Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL 3

Kode MK : PDGK4204 NIM : 858888443


Nama MK : Pendidikan Bahasa Indonesia di NAMA : SITI MAGHFIROH
SD
Prodi/Semester : S1 PGSD Pokjar : GIRI
Nama Tutor : SITI QOMARIYAH, S.Pd M.Pd

JAWABAN TT 3

1. Dari segi Jenisnya Menyimak menurut Tarigan( 1983:22 ) ada dua jenis, Yaitu menyimak
intensif dan menyimak ekstensif.
a. Menyimak ekstensif
Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang
lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu dibawah bimbingan langsung dari
seorang guru. Pada umumnya menyimak ekstensif dapat dipergunakan untuk dua tujuan yang
berbeda. Menyimak ekstensif bisa juga disebut sebagai proses menyimak yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di jalan, di
pasar, kotbah di masjid dan sebagainya.
Beberapa jenis kegiatan menyimak ekstensif antara lain:
1) Menyimak sosial (social listening) yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan oleh masyarakat
dalam kehidupan sosial, di pasar, di jalan, dan sebagainya
2) Menyimak sekunder (secondary listening) adalah kegiatan menyimak yang dilakukan secara
kebetulan. Contoh menyimak sekunder yaitu pada saat kita belajar dan tiba-tiba kita mendengar
suara anggota keluarga kita bercanda di ruang tamu, suara radio, televisi, atau suara-suara lain
yang ada disekitar tempat tinggal kita.
3) Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif adalah
kegiatan menyimak untuk menikmati atau menghayati sesuatu. Misalnya menyimak pembacaan
puisi.
4) Menyimak pasif adalah kegiatan menyimak suatu bahasan yang dilakukan tanpa sadar

b. Menyimak intensif
Menyimak intensif adalah menyimak yang dilakukan untuk memahami makna yang
dikehendaki. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam menyimak intensif diantaranya yaitu
menyimak intensif pada dasarnya menyimak pemahaman, menyimak intensif memerlukan
tingkat konsentrasi pemikiran dan perasaan yang tinggi, menyimak intensif pada dasarnya
memahami bahasa formal dan menyimak intensif memerlukan produksi materi yang disimak.
Jenis-jenis yang termasuk dalam menyimak intensif diantaranya adalah:
1) Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak berupa pencarian
kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang
pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat. Pada umumnya
menyimak kritis lebih cenderung meneliti letak kekurangan, kekeliruan, dan ketidaktelitian yang
terdapat dalam ujaran atau pembicaraan seseorang.
2) Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga disebut menyimak sejenis telaah.
Menurut Dawson (dalam Tarigan: 2008: 49) kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak
konsentratif yaitu: (a) mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan; (b)
mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan, serta
sebab-akibat; (c) mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu; (d) memperoleh
pemahaman dan pengertian yang mendalam; (e) merasakan serta menghayati ide-ide sang
pembicara, sasaran, ataupun pengorganisasiannya; (f) memahami ide-ide sang pembicara; (g)
mencari dan mencatat fakta-fakta penting.
3) Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang
mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan,
gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh sesuatu yang
disimaknya. Dalam kegiatan menyimak kreatif ini tercakup kegiatan-kegiatan: (a)
menghubungkan makna-makna dengan segala jenis pengalaman menyimak;
(b) membangun atau merekonstruksikan imaji-imaji visual dengan baik sementara menyimak;
(c) menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif untuk menciptakan
karya baru dalam tulisan, lukisan, dan pementasan; (d) mencapai penyelesaian atau pemecahan
masalah-masalah serta sekaligus memeriksa dan menguji hasil-hasil pemecahan atau
penyelesaian tersebut.
4) Menyimak eksplorasif, menyimak yang bersifat menyelidik, atau exploratoty listening adalah
sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah
dan lebih sempit. Dalam kegiatan menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan
perhatiannya untuk menjelajahi serta menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian,
informasi tambahan mengenai suatu topik dan isu, penggunjingan atau buah mulut yang
menarik.
5) Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif
yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-
butir dari ujaran sang pembicara karena penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan. Dalam
kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan
perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai sang
pembicara. Dawson (dalam Tarigan, 2008: 52).
6) Menyimak selektif adalah menyimak secara cerdas dan cermat aneka ragam ciri-ciri bahasa
yang berurutan (nada suara, bunyi, bunyi asing, bunyi-bunyi yang bersamaan, kata dan frase,
serta bentuk-bentuk ketatabahasaan). Satu- satunya cara yang mungkin membuat kita terbiasa
dengan bentuk akustik bahasa ialah mendengarkannya atau menyimaknya secara selektif. Salah
satu keuntungan utama menyimak secara selektif pada struktur-struktur ketatabahasaan ialah
struktur-struktur yang diserap oleh proses ini cenderung membuat kebiasaan-kebiasaan dalam
otak kita. Bahkan setelah kita berhenti menyimak pun, terutama bagi susunan kata-kata seperti
itu, otak kita terus melanjutkan proses pengklasifikasian secara otomatis segala sesuatu yang
telah kita dengar itu.

2. Kimble (dalamHergenhahn,1982) mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku siswa


setelah melaksanakan pembelajaran adalah tingkah laku yang relatif permanen, tingkah
laku yang diakibatkan oleh adanya penguatan(reinforcement)praktis.
Beberapa detail hakikat pembelajaran tersebutdikemukakan sebagai berikut :
1. Pembelajaran menyebabkan tingkah laku, dengan kata lain, proses belajar dapatdiamati,
bahwa setelah mengikuti pembelajaran seseorang dapat melakukansesuatu yang sebelumnya
tidak dapat dilakukannya.
2. Perubahan tingkah laku tersebut relatif permanen.
3. Perubahan tingkah laku tidak dapat begitu saja berubah menjadi pengalamanwalaupun potensi
untuk itu telah dimiliki.
4. Perubahan tingkah laku disebabkan pengalaman/latihan praktis.
5. Pengalaman /latihan harus selalu ditajamkan, terutam pada tanggapan yangmemerlukan
adanya penghargaan (reword).
Pembelajaran dapat membuat seseorang memiliki pengalaman dan tingkahlaku sesuai
dengan pengalaman atau pelatihan yang diterimanya. Oleh sebab itu,dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia (BI) sebagaia B2 bagi siswa sekolah dasar(SD) perlu diberikan kesempatan kepada
siswa untuk berlatih menggunakanbahasa agar apa yang dilakukan itu dapat mengubah tingkah
laku dalam berbahasaIndonesia.

3. Bahasa Indonesia di sekolah digunakan sebagai bahasa pengantar sejak SD sampai


dengan perguruan tinggi. Menurut kurikulum 2004, yakni kurikulum berbasis
kompetensi, mapel bahsa Indonesia mempunyai tujuan.
Pembelajaran bahasa bertujuan untuk mencapai kompetensi komunikatif, yakni kompetensi
penggunaan bahasa sebagai landasan dalam kegiatan berpikir dan bertindak untuk memahami
dan memaknai kehidupan secara individu dan sosial. Kompetensi komunikatif meliputi:
kompetensi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan dilandasi oleh kompetensi
berpikir kritis dan kreatif. Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis kompetensi merupakan
alternatif untuk mewujudkan kompetensi komunikatif, dan para guru diharapkan mampu
mengembangkannya sesuai dengan prinsip dan prosedur yang ada. Kompetensi dalam
Pembelajaran Belajar bukanlah kegiatan sesaat namun terjadi dalam suatu proses oleh individu
sebagai pelaku/subjek belajar. Belajar ditandai oleh adanya suatu perolehan. Perolehan/ hasil
belajar baik yang berupa kecakapan, keterampilan, maupun nilai-nilai merupakan bentukan
pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan belajar. Hasil belajar akan optimal dalam
lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini sesuai dengan pendapat Gredler (1991) dan Munandir
(2001) bahwa hasil belajar mensyaratkan terjadinya perubahan perilaku yang bersifat jangka
panjang dan relatif tetap dalam hal kecakapan, keterampilan, dan sikap. Untuk selanjutnya
kecakapan, keterampilan, dan sikap disebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar yang merupakan
kompetensi belajar direfleksikan oleh pembelajar dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
(Depdikbud, 1995; Depdiknas, 2002). Dalam lingkup pembelajaran (formal dan nonformal),
kompetensi belajar dirumuskan dan dirangkum dalam suatu program yang disebut dengan
kurikulum. Berdasarkan kompetensi-kompetensi tersebut sebuah kurikulum diwujudkan. Saat
ini, salah satu kurikulum yang dikembangkan

4. Metode pembelajaran berbicara terdiri dari beberapa metode yaitu meliputi :


1. ulang ucap. Pada tahap awal siswa belajar berbicara memerlukan contoh pelafalan secara
benar sebagai pejanan. Jika siswa salah mengucapkan dalam menirukan, kata itu dapat
diulang lagi sampai lafal siswa betul.
2. lihat ucap. Dapat dilakukan dengan cara memperlihatkan sesuatu yang konkret atau gambar
benda sebagai media, kemudian siswa menyebutkan warna benda tersebut dan menceritakan
isi gambar. Metode ini dapat digunakan untuk lafal yang masih sering salah bagi siswa atau
model pencitraan deskriptif
3. memerikan. Siswa disuruh memperlihatkan sesuatu yang dapat berwujud benda atau peristiwa
dengan waktu yang telah ditentukan, kemudian siswa disuruh memerikan atau
mendeskripsikan sesuatu yang diperlihatkan tersebut secara lisan. Misalnya, guru
memperlihatkan daun papaya, kemudian meminta siswa memerikan bentuknya, warna
daunnya, manfaatnya dan sebagainya.
4. menjawab pertanyaan. Metode ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan dalam
pembelajaran BI dapat digunakan untuk semua standar kompetensi karena dalam setiap
pembelajaran guru dapat mengawali dengan memberikan pertanyaan.
5. bertanya. Sebelum guru mengawali pembelajaran, baiknya memberikan pertanyaan terhadap
materi yang akan dibahas. Dan sebelum mengakhiri harus memberikan tugas atau materi yang
harus dikerjakan siswa. dengan demikian terjadinya tanya jawab. Bertanya bukan hanya pada
kegiatan berbicara saja, karena pada hakikatnya pembelajaran semua keterampilan selalu ada
pertanyaan.
6. bertanya menggali. Pertnyaan menggali dimaksud untuk melatih siswa banyak berbicara
karena pertanyaan menggali merangsang siswa untuk banyak berpikir. Pertanyaan menggali
yang dilakukan guru dapat juga digunakan untuk mengetahui kedalaman pemahaman siswa
terhadap suatu masalah
7. melanjutkan cerita. Siswa disuruh menceritakan sesuatu, kemudian siswa yang lain disuruh
melanjutkan cerita itu
8. melanjutkn cerita. Metode ini dapat diterapkan untuk mengintegrasikan kompetensi membaca,
mendengarkan, dan sastra. Ntuk memulai pembelajaran dapat memutar kaset, memberi bahan
bacaan, atau membacakan sebuah bacaan sastra kepada siswa.
9. bercakap-cakap. Percakapan merupakan pertukaran pikiran atau pendapat tentang suatu
masalah atau topic antara dua orang atau lebih. Pada umunya, suasana dalam percakapan
adalah suasana akrab dan spontan.
10. mereka cerita gambar. Guru menunjukkan beberapa gambar atau rangkaian gambar
kemudian siswa disuruh menceritakan isi gambar yang guru tunjukkan dengan bahasanya
masing-msing sesuai dengan pemahamannya.
11. bercerita. Dengan metode ini, siswa diminta untuk memilih cerita yang menarik tentang
dirinya, cerita orang lain, atau cerita yang pernah ia baca.
12. memberi petunjuk. Dalam menggunakan metode ini, guru meminta siswa untuk memberi
petunjuk tentang suatu acara, tempat, letak, atau cara menggunakan atau mengerjakan sesuatu
dengan bahasa yang singkat jelas dan tepat.
13. melaporkan. Guru meminta siswa untuk melaporkan sesuatu secara lisan. Agar laporan baik
dan lancar terlebih dahulu siswa disuruh menulis apa yang akan dilaporkan
14. bermain peran. Bermain peran hamper sama dengan percakapan. Hanya saja dalam
percakapannya seseorang mmeranjan diri sendiri masing-masing. Sedankan dalam bermain
peran seseorang memerankan orang lain.
15. wawancara. Wawancara adalah percakapan dalam bentuk tanya jawba. Dalam situasi formal,
orang yang diwawancarai adalah orang yang berprestasi, ahli, atau yang mengalami. Adapun
dalam situasi non formal, wawancara dapat berlangsung secara antarteman.

5. Dalam sastra anak mempunyai 3 ciri yang membedakan sastra anak dan sastra orang
dewasa yaitu :
1. unsur pantangan, yaitu unsur yang secara khusus berhubungan dengan tema dan amanat.
Artinya, sastra anak pantang atau menghindari masalah-masalah yang menyangkut tentang
seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian, atau hal-hal yang bersifat
negative atau buruk.
2. penyajian dengan gaya secara langsung, artinya tokoh yang diperankan sifatnya hitam putih.
Maksudnya adalah setiap tokoh yang berperan hanya mempunyai sifat utama yaitu baik atau
jahat
3. fungsi terapan, maksudnya adalah sajian cerita harus bersifat menambah pengetahuan yang
bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai