Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH INSOMNIA

DOSEN PENGAMPU

KAMESYWORO, SST, MM

DISUSUN OLEH

1. VISTIA ABELIA (PO7120521053)

2. YECIN PAULIZAH (PO7120521057)

3. TARISA AMELIA (PO7120521059)

4. INTAN LESTARI (PO7120521063)

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PRODI DIII KEPERAWATAN LAHAT

TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga Makalah Insomnia ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan
kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran . Kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah Insomnia ini. Dan kami
juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu
dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Insomnia ini sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah
ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita
sebagai manusia. Semoga Makalah Insomnia ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Lahat, 18 Mei 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Insomnia

B. Kriteria Insomnia

C. Diagnosa Insomnia

D. Penyebab Insomnia

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Insomnia

1. Penyakit

2. Lingkungan

3. Motivasi

4. Kelelahan

5. Kecemasan

6. Alkohol

7. Obat-obatan

F. Gejala Insomnia

G. Pengobatan Insomnia

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Insomnia, juga dikenal sebagai sulit tidur, adalah gangguan tidur di mana orang sulit tidur.
Mereka mungkin mengalami kesulitan tidur, atau tetap tertidur selama yang diinginkan.
Insomnia biasanya diikuti oleh kantuk di siang hari, energi rendah, lekas marah, dan suasana
hati yang depresi. Ini dapat mengakibatkan peningkatan risiko tabrakan kendaraan bermotor,
serta masalah fokus dalam belajar. Insomnia bisa bersifat jangka pendek, berlangsung selama
berhari-hari atau berminggu-minggu, atau jangka panjang, berlangsung lebih dari sebulan.
Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun.

Insomnia dapat terjadi tanpa ada keterlibatan dari masalah lain. Keadaan yang dapat
mengakibatkan insomnia termasuk stres psikologis, nyeri kronis, gagal jantung, hipertiroidisme,
mulas, sindrom kaki gelisah, menopause, obat-obatan tertentu, dan obat-obatan seperti kafein,
nikotin, dan alkohol. Faktor risiko lain termasuk shift malam dan apnea tidur. Diagnosis
didasarkan pada kebiasaan tidur dan pemeriksaan untuk mencari penyebab yang
mendasarinya. Sebuah studi tidur dapat dilakukan untuk mencari gangguan tidur yang
mendasarinya. Diagnosis dapat dilakukan dengan dua pertanyaan: “apakah Anda mengalami
kesulitan tidur?” dan “apakah Anda kesulitan tidur atau tetap tidur?”

Kebersihan tidur dan perubahan gaya hidup biasanya merupakan pengobatan pertama untuk
insomnia. Kebersihan tidur termasuk waktu tidur yang konsisten, paparan sinar matahari,
ruangan yang tenang dan gelap, dan olahraga teratur. Terapi perilaku kognitif dapat
ditambahkan untuk ini. Walaupun obat tidur dapat membantu, mereka berhubungan dengan
cedera, demensia, dan kecanduan. Obat-obatan ini tidak dianjurkan untuk lebih dari empat
atau lima minggu. Efektivitas dan keamanan obat alternatif tidak jelas.

Antara 10% dan 30% orang dewasa menderita insomnia pada titik waktu tertentu dan hingga
setengahnya mengalami insomnia pada tahun tertentu. Sekitar 6% orang mengalami insomnia
bukan karena masalah lain dan berlangsung selama lebih dari sebulan. Orang yang berusia di
atas 65 tahun lebih sering terkena daripada orang yang lebih muda. Wanita lebih sering terkena
daripada pria. Deskripsi menunjukkan bahwa insomnia telah terjadi sejak Yunani kuno.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam
makalah tentang Insomnia ini adalah sebagai berikut:

Apa pengertian insomnia?


Apa saja kriteria insomnia?

Bagaimana diagnosa insomnia?

Apa saja penyebab insomnia?

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi insomnia?

Apa saja gejala insomnia?

Bagaimana cara pengobatan insomnia?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Insomnia ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui pengertian insomnia.

Untuk mengetahui kriteria insomnia.

Untuk mengetahui diagnosa insomnia.

Untuk mengetahui penyebab insomnia.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi insomnia.

Untuk mengetahui gejala insomnia.

Untuk mengetahui pengobatan insomnia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Insomnia

Menurut DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 2000), Insomnia adalah
kesulitan individu dalam memulai, mempertahankan dan merasakan kualitas tidur yang buruk.
Nevid (2003) menyatakan insomnia sendiri berasal dari kata In artinya tidak, dan Somnus yang
berarti tidur. Selanjutnya Nevid menjelaskan insomnia mempunyai karakteristik kesulitan
berulang untuk tidur atau untuk tetap tidur, gangguan tidur tersebut mengakibatkan rasa lelah
di siang hari dan menyebabkan timbulnya tingkat stres pribadi yang signifikan atau kesulitan
untuk tertidur, tetap tidur, atau mengalami tidur yang membuat orang merasa segar dan
berenergi.

Di dalam buku “Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III” (2001) juga menjelaskan
bahwa insomnia adalah suatu kondisi tidur yang tidak memuaskan secara kuantitas dan kualitas
yang berlangsung untuk suatu kurun waktu tertentu. Sedangkan Joewana (1988) mengatakan
bahwa insomnia adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak dapat tidur seperti yang
diharapkan.

Menurut Alimul (2006), insomnia suatu keadaan ketidakmampuan mendapat tidur yang baik,
baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur.
Sedangkan menurut Pinel (2012), insomnia adalah semua gangguan menginisiasi dan
mempertahankan tidur.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria untuk variabel insomnia yang menggunakan
kriteria-kriteria insomnia dari ICD-10 (1992), DSM-IV-TR (2000), ICSD (2001) yang telah
dimodifikasi oleh Saldatos (2003) yang mengemukakan bahwa insomnia adalah terganggunya
induksi tidur, terbangun dimalam hari, bangun lebih awal dari yang diinginkan, berkurangnya
total durasi tidur, kualitas tidur yang buruk secara keseluruhan, rasa nyaman yang menurun
disiang hari, dan terganggunya fungsi fisik dan mental disiang hari.

Dari beberapa definisi di atas peneliti mengambil kesimpulan insomnia adalah kesulitan untuk
memulai dan mempertahankan tidur, mendapatkan kualitas tidur yang buruk dan terganggunya
aktivitas sehari-hari penderitanya karena tidur yang terganggu.

B. Kriteria Insomnia

Pada penelitian ini, kriteria-kriteria insomnia menggunakan kriteria- kriteria insomnia athens
(Soldatos, 2003) yang dirancang untuk mengukur kesulitan tidur berdasarkan kriteria sistem
klasifikasi terbaru dari ICD-10 (1992), DSM-IV-TR (2000), ICSD (2001) yang dimodifikasi dengan
insomnia pada mahasiswa yang terdiri dari delapan item, yaitu:

Induksi tidur

Terbangun dimalam hari

Bangun lebih awal dari yang diinginkan

Total durasi tidur

Kualitas tidur secara keseluruhan

Rasa nyaman disiang hari

Fungsi fisik dan mental disiang hari

C. Diagnosa Insomnia

Spesialis tidur kedokteran memenuhi syarat untuk mendiagnosis berbagai gangguan tidur.
Pasien dengan berbagai penyakit termasuk sindrom fase tidur tertunda sering salah didiagnosis
sebagai Insomnia. Diagnosis berdasarkan kepada kebutuhan tidur secara individual. Untuk
mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:

Pola tidur penderita sakit jiwa.

Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.

Tingkatan stres psikis.

Riwayat medis.

Aktivitas fisik.

D. Penyebab Insomnia

Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai
penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan. Sulit tidur
sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut; dan sering kali timbul bersamaan
dengan gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan, depresi atau ketakutan. Kadang
seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.

Dengan bertambahnya usia, waktu tidur cenderung berkurang. Stadium tidur juga berubah, di
mana stadium 4 menjadi lebih pendek dan pada akhirnya menghilang, dan pada semua stadium
lebih banyak terjaga. Perubahan ini, walaupun normal, sering membuat orang tua berpikir
bahwa mereka tidak cukup tidur. Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada
usia lanjut. Beberapa orang tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa jam kemudian
dan sulit untuk tertidur kembali.

Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur. Terbangun pada dini
hari, pada usia berapapun, merupakan pertanda dari depresi. Orang yang pola tidurnya
terganggu dapat mengalami irama tidur yang terbalik, mereka tertidur bukan pada waktunya
tidur dan bangun pada saatnya tidur. Hal ini sering terjadi sebagai akibat dari:

Jet lag (terutama jika bepergian dari timur ke barat).

Bekerja pada malam hari.

Sering berubah-ubah jam kerja.

Penggunaan alkohol yang berlebihan.

Efek samping obat (kadang-kadang).

Kerusakan pada otak (karena ensefalitis, stroke, penyakit Alzheimer).

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Insomnia

Menurut Mubarak (2007) penyebab insomnia dibagi ke dalam tujuh bagian yaitu:

1. Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal, namun
demikian keadaan sakit juga bisa menjadikan seseorang kurang tidur atau tidak dapat tidur,
seperti asma, bronchitis, asam lambung, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.

2. Lingkungan

Seseorang yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi
perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.

3. Motivasi

Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk terbangun dan
waspada menahan kantuk.

4. Kelelahan

Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama tahap REM.


5. Kecemasan

Pada keadaan cemas, seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu
tidur.

6. Alkohol

Alkohol menekankan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat
mengakibatkan insomnia dan lekas marah.

7. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain adalah:

Diuretic : menyebabkan insomnia

Anti Depresan : supersi REM

Kafein : meningkatkan saraf simpatis

Beta Blokee : menimbulkan insomnia

Narkotika : mensurpesi REM

F. Gejala Insomnia

Penderita yang mengalami kesulitan untuk tidur atau sering terjaga di malam hari dan
sepanjang hari merasakan kelelahan. Awal proses tidur pada pasien insomnia mengacu pada
latensi yang berkepanjangan dari waktu akan tidur sampai tertidur. Dalam Insomnia psiko-
fisiologis, pasien mungkin mengeluh perasaan cemas, tegang, khawatir, atau mengingat secara
terus-menerus masalah-masalah pada masa lalu atau pada masa depan karena mereka
berbaring di tempat tidur terlalu lama tanpa tertidur.

Pada insomnia akut, dimungkinkan ada suatu peristiwa yang memicu, seperti kematian atau
penyakit yang menyerang orang yang dicintai. Hal ini dapat dikaitkan dengan timbulnya
insomnia. Pola ini dapat menjadi tetap dari waktu ke waktu, dan pasien dapat mengalami
insomnia, berulang terus-menerus. Semakin besar usaha yang dikeluarkan dalam mencoba
untuk tidur, tidur menjadi lebih sulit diperoleh. Menonton jam saat setiap menit dan jam
berlalu hanya meningkatkan perasaan terdesak dan usaha untuk tertidur. Tempat tidur
akhirnya dapat dipandang sebagai medan perang, dan tidur lebih mudah dicapai dalam
lingkungan yang asing.

G. Pengobatan Insomnia
Pengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya insomnia. Orang tua yang
mengalami perubahan tidur karena bertambahnya usia, biasanya tidak memerlukan
pengobatan, karena perubahan tersebut adalah normal. Penderita insomnia hendaknya tetap
tenang dan santai beberapa jam sebelum waktu tidur tiba dan menciptakan suasana yang
nyaman di kamar tidur; cahaya yang redup dan tidak berisik.

Jika penyebabnya adalah stres emosional, diberikan obat untuk mengurangi stres. Jika
penyebabnya adalah depresi, diberikan obat anti-depresi. Jika gangguan tidur berhubungan
dengan aktivitas normal penderita dan penderita merasa sehat, bisa diberikan obat tidur untuk
sementara waktu. Alternatif lain untuk mengatasi insomnia tanpa obat-obatan adalah dengan
terapi hipnosis atau hipnoterapi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Insomnia adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan tidur. Gangguan tidur ini
membuat dirinya tak memiliki waktu tidur yang dibutuhkan tubuh. Hal tersebut menyebabkan
kondisi fisik pengidap insomnia menjadi tidak cukup fit untuk melakukan aktivitas keesokan
harinya. Masalah ini dapat terjadi dalam jangka pendek (akut) hingga jangka panjang (kronis).
Selain itu, tidur merupakan keadaan tidak sadar yang terjadi secara alami untuk memungkinkan
tubuh untuk beristirahat. Saat tidur, tubuh akan melalui siklus yang bergantian antara tidur
gerakan mata cepat dan tidur non-gerakan mata cepat.

Seseorang mungkin akan melalui empat atau lima siklus tidur dalam satu malam. Satu siklus
tidur berlangsung kurang lebih selama 90 menit. Siklus ini diawali empat tahap tidur non-REM,
terdiri dari tidur ringan sampai tidur dalam. Lalu, dilanjutkan dengan tidur REM dan di tahap
inilah proses mimpi terjadi. Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat
adanya permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan.
Salah satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah terapi kognitif. Dalam
terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur dan menghilangkan
asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur.

B. Saran

Periksakan diri ke dokter jika kesulitan untuk tidur atau sulit mempertahankan tidur, terlebih
lagi jika hal tersebut berdampak kepada kehidupan sehari-hari. Kelelahan karena insomnia
dapat memengaruhi suasana hati dan menciptakan masalah di dalam hubungan dengan orang-
orang terdekat dan rekan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Nurmiati. 2007. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Diagnosis dan Penatalaksanaan. Cermin
dunia kedokteran No. 157.

Dewi, P. A & Ardani, A. I. (2014). Angka Kejadian serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Gangguan Tidur (Insomnia) pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werda Wana Seraya Denpasar
Bali. E-jurnal Medika Udayana. No 8. Vol 3.

Lanywati, E. (2001). Insomnia, Gangguan Sulit Tidur. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai