UNGGUL
MAKALAH
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Bissmillahirrahmannirrohim
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, ktitik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun penulis
harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Pemerintah RI, UNDANG-UNDANG RI NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL (Jakarta: Mini Jaya Abadi, 2003).
1
meningkatkan daya saing sekolah dengan cara melakukan perbaikan
secara terus menerus dan berkesinambungan.
Sekolah unggul atau sekolah yang kerap diunggulkan oleh
masyarakat adalah impian semua sekolah yang ada. Namun untuk
mencapai kualitas sekolah unggul tidaklah mudah, ada beberapa indicator
dan manajemen yang baik yang harus dicapai untuk mendapat gelar
sekolah unggul. Mulai dari segi sumberdaya manusianya (SDM), fasilitas,
sampai lingkungan sangat perlu diperhatikan agar sesuai dengan capaian
sekolah unggul. Dengan demikian, terkait permasalahan konsep dasar dan
paradigma manajemen sekolah unggul maka penulis akan membahas pada
makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Syarifah Rahmah, “MENGENAL SEKOLAH UNGGULAN,” no. 1 (2016): 12.
3
menggunakan TIK, menggunakan evaluasi yang menggunakan OECD,
memiliki berbagai fasilitas yang sangat memadai, aktif dalam menjalin
kerjasama dengan berbagai pihak untuk kemajuan sekolah, dan
menerapkan standar pembiayaan sesuai pendidikan nasional.3
1. Letak dan kondisi sekolah nyaman dan asri, jauh dengan jalan raya,
bertujuan menghindari terhambat berjalannya proses pembelajaran.
2. Guru harus disiplin.
3. Guru dapat menciptakan model dan metode pembelajaran sendiri,
sesuai kebutuhan.
4. Kepala sekolah memberikan riward/penghargaan kepada guru
berprestasi.
5. Tersediannya ruang bermain siswa termasuk gedung olah raga,
gedung seni, laboratorium guna pengembangan kreatifitas siswa.
6. Guru yang mengajar harus sesuai dengan disiplin ilmunya,
berpengalaman dan humoris, untuk menghindari siswa bosan.
7. Tidak terjadi dikotomi antara guru dan siswa.
3
Aminatul Zahroh, “MANAJEMEN SEKOLAH UNGGULAN: STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITAS
SEKOLAH MENUJU PENDIDIKAN BERMUTU” 02 (n.d.): 16.
4
Sabar Budi Raharjo and Lia Yuliana, “MANAJEMEN SEKOLAH UNTUK MENCAPAI SEKOLAH
UNGGUL YANG MENYENANGKAN: STUDI KASUS DI SMAN 1 SLEMAN YOGYAKARTA,” Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan 1 (2016): 15.
4
Sedangkan manajemen sekolah merupakan proses pemanfaatan
seluruh sumber daya sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang
rasional dan sistematik (mencakup perencanaan, pengorganisasian,
pengerahan tindakan, dan pengendalian) untuk mencapai tujuan sekolah
secara efektif dan efisien. Tindakan-tindakan manajemen tersebut
bersumber pada kebijakan dan peraturan-peraturan yang disepakati
bersama yang diwujudkan dalam bentuk sikap, nilai, dan perilaku dari
seluruh orang yang terlibat di dalamnya. Tindakan-tindakan manajemen
tidak berlangsung dalam satu isolasi, melainkan terjadi dalam satu
keutuhan kompleksitas sistem. Apabila dilihat dalam perspektif ini, maka
dimensi sekolah efektif meliputi: (a) Layanan Belajar bagi Siswa; (b)
Pengelolaan dan Layanan Siswa; (c) Sarana dan Prasarana Sekolah; (d)
Program dan Pembiayaan; (e) Partisipasi Masyarakat; (f) Budaya
Sekolah.5
5
Nurdin, “MANAJEMEN SEKOLAH EFEKTIF,” Jurnal Administrasi Pendidikan 13 (2011).
5
insinyur, tetapi dalam perkembangannya banyak lembaga pendidikan
mengembangkan sendiri konsep manajemen mutu terpadu.6
6
Fahrina Yustiasari Liriwati and Abdul Syahid, “MANAJEMEN SEKOLAH MENUJU SEKOLAH
UNGGULAN,” 2021, 11.
7
Sherly dkk, Manajemen Pendidikan, Pertama (Bandung: Widina Bhakti Persada, 2020).7.
8
Yasya Fauzan Wakila, “Konsep dan Fungsi Manajemen Pendidikan,” Equivalent : Jurnal Ilmiah
Sosial Teknologi 3, no. 1 (January 25, 2021): 49–62, https://doi.org/10.46799/jequi.v3i1.33.
6
berdasarkan bagian dan bidang masing-masing sehingga
terintegrasikan hubungan-hubungan kerja yang sinergis, koperatif,
harmonis, dan seirama dalam mencapai tujuan yang telah
disepakati.9
3. Staffing, yaitu adalah kegiatan menempatkan pendidik dan tenaga
kependidikan sesuai dengan kompetensi keahlian masing-masing
mulai dari perekrutan, penempatan, pelatihan, pendidikan dan
pengembangan kompetensi keahlian dari pendidik dan tenaga
kependidikan.
4. Directing, yaitu kegiatan pemberian instruksi, bimbingan, arahan,
motivasi dan teladan dari kepala sekolah sebagai manager sekolah
agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
5. Coordinating, yaitu kegiatan mengkoordinasikan agar terjadi
keseimbangan pengamanatan tugas dan tanggung jawab kepada
setiap elemen yang ada dalam lembaga pendidikan.
6. Controlling, yaitu kegiatan mengevaluasi terhadap keseluruhan
kegiatan pendidikan yang telah dilaksanakan untuk dijadikan
koreksi perbaikan kegiatan yang selanjutnya. Pengawasan dapat
dilakukan secara vertikal maupun horizontal, atasan dapat
melakukan pegontrolan terhadap kinerja bawahannya, demikian
pula bawahan dapat melakukan upaya kritik kepada atasannya.
Cara demikian diistilahkan dengan sistem pengawasan melekat.
Pengawasan melekat lebih menitikberatkan pada kesadaran dan
keikhlasan dalam bekerja. Fungsi pengawasan yang baik yaitu
memastikan bahwa sebuah pekerjaan dapat diselamatkan dari
kegagalan, sebelum hal tersebut benar-benar terjadi maka pimpinan
harus memastikannya lewat pengawasaan yang ketat. Dengannya,
pimpinan dapat mengukur ketercapaian suatu program baik dari sisi
kuantitas pencapaiannya maupun kualitasnya.10
9
Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, 1st ed. (Bandung: Pustaka Setia, 2012).22.
10
Fathul Maujud, “IMPLEMENTASI FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN
ISLAM,” 2018, 21.
7
Jadi fungsi dari manajemen pendidikan dijalankan oleh kepala sekolah
selaku manager di satuan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan
pendidikan yang dimulai dari kegiatan perencanaan sampai dengan
kegiatan pengawasan untuk menilai kegiatan pendidikan yang telah
dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan.
11
Wahyu Bagja Sulfemi and Arsyad Arsyad, “PENGELOLAAN MANAJEMEN SEKOLAH YANG
EFEKTIF DAN UNGGUL,” preprint (INA-Rxiv, December 23, 2019), 11,
https://doi.org/10.31227/osf.io/rvgk6.
8
dikembangkan secara optimal. Sehingga upaya menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas dapat dicapai dalam waktu yang relatif lebih
cepat untuk tercapainya sekolah yang unggul. Pengelolaan sekolah dalam
mencapai sekolah unggul perlu berfokus pada kajian-kajian sebagai
berikut :
12
Wahyu Bagja Sulfemi, “MANAJEMEN KURIKULUM DI SEKOLAH,” n.d., 157.
13
Fakhrul Rijal, “KURIKULUM SEKOLAH UNGGUL: SUATU EVALUASI IMPLEMENTATIF,” n.d., 19.
9
atau untuk kepentingan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
2. Berperan sebagai prasyarat dan tumpuan bagi topik-
topik lain.
3. Mempunyai tingkat keterpakaian (applicability) yang
lebih luas sehingga mempunyai kemungkinan
penggunaan yang lebih besar untuk menyesuaikan diri
terhadap situasi yang selalu berubah dan berkembang.
4. Menumbuhkan minat dan daya tarik yang besar untuk
mempelajarinya, baik untuk pengembangan
pengetahuan dasarnya maupun kegunaannya yang
bersifat praksis dalam kehidupan peserta didik sehari-
hari
c. Budaya Mutu
Budaya mutu harus tertanam di sanubari semua warga sekolah,
sehingga setiap perilaku selalu didasari oleh profesionalisme.
Budaya mutu memiliki elemen-elemen sebagai berikut:
1. Informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan,
bukan untuk mengadili/mengontrol orang
2. Kewenangan harus sebatas tanggungjawab
3. Hasil harus diikuti penghargaan (rewards) atau sanksi
(punishment);
4. Kolaborasi dan sinergi, bukan kompetisi, harus
merupakan basis untuk kerjasama
5. Warga sekolah merasa aman terhadap pekerjaannya
6. Atmosfir keadilan (fairness) harus ditanamkan
7. Imbal jasa harus sepadan dengan nilai pekerjaannya
8. Warga sekolah merasamemiliki sekolah.
d. Dukungan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik dan tenaga kependidikan bukan hanya menyangkut
kualifikasi sebagaimana disarankan, melainkan juga mencakup
10
kompetensi yang memadai. Kompetensi tersebut mencakup
hal-hal sebagai berikut :
1. Guru memiliki kompetensi profesional secara baik,
bukan hanya karena latar belakang guru yang sesuai
dengan tugas mengajarnya, melainkan pula selalu ada
usaha peningkatan kompetensi akademik melalui
berbagai forum baik seminar, pelatihan, diskusi, dan
forum-forum lain yang relevan sehingga kompetensi
bidang studi para guru sudah tidak diragukan.
2. Guru memiliki kompetensi pedagogik yang baik yang
ditunjukkan pada implementasi kegiatan pembelajaran
yang mempu menyusun perencanaan, pelaksanaan
metodologi, dan pelaksanaan evaluasi secara baik pula.
Guru selalu ada usaha untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran melalui berbagai usaha seperti
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
3. Memiliki kompetensi sosial dengan baik yang
dibuktikan dengan adanya kemampuan menempatkan
diri secara tepat dalam menjalin komunikasi dengan
kepala sekolah, teman sejawat, para tenaga
kependidikan, dan siswa. Kegiatan pembelajaran
mencerminkan suasana sosial yang baik yang
menjadikan siswa nyaman, aman, dan terlindungi dari
kekerasan intelektual dan sosial.
4. Memiliki kompetensi kepribadian baik yang
dicerminkan dari perilaku dan etika profesi yang
menunjukkan tugas profesionalnya sebagai pengajar,
pendidik, pelatih, pembimbing, dan pelayan bagi siswa
5. Tenaga kependidikan baik kualifikasi maupun
kompetensi juga mendukung kegiatan pendidikan, dan
memiliki jiwa pelayanan prima yang baik sehingga
mampu menciptakan suasana akademik yang sehat,
11
nyaman, menyenangkan, dan bermartabat. Tampak
suasana kebatinan sangat baik dan bersinergi dengan
berbagai komponen.
e. Lingkungan Sekolah
Sebagai pendidik yang bertanggungjawab maka harus
mengenalkan lingkungan dan memastikan bahwa lingkungan
sekolah mampu mengembangkan potensi siswa.14 Semua harus
dilakukan di lingkungan (iklim kelas) yang kondusif agar siswa
merasa sebagai bagian dari masyarakat sekolah. Iklim kelas
yang kondusif memberikan rasa aman, nyaman akan
mendukung dalam hal bekerja dan belajar bagi guru mupun
murid. Unggul juga karena penekanan pada iklim belajar yang
positif dilingkungan sekolah. Sekolah yang unggul adalah
sekolah yang mampu memproses siswa yang bermutu rendah
menjadi siswa yang bermutu tinggi. Karena iklim kelas adalah
salah satu indikator penting untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan hasil pembelajaran.
f. Sarana dan Prasarana
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi
perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan
sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib
memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha,
ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja,
ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat
berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
g. Layanan Prima
14
Mu’alimin, Menjadi Sekolah Unggul, 1st ed. (Yogyakarta: Ganding Pustaka, 2014). 46.
12
Layanan prima merupakan layanan kepada pelanggan yang
mencerminkan adanya kepuasan pelanggan.15 Disini kepala
sekolah, guru dan tenaga kependidikan adalah merupakan
tokoh pemberi layanan prima. Sedangkan siswa adalah tokoh
yang diberi layanan prima, siswa dilayani pengembangan
intelektual, emosional, ketrampilan dan spiritualnya.
h. Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan secara
Berkelanjutan
Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditujukan untuk
mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik,
tetapi yang terpenting adalah bagaimana memanfatkan hasil
evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki dan
menyempurnakan proses belajar mengajar di sekolah.16 Oleh
karena itu, fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam
rangka meningkatkan mutu peserta didik dan mutu sekolah
secara keseluruhan dan secara terus menerus. Perbaikan secara
terus menerus harus merupakan kebiasaan warga sekolah.
Tiada hari tanpa perbaikan. Karena itu, sistem mutu yang baku
sebagai acuan bagi perbaikan harus ada. Sistem mutu yang
dimaksud harus mencakup struktur organisasi, tanggungjawab,
prosedur, proses dan sumberdaya untuk menerapkan
manajemen mutu.
15
Sabar Budi Raharjo and Lia Yuliana, “MANAJEMEN SEKOLAH UNTUK MENCAPAI SEKOLAH
UNGGUL YANG MENYENANGKAN: STUDI KASUS DI SMAN 1 SLEMAN YOGYAKARTA,” Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan 1 (2016): 15.
16
Anwar Sewang, Manajemen Pendidikan, 1st ed. (Malang: Wineka Media, 2015).
13
penting dan sangat dibutuhkan oleh orang tua siswa, pemerintah,
masyarakat, bahkan oleh siswa itu sendiri yaitu sejauh mana sekolah dapat
mengoptimalkan potensi siswa dan pendekatan individual dalam
pembelajaran.17
Jabar (2011) menyampaikan bahwa sekolah unggul diartikan sama
dengan sekolah efektif yaitu sekolah yang memiliki kemampuan
menyelenggarakan proses dan menghasilkan output pendidikan yang lebih
tinggi dari standar yang ada. Sekolah unggul identik dengan sekolah
cerdas juga dengan istilah sekolah efektif, karena pada akhirnya dari hasil
perlakuan selama mengikuti kegiatan belajar mengajar adalah untuk
menghasilkan lulusan yang terbaik, yang tidak hanya saja memiliki
pengetahuan yang memadai akan tetapi juga berperilaku aktif, kreatif,
inovatif, mandiri dan berakhlak mulia.18 Dalam sebuah lembaga
pendidikan sangat diperlukan adanya sebuah manajemen. Karena dalam
pengelolaan sekolah, fokus dari segala usaha terletak pada proses belajar
mengajar. Sukses dalam pembelajaran dapat ditunjang oleh kepala
sekolah, guru, komite sekolah, serta sarana prasarana yang memadai.
Manajemen sekolah unggul bisa dikatakan sebagai sekolah yang
memiliki sistem pengelolaan yang baik, transparan dan akuntabel, serta
mampu memberdayakan setiap komponen penting sekolah. Sekolah
unggul dapat terwujud bila mana sistem manajemen atau pengelolaannya
sesuai. Seperti menyediakan tenaga pengajar yang berkualitas dan
profesional, menyediakan fasilitas yang lengkap, menegakan peraturan
dengan tidak pandang bulu, menciptakan budaya yang baik di lingkungan
sekolah, dan masih banyak lagi.
Merujuk pada pemikiran Ahmad Ali Riyadi bahwa ciri-ciri atau cara
pengelolaan sekolah yang unggul dan bermutu yaitu:
17
Endang Poerwanti and Beti Istanti Suwandayani, MANAJEMEN SEKOLAH DASAR UNGGUL
(Malang: UMM Press, 2020).1.
18
Sumarto, “MANAJEMEN SEKOLAH: WUJUDKAN GURU PROFESIONAL,” Jurnal Ilmu Pendidikan
14 (2018): 55.
14
1) Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal
maupun eksternal.
2) Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang
muncul, dengan komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.
3) Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya,
sehingga terhindar dari berbagai “kerusakan psikologis” yang
sangat sulit memperbaikinya.
4) Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas.
5) Sekolah mengelola dan memperlakukan keluhan sebagai umpan
balik untuk mencapai kualitas dan meposisikan kesalahan sebagai
instrumen untuk berbuat benar pada masa beriktnya.
6) Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai
kualitas baik untuk jangka pendek, menengah maupun jangka
panjang.
7) Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan
semua orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung
jawabnya.
8) Sekolah mendorong orang dipandang memiliki kreativitas,
mampu menciptakan kualitas dan merangsang yang lainnya agar
dapat bekerja secara berkualitas.
9) Sekolah memperjelas peran dan tangung jawab setiap orang.
10) Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
11) Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah
dicapai sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas layanan lebih
lanjut.
12) Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya
lain dan sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus
menerus sebagai suatu keharusan.19
19
Op. Cit., Aminatul Zahroh, “MANAJEMEN SEKOLAH UNGGULAN: STRATEGI PENGEMBANGAN
KAPASITAS SEKOLAH MENUJU PENDIDIKAN BERMUTU” 02 (n.d.): 152.
15
Untuk mewujudkan, mendirikan dan menciptakan sekolah yang unggul
setidaknya ada 4 langkah sederhana, paraktis, dan deskriptif yaitu dengan
metode atau langkah Four Mim (4M) yang mencakup:
Sekolah yang baik adalah sekolah yang nyaman, lengkap fasilitas, luas,
memiliki guru yang mengajar sesuai dengan disiplin ilmunya, berwawasan
luas, berdedikasi tinggi, jujur dan cerdas. Pada sekolah unggul, secara
khusus peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan unggul
baik dalam hal prestasi, potensi intelektual, maupun bakat khusus yang
bersifat keterampilan akan dapat dipupuk dan dikembangkan secara
optimal. Sehingga upaya menciptakan SDM yang berkualitas dapat
dicapai dalam waktu yang relatif lebih cepat, untuk mencapai keberhasilan
upaya tersebut maka sangat diperlukannya manajemen sekolah dengan
baik.
16
unggul. Manajemen atau cara pengelolaan yang baik sangat dibutuhkan
guna mewujudkan sekolah unggul yang berkualitas dan juga berkelas.20
20
Op. Cit., Syarifah Rahmah, “MENGENAL SEKOLAH UNGGULAN,” Vol. No. 1 (2016): 21.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
18
terwujud jika sistem manajemen atau pengelolaannya sesuai dengan
kebutuhan masyarakat / pelanggannya. Seperti menyediakan tenaga
pengajar yang berkualitas dan profesional, menyediakan fasilitas yang
lengkap, menegakan peraturan dengan tidak pandang bulu, menciptakan
budaya yang baik di lingkungan sekolah, dan masih banyak lagi. Dengan
adanya pengelolaan sekolah yang baik dan sesuai dengan aturan maka
sekolah akan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah unggul lainnya.
B. SARAN
Mungkin inilah yang dapat penulis paparkan, mohon kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
19
DAFTAR RUJUKAN
Mu’alimin. Menjadi Sekolah Unggul. 1st ed. Yogyakarta: Ganding Pustaka, 2014.
Saefullah. Manajemen Pendidikan Islam. 1st ed. Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Sewang, Anwar. Manajemen Pendidikan. 1st ed. Malang: Wineka Media, 2015.
20
Sumarto. “MANAJEMEN SEKOLAH: WUJUDKAN GURU PROFESIONAL.”
Jurnal Ilmu Pendidikan 14 (2018): 55.
21