannya, yaitu
tindakan yang diperlukan untuk mengubah komponen-komponen yang tidak siap
menjadi siap untuk melaksanakan manajemen berbasis sekolah. Keempat,
menyusun program peningkatan mutu. Hasil penyusunan program yang telah
dihasilkan tim pengembang disosialisasikan kepada warga sekolah untuk
memperoleh input yang dibutuhkan sebelum program disahkan oleh kepala seklah
bersama ketua komite sekolah. Oleh karena itu, program peningkatan mutu sekolah
seharusnya disusun bersama-sama antara tim pengembang sekolah dengan
masyarakat terutama komite sekolag. Keikutsertaan masyarakat tersebut
diperlukan, agar lebih memahami kebutuhan dan program pengembangan sekolah.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan keseluruhan proses pengelompokan semua
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan komponen dalam proses kerjasama
sehingga tercipta suatu sistem kerja yang baik dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pengorganisasian dilakukan berdasarkan tujuan dan program kerja
sebagaimana dihasilkan dalam perencanaan.
Ciri-ciri pengorganisasian, pertama pengorganisasian berkaitan dengan upaya
pimpinan untuk memadukan dan menyelaraskan sumberdaya manusia dan non
sumberdaya manusia yang dibutuhkan. Kedua, sumberdaya manusia terdiri dari
orang-orang atau kelompok yang memenuhi syarat yang ditetapkan. Ketiga,
sumberdaya non manusia meliputi fasilitas fisik dan lingkungan fisik. Keempat,
sumberdaya manusia dan non manusia diintegrasikan ke dalam organisasi. Kelima,
dalam pengorganisasian terdapat pembagian kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih
kecil, wewenang, dan tanggungjawab yang dibebankan kepada orang yang sesuai
kemampuannya. Keenam, semua rangkaian kegiatan dalam pengorganisasian
diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan di organisasi. Ketujuh,
sumberdaya manusia merupakan peran utama dalam mencapai tujuan organisasi.
Dalam konteks MBS, aktivitas menyelaraskan sumberdaya sekolah dengan
tujuan mutu yang ingin dicapai sekolah merupakan kegiatan yang sanagat penting
bagi tercapainya tujuan yang telah dirumuskan dalam perencanaan peningkatan
mutu pendidikan.pengorganisasian mutu pendidikan dimungkinkan untuk melihat
dan melacak sumberdaya manusia sebagai pelaksana peningkatan mutu (Arcaro
6
dalam Suhadi,2020:61).8 Langkah ini dilakukan untuk menyerasikan antara
perencanaan mutu dengan kemampuan dan kebutuhan sumberdaya manusia di
sekolah.
3) Penggerakan (Actuating)
Pelaksanaan perencanaan peningkatan mutu pendidikan perspektif MBS
dapat dimulai dari pergerakan atau pengaktivan sumberdaya manusia sesuai dengan
perencanaan organisasi. Terry (dalam Suhadi,2020:61) mengemukakan bahwa,
penggerakan adalah membuat semua kelompok agar mau bekerja secara ikhlas,
senang dan bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-
usaha pengorganisasian. 9
Sallis (dalam Suhadi,2020:64-65) mengemukakan langkah-langkah sederhana
untuk melaksanakan peningkatan mutu pendidikan, yaitu: (1) kepemimpinan dan
komitmen terhadap peningkatan mutu datang dari atas, (2) kepuasan pelanggan
menjadi tujuan peningkatan mutu, (3) menunjuk fasilitator mutu, (4) membentuk
kelompok pengendali peningkatan mutu, (5) menunjuk koordinator peningkatan
mutu, (6) mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi program, (7)
menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada, (8) menggunakan contoh-contoh
yang sudah ebrkembang di tempat lain, (9) melibatkan konsultan eksternal, (10)
memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf, (11) mengkomunikasikan pesan
peningkatan mutu, (12) mengaplikasikan alat dan teknik mutu melalui
pengembangan kelompok kerja yang efektif, dan (13) mengevaluasi program dalam
interval yang teratur.10
4) Pengawasan (Controlling)
Pada hakikatnya, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan merupakan satu
kesatuan tindakan. Pengawasan dibutuhkan untuk melihat sejauh mana hasil
tercapai. Terry (dalam Suhadi,2020:65) merumuskan pengawasan sebagai proses
menentukan apa yang harus dicapai yaitu melalui penetapan standar. 11 Artinya
untuk melihat apakah pelaksanaan sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam
8
Suhadi.2020.Manajemen Berbasis Sekolah Konsep dan Aplikasi dalam Aktivitas Manajerial di Sekolah atau
Madrasah.Yogyakarta:LkiS.hal:61
9
Suhadi.2020.Manajemen Berbasis Sekolah Konsep dan Aplikasi dalam Aktivitas Manajerial di Sekolah atau
Madrasah.Yogyakarta:LkiS.hal:61
10
Ibid.hal:64-65
11
Ibid.hal:65
7
rencana. Gordon (dalam Suhadi,2020:65) mengartikan pengawasan sebagai suatu
proses membandingkan performansi sebenarnya dengan standar.12
Ada tiga faktor yang menyebabkan pengawasan dalam aktivitas manajerial
sekolah dianggap penting. Faktor pertama, terletak pada accountability. Agar
sumberdaya manusia di sekolah mengemban tugas dan tanggung-jawabnya,
bagaimana performansi mereka akan diukur, dan standar jeberhasilan performansi
yang digunakan sebagai kriteria di dalam pengukurannya. Pertanggung-jawaban
tersebut tidak mungkin terlaksana dengan sunguh-sungguh tanpa adanya suatu
sistem pengawasan yang baik.
Faktor kedua, terletak pada rapidity of change. Setiap lembaga sekolah
merupakan institusi sosial yang tidak bisa terlepas dari lingkungannya. Seringkali
lingkungan tersebut mengalami perubahan-perubahan dengan cepat sekali.
Perubahan-perubahan tersebut menghendaki penyesuaian taktik dan strategi
terhadap perubahan-perubahan itu bisa dilakukan maka perlu adanya sistem
pengawasan.
Faktor ketiga terletak pada complexity today’s organization. Setiap lembaga
yang besar dan maju mempunyai program-program yang bermacam-macam untuk
mencapai tujuan yang juga besar dan kompleks. Bahkan banyak lembaga yang
membuka cabang-cabangnya di beberapa tempat yang secara geografis terpencar
dari pusatnya. Lembaga yang demikian itu menghendaki adanya sebuah sistem
pengawasan yang tepat dan mantap.
Pengawasan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, sehingga pengawasan
yang pada dasarnya dilakukan untuk memantau, mengarahkan, dan membina
kinerja, serta tidak dipandang sebagai satu kegiatan yang menakutkan. Karena itu
ada prinsip-prinsip yang sebaiknya dipegang teguh, yaitu sebagai berikut: (1)
prinsip manajerial, (2) prinsip organisasional, (3) prinsip objektif dan keterbukaan,
(4) prinsip pencegahan dan perbaikan, (5) prinsip efisiensi dan fleksibilitas.
12
Suhadi.2020.Manajemen Berbasis Sekolah Konsep dan Aplikasi dalam Aktivitas Manajerial di Sekolah atau
Madrasah.Yogyakarta:LkiS.hal:65
8
BAB III
STUDI KASUS
Ditinjau dari arah penelitiannya, jenis penelitian yang sesuai adalah penelitian
kualitatif, yaitu serangkaian kegiatan atau proses pengumpulan informasi tentang keadaan-
keadaan normal dalam kehidupan suatu subjek, berkaitan dengan suatu topik masalah tertentu,
baik dari segi teoritis maupun dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Alasan penggunaan
penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif bermula dari data eksperimen atau induktif
sehingga peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mencari data secara alami, mencatat,
menganalisis, menafsirkan, melaporkan dan menarik kesimpulan.
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi etnografi. Etnografi
merupakan kajian empirik dan naturalistik. Secara tradisional penenlitian ini dilakukan
dengan memusatkan perhatian pada lokasi penelitian tunggal, memusatkan diri pada
pencatatan-pencatatan secara rinci aspek-aspek sesuatu fenomena tunggal, yang bisa berupa
sekelompok manusia ataupun penggerak proses. Syarat utama dalam studi ini adalah peneliti
harus hidup di antara objek dan subjek yang diteliti dalam waktu yang diperkirakan dapat
berintegrasi.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Sugiyono
(2013:12) mengungkapkan bahwa metode penelitian kualitatif sering disebut metode
naturalistik, karena penelitian yang dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natura setting).13
Secara sederhana, penelitian naturalistik merupakan penelitian yang dilakukan pada latar
alamiah (dalam lapangan perhatian, bukan di laboratorium) yang menggunakan metode
alamiah (pengamatan berperan serta, wawancara, berpikir, membaca dan menulis) dengan
cara alamiah oleh orang-orang yang memiliki perhatian alamiah pada apa yang mereka teliti
(pratisi seperti guru, konselor agama, administrator dan juga peneliti dan evaluator).
13
Sugiyono.2013.Memahami Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.Bandung:Alfabeta.hal:12
9
3.3 Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Kurikulum, dan Guru SDIT Al
Ishlah Sudimampir. Sugiyono (2013:298) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak
menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif terangkat dari kasus tertentu dan hasil
kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi
sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.14
Tujuan pengumpulan data adalah untuk memperoleh data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui subjek penelitian yaitu dari para informan, sedangkan data
sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi. Data sekunder berfungsi pelengkap dan
pendukung data primer yang ada. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang
dilakukan menggunakan 3 metode yaitu:
1) Teknik Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui pengajuan sejumlah
pertanyaan secara lisan kepada subjek yang diwawancarai. Teknik wawancara dapat
pula diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan data dengan
bertanya langsung secara bertatap muka dengan responden atau informan yang
menjadi subjek penelitian.
Ada beberapa jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti, di antaranya
adalah:
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara (bahan pertanyaan) yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu.
14
Sugiyono.2013.Memahami Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.Bandung:Alfabeta.hal:298
10
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah jenis wawancara yang dilakukan tanpa
menggunakan pedoman wawancara, tetapi dilakukan dengan dialog bebas dengan
tetap berusaha menjaga dan mempertahankan fokus pembicaraan yang relevan
dengan tujuan penelitian.
Agar wawancara dapat berlangsung dengan baik, efektif dan efisien diperlukan
kemampuan melakukan wawancara yang baik dari peneliti. Peneliti harus
memperhatikan paling tidak dua hal, yaitu teknik dan etika melakukan wawancara.
2) Teknik Observasi
Pengamatan atau observasi berarti melihat dengan penuh perhatian. Dalam konteks
penelitian, observasi diartikan sebagai cara-cara mengadakan pencatatan secara
sistematis menganai tingkah laku dengan melihat dan mengamati tingkah laku
individu atau kelompok yang diteliti secara langsung. Peneliti menggunakan
pengamatan secara langsung sehingga peneliti langsung melakukan pengamatan
terhadap objek penelitian di tempat dan waktu terjadinya peristiwa. Pengamatan tidak
langsung dilakukan melalui perantaraan alat tertentu, yakni rekaman video, dan
rangkaian foto.
3) Teknik Angket
Angket atau Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab (Sugiyono,2013:142).15
15
Sugiyono.2013.Memahami Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.Bandung:Alfabeta.hal:142
11
BAB IV
Di dalam Bab IV ini akan dibahas mengenai dan hasil pembahasan. Berdasarkan pada
permasalahan dan tujuan penelitian, data hasil penelitian bersumber dari wawancara
mendalam, observasi langsung, dokumentasi dan akan dikelompokkan sesuai dengan
permasalahan serta tujuan penelitian.
12
Misi :
1. Meningkatkan iman dan taqwa, akhlak mulia/budi pekerti;
2. Melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan bermakna;
3. Meningkatkan kemampuan guru dalam pengembangan bahan ajar;
4. Memberikan pengalaman belajar kepada siswa dengan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
5. Meningkatkan kedisiplininan dan ketertiban sekolah guna mendukung dan
menunjang keberhasilan siswa;
6. Menyediakan perpustakaan yang memadai untuk menggali dan mengembangkan
wawasan ilmu pengetahuan;
7. Menggali potensi akademik dan non akademik siswa untuk mampu berprestasi di
tingkat kabupaten, provinsi dan nasional;
8. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai dalam memperlancar kegiatan
dan proses Pendidikan di sekolah;
9. Menjalin kerja sama seluruh warga sekolah secara berkesinambungan dan saling
mendukung; dan
10. Menerapkan manajemen sekolah berbasis partisipasi dan transaparansi baik warga
sekolah maupun Masyarakat.
C. Tujuan Sekolah :
1. Menyelenggarakan Pendidikan yang bernuansa islam serta memberikan landasan
moral etis dalam pengembangan IPTEK dan pencerahan IMTAQ;
2. Meningkatkan keiomanan dan ketaqwaan kepada tuhan yang maha esa;
3. Meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni;
4. Meningkatkan minat-minat dan kemampuan siswa sesuai dengan potensi dan
karakteristik lingkungan daerah;
5. Mencetak pelajar muslim yang berakhlak karimah, cerdas terampil dan
berkualitas;
6. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Masyarakat untuk menuntut
ilmu dan mengembangkan potensi keilmuannya;
7. Memberikan bekal kepada pelajar untuk mencintai tanah air dan memiliki
semangat kebangsaan yang tinggi;
8. Mempersiapkan siswa untuk ikut serta berperan dalam membangun daerah;
9. Meningkatkan kemampuan siswa dalam toleransi dan kerukunan hidup beragama;
13
10. Membekali siswa agar mampu hidup berdampingan dengan Masyarakat;
11. Mempersiapkan siswa agar mampu bersaing secara global dan hidup dengan
bangsa lain;
12. Menumbuhkan sikap mental yang peduli terhadap lingkungan dan Masyarakat
sekitar;
13. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi anggota Masyarakat yang
tanggung jawab, demokratis dan fleksibel;
14. Mengembangkan potensi akademik, minat dan bakat siswa melalui layanan
bimbingan dan konseling serta kegiatan ekstrakurikulerl;
15. Meningkatkan prestasi akademik melebihi KKM;
16. Terwujudnya peserta didik yang berkepribadian islam yang baik di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah;
17. Pada akhir tahun Pelajaran peserta didik hafal Asmaul Husna;
18. Peserta didik dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar;
19. Seluruh peserta didik sadar untuk menjalankan sholat wajib lima waktu;
20. Terwujudnya peserta didik yang memiliki sikap disiplin yang tinggi dalam
kehidupannya;
21. Terwujudnya peserta didik yang menguasai ilmu umum dan agama sebagai bekal
dan pedoman hidup sehari-hari;
22. Terwujudnya peserta didik yang siap bersaing yang melanjutkan Pendidikan pada
tingkat berikutnya sesuai dengan satuan Pendidikan yang dipilihnya;
23. Terwujudnya peserta didik yang memiliki rasa peduli terhadap kebersihan
lingkungan
24. Terwujudnya peserta didik terhadap kelestarian alam dan lingkungannya;
25. Terwujudnya proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
aktif, inovatif, kreatif, menyenangkan dan Islami (PAIKEMIS);
26. Mengembangkan potensi akademikl, minat dan bakat peserta didik melaluin
layanan bimbingan dan konseling serta melalui kegiatan ekstrakurikuler;
27. Meningkatkan prestasi akademik peserta didik;
28. Meningkatkan prestasi non akademik peserta didik dibidang seni dan olahraga
lewat kejuaraan dan kompetensi;
29. Peserta didik naik kelas 100% secara normative;
30. Peserta didik lulus US 100% dengan peningkatan nilai rata-rata peserta didik dari
70 menjadi 75;
14
31. Peserta didik dapat meraih juara pada lomba mapel, olahraga dan seni ditingkat
kecamatan, kabupaten dan provinsi;
32. Kreativitas seni peserta didik dapat ditampilkan dalam berbagai acara dan
perpisahan kelas IV
33. Memilki team handal dalam bidang kepramukaan
34. Memperoleh prestasi dalam lomba-lomba dibidang kepramukaan ditingkat ranting
dan cabang;
35. Peserta didik terbiasa menghargai dan menghormati kepada sesama warga sekolah.
Dalam menggali dan memahami lebih jauh mengenai Proses Manajemen Berbasis
Sekolah di SDIT Al Ishlah Sudimampir, peneliti telah melakukan observasi, wawancara dan
studi dokumentasi.
Tabel 4.1
Identitas Responden
Jenis
No Responden Jabatan Pendidikan
Kelamin
1. Rifky Romdhoni,M.Pd. Kepala Sekolah L S2
2. Muhammad Rajab,S.Pd. Kurikulum L S1
3. Kasiroh,S.Pd. Wali kelas 6B P S1
Sumber: Dokumen SDIT Al Ishlah Sudimampir.
Adapun keadaan rombongan belajar dan peserta didik dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
Tabel 4.2
Rombongan Belajar
JUMLAH KELAS
Kelas I 3 Kelas
Kelas II 3 Kelas
Kelas III 2 Kelas
Kelas IV 2 Kelas
Kelas V 2 Kelas
Kelas VI 2 Kelas
Total 14 Kelas
Sumber: Dokumen SDIT Al Ishlah Sudimampir.
15
4.2 Deskripsi Hasil Observasi dan Wawancara
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada kepala sekolah,
kurikulum yang digunakan saat ini yaitu kurikulum 2013 dan sedang dalam tahap
pergantian atau tahap pembiasaan menggunakan kurikulum merdeka. Kurikulum 2013
yang diterapkan di SDIT Al Ishlah Sudimampir melibatkan komite sekolah dalam proses
penyusunan. Peneliti juga melakukan wawancara untuk mengetahui Implementasi, serta
kekurangan dan kelebihan dalam penerapan kurikulum 2013 melalui manajemen berbasis
sekolah dengan Bapak Rifki Romdhoni,M.Pd. selaku Kepala Sekolah SDIT Al Ishlah
Sudimampir yang mengatakan bahwa Implementasi penerapan kurikulum 2013 sudah
berjalan sesuai dengan apa yang ditujukan, dan ada beberapa kekurangan tetapi masih
bisa diperbaiki dan di evaluasi, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
semestinya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada kepala sekolah SDIT Al Ishlah
Sudimampir mengenai manajemen peserta didik menyatakan bahwa SDIT Al Ishlah
terdapat 14 Ruang kelas yaitu dengan pembagian rombongan kelas A,B,C. Jumlah siswa
pada tahun pelajaran 2022/2023 berjumlah 318 siswa. Pada kelas 1,2,3 mempunyai
rombongan belajar A,B,C yang di dalamnya mempunyai penentuan untuk pembagian
rombongan belajar sesuai dengan tingkat kefasihan membaca Iqra, Juz Amma, ataupun
Al-Quran. Pembagian dilakukan secara merata tanpa memandang status siswa.
Setiap rombongan belajar atau kelas mempunyai masing-masing wali kelas untuk
mengontrol berjalannya belajar dan pembelajaran di setiap kelas, sebagai berikut:
Tabel 4.2.2
16
Kelas 2B Early Octa Putri 25
Kelas 2C Siti Komalasari 22
Kelas 3A Muhammad Hamzah Maulana 28
Kelas 3B Helmin Rais 26
Kelas 4A Joko Purnomo 24
Kelas 4B Ari Fahri Ismail 18
Kelas 5A Syahrian Abdul Rizky 21
Kelas 5B Najmi Laela Badriyah,S.Pd. 23
Kelas 6A Muhammad 23
Rajab,S.Pd.
Kelas 6B Kasiroh,S.Pd. 22
Pada saat pembelajaran di kelas terdapat beberapa kendala yang muncul, salah
satunya yaitu siswa asik bermain dan berbicara sendiri maupun bergurau dengan teman
sebayanya, ada siswa yang hafalannya telat, ada juga siswa yang kurang mematuhi
peraturan yang berlaku di sekolah. Untuk penanganannya biasanya guru melakukan
teguran lisan jika terdapat siswa yang bergurau. Waktu hafalan al-quran di tambah sesuai
dengan kesepakatan supaya hafalannya tetap lancar. Sedangkan siswa yang masih
melanggar peraturan yang berlaku di sekolah yaitu siswa di bawa ke BK kemudian
diberikan skor pelanggaran yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.
17
pembelajaran dimulai, siswa melakukan ice breaking dulu dan membaca al-quran kurang
lebih 10 menit.
Peneliti juga melakukan wawancara mengenai sumber dana yang digunakan dalam
melengkapi sarana dan prasarana serta kebutuhan lain di sekolah. Bapak Muhammad
Rajab,S.Pd. selaku kurikulum mengatakan bahwa sumber diperoleh dari dana BOS dan
sebagian dari sumbangan Hamba Allah atau orang dermawan. Untuk pengalokasian dana
sekolah sudah memberi bantuan beasiswa untuk anak yang tidak mampu. Selain itu,
anggaran dana juga digunakan untuk membeli keperluan sekolah seperti, alat peraga,
proyektor, laptop, dan lain sebagainya.
18
sekolah tidak semuanya memadai dan mendukung proses belajar pembelajaran di sekolah
karena adanya beberapa sarana dan prasarana yang rusak. Seperti yang dikatakan oleh
Bapak Muhammad Rajab, S.Pd. selaku Kurikulum SDIT Al Ishlah Sudimampir
mengatakan bahwa “Pada saat ini membutuhkan beberapa proyektor dan laptop untuk
menunjang kegiatan pembelajaran di dalam kelas, dan juga membutuhkan mushaf untuk
memperdalam bacaan”.
19
agar naik kelas. Dalam proses manajemen Humas di sekolah jika kurang dalam hal
komunikasi maka akan menjadi komunikasi satu arah. Untuk itu pemilihan bahasa
disesuaikan dengan kondisi sekolah dan masyarakat yang ada.
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
21
7. Proses Manajemen Berbasis Sekolah pada tahap Manajemen Hubungan Masyarakat di
SDIT Al Ishlah Sudimampir adalah Partisipasi masyarakat tersebut salah satunya yaitu
mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa dalam rangka meningkatkan
kerjasama sekolah dengan orang tua siswa untuk meningkatkan prestasi siswa serta
dalam rangka meningkatkan peran komite sekolah agar tidak terjadi komunikasi satu
arah.
5.2 Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Suhadi. 2020. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep dan Aplikasi dalam Aktivitas
Manajerial di Sekolah atau Madrasah. Yogyakarta: LkiS.
Rustam. 2017. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Yogyakarta: K-Media.
Hardani. 2020. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: CV. Pustaka
Ilmu.
Wiyono. 2017. Manajemen Berbasis Sekolah (Implementasi Manajemen Sekolah untuk
Meningkatkan Peningkatan Mutu Pembelajaran). Malang: Percetakan Universitas
Malang.
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Mulyasa. Modul 01. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah. Edisi 3.
Dakir. 2017. Manajemen Berbasis Sekolah. Yogyakarta: K-Media.
23
LAMPIRAN
24
Dokumentasi : Masjid SDIT AL Ishlah Sudimampir
25
SURAT KETERANGAN
Nomor : 24-SDIT.A/XI/2023
Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala Sekolah Dasar Ilmu Terpadu Al-Ishlah
Sudimampir Kecamatan Balongan, menerangkan dengan susungguhnya bahwa :
Sehubungan dengan beredarnya surat izin penelitian pada tanggal 21 Oktober 2023
perihal perizinan tempat penelitian dalam rangka penelitian mahasiswa Manajemen
Berbasis Sekolah dengan tema “Proses Manajemen Berbasis Sekolah”.
Perlu kami sampaikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pada prinsipnya kami tidak keberatan dan dapat mengizinkan pelaksanaan
penelitian di tempat Sekolah Dasar Ilmu Terpadu Al-Ishlah Sudimampir.
2. Izin melakukan observasi diberikan semata-mata untuk kepentingan
akademik
3. Waktu observasi data dilakukan pada hari sabtu, 21 Oktober 2023.
Yang bersangkutan telah melakukan penelitian di SD IT Al-Ishlah Sudimampir
pada tanggal 21 Oktober 2023.
Demikian surat keterangan ini diberikan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
26
ANGKET MUTU LAYANAN PENDIDIKAN
Bapak/Ibu Guru diminta untuk menunjukkan persepsi mengenai Proses MBS di Sekolah SMA Islam Al
Ishlah Boarding School, dengan cara memberi tanda ceklis ( √ ¿ sesuai kondisi yang dirasakan pada kolom yang
telah disediakan :
Keterangan :
Sangat setuju (SS) =4
Setuju (S) =3
Kurang setuju (KS) =2
Tidak Setuju (TS) =1
Penilaian
Sangat Setuju
No Variabel Item Pertanyaan
Tidak Setuju
Setuju
Kurang
Setuju
Ruang kelas di sekolah kami senantiasa dalam keadaan bersih.
1
Sarana dan
Prasarana
27
Semua guru di sekolah kami menggunakan metode penilaian berupa ujian
13 teori dan praktik untuk menilai hasil belajar siswa.
Saya melihat sekolah kami memiliki guru dan karyawan dengan jumlah,
15 kualifikasi, dan kompetensi yang memadai.
28