Anda di halaman 1dari 42

TUGAS MAKALAH

INSOMNIA

DISUSUN OLEH :

NAMA :NUR PEBRIANI TUARITA

JURUSAN : KEPERAWATAN

MENTOR : NUR RAYA SARI MONY


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Insomnia ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammda SAW, keluarganya, sahabatnya,dan kepada kita selaku
umatnya.

Makalah ini saya buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran. Saya ucapakan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Makalah Insomnia ini. Dan sayajuga menyadari pentingnya akan sumber bacaan
dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang
akan menjadi bahan makalah.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat
dengan sebaik-baiknya. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan Makalah Insomnia ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Saya mohon maaf jika dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah
Insomnia ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Insomnia
B. Kriteria Insomnia
C. Diagnosa Insomnia
D. Penyebab Insomnia
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Insomnia

1. Penyakit
2. Lingkungan
3. Motivasi
4. Kelelahan
5. Kecemasan
F. Gejala Insomnia
G. Pengobatan Insomnia
H. Manfaat Peneliti
I. Batasan Peneliti
J. Keaslian Peneliti

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Insomnia, juga dikenal sebagai sulit tidur, adalah gangguan tidur di mana
orang sulit tidur. Mereka mungkin mengalami kesulitan tidur, atau tetap
tertidur selama yang diinginkan. Insomnia biasanya diikuti oleh kantuk di
siang hari, energi rendah, lekas marah, dan suasana hati yang depresi. Ini
dapat mengakibatkan peningkatan risiko tabrakan kendaraan bermotor,
serta masalah fokus dalam belajar. Insomnia bisa bersifat jangka pendek,
berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu, atau jangka
panjang, berlangsung lebih dari sebulan. Gejala tersebut biasanya diikuti
gangguan fungsional saat bangun

Insomnia dapat terjadi tanpa ada keterlibatan dari masalah lain. Keadaan
yang dapat mengakibatkan insomnia termasuk stres psikologis, nyeri
kronis, gagal jantung,hipertiroidisme, mulas, sindrom kaki gelisah,
monopause, obat-obatan tertentu, dan obat-obatan seperti kafein, nikotin,
dan alkohol. Faktor risiko lain termasuk shift malam dan apnea tidur.
Diagnosis dapat dilakukan dengan dua pertanyaan: “apakah Anda
mengalami kesulitan tidur?” dan “apakah Anda kesulitan tidur atau tetap
tidur?”

Kebiasaan tidur dan perubahan gaya hidup biasanya merupakan


pengobatan pertama untuk insmonia. Kebiasaan tidur termasuk waktu
tidur yang konsisten, paparan sinar matahari, ruangan yang tenang dan
gelap, dan olahraga teratur. Terapi perilaku kognitif dapat ditambahkan
untuk ini. Walaupun obat tidur dapat membantu, mereka berhubungan
dengan cedera, demensia, dan kecanduan. Obat-obatan ini tidak dianjurkan
untuk lebih dari empat atau lima minggu. Efektivitas dan keamanan obat
alternatif tidak jelas.
Antara 10% dan 30% orang dewasa menderita insomnia pada titik waktu
tertentu dan hingga setengahnya mengalami insomnia pada tahun tertentu.
Sekitar 6% orang mengalami insomnia bukan karena masalah lain dan
berlangsung selama lebih dari sebulan. Orang yang berusia 65 tahun lebih
sering terkena daripada orang yang lebih muda. Wanita lebih sering
terkena daripada pria. Deskripsi menunjukkan bahwa insomnia telah
terjadi sejak Yunani ku

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan


di bahas di dalam makalah tentang Insomnia ini adalah sebagai
berikut:

1. Apakah pengertian insomnia


2. Apa saja kriteria insomnia
3. Bagaimana diagnosa insomnia
4. Apa saja penyebab insomnia
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi insomnia?
6. Apa saja gejala insomnia?
7. Bagaimana cara pengobatan insomnia?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Insomnia ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian insomnia.
2. Untuk mengetahui kriteria insomnia
3. Untuk mengetahui diagnosa insomnia
4. Untuk mengetahui penyebab insomnia
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi insomnia.
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengrtian Insomnia
Menurut DSM IV (Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder,
2000), insomnia adalah kesulitan individu dalam memulai,
mempertahankan dan merasakan kualitas tidur yang buruk. Nevid (2003)
menyatakan insomnia sendiri berasal dari kata In artinya tidak, dan
Somnus yang berarti tidur. Selanjutnya Nevid menjelaskan insomnia
mempunyai karakteristik kesulitan berulang untuk tidur atau untuk tetap
tidur, gangguan tidur tersebut mengakibatkan rasa lelah di siang hari dan
menyebabkan timbulnya tingkat stres pribadi yang signifikan atau
kesulitan untuk tertidur, tetap tidur, atau mengalami tidur yang membuat
orang merasa segar dan berenergi.
Di dalam buku “Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III”
(2001) juga menjelaskan bahwa insomnia adalah suatu kondisi tidur yang
tidak memuaskan secara kuantitas dan kualitas yang berlangsung untuk
suatu kurun waktu tertentu. Sedangkan Joewena (1988) mengatakan
bahwa insomnia adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak dapat tidur
seperti yang di harapakn.
Menurut Alimul (2006), insomnia suatu keadaan ketidakmampuan
mendapat tidur yang baik, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan
tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Sedangkan menurut Pinel
(2012), insomnia adalah semua gangguan menginisiasi dan
mempertahankan tidur.
Pada penelitian ini, menggunakan kriteria untuk variabel insomnia yang
menggunakan kriteria –kriteria insomnia dari ICD-10 (1992), DSM-IV-TR
(2000), ICSD (2001) yang telah dimodifikasi oleh Saldatos (2003) yang
mengemukakan bahwa insomnia adalah terganggunya induksi tidur,
terbangun di malam hari, bangun lebih awal dari yang diinginkan,
berkurangnya total durasi tidur, kualitas tidur yang buruk secara
keseluruhan, rasa nyaman yang menurun disiang hari, dan terganggungnya
fungsi fisik dan mental disiang hari.
Dari beberapa definisi di atas peneliti mengambil kesimpulan insomnia
adalah kesulitan untuk memulai dan mempertahankan tidur, mendapatkan
kualitas tidur yang buruk dan terganggunya aktivitas sehari-hari
penderitanya karena tidur yang terganggu.Definisi Istilah
1. Insomnia adalah keluhan sulit untuk Insomnia didefinisikan sebagai
kesulitan untuk jatuh tidur dan mempertahankan tidur, atau bangun
lebih dini (Bixler, Kales, Soldatos, Healey, dalam Lichstein dan Morin,
2000).
2. Pola aktivitas di definisikan sebagai kegiatan yang biasa di lakukan
oleh seseorang sehari-hari untuk melakukan suatu jenis kgiatan secara
rutin dan berulang (Polii, 2003).
3. Menurut Soemanto (2006), bahwa prestasi akademik adalah hasil
belajar terakhir yang di capai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu,
yang mana di sekolah presentasi akademik siswa biasanya dinyatakan
dalam bentuk angka atau simbol tertentu. Kemudian dengan angka
atau simbol tersebut, orang lain atau siswa sendiri akan dapat
mengetahui sejauh mana prestasi akademik yang telah dicapai. Dengan
demikian, prestasi akademik di sekolah merupakan bentuk lain dari
besarnya penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai siswa, dan
rapor dijadikan hasil belajar terakhir dari penguasaan pelajaran
tersebut.
4. Pengertian mahasiwa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun
1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan
tinggi
B. Kriteria Insomnia
Pada penelitian ini , kriteria-kriteria insomnia menggunakan kriteria-
kriteria insomnia athes (Soldatos, 2003) yang dirancang untuk mengukur
kesulitan tidur berdasarkan kriteria sistem klasifikasi terbaru dari ICD-10
(1992), DSM-IV-TR (2000), ICDS (2001) yang dimodifikasi dengan
insomnia pada mahasiswa yang terdiri dari delapan item, yaitu:
1. Induksi tidur
2. Terbangun dimalam hari
3. Bangun lebih awal dari yang diinginkan
4. Total durasi tidur
5. Kualitas tidur secara keseluruhan
6. Rasa nyaman disiang hari
7. Fungsi fisik dan mental

C. Diagnosa Insomnia
Spesialis tidur kedokteran memenuhi syarat untuk mendiagnosis berbagai
gangguan tidur. Pasien dengan berbagai penyakit termasuk sindrom fase
tidur tertunda sering salah didiagnosis sebagai insomnia. Diagnosis
berdasarkan kepada kebutuhan tidur secara individual. Untuk
mendiagnosis insomnia,dilakukan penilaian terhadap:
1. Pola tidur penderita sakit jiwa.
2. Pemakaian obat-obatan
3. Tingkatkan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.

D. Penyebab Insomnia
Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang
memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik
dan pemakaian obat-obatan. Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda
maupun usia lanjut, dan sering kali timbul bersamaan dengan gangguan
emosional, seperti kecemasan kegelisahan, depresi atau ketakutan. Kadang
seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.
Dengan bertambahnya usia, waktu tidur cenderung berkurang. Stadium 4
menjadi lebih pendekdan pada akhirnya menghilang, dan pada semua
stadium lebih banyak terjaga. Perubahan ini, walaupun normal, sering
membuat orang tua berpikir bahwa mereka tidak cukup tidur. Pola
terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut. Beberapa
orang tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa jam kemudian dan
sulit untuk tertidur kembali.

Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur.
Terbangun pada dini hari, pada usia berapapun, merupakan pertanda dari depresi.
Orang yang pola tidurnya terganggu dapat mengalami irama tidur yang terbalik,
mereka tertidur bukan pada waktunya tidur dan bangun pada saatnya tidur. Hal ini
sering terjadi sebagai akibat dari:

1. Jet lag (terutama jika berpergian dari timur ke barat).


2. Bekerja pada malam hari.
3. Sering beruba-ubah jam kerja.
4. Pengguna alkohol yang berlebihan.
5. Efek samping obat (kadang-kadang)
6. Kerusakan pada otak (karena ensefalitus, stroke, penyakit Alzheimer)
E. Faktor- faktor yang
Mempengaruhi Insomnia
Menurut Mubarak (2007) penyebab insomnia dibagi ke dalam tujuh
bagian yaitu:
1. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih
banyak dari normal, namun demikian keadaan sakit juga bisa
menjadikan seseorang kurang tidur atau tidak dapat tidur, seperti
asma,bronchitis, asam lambung, penyakit kardiovaskule, dan
penyakit persarafan.
2. Lingkungan
Seseorang yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan
nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maa
akan menghambat tidurnya.
3. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan
keinginan untuk terbangun dan waspada menahan kantuk.
4. Kelelahan
Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode
pertama tahap REM.
5. Kecemasan
Pada keadaan cemas, seseorang mungkin meningkatkan saraf
simpatis sehingga mengganggu tidur.
6. Alkohol
Alkohol menekankan REM secara normal, seseorang yang tahan
minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marajh.
7. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur
antara lain adalah:
a. Diuretic : menyebabkan insomnia
b. Anti Depresan : supersi REM
c. Kafein : meningkatkan saraf simpatis
d. Beta Blokee : menimbulkan insomnia
e. Narkotika : mensurpesi REM

F. Gejala Insomnia
Penderita yang mengalami kesulitan untu tidur atau sering terjaga di
malam hari dan sepanjang hari merasakan kelelahan. Awal proses tidur
pada pasien insomnia mengacu pada latensi yang berkempanjangan dari
waktu akan tidur sampai tertidur. Dalam Insomnia psikofisiologis, pasien
mungkin mengeluh perasaan cemas, tegang, khawatir, atau,mengingat
secara terus-menerus masalah-masalah pada masa lalu atau pada masa
depan karena mereka berbaring di tempat tidur terlalu lama tanpa tidur.
Pada insomnia akut, dimungkinkan ada suatu peristiwa yang memicu,
seperti kematian atau penyakit yang menyerang orang yang dicintai. Hal
ini dapat dikaitkan dengan timbulnya insomnia. Pola ini dapat menjadi
tetap dari waktu ke waktu, dan pasien dapat mengalami insomnia beulang
terus-menerus. Semakin besar usaha yang dikeluarkan dalam mencoba
untuk tidur, tidur menjadi lebih sulit diperoleh. Menonton jam saat setiap
menit dan jam berlalu hanya meningkatkan perasaan terdesak dan usaha
untuk tertidur. Tempat tidur akhirnya dapat dipandang sebagai medan
perang, dan tidur lebih muda dicapai dalam lingkungan yang asing.

G. Pengobatan Insomnia
Pengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya insomnia.
Orang tua yang mengalami perubahan tidur karena bertamnbahnya usia,
biasanya tidak memerlukan pengobatan, karena perubahan tersebut adalah
normal. Penderita insomnia hendaknya tetap tenang dan santai beberapa
jam sebelum waktu tidur tiba dan menciptakan suasana yang nyaman di
kamar tidur, cahaya yang redup dan tidak berisik.
Jika penyebabnya adalah stres emosional, diberikan obat untuk
mengurangi stres. Jika penyebabnya adalah depresi, diberikan obat anti
depresi. Jika gangguan tidur berhubungan dengan aktivitas normal
penderita dan penderita merasa sehat, bisa diberikan obat tidur untuk
mengatasi insomnia tanpa obat-obatan adalah dengan terapi hipnosis atau
hipnoterapi.

H. Manfaat Penelitian Tentang insomnia


1. Bagi Institusi Pendidikan
Hal penelitian ini diharapkan dapat dijadikan lahan masukan
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi pembangunan
institusi dalam upaya peningkatan mutu kualitas akademik
mahasiswa.

2. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan riset untuk mengetahui pengaruh
insomnia terhadap terjadinya gangguan pola aktivitas dan
prestasi akademik pada mahasiswa di universitas
Muhamadiyah Malang, sehingga dapat menambah wawasan
serta pengetahuan peneliti dalam memecahkan masalah secara
ilmiah dan analitik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Sebagai bahan kajian atau rujukan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut secara berkesinambunagan mengenai pengaruh
insomnia terhadap berbagai persoalan pada manusia (anak-anak
remaja, dan lansia).
I. Batasan Penelitian
Untuk mempermudah dan mempertegas lingkup penelitian, maka
penelitian ini di beri batasan penelitian sebagai berikut :
1. Responden penelitian ini adalah mahasiswa semester 6, tahun
angkatan 2009 progam studi ilmu Keperawatan fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhamdiyah Malang.
2. Pola aktivitas yang menjadi indikator dalam penelitian ini
adalah 8 aktivitas utama yaitu: 1) aktivitas belajar selama jam
kuliah, 2) aktivitas belajar diluar jam kuliah, 3) makan, 4)
bermain, 5) olahraga, 6) pekerjaan rumah, tidur siang, 8) tidur
malam.
3. Prestasi akademik menggunakan indikator nilai IPK (Indeks
Prestasi Komulatif).
J. Keasliam Penelitian
Penelitian yang pernah di lakuan sebelumnya antara lain sebagai berikut:
1. Andrean Dedy Wibowo (2009), Jurusan Keperawatan, Fakultas
Ilmu Kesehatan, Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Dalam penelitian tentang “ Hubungan Antara Tingkat Stres
Dengan Insomnia Pada Lansia Di Desa Tambak Merang
Girimarto Wonogiri”. Subjek penelitian pada penelitian ini
Lansia Di Desa Tambak Merang Ginimarto Wonogiri. Jenis
penelitian ini non eksperimen. Dengan metode penelitian
deskriptif analitik dengan rancangan penelitian crossectional.
Dilaksanakan bulan juni 2009. Jumlah sampel 35 orang
penentuan sampel dengan purposive sampling. Penelitian ini
dilalakukan Di Desa Tambak Merang Girimarto Wonogiri.
Dari 35 responden yang di observasi diperoleh data sebagian
besar responden sejumlah 25 orang lansia (83,3%) depresi
kategori sedang – berat yaitu skor GDS 10-15 dan terjadi
insomnia. Kategori depresi ringan 5 lansia (16,7%). Depresi
ringan dengan kejadian Insomnia 1 lansia. Dengan kategori
tidak ada gejala depresi 5 lansia (14,3%). Uji koefisien hasil
nilai signifikansi atau asym.sig (p)= 0,000 dan taraf
kepercayaan = 0,05 maka Ho ditolak artinya ada hubungan
antara tingkat depresi dengan kejadian Insomnia pada lansia.
Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada metode
penelitian, dan variabel penelitian.

2. Fuad Nashori (2004), Fakultas Psikologi, Universitas Islam


Indonesia Yogyakarta
Dalam penelitiannya tentang “Hubungan Antara Kualitas
Tidur dengan kendali diri mahasiswa”. Subjek penelitian pada
penelitian ini mahasiswa. Jenis penelitian non eksperimen,
dengan metode penelitian analitik dengan rancangan penelitian
crossectional. Di laksanakan bulan september 2009. Jumlah
sampel 126 mahasiswa penentuan sampel dengan total
sampling. Penelitian ini di lakukan di Fakultas Psikologi
Universitas Islam Yogyakarta. Dari 126 responden yang
diobservasi menunjukkan bahwa tingkat kesiapan tidur
berkualitas sebagian besar tergolong tinggi (70,6%) dan
sedang (26,2%). Sisanya sangat tinggi (3,2%). Dari hasil uji
statistic dengan menggunakan product momen dapat
disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara aspek
nyenyak selama tidur dengan kendali diri (r = 0,170, p = 0.029/
p<0.05). semakin tinggi aspek nyenyak selama tidur semakin
tinggi kendali diri dan taraf. Perbdaan dengan penelitian ini
terdapat pada metode penelitian, pengambilan sampel, uji
statistik yang digunakan, dan variabel peneliti.

K. Kebiasaan Yang Membuat Seseorang Insomnia


1. Jadwal tidur akhir pekan
Psikolog michael breus,phD, pendiri situs thesleepdoctor mengatakan
bahwa tubuh membutuhkan konsistensi jam tidur meskipun di akhir
pekan. Saat orang bersosialisasi hingga tengah malam, jelang atau
selama akhir pekan, maka ritme tidurnya akan berubah dan di teruskan
hingga senin
2. Tidur terlalu dini
Tanpa disadari, banyak orang yang kelelahan tidur lebih cepat. Hal ini
merupakan sinyal yang dikirimkan tubuh karena lelah dan butuh lebih
banyak istirahat. Sayangnya jika anda terbangun disela-sela waktu
awal tersebut, maka tubuh akan beradaptasi kembali. Sebaiknya jangan
terlalu dini untuk tidur mekipun tubuh lelah.
3. Tidak memiliki waktu tidur tetap
Waktu tidur yang berganti-ganti kerap bikin orang susah tidur. Dengan
ritme tidur tetap, tubuh akan lebih cepat mengirim sinyal untuk
mengantuk. Pasang alarm 60 menit sebelum tidur dan habiskan 20
menit pertama untuk menyelesaikan pekerjaan atau mengirim surel, 20
menit berikutnya untuk bersih-bersih (seperti menyikat gigi dan ganti
piyama) dan 20 menit terakhir untuk memulai memejamkan mata
seperti meditasi atau membaca buku
4. Meremehkan komsumsi kafein
Sering kita dengar kkafein biking susah tidur, namun sebenarnya
delapan jam setelah konsumsi kafein terakhir, efeknya berangsur
hilang. Yang bahaya adalah jika tidak disadari minum kafein terus-
menerus lebih dari sekali hingga mendekati waktu tidur.
5. Sugesti
Peneliti menemukan sugesti banya berperan membuat orang makin
susah tidur. Jia ia sudah memiliki pemikiran dirinya menderita

insomnia , maka hal tersebut akan menempel di otak dan terbentuk


perilaku di alam bawah sadar untuk susah tidur.
6. Terbangun di tengah malam
Saat terbangun di tengah malam, banyak orang lalu bangun dan
melakukan hal lain. Hal ini sebenarhya tidak dianjurkan karena tubuh
beradaptasi untuk aktiv kembali. Tetaplah di tempat tidur dan kembali
pejamkan mata
7. Terlalu bersemangat
Ada kalanya sesuatu membuat anda begitu bersemangat dan tidak bisa
berhenti memikirkannya. Kunci untuk tertidur dan meredakan
autusiasme ini adalah melakukan hal yang dianggap bosan oleh diri
sendiri. Lakukan hal tersebut agar pikiran teralihkan dan mengantuk.
8. Memainkan gadget
Salah satu kebiasaan orang banyak di era digital ini adalah memainkan
gadget. Hal ini membuat otak aktif bekerja dan bukan membuatnya
mengantuk. Orang yang menderita insomnia harus menjauhi gadget
ataupun televisi agar dapat tidur dengan baik.
9. Memperhatikan jam
Melihat jam dan terus mengkhawartikan anda tak kunjung tidur setelah
waktu terus berlalu meningkatkan risiko susah tidur. Hal ini terkait
meningkatnya produksi hormon adrenalin dan kortisol, yang membuat
anda terus waspada dan cemas
10. Merasa butuh 8 jam
Pada banyak kasus sebenarnya orang dewasa yang sehat tidur kurang
dari delapan jam, beberapa hanya butuh tujuh atau bahkan tujuh
stengah jam. Ketika orang tidur lebih banyak secara konsisten, ia akan
merasa lebih segar lebih lama dan sulit tidur lebih awal.

Durasi Tidur Insomnia


Durasi tidur insomnia yang dimaksud oleh peneliti adalah informan yang
mengalami kurang tidur dalam semalam. Kurang tidur terbagi lagi menjadi
dua, yaitu kebutuhan tidur yang tidak terpenuhi dan lamanya tidur yang
juga tidak sesuai dengan kebutuhan tidur normal. Pengalaman yang
dialami informan mengenai durasi tidur insomnia ini tidak sesuai denagan
teori mengenai pengertian insomnia. Namun, fenomena ini telah sesuai
dengan keadaan yang dialami oleh informan, yaitu adanya durasi tidur
hanya 3 jam, durasi tidur 4 – 5 jam, dan juga durasi tidur yang kurang dari
8 jam. Kualitas tidur insomnia menjelaskan tentang waktu tidur ya tidak
efektif.

Komplikasi Insomnia

Insomnia ditandai dengan sulit tidur atau tidur yang tidak nyenyak. Keluhan
tersebut dapat memicu gejala lain, seperti lelah dan mengantuk di siang hari, serta
sulit fokus dalam beraktivitas.
Sulit tidur dapat membuat penderita insomnia kurang konsentrasi sehingga
berisiko mengalami kecelakaan bila sedang berkendara. Insomnia juga bisa
menurunkan daya ingat dan gairah seks, serta menimbulkan gangguan fisik dan
mental.

Pengobatan dan Pencegahan Insomnia

Pengobatan insomnia tergantung pada penyebab yang mendasarinya dan kondisi


pasien. Metode yang dapat diberikan oleh dokter adalahat konseling, obat-obatan,
atau kombinasi keduanya.

Insomnia dapat dicegah dengan melakukan beberapa cara sederhana berikut ini:

 Menghindari banyak makan dan minum sebelum tidur


 Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein
 Berusaha aktif di siang hari agar terhindar dari tidur siang

Penyebab Insomnia

Biasanya, jenis insomnia yang dialami seseorang banyak berkaitan dengan


penyebab insomnia yang mendasarinya. Ada dua jenis insomnia, yakni insomnia
akut dan kronis. Nah, beberapa kemungkinan penyebab insomnia akut, antara
lain: 

 Mengalami stress.
 Mengingat peristiwa yang traumatis.
 Terjadinya perubahan kebiasaan tidur, seperti tinggal di rumah baru.
 Mengalami jet lag atau mabuk setelah naik pesawat.
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Di sisi lain, insomnia kronis dapat terjadi dengan sendirinya atau sebagai akibat
dari:

 Kondisi nyeri kronis, seperti radang sendi atau nyeri punggung. 


 Masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan
penggunaan zat.
 Mengalami sleep apnea dan gangguan tidur lainnya.
 Mengidap kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes, kanker, penyakit
refluks gastroesofagus (GERD), atau penyakit kardiovaskular. 

Insomnia yang kronis dapat berlangsung paling tidak selama 3 bulan dan dapat
bersifat primer atau sekunder. Sejauh ini, gangguan tidur dengan jenis primer
tidak diketahui penyebabnya. Namun pada tipe sekunder, kondisi lain yang dapat
terjadi, seperti pengaruh kondisi medis, masalah psikologis, penggunaan zat
tertentu, serta mengidap diabetes.

Faktor Risiko Insomnia

Faktanya, insomnia dapat terjadi pada semua rentang usia dan lebih rentan terjadi
pada wanita dibandingkan pria, serta seseorang yang sudah lanjut usia. Beberapa
faktor lainnya yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami masalah
tidur ini, antara lain:

 Masalah mental, seperti depresi, gangguan kecemasan, hingga gangguan


stres pasca trauma (PTSD).
 Bekerja shift, pekerjaan seperti ini bisa mengubah jam biologis tubuh.
 Jenis kelamin,ketika menstruasi tubuh akan mengalami perubahan
hormon, kondisi ini menimbulkan gejala hot flashes atau keringat di
malam hari, sehingga menyebabkan gangguan tidur.
 Usia, insomnia meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
 Perjalanan jauh, melakukan perjalanan jauh atau jet lag karena melintasi
beberapa zona waktu juga bisa memicu insomnia.

Selain itu, mengidap kondisi medis tertentu, seperti obesitas dan penyakit
kardiovaskuler juga dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia. Masa
menopause disebut juga dapat mengakibatkan terjadinya gangguan yang membuat
sulit tidur ini. 
Gejala Insomnia

Seseorang yang mengalami insomnia sangat sulit untuk merasakan ngantuk,


sehingga menentukan ukuran tidur normal karena kebutuhan tidur berbeda-beda
bagi setiap orang. Hal tersebut dipengaruhi oleh usia, gaya hidup, lingkungan, dan
pola makan. Gejala-gejala gangguan tidur tersebut yang paling umum, di
antaranya:

 Sulit untuk merasakan ngantuk dan tidak bisa tertidur.


 Terbangun pada malam hari atau dini hari dan tidak bisa tidur kembali.
 Merasa lelah, emosional, sulit berkonsentrasi, dan tidak bisa melakukan
aktivitas secara baik pada siang hari.
 Tidak bisa tidur siang, meskipun tubuh terasa lelah. 

Diagnosis Insomnia

Untuk mendiagnosis insomnia, dokter akan mengawali dengan wawancara medis


seputar:

 Rutinitas tidur.
 Gaya hidup yang buruk, misalnya kebiasaan mengonsumsi kopi atau
minuman keras secara berlebihan.
 Porsi olahraga.
 Riwayat kesehatan (penyakit yang mungkin diidap).
 Obat-obatan yang mungkin dikonsumsi.

Selain itu, dokter juga akan meminta membuat buku harian tidur minimal selama
dua minggu. Langkah ini dapat membantu dokter memahami pola tidur dan
mengukur tingkat keparahan insomnia yang dialami.

Beberapa informasi yang harus dicantumkan di dalam buku harian tidur biasanya,
meliputi waktu yang dibutuhkan untuk bisa terlelap, pukul berapa kira-kira mulai
tidur, berapa kali terbangun di malam hari, dan pukul berapa terbangun. Informasi
yang lengkap akan membantu dokter menangani insomnia secara tepat.

Pengobatan Insomnia

Dalam mengobati insomnia, hal pertama yang dilakukan oleh dokter adalah
mencari tahu apa yang menjadi penyebabnya. Jika gangguan tidur ini didasari
oleh kebiasaan atau pola hidup tertentu yang tidak sehat, maka dokter akan
menyarankan untuk memperbaikinya. Jika insomnia disebabkan oleh gangguan
kesehatan (misalnya, gangguan kecemasan), maka dokter akan terlebih dahulu
mengatasi kondisi yang mendasari rasa cemas tersebut.

Dalam beberapa kasus insomnia, dokter akan menyarankan agar menjalani terapi
perilaku kognitif. Terapi ini bisa membantu untuk mengubah perilaku dan pola
pikir yang memengaruhi tidur mereka.

Andaikan dianggap perlu, tak menutup kemungkinan dokter akan meresepkan


obat tidur untuk beberapa waktu. Namun, obat tidur merupakan solusi yang
bersifat sementara saja. Hal yang perlu digaris bawahi, penanganan insomnia
jarang berhasil bila tak mencari solusi dari akar penyebabnya.

Komplikasi Insomnia

Ketika seseorang tidak mendapatkan tidur yang dibutuhkan akibat insomnia, maka
fungsi otak akan mengalami hambatan. Itulah alasan mengapa pengidap insomnia
akan merasakan kesulitan fokus. 

Kendati demikian, insomnia yang tidak tertangani dengan baik juga dapat
menimbulkan efek kesehatan yang lebih serius, seiring berjalannya waktu. Hanya
tidur beberapa jam setiap malam dapat meningkatkan peluang seseorang untuk
mengembangkan sejumlah kondisi, termasuk:

 Merasakan kecemasan. 
 Mengalami depresi. 
 Meningkatkan risiko terjadinya stroke. 
 Memicu terjadinya serangan asma. 
 Mengalami kejang. 
 Fungsi sistem kekebalan yang melemah. 
 Meningkatnya risiko obesitas. 
 Tekanan darah tinggi.
 Memicu perkembangan penyakit jantung. 

Tak hanya itu, insomnia juga dapat menimbulkan beberapa dampak negatif pada
rutinitas pengidapnya, yaitu:

 Meningkatkan risiko kesalahan pada pekerjaan atau kecelakaan saat


mengemudi dan mengoperasikan alat atau mesin. 
 Memengaruhi kinerja dan prestasi di sekolah atau tempat kerja. 
 Menurunkan gairah seks pengidapnya. 
 Memengaruhi ingatan pengidap insomnia. 
 Membuat lebih sulit untuk mengatur emosi. 

Pencegahan Insomnia

Berikut adalah beberapa cara yang efektif untuk mencegah terjadinya gangguan
tidur:

 Cobalah untuk mempertahankan jadwal tidur dan bangun yang kira-kira


sama, bahkan di akhir pekan.  Pastikan juga untuk menghindari tidur siang
karena dapat mengurangi rasa kantuk di malam hari.
 Buat rutinitas sebelum tidur yang membantu kamu rileks dan mendapatkan
suasana yang baik untuk tidur.
 Membatasi asupan kafein di sore hari.
 Redupkan lampu dan letakkan perangkat elektronik sekitar satu jam
sebelum waktu tidur.
 Dapatkan sinar matahari dan aktivitas fisik hampir setiap hari atau setiap
hari, jika memungkinkan.
 Hindari tidur siang, terutama jika kamu tahu tidur di siang hari membuat
kamu tetap terjaga di malam hari.
 Memeriksakan diri ke psikolog jika merasakan gejala gangguan kesehatan
mental seperti kecemasan dan depresi. 

Insomnia akut

Insomnia jangka pendek atau bisa juga disebut insomnia akut adalah kondisi saat
Anda mengalami masalah susah tidur dalam jangka waktu pendek. Kondisi ini
biasanya muncul akibat situasi yang menyebabkan stres Sebagai contoh
kehilangan orang tersayang, vonis penyakit yang cukup serius, hingga perubahan
pada hubungan atau pekerjaan.

Gangguan tidur ini biasanya bertahan hingga tiga bulan lamanya. Namun,
insomnia akut bisa lebih cepat mereda dan hilang setelah Anda bisa mengatasi
penyebab stres tersebut. Akan tetapi, saat tidak bisa mengatasi kondisi tersebut,
insomnia akut bisa berubah menjadi insomnia kronis, atau susah tidur dalam
jangka waktu panjang.

Kondisi ini bisa saja terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Hanya saja, jenis
insomnia ini lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Saat seorang
wanita mengalami jenis insomnia ini, bisa saja karena sedang hamil atau
mengalami menopause.

2. Insomnia kronis

Jika ada insomnia akut, tentu ada pula insomnia kronis. Jenis insomnia yang satu
ini biasanya terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Nah, Anda mungkin
mengalami jenis insomnia ini saat memiliki kesulitan untuk tidur nyenyak lebih
dari tiga hari seminggu atau bertahan lebih dari tiga bulan.
Jika mengalami insomnia kronis, Anda mungkin sudah mengalami sulit tidur
dalam waktu yang cukup lama. Kondisi ini tentu mengganggu kenyamanan serta
kesehatan. Pasalnya, Anda menjadi sulit mendapatkan waktu tidur yang cukup.

Penyebab insomnia kronis bisa beraneka ragam. Bisa jadi karena adanya situasi
yang menyebabkan stres, pola tidur berantakan, sering mimpi buruk, gangguan
mental, dan berbagai penyakit dan masalah kesehatan yang berkaitan dengan otak
dan saraf. Tak hanya itu, penggunaan obat dan gangguan tidur lainnya juga bisa
menjadi penyebabnya.6

3. Insomnia sleep onset

Jenis insomnia yang satu ini biasanya ditandai dengan gejala susah tidur, meski
sudah mengantuk dan berusaha untuk tidur. Biasanya, orang yang mengalami
kondisi ini tidak bisa tidur walaupun sudah 20-30 menit berada di atas tempat
tidur. Bahkan, sekalipun sudah menutup mata dan siap tidur, Anda tetap merasa
kesulitan untuk tidur.

Akibatnya, Anda terus terbaring terjaga selama berjam-jam, menatap gelapnya


langit-langit rumah. Tak heran jika kondisi ini dapat memangkas waktu tidur dan
menyebabkan Anda kelelahan dan mengantuk pada keesokan harinya. Tak hanya
itu, kondisi ini juga memicu Anda untuk sering terbangun tengah malam dan tidak
bisa tidur kembali.

Jenis insomnia yang satu ini bisa terjadi karena kondisi medis atau masalah
kesehatan mental yang sedang Anda alami. Sebagai contoh stres berat, gangguan
kecemasan , hingga depresi

4. Insomnia pada anak-anak

Menurut American Academy of Sleep Medicine, ada dua jenis insomnia yang
sering terjadi pada anak-anak. Jenis yang pertama adalah sleep-onset insomnia,
yaitu gangguan sulit tidur karena anak terbiasa tidur dalam keadaan digendong,
diberi dot, atau berada di tempat tidur orangtuanya. Ini artinya, tanpa hal-hal
tersebut, anak menjadi tidak bisa tidur.

Selain itu, saat anak-anak tidak memiliki jam tidur yang tetap, risiko mengalami
insomnia juga meningkat. Biasanya, anak yang baru akan tidur jika orangtua atau
pengasuh memaksanya lebih rentan mengalami kondisi ini. Sementara, anak yang
sudah terbiasa tidur pada waktu-waktu tertentu justru jarang mengalaminya.

Oleh sebab itu, biasakan agar anak memiliki jam tidur yang pasti. Artinya, anak
perlu tidur pada waktu tertentu dan bangun pada waktu tertentu pula. Dengan
begitu, anak bisa terhindar dari jenis insomnia yang satu ini.

5. Insomnia akibat obat-obatan atau zat kimia tertentu

Jenis insomnia yang satu ini terjadi akibat asupan stimulan dari konsumsi obat-
obatan tertentu: kafein, alkohol, dan makanan tertentu. Contohnya, makanan
pedas yang dapat membuat perut dan tubuh Anda terasa panas hingga sulit tidur.
Salah satu cara untuk menghentikan jenis gangguan sulit tidur yang satu ini adalah
menghentikan penggunaannya.

Artinya, Anda perlu mengurangi atau benar-benar menghindari zat yang


menyebabkan sulit tidur. Misalnya, Anda menjadi sulit tidur karena terbiasa
mengonsumsi alkohol. Nah, ini mungkin saat yang tepat untuk berhenti
mengonsumsinya.

Hal ini juga berlaku pada zat-zat lain yang dapat menyebabkan Anda mengalami
gangguan tidur yang satu ini. Lebih baik berhenti agar bisa tidur nyenyak. Tak
hanya itu, dengan menghentikan penggunaan zat tersebut, Anda juga menjaga
kesehatan tubuh secara menyeluruh.

6. Insomnia karena kondisi medis

Ada pula jenis insomnia yang terjadi karena suatu kondisi medis, misalnya
gangguan jiwa. Ternyata, masalah kesehatan mental seperti depresi, gangguan
bipolar, gangguan kecemasan, hingga ADHD juga bisa menyebabkan masalah
tidur.

Tingkat keparahan dari jenis insomnia ini berhubungan langsung dengan seberapa
parah kondisi atau gangguan kesehatan mental yang dialami. Namun, pengobatan
kedua kondisi yang saling terkait ini akan dipisah, terlebih jika tingkat insomnia
Anda sedang parah.

Ini artinya, Anda mungkin perlu melakukan pengobatan khusus untuk insomnia
saat sedang menjalani pengobatan untuk gangguan kesehatan mental. Oleh sebab
itu, penting untuk memberi tahu dokter mengenai obat-obatan yang sedang Anda
konsumsi saat ini demi menghindari interaksi obat dan hal-hal tidak diinginkan
lainnya.

7. Insomnia campuran (mixed insomnia)

Meski jenis insomnia yang satu ini bukan istilah formal, tetapi kondisi ini
menjelaskan tentang jenis insomnia campuran yang terjadi akibat kombinasi dari
gangguan sleep onset, tidak bisa menjaga kualitas tidur, dan sering terbangun
pada pagi hari.

Risiko Kesehatan yang Diakibatkan Insomnia

Ada risiko kesehatan serius yang terkait dengan insomnia kronis atau
berkepanjangan. Menurut National Institute for Health, insomnia meningkatkan
risiko masalah kesehatan mental serta masalah kesehatan secara keseluruhan.

Secara lebih rinci, berikut ini risiko kondisi kesehatan yang bisa terjadi akibat
insomnia:

1.Peningkatan Risiko Penyakit Fisik

Insomnia yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit pada


fisik, seperti:
 Stroke.
 Kejang.
 Sistem kekebalan tubuh lemah.
 Kepekaan terhadap rasa sakit.
 Peradangan.
 Obesitas.
 Diabetes mellitus.
 Tekanan darah tinggi.
 Penyakit jantung.

2.Peningkatan Risiko Gangguan Kesehatan Mental

Tak hanya fisik, kesehatan mental juga bisa terganggu akibat insomnia yang
berkepanjangan. Beberapa gangguan kesehatan yang umum terjadi akibat
insomnia adalah depresi dan kecemasan.

Hal ini karena kurang tidur bisa meningkatkan hormon kortisol atau yang dikenal
juga sebagai hormon stres. Akibatnya, orang yang mengalami insomnia jadi
cenderung mudah cemas dan khawatir akan banyak hal.

3.Peningkatan Risiko Kecelakaan

Buruknya kualitas tidur akibat insomnia juga dapat menempatkan pengidapnya


pada risiko kecelakaan yang lebih besar. Karena sulit tidur di malam hari,
pengidap insomnia dapat merasa lelah dan mengantuk di siang hari. 

4.Harapan Hidup Menjadi Lebih Pendek

Memiliki insomnia dapat memperpendek harapan hidup seseorang. Hal ini


disebutkan dalam sebuah analisis yang dipublikasikan oleh Sleep Research
Society. Dengan melibatkan lebih dari 1 juta peserta dan 112.566 kematian, para
peneliti melihat korelasi antara durasi tidur dan kematian. 
Mereka menemukan bahwa kurang tidur meningkatkan risiko kematian sebesar 12
persen, dibandingkan dengan mereka yang tidur 7-8 jam per malam. Sementara
itu, studi yang lebih baru oleh The American Journal of Medicine melihat efek
insomnia persisten dan kematian selama 38 tahun. 

Para peneliti menemukan bahwa mereka yang mengalami insomnia persisten


memiliki 97 persen peningkatan risiko kematian. Jadi, dapat dikatakan bahwa
insomnia bisa jadi kondisi yang serius, jika terjadi berkepanjangan tanpa
dilakukan penanganan.

Meskipun insomnia sering terjadi dari waktu ke waktu, kamu sebaiknya


menjadwalkan janji temu dengan dokter jika kurang tidur berdampak negatif pada
hidup. Agar lebih mudah, kamu bisa gunakan aplikasi Halodoc untuk
membicarakan masalah insomnia yang kamu alami dengan dokter, kapan dan di
mana saja.

Sebagai bagian dari proses diagnostik, dokter kemungkinan akan melakukan


pemeriksaan fisik dan menanyakan gejala yang kamu alami. Beri tahu dokter
tentang obat apa saja yang pernah atau sedang kamu konsumsi, termasuk obat
herbal. 

Sebab, bisa jadi insomnia yang dialami terjadi akibat efek dari obat-obatan
tertentu yang dikonsumsi. Beri tahu juga riwayat kesehatan yang kamu miliki
pada dokter, untuk melihat apakah ada penyebab yang mendasari insomnia yang
kamu alami. Dengan begitu, dokter dapat menentukan langkah pengobatan yang
tepat, sesuai kondisi kamu.

Pengaruh Pola Tidur Sehat terhadap Tingkat Insomnia pada lan-


sia
Setelah dilakukan pengolahan data dan menguji hasil penelitian secara
kuantitatif dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon T-Test diperoleh p =
didapatkan p = 0,003 atau p < 0,05 maka diinterpretasikan bahwa terdapat
perbedaan bermakna antara tingkat insomnia sebelum dan setelah pola tidur sehat
pada kelompok perlakuan. Skor rerata insomnia menunjukkan adanya penurunan
insomnia pada lansia yang melakukan pola tidur sehat, sehingga terdapat
pengaruh pola tidur sehat terhadap tingkat insomnia pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Gau Mabaji Kab. Gowa.
Insomnia merupakan gangguan tidur dimana orang tidak mendapatkan
cukup tidur atau tidur yang restoratif, gejala yang dialami oleh seseorang yang
kesulitan untuk tertidur yang kronis, sering terbangun dari tidur, dan keluhan
karena berkurangnya kuantitas tidur atau kualitas tidur (Potter & Perry, 2011).
56
Insomnia merupakan kesulitan memulai atau mempertahankan tidur atau
merupakan tidur yang tidak adekuat. Gangguan ini dapat bersifat sementara
maupun menetap. Keluhan yang paling sering dirasakan adalah sulit memulai
tidur, sulit terbangun dari tidur, sulit untuk tidur kembali setelah bangun di tengah
malam serta cepatnya bangun di pagi hari. Gejala insomnia sering terjadi pada
orang lanjut usia (lansia) bahkan hampir setengah dari jumlah lansia dilaporkan
mengalami kesulitan memulai tidur dan mempertahankan tidurnya (Potter &
Perry, 2011).
Berapa banyak tidur yang dibutuhkan tubuh bervariasi dari satu orang ke
orang lain. Kebanyakan orang dewasa membutuhkan antara tujuh dan delapan jam
setiap malam, dan pada lansia membutuhkan antara enam dan delapan jam setiap
malam. Orang yang menderita insomnia biasanya terus berpikir tentang
bagaimana untuk mendapatkan lebih banyak tidur, semakin mereka mencoba,
semakin besar penderitaan mereka dan menjadi frustrasi yang akhirnya mengarah
pada kesulitan yang lebih besar untuk tidur (Hidayat dalam Fauziah, 2013).
Memperoleh tidur yang cukup sangatlah penting karena jika selalu
mendapatkan jam tidur yang kurang, akan sangat mempengaruhi kondisi
kesehatan. Menjadwalkan tidur secara teratur juga merupakan hal yang penting
dalam mendapatkan tidur berkualitas. Hindari hari ini tidur pukul 9 malam,
keesokan hari pukul 12 malam dan keesokan harinya lagi pukul 10 malam.
Keteraturan akan membantu metabolisme dalam tubuh berjalan baik. Pastikan
tidak makan berat atau terlalu banyak sebelum tidur. Makan malam yang ringan
sangatlah disarankan. Perut yang sangat penuh dapat membuat kesulitan untuk
tidur. Sangat disarankan jika tidur dalam keadaan kamar yang gelap. Tidur malam
dalam ruangan yang gelap benar- benar bermanfaat buat tubuh. Tubuh dapat
memproduksi hormon melatonin ketika tidak ada cahaya. Hormon ini adalah salah
satu hormon kekebalan tubuh yang mampu memerangi dan mencegah berbagai
penyakit. Mematikan lampu saat beristirahat, karena akan mempengaruhi kualitas
tidur, bahwa efek cahaya akan merangsang hormon melatonin dan akhirnya
mempengaruhi metabolisme di dalam tubuh dan akan menurunkan tingkat
insomnia pada saat tidur (Hidayat dalam Fauziah, 2013).
Melatonin ada kaitannya dengan tidur. Melatonin adalah hormon yang
dibuat oleh kelenjar pineal, sebuah kelenjar kecil diotak. Melatonin membantu
mengendalikan siklus tidur dan bangun tidur. Dalam tubuh, melatonin mulai
meningkat di pertengahan sampai larut malam, tetap tinggi untuk hampir
sepanjang malam dan kemudian turun di pagi hari.
Penerapan pola tidur sehat, dalam hal ini membuat suasana yang nyaman
didalam kamar, akan sangat menentukan kualitas tidur. Saat seorang individu
mencoba untuk tertidur, ia menuju ruangan yang gelap, tenang, temperature
ruangan yang nyaman dan kemudian menutup matanya, maka stimulus yang
menuju RAS berkurang. Mata yang tertutup dapat menurunkan stimulus cahaya
yang ditangkap retina, penurunan stimulus cahaya ini akan diteruskan ke
suprachiasmatic nuclei dan pada akhirnya menstimulasi kelenjar pineal untuk
meningkatkan sekresi melatonin. Penurunan aktivitas RAS akan menurunkan
aktivitas korteks serebral ditambahkan dengan peningkatan kadar melatonin yang
membuat mengantuk dan pada akhirnya tertidur (Tortora dalam Qoys
Muhammad, 2014).
3. Perbedaan Tingkat Insomnia Sebelum dan Sesudah Pola Tidur
Sehat
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna terhadap tingkat insomnia sebelum dan sesudah pola tidur sehat.
Dimana sebelum pola tidur sehat pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa
58
lansia yang mengalami insomnia ringan sebanyak 2 orang (22,22%) dan insomnia
berat sebanyak 7 orang (77,78%) serta tidak ada lansia yang mengalami insomnia
sangat berat. Setelah pola tidur sehat terjadi penurunan tingkat insomnia pada
semua responden dimana sebanyak 2 orang tidak mengalami keluhan insomnia
(22,22%) dan insomnia ringan sebanyak 7 orang (77,78%) serta tidak ada lansia
yang mengalami insomnia berat maupun sangat berat. Hasil penelitian skor
insomnia sebelum pola tidur sehat pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa
yang paling tinggi adalah 30 dengan mean 27,78. Sedangkan skor stres setelah
pola tidur sehat yang paling tinggi adalah 26 dengan mean 22,89. Berdasarkan hal
tersebut dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan mean antara kelompok
perlakuan sebelum post test dan setelah post test.
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan tingkat insomnia sebelum dan
setelah pola tidur sehat pada kelompok perlakuan, dilakukan dengan
menggunakan uji statistik dengan Wilcoxon T-Test karena data pre test dan post-
test tidak berdistribusi normal sehingga didapatkan didapatkan p = 0,003 atau p <
0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan bermakna tingkat
insomnia pada pre test kelompok perlakuan dengan post test kelompok perlakuan.
Perbedaan bermakna yang dimaksud adalah lansia yang mengalami insomnia
setelah diberikan perlakuan pola tidur sehat mengalami penurunan tingkat
insomnia. Secara keseluruhan hal ini menunjukkan penurunan pada masing-
masing responden. Dari jumlah 9 responden kelompok perlakuan sebanyak 2
responden (22,22%) tidak lagi mengalami keluhan insomnia dan sebanyak 7
orang (77,78%) mengalami penurunan insomnia dari berat turun menjadi ringan.
Sehingga pola tidur sehat ini efektif digunakan untuk mengatasi insomnia.
Pada saat penelitian terdapat dua lansia yang sebelumnya mengalami
insomnia ringan dan setelah dilakukannya penerapan pola tidur.
Insomnia Pada Ibu Hamil

Dalam masa kehamilan hampir semua wanita hamil mengalami kesulitan


dalam memenuhi kebutuhan tidur yang optimal. Hal tersebut terjadi karena
perubahan-perubahan yang dialami ibu hamil. Seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan keluhan yang diakibatkan oleh pembesaran perut, perubahan anatomis
dan perubahan hormonal akan menyebabkan munculnya keluhan-keluhan pada
ibu hamil. Keluhan-keluhan yang timbul seperti nyeri punggung, susah bernafas,
tidur kurang nyenyak, sering kencing, kontraksi perut, pergelangan kaki
membengkak, kram pada kaki dan masih banyak keluhan-keluhan yang lain. (1)
Perubahan fisik adalah suatu perubahan dari segi bentuk dan struktur yang
terjadi pada seseorang individu. Perubahan tersebut meliputi sakit punggung
karena beban berat tubuh, payudara, kontraksi perut. Ibu hamil pada masa
trimester ini juga akan sering mengalami buang air kecil. Janin yang sudah
sedemikian membesar yang menekankan kandung kemih ibu. Ini dapat
mengakibatkan kapasitas kandung kemih jadi terbatas sehingga ibu sering ingin
buang air kecil. Dorongan untuk bolak balik ke kamar mandi inilah yang mau
tidak bahwa wanita hamil yang tidur kurang dari 6 jam di malam hari memiliki
resiko lebih lama dalam melakukan persalinan, dengan 4,5 kali lebih mungkin
untuk kelahiran cesar dan berat badan bayi lahir kurang. Wanita hamil dengan
durasi tidur yang mulai terganggu memiliki tenaga mengejan lama dan beresiko
mengalami kelahiran sesar karena kelemahan fisik serta psikis yang terganggu.
Oleh sebab itu kualitas tidur yang baik untuk wanita hamil trimester tiga adalah
(2)
Kebutuhan fisiologis dasar manusia terdiri atas hygiene, nutrisi, tidur,
kenyamanan, oksigenasi, dan eliminasi. Kebutuhan dasar yang paling mudah
terpenuhi adalah kebutuhan akan tidur, istirahat dan tidur sama pentingnya dengan
kebutuhan dasar lain. Tidur merupakan hal yang esensial bagi kesehatan. Manfaat
tidur akan terasa ketika seseorang mencapai tidur yang berkualitas. Kualitas tidur
seseorang akan menghasilkan kesegaran dan kebugaran disaat terbangun. Tidur
(3)
Menurut World Health Organization (WHO) secara global prevalensi
insomnia yang merupakan salah satu gangguan tidur pada ibu hamil di seluruh
dunia adalah sebesar 41,8%. Prevalensi insomnia pada ibu hamil di Asia
diperkirakan sebesar 48,2%, Afrika 57,1%, Amerika 24,1%, dan Eropa 25,1%. Di
Indonesia, penelitian yang sama dilakukan oleh Yoane Astria pada tahun 2010
dengan metode penelitian kuantitatif pada 158 responden ibu hamil, didapatkan
sebanyak 75% mengalami penurunan kualitas tidur. Hasil penelitian Irmayana
(2008) tentang pola tidur ibu hamil trimester tiga di RSU Dr. Pirngadi Medan
menunjukkan bahwa ibu hamil mengalami gangguan pola tidur karena frekuensi
terbangun (50%) dan mengalami ketidakpuasan saat tidur (31%).(4)
Menurut data hasil National Sleep Foundation (2017), sekitar 70 juta
orang di Amerika mengalami masalah tidur, dimana wanita mengalami kurang
tidur lebih sering dari pada pria dan frekuensinya meningkat seiring bertambahnya
usia. Sebanyak 78% wanita di Amerika melaporkan adanya gangguan tidur
selama kehamilan dibandingkan saat tidak hamil. Banyak wanita juga melaporkan
merasa sangat lelah selama kehamilan,terutama pada trimester ketiga.(5)
Penelitian yang dilakukan Parker di University of Pittsburgh School of
Medicine menunjukkan, kualitas tidur yang buruk akan mengganggu proses
kekebalan tubuh, sehingga kemampuan tubuh untuk menangkal penyakit pun akan
berkurang. Hal ini akan memperbesar risiko berat bayi lahir rendah dan beberapa

JUMLAH PENDERITA INSOMNIA DI INDONESIA

Jumlah penderita insomnia di Indonesia diperkirakan mencapai 10 persen dari


jumlah populasi atau sekitar 28 juta orang.

"Insomnia bukanlah suatu penyakit melainkan suatu gejala kelainan yang ada
dalam tidur, kesulitan atau gangguan tidur. Insomnia terjadi karena masalah
psikologis misalnya seperti kecemasan, depresi dan stress yang berkepanjangan,"
Selain faktor psikologis, Welly juga mengatakan insomnia terjadi karena gaya
hidup yang buruk seperti pola tidur yang tidak teratur, sering mengonsumsi
alkohol dan minuman yang berkafein.

Selain itu, insomnia ditandai dengan karakteristik berupa kesulitan memulai tidur,
tidak mampu tidur terlelap, bangun terlalu pagi dan sering terbangun di malam
hari sehingga mengganggu kualitas dan kuantitas tidur itu sendiri.

"Setiap individu dapat mengalami dan menderita insomnia. Hal itu dapat
berlangsung sementara atau dalam jangka panjang. Kalau yang sementara hanya
berlangsung beberapa hari, sementara insomnia kronis ditandai dengan kesulitan
tidur minimal tiga hari per-minggu selama satu bulan atau lebih," kata Welly.

Welly juga mengatakan wanita lebih dominan mengalami insomnia dari pria,
karena faktor hormonal, mudah depresi, cemas, karena wanita lebih memiliki rasa
peka dibandingkan pria dan cenderung melakukan aktivitas hingga larut malam.

"Insomnia dapat digolongkan secara primer dan sekunder. Insomnia primer yakni
tidak mampu tidur, bukan disebabkan oleh masalah kesehatan, sedangkan
insomnia sekunder ditandai gangguan kesehatan, yang mempengaruhi waktu
tidur. Gangguan sekunder ini sering disebut juga insomnia komorbiditas," ujar
Welly.

Insomnia yang berkepanjangan juga dapat membahayakan kesehatan. Bila sudah


kronis dan tidak terkontrol akan timbul penyakit seperti gangguan pernapasan,
hipo atau hipertensi, kanker dan stroke.

Penelitian terbaru dalam Journal Sleep dikatakan wabah sulit tidur telah
mempengaruhi sekitar 150 juta orang. Tingkatan masalah tidur tersebut
berhubungan dengan gangguan depresi dan gelisah. Sementara itu di Indonesia,
penelitian lain menyebutkan prevalensi insomnia mencapai 10% dari jumlah
populasi, atau sekitar 28 juta orang. Akibatnya bisa fatal bagi kesehatan apabila
terjadi insomia yang berkepanjangan, dan tidak ada penangannan selanjutnya.
Konsultan Kesehatan Edward Yong mengatakan insomnia akan memberikan
dampak yang serius dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Baca Juga :
Hindari Diabetes, Ini Cara Minum Kopi yang Aman “Ada peningakatan nafsu
makan yang dapat menyebabkan obesitas dan diabetes, selain itu juga
meningkatkan risiko jantung koroner, hipertensi, gangguan sistem kekebalan
tubuh itu untuk jangka pendek dan menengah, untuk jangka panjang bisa
menyebabkan kanker,” jelasnya di Jakarta. Untuk menghindari hal tersebut,
Edward mengatakan terdapat tiga elemen kualitas tidur yang baik yakni durasi,
kontinuitas, kedalaman. Durasi merupakan panjang tidur harus cukup bagi
seseorang untuk beristirahat dan bangun pada keesokan harinya. “Kontinuitas,
maksudnya waktu tidur tidak berhenti, sedangkan kedalaman artinya tidur harus
cukup dalam atau lelap sehingga seseorang merasa segar,” katanya. Baca Juga :
Teknologi AR Indonesia Dipakai Penerbit Spanyol hingga Kampanye Presiden
Nigeria Psikolog klinis Aurora Lumbantoruan membenarkan kurang tidur atau
buruknya kualitas tidur memiliki dampak negatif yang akhirnya dapat
mengganggu kesehatan baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.
“Dampak buruk dari kualitas tidur yang rendah secara psikologis dapat
memengaruhi ingatan dan kemampuan untuk belajar. Selanjutnya, bisa
memengaruhi kondisi psikologis seperti depresi, kecemasan, dan sakit jiwa,”
katanya. Dia mengatakan banyak gaya hidup masyarakat modern yang dapat
menyebabkan insomnia, seperti membawa pekerjaan ke rumah dan bekerja di
malam hari, tidur siang, tidur di kemudian waktu untuk menebus jam tidur yang
hilang. Berdasarkan kondisi tersebut, Aurora menyarakan supaya individu
menyadari ritme tubuh sebagai alarm biologis dan menjaganya setiap hari untuk
meningkatkan kualitas tidur. “Tubuh merupakan tanggung jawab utama. Untuk
dapat tidur dengan nyaman harus membuat lingkungan tempat tidur nyaman,
jangan bekerja di tempat tidur,” lanjutnya. Berdasarkan laporan hasil survei
berjudul Better Sleep, Better Health: A Global Look at Why We’re Still Falling
Short on Sleep yang dirilis Phillips baru-baru ini menemukan bahwa gangguan
tidur akan berdampak pada kesehatan. Beberapa dampak yang dirasakan di
antaranya adalah kelelahan hingga perubahan suasana hati. Survei yang dilakukan
secara online pada Februari 2018 oleh Harris Poll atas nama Philips ini mengupas
kebiasaan tidur lebih dari 15.000 orang dewasa di 13 negara, yakni Amerika
Serikat, Inggris, Jerman, Polandia, Prancis, India, China, Australia, Kolombia,
Argentina, Meksiko, Brasil dan Jepang. Diperkirakan lebih dari 100 juta orang di
seluruh dunia menderita sleep apnea. Sebanyak 80% di antaranya tetap tidak
terdiagnosis, dan secara global 30% partisipan mengalami kesulitan untuk
memulai tidur. Tidur yang baik sangat penting bagi kesehatan, tetapi hanya
sepertiga dari orang dengan gangguan tidur yang mencari bantuan tenaga
kesehatan profesional. Melalui kolaborasi dengan Richter dan survei tahunannya,
Philips ingin menekankan pentingnya tidur berkualitas bagi setiap orang di
seluruh dunia. David White, Chief Medical Officer, Philips Sleep & Respiratory
Care mengatakan tidur adalah landasan gaya hidup sehat. Kualitas dan durasi tidur
setiap malam adalah variabel paling penting yang memengaruhi perasaan
seseorang pada hari berikutnya. “Jadi, tidur yang tidak memadai bisa berdampak
langsung pada kesehatan kita, tidak seperti olahraga atau diet. Survei ini
menunjukkan bahwa walaupun mengetahui bahwa tidur itu penting untuk
kesehatan secara keseluruhan, banyak orang masih belum memprioritaskannya,”
ujarnya. Survei tersebut menemukan bahwa mayoritas orang dewasa secara global
atau 67% menganggap bahwa tidur berdampak penting bagi keseluruhan
kesehatan mereka. Setelah tidur malam yang tidak berkualitas, mereka merasa
lelah (46%), murung atau mudah marah (41%), tidak termotivasi (39%), dan
mengalami kesulitan berkonsentrasi (39%). Selain itu, enam atau lebih dari 10
orang dewasa (61%) di dunia memiliki beberapa jenis masalah medis yang
memengaruhi tidur mereka. Sekitar seperempat orang dewasa melaporkan
insomnia (26%) dan 1 dari 5 orang mendengkur (21%). Hal tersebut diakibatkan
oleh rendahnya pengetahuan menjaga kebiasaan tidur yang baik. Dalam survei
tersebut hanya ada sekitar 29% responden yang merasa menyesal tidak menjaga
kebiasaan tidur yang baik. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
keinginan mereka untuk berolahraga secara rutin, yakni 3-4 kali dalam sepekan
sebanyak 49% dan menjaga makan sehat sebanyak 42%. Faktor kecemasan
membuat lebih dari setengah orang dewasa di dunia terjaga di malam hari.
Cara Mengatasi Insomnia
1. Merapikan Kamar agar Lebih Nyaman Cara agar kualitas tidur Anda semakin
baik, yaitu dengan membuat suasana kamar yang nyaman dan rapi. Tempat tidur
yang tertata serta bersih bakal mendukung tubuh untuk rileks. Sehingga, nantinya
proses tidur bisa jauh lebih mudah. Anda bisa mengatur kamar tidur sesuai
keinginan. Misalnya, memakai kasur yang empuk dan bantal yang bersih. Dengan
begitu kualitas tidur Anda jadi semakin baik. 2. Mengatur Jam Tidur Cara
mengatasi insomnia berikutnya yaitu dengan mengatur jam tidur. Jika terlalu
sering begadang pada malam hari, Anda bakal diserang rasa kantuk berat di siang
harinya. Siklus seperti ini akan membuat Anda mengalami insomnia dan kurang
waktu untuk tidur. Dikutip dari situs P2ptm.kemkes.go.id, orang dewasa usia 18-
40 tahun memerlukan waktu tidur selama 7-8 jam sehari. Sedangkan remaja usia
12-18 tahun) membutuhkan jam tidur ideal selama 8-7 jam per hari. 3. Luangkan
Waktu untuk Relaksasi Aktivitas relaksasi dapat membantu tubuh Anda jadi rileks
dan nyaman. Dengan begitu, proses untuk tidur dan beristirahat jadi lebih mudah
dilakukan. Relaksasi bisa menjadi opsi alternatif sebagai cara mengatasi insomnia.
Anda dapat melakukan aktivitas menenangkan seperti mandi air hangat, membaca
buku, atau mendengarkan lagu untuk relaksasi. 4. Rajin Berolahraga Tidak hanya
bermanfaat untuk kesehatan, olahraga juga bisa membuat Anda mendapatkan jam
dan kualitas tidur yang baik. Menerapkan pola hidup sehat dan rajin berolahraga
akan meningkatkan kualitas tidur Anda. Selain itu, kebugaran tubuh Anda juga
tetap terjaga. Anda bisa berolahraga di rumah. Paling mudah dan gratis, Anda bisa
berlari atau jalan kaki di sekitar tempat tinggal Anda. Kemudian, setelah rutinitas
ini Anda juga bisa mengkonsumsi makanan sehat dengan kandungan gizi yang
baik untuk tubuh. 5. Jangan Minum Kopi dan Alkohol Kafein di dalam minuman
kopi memang akan meningkatkan konsentrasi Anda. Namun, jika diminum pada
tengah malam Anda bakal kesulitan untuk tidur. Usahakan agar Anda tidak
mengkonsumsi minuman ini, khususnya pada waktu tersebut. Jika meminumnya,
maka Anda akan mengalami susah tidur atau insomnia. Oleh karena itu, hindarilah
minuman jenis ini agar kualitas tidur Anda jadi lebih baik. Langkah ini pun
termasuk salah satu cara mengatasi insomnia paling ampuh.

CA1. Pertahankan jam tidur yang teratur Anda mungkin akan tergoda untuk tidur
larut malam di akhir pekan, apalagi jika Anda kurang tidur selama seminggu
belakangan. Tapi, jika Anda menderita insomnia, sebaiknya Anda tidur dan
bangun pada waktu yang sama setiap hari untuk melatih tubuh agar tidur maupun
bangun pada waktu yang konsisten. Baca juga: 7 Cara Mudah Mengatasi Sulit
Tidur Tanpa Bantuan Obat-obatan Melansir NHS, tidur dan bangun pada waktu
yang hampir sama setiap hari akan memprogram tubuh untuk tidur lebih nyenyak.
Pilih waktu saat Anda mungkin merasa lelah dan mengantuk. 2. Ciptakan
lingkungan tidur yang nyenyak Kamar tidur Anda harus menjadi tempat yang
nyaman untuk istirahat dan tidur. Suhu, pencahayaan, dan kebisingan harus
dikontrol agar lingkungan kamar Anda membantu Anda untuk bisa tertidur
maupun tertidur lelap. Jika Anda memiliki hewan peliharaan yang tidur sekamar
dengan Anda, pertimbangkan untuk memindahkannya ke tempat lain jika hal
tersebut sering mengganggu Anda di malam hari. 3. Pastikan tempat tidur nyaman
Pada beberapa orang mungkin sulit untuk mendapatkan tidur nyenyak di atas
kasur yang terlalu empuk, terlalu keras, atau terlalu kecil. Baca juga: 8 Penyebab
Berkeringat Saat Tidur Malam dan Cara Mengatasinya 4. Berolahragalah secara
teratur Olahraga ringan secara teratur, seperti berenang atau berjalan, dapat
membantu meredakan beberapa ketegangan yang menumpuk sepanjang hari.
Namun pastikan Anda tidak melakukan olahraga berat, seperti lari atau gym,
terlalu dekat dengan waktu tidur, karena malah bisa membuat Anda tetap terjaga.
5. Kurangi kafein Mengurangi konsumsi kafein dalam teh, kopi, atau minuman
energi, terutama di malam hari bisa menjadi cara mengatasi insomnia. Pasalnya,
kafein dapat mengganggu proses tertidur dan juga mencegah tidur nyenyak.
Sebaliknya, minumlah minuman hangat seperti susu atau teh herbal untuk
membantu Anda bisa segera tidur dan tidur lelap. 6. Hindari terlalu banyak makan
dan minum alkohol Terlalu banyak makanan atau minum alkohol, terutama saat
larut malam, dapat mengganggu pola tidur Anda. Alkohol sendiri dapat membantu
Anda untuk tertidur pada awalnya, tetapi akan mengganggu tidur Anda di
kemudian hari. Baca juga: 10 Penyebab Tangan Kesemutan Saat Bangun Tidur
Selain Tertindih 7. Jangan merokok Nikotin adalah stimulan. Jadi, orang yang
merokok cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk tertidur, lebih sering
bangun, dan sering kali tidurnya lebih terganggu. 8. Cobalah untuk rileks sebelum
tidur Mandi air hangat, mendengarkan musik, atau melakukan yoga untuk
menenangkan pikiran dan tubuh bisa juga menjadi cara mengatasi insomnia yang
baik dilakukan. 9. Tuliskan kekhawatiran yang dialami Jika Anda cenderung
berbaring di tempat tidur memikirkan segala hal yang harus Anda lakukan besok,
sisihkan waktu sebelum waktu tidur untuk membuat rencana keesokan harinya.
Baca juga: 7 Penyebab Sakit Kepala Saat Bangun Tidur dan Cara Mengatasinya
Tujuannya adalah untuk menghindari melakukan hal-hal ini saat Anda berada di
tempat tidur dan mencoba untuk tidur. 10. Jika tidak bisa tidur, bangunlah Jika
Anda tidak bisa tidur, jangan berbaring di sana sambil mencemaskannya.
Bangunlah dan lakukan sesuatu yang menurut Anda membuat rileks sampai Anda
merasa mengantuk lagi, lalu kembalilah ke tempat tidur. 11. Batasi aktivitas di
tempat tidur Membatasi aktivitas di tempat tidur juga bisa dicoba untuk mengatasi
insomia. Tempat tidur hanya digunakan untuk tidur dan berhubungan seks.
Merangkum WebMD, jika Anda menderita insomnia, sebaiknya jangan belajar,
menelepon, menonton televisi, atau mendengarkan radio di tempat tidur atau
bahkan di kamar tidur. Pasalnya, aktivitas itudapat meningkatkan kewaspadaan
dan membuat Anda sulit tidur. 12. Jangan makan atau minum tepat sebelum tidur
Makan malam atau ngemil sebelum tidur dapat mengaktifkan sistem pencernaan
dan membuat Anda tetap terjaga. Baca juga: Posisi Tidur Ibu Hamil yang Baik
dan Aman Menurut Dokter Obgyn Jika Anda menderita gastroesophageal reflux
(GERD) atau maag, lebih penting lagi untuk menghindari makan dan minum tepat
sebelum tidur karena hal ini dapat memperburuk gejala Anda. Selain itu, minum
banyak cairan sebelum tidur dapat membebani kandung kemih, sehingga perlu
sering ke kamar mandi yang mengganggu tidur Anda. 13. Batasi tidur siang
Meskipun tidur siang tampaknya merupakan cara yang tepat untuk mengejar
ketinggalan atau kekurangan tidur, tapi tidak selalu demikian. Penting untuk
membangun dan mempertahankan pola tidur yang teratur dan melatih diri untuk
mengasosiasikan tidur dengan isyarat seperti kegelapan dan waktu tidur yang
konsisten. Tidur siang dapat memengaruhi kualitas tidur malam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Insomnia adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan tidur. Gangguan


tidur ini membuat dirinya tak memiliki waktu tidur yang dibutuhkan tubuh. Hal
tersebut menyebabkan kondisi fisik pengidap insomnia menjadi tidak cukup fit
untuk melakukan aktivitas keesokan harinya. Masalah ini dapat terjadi dalam
jangka pendek (akut) hingga jangka panjang (kronis). Selain itu, tidur merupakan
keadaan tidak sadar yang terjadi secara alami untuk memungkinkan tubuh untuk
beristirahat. Saat tidur, tubuh akan melalui siklus yang bergantian antara tidur
gerakan mata cepat dan tidur non-gerakan mata cepat.

Seseorang mungkin akan melalui empat atau lima siklus tidur dalam satu malam.
Satu siklus tidur berlangsung kurang lebih selama 90 menit. Siklus ini diawali
empat tahap tidur non-REM, terdiri dari tidur ringan sampai tidur dalam. Lalu,
dilanjutkan dengan tidur REM dan di tahap inilah proses mimpi terjadi. Insomnia
sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan
psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan. Salah
satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah terapi kognitif.
Dalam terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur
dan menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur.

B. Saran

Periksakan diri ke dokter jika kesulitan untuk tidur atau sulit mempertahankan
tidur, terlebih lagi jika hal tersebut berdampak kepada kehidupan sehari-hari.
Kelelahan karena insomnia dapat memengaruhi suasana hati dan menciptakan
masalah di dalam hubungan dengan orang-orang terdekat dan rekan kerja.

Anda mungkin juga menyukai