Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ INSOMNIA PADA LANSIA ”

Disusun oleh :

Kelompok 1

1. Putriamelia ( 1720190003 )
2. Lailatul Badriah (1720190002)
3. Hayatun nufus ( 1720190027 )

Dosen Pengampuh :

Ns. Kusdiah Eny , S.Kep, M.Kep, M.Pd

AKADEMI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM ASSYAFI’IYAH

2019/2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................5
BAB I.......................................................................................................................6
1.2 latar Belakang..........................................................................................6
1.3 Rumusan masalah...................................................................................7
1.4 Tujuan Penyusunan................................................................................7
1.5 Tujuan umum..........................................................................................7
BAB II.....................................................................................................................8
1.6 2.1 Pengertian insomnia..........................................................................8
1.7 2.2 Faktor-faktor penyebab insomnia..................................................8
1.8 2.3 Gejala insomnia.................................................................................9
1.9 2.4 Klasifikasi Insomnia..........................................................................9
4.2 2. 5 Gangguan Tidur Pada Lansia.......................................................10
4.3 2.6Perubahan Tidur Pada Lansia Normal..........................................11
4.4 2.7 Penanganan Gangguan Tidur Pada Lansia..................................12
4.5 2.8 Penanganan Terapeutik Gangguan Tidur pada Lansia..............13
BAB III..................................................................................................................14
4.6 Kesimpulan............................................................................................15
4.7 Saran.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini meskipun jauh dari
kesempurnaan.

Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu wadah pembelajaran
dalam menimbah ilmu utamanya dalam mata kuliah “ Keperawatankeluarga ”

Pada kesempatan ini kami membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang berguna
untuk perbaikan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat serta memberikan
pengetahuan dalam proses pembelajaran

Jakarta, 2 Oktober 2021

Penyusun

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 latar Belakang

Pertambahan usia padaindividu merupakan suatu proses fisiologis yang akan terjadi pada
manusia, pada proses penuaan seseorang akan mengalami masalah baik secara fisik maupun
mental (Fitriani, 2014). Menua adalah proses alami yang disertai dengan adanya penurunan
kondisi fisik serta penurunan fungsi organ tubuh.

Gangguan tidur atau insomnia merupakan salah satu gangguan yang paling sering dialami
lanjut usia. Sekitar 60% lansia mengalami insomnia atau sulit tidur (Saragih, 2010). Hal ini
diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan kemunduran kognitif seperti suka lupa
dan hal-hal yang mendukung lainnya kecemasan yang berlebihan, kepercayaan diri menurun,
insomnia, juga kondisi biologis yang semuanya saling berinteraksi satu sama lain.

Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun
kesehatan jiwa secara khusus pada lanjut usia (Kadir, 2007 dalamDhin 2015). Lebih dari
70%, penyakit mempunyai hubungan dengan stress , salah satunya yaitu insomnia.
(Desinta,2011).

Masalah yang muncul pada lansia yang mengalami insomnia yaitu kesulitan untuk tidur,
sering terbangun lebih awal, sakit kepala di siang hari, kesulitan berkonsentrasi, dan mudah
marah.

Dampak yang lebih luas akan terlihat depresi, insomnia juga berkontribusi pada saat
mengerjakan pekerjaan rumah maupun berkendara,serta aktivitas sehari-hari dapat terganggu
(Rafiudin, 2004 dalamUtami, 2015).

Jika lansia kurang tidur yaitu persaan bingung, curiga, hilangnya produktifitas kerja, serta
menurunnya imunitas. Kurang tidur menyebabkan masalah pada kualitas hidup lansia,
memperburuk penyakit yang mendasarinya, mengubah perilaku, suasana hati menjadi negatif,
mengakibatkan kecelakaan, seperti terjatuh, serta kecelakaan dalam rumah tangga. Insomnia
juga dapat menyebabkan kematian pada lansia (fitriani,2014)

6
1.3 Rumusan masalah

a. Apa pengertian dari insomnia pada lansia


b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan insomnia pada lansia
c. Gejala apa saja yang terjadi pada insomnia lansia
d. Cara mencegah insomnia pada lansia

1.4 Tujuan Penyusunan

Tujuan penyusun ialah untuk memenuhi syarat tugas yang di berikan oleh dosen pengampuh
agar mendapatkan nilai yang bagus dan maksimal

1.5 Tujuan umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan keluarga pada program studi D3 Keperawatan di Universitas Islam As-
syafi’iyah.

7
BAB II
PEMBAHASAN

1.6 2.1 Pengertian insomnia

Insomnia ialah ketidak mampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun
kuantitas. Jenis insomnia ada 3 yaitu tidak dapat memulai tidur,tidak bisa mempertahankan
tidur atau sering terjaga, dan bangun dini serta tidak dapat tidur kembali (Potter,2005)

Insomnia merupakan suatu keadaan ketidak mampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik
kualitasmaupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanyasebentar atau susah tidur
(Hidayat, 2006)

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginanuntuk melakukannya.


lansia rentan terhadap insomnia mencakup ketidakmampuanuntuk tertidur, sering terbangun,
ketidakmampuan untuk kembali tidur danterbangun pada dini hari (Stanley, 2007)

1.7 2.2 Faktor-faktor penyebab insomnia

Menurut Talbot dan Harvey, dalam J Buyssedan J Sateia dalam Anggriawan (2015),
menyebutkan bahwa terdapat model psikologi untuk insomnia, yang disebut dengan Three P-
Model, Three P-Model juga disebut sebagai model tiga faktor atau model spielman, yaitu
diathesis dari teori stress yang termasuk faktor predisposisi, faktor presipitasi, dan faktor
prepersuasi. Yang penjelasannya sebagai berikut:

 Faktor Predisposisi (Kecenderungan)


Faktor predisposisi adalah termasuk kondisi biologis (misalnya keteraturan tingginya
kortisol), kondisi psikologis (misalnya kecenderungan untuk merasa cemas), atau
kondisi sosial (misalnya jadwal pekerjaan yang tidak sesuai dengan jadwal tidur).
Faktor-faktor tersebut mewakili kerentanan untuk insomnia.
 Faktor Presipitasi (Pengendapan)
Faktor presipitasi adalah peristiwa yang penuh tekanan di dalam hidup, yang dapat
memicu onset (mulai pertama kali muncul) yang tiba-tiba dari insomnia. Pengaruh
dari factor presipitasi ini berkurangdari waktu kewaktu.
 Faktor Prepersuasi (Pengabadian)
Yang termasuk factor prepersuasi yaitu di antaranya seperti langkah coping
(mengatasi) yang maladaptive atau perpanjangan waktu di tempat tidur, maksudnya
adalah seseorang yang merasa kurang tidur mengatasinya dengan memperpanjang
8
waktu berbaring dengan maksud agar bisa menambah durasi tidurnya, tetapi hal ini
mulai semakin membuatnya tidak bisa tidur. Hal tersebut memberikan kontribusi
polatahap insomnia akut untuk berkembang mejadi insomnia kronis atau jangka
panjang.

1.8 2.3 Gejala insomnia

1. Kesulitan tidur secara teratur


2. Jatuh tidur atau merasa lelah di siang hari
3. Perasaan tidak segar atau merasa lelah setelah baru bangun
4. Bangun berkali-kali saattidur
5. Kesulitan jatuh tertidur
6. Pemarah
7. Bangun dan memiliki waktu yang sulit jatuh kembali tidur
8. Bangun terlalu dini
9. Masalah berkonsentrasi

1.9 2.4 Klasifikasi Insomnia

Adapun macam-macam dari tipe insomnia yaitu :

2. Insomnia sementara (transient)


Yakni insomnia yang berlangsung beberapa malam dan biasanya berhubungan dengan
kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung sementara dan biasanya menimbulkan
stress dan dapat dikenali dengan mudah oleh pasien sendiri. Diagnosis transient
insomnia biasanya dibuat secara retrospektif setelah keluhan pasien sudah hilang.
Keluhan ini kurang lebih ditemukan sama pada pria dan wanita dan episode berulang
juga cukup sering ditemukan, faktor yang memicu antara lain akibat lingkungan tidur
yang berbeda, gangguan irama sirkadian sementara akibat jet lag atau rotasi waktu
kerja, stress situasional akibat lingkungan kerja baru, dan lain-lainnya. Transient
insomnia biasanya tidak memerlukan terapi khusus dan jarang membawa pasien ke
dokter.
3. Insomnia jangka pendek
Yakni gangguan tidur yang terjadi dalam jangka waktu dua sampai tiga minggu.
Kedua jenis insomnia ini biasanya menyerang orang yang sedang mengalami stress,
berada di lingkungan yang ribut-ramai, berada di lingkungan yang mengalami
perubahan temperature ekstrim.

9
4. Insomnia kronis
Kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama sebulan atau lebih. Salah
satupenyebab chronic insomnia yang paling umum adalah depresi. Penyebab lainnya
bias berupa arthritis, gangguan ginjal, gagal jantung, sleep apnea, sindrom restless
legs, Parkinson, dan hyperthyroidism. Namun demikian, insomnia kronis bisa juga
disebabkan oleh faktor perilaku, termasuk penyalahgunaan kafein, alkohol, dan
substansi lain, siklus tidur/bangun yang disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan
malam hari lainnya, dan stress kronis.

4.2 2. 5 Gangguan Tidur Pada Lansia

Gangguan tidur pada lansia dapat bersifat nonpatologik karena faktor usia dan ada pula
gangguan tidur spesifik yang sering ditemukan pada lansia. Ada beberapa gangguan tidur
yang sering ditemukan pada lansia.

1. Insomnia Primer
Ditandai dengan :
 Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau tetap tidak segar meskipun
sudah tidur. Keadaan ini berlangsung paling sedikit satu bulan.
 Menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinik atau impairmentsosial,
okupasional, ataufungsi penting lainnya. Gangguan tidur tidak terjadi secara eksklusif
selama ada gangguan mental lainnya.
 Tidak disebabkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medic umum atau zat.

2. Insomnia Kronik

Disebut juga insomnia psikofisiologik persisten. Insomnia ini dapat disebabkan oleh
kecemasan; selain itu, dapat pula terjadi akibat kebiasaan atau pembelajaran atau perilaku
maladaptif di tempat tidur. Misalnya, pemecahan masalah serius di tempat tidur,
kekhawatiran, atau pikiran negatif terhadap tidur ( sudah berpikir tidak akan bisa tidur).
Adanya kecemasan yang berlebihan karena tidak bisa tidur menyebabkan seseorang
berusaha keras untuk tidur tetapi ia semakin tidak bisa tidur.

3. Insomnia Idiopatik

Insomnia idiopatik adalah insomnia yang sudah terjadi sejak kehidupan dini.Kadang-
kadang insomnia ini sudah terjadi sejak lahir dan dapat berlanjut selama hidup.

10
Penyebabnya tidak jelas, ada dugaan disebabkan oleh ketidakseimbangan neurokimia
otak di formasioretikularis batang otak atau disfungsi forebrain. Lansia yang tinggal
sendiri atau adanya rasa ketakutan yang dieksaserbasi pada malam hari dapat
menyebabkan tidak bisa tidur.

4.3 2.6Perubahan Tidur Pada Lansia Normal

Pola tidur-bangun berubah sesuai dengan bertambahnya umur. Pada masa neonatus
sekitar 50% waktu tidur total adalah tidur REM. Lama tidur sekitar 18 jam. Pada usia satu
tahun lama tidur sekitar 13 jam dan 30 % adalah tidur REM. Waktu tidur menurun
dengan tajam setelah itu. Dewasa muda membutuhkan waktu tidur 7-8 jam dengan
NREM 75% dan REM 25%. Kebutuhan ini menetap sampai batas lansia.

Lansia menghabiskan waktunya lebih banyak di tempat tidur, mudah jatuh tidur, tetapi
juga mudah terbangun dari tidurnya. Perubahan yang sangat menonjol yaitu terjadi
pengurangan pada gelombang lambat, terutama stadium 4, gelombang alfa menurun, dan
meningkatnya frekuensi terbangun di malam hari atau meningkatnya fragmentasi tidur
karena seringnya terbangun. Gangguan juga terjadi pada dalamnya tidur sehingga lansia
sangat sensitif terhadap stimulus lingkungan.

Selama tidur malam, seorang dewasa muda normal akan terbangun sekitar 2-4 kali. Tidak
begitu halnya dengan lansia, ia lebih sering terbangun. Walaupun demikian, rata-rata
waktu tidur total lansia hampir sama dengan dewasa muda.

Ritmik sirkadian tidur-bangun lansia juga sering terganggu. Jam biologik lansia lebih
pendek dan fase tidurnya lebih maju. Seringnya terbangun pada malam hari menyebabkan
keletihan, mengantuk, dan mudah jatuh tidur pada siang hari.

perkataan lain, bertambahnya umur juga dikaitkan dengan kecenderungan untuk tidur dan
bangun lebih awal. Toleransi terhadap fase atau jadual tidur-bangun menurun, misalnya
sangat rentan dengan perpindahan jam kerja.

Adanya gangguan ritmik sirkadian tidur juga berpengaruh terhadap kadar hormon yaitu
terjadi penurunan sekresi hormon pertumbuhan, prolaktin, tiroid, dan kortisol pada lansia.

Hormon-hormon ini dikeluarkan selama tidur dalam. Sekresi melatonin juga berkurang.
Melatonin berfungsi mengontrol sirkadian tidur. Sekresinya terutama pada malam hari.
Apabila terpajan dengan cahaya terang, sekresi melatonin akan berkurang.

11
4.4 2.7 Penanganan Gangguan Tidur Pada Lansia

1. Pencegahan primer
Sebelasperaturanuntukmendapatkan higiene tidur yang baik telah berhasil
diidentifikasi untuk pencegahan primer gangguan tidur.
 Tidur seperlunya, tetapi tidak berlebihan, agar merasa segar dan sehat dihari
berikutnya. Pembatasan waktu tidur dapat memperkuat tidur, berlebihnya waktu
yang dihabiskan di tempat tidur tampaknya berkaitan dengan tidur yang terputus-
putus dan dangkal.
 Waktu bangun yang teratur di pagi hari memperkuat siklus sirkadian dan
menyebabkan awitan tidur yang teratur.
 Jumlah latihan yang stabil setiap harinya dapat memperdalam tidur, namun,
latihan yang hanya dilakukan kadang-kadang tidak dapat memperbaiki tidur pada
malam berikutnya.
 Bunyi bising yang bersifat kadang-kadang (mis, bunyi pesawat melintas) dapat
mengganggu tidur sekalipun orang tersebut tidak terbangun oleh bunyinya dan
tidakdapat mengingatnya di pagi hari. Kamar tidur kedap suara dapat membantu
bagi orang-orang yang harus tidur di dekatkebisingan
 .Meskipunruangan yang terlaluhangatdapatmengganggutidur, namuntidaadabukti
yang menunjukknbahwakamar yang terlaludingindapatmembantutidur.
 Rasa laparmengganggutidur, kudapanringandapatmembantutidur.
 Piltidur yang hanyakadang-kadangsajadigunakandapatbersifatmenguntungkan,
namunpenggunaannya yang kronistidakefektifpadakebanyakanpenderita insomnia.
 Kafein di malamharidapatmenggutidur, meskipunpada prang-orang yang
tidakberfikirdemikian.
 Alkoholmembantu orang-orang yang teganguntuktertidurlebihmudah,
tetapitidurtersebutkemudianakanterputus-putus.
 Orang-orang yang
merasamarahdanfrustasikarenatidakdapattidurtidakbolehberusahaterlalukerasuntu
ktertidurtetapiharusmenyalakanlampudanmelakukanhal lain yang berbeda.
 Penggunaantembakausecarakronisdapatmengganggutidur.

2. Pencegahan Sekunder

12
Seperti biasa, memvalidasi riwayat
pengkajiandengananggotakeluargaataupemberianperawatanmerupakanhal yang
pentinguntukmemastikankeakuratandanpengkajianjikapasiendianggaptidakkompeten untuk
memberi laporan sendiri.

Catatan harian tentang tidur merupakan cara pengkajian yang sangat bagus bagi lansia di
rumahnya sendiri. Informasi ini memberikan catatan yang akurat tentang masalah tidur.
Untuk mendapatkan gambaran sejati tentang gangguan tidur yang dialami lansia di rumah
atau di fasilitas kesehatan, catatan harian tersebut harus dibuat selama 3 sampai 4 minggu.
Catatan tersebut harus mencakup faktor-faktor berikut ini:

 Seberapa sering bantuan diperlukan untuk memberikan obat nyeri, tidak dapat tidur,
atau menggunakan kamar mandi.
 Kapan orang tersebut turun dari tempat tidur.
 Berapa kali orang tersebut terbangun atau memberi perawatan.
 Terjadinya konfusi atau disorientasi.
 Penggunaan obat tidur.
 Perkiraan orang tersebut bangun di pagi hari.

3.Pencegahan Tersier

Jika terdapat gangguan tidur seperti apnea tidur yang mengancam kehidupan, kondisi pasien
memerlukan rehabilitasi melalui tindakan-tindakan seperti pengangkatan jaringan yang
menyumbat di mulut dan memengaruhi jalan napas. Saat ini sudah banyak pusat-pusat
gangguan tidur yang tersedia di seluruh negara untuk membantu mengevaluasi gangguan
tidur.

Tempat-tempat tersebut, yang biasanya berkaitan dengan lembaga penelitian dan kedokteran
klinis atau universitas, dilengkapi dengan peralatan medis yang canggih untuk mendeteksi
rekaman listrik di otak dan obstruksi pernapasan. Data-data tersebut membantu menentukan
pengobatan yang terbaik untuk mengatasi kesulitan dan merehabilitasi lansia sehingga ia
dapat menikmati tidur yang berkualitas baik sampai akhir hidupnya.

4.5 2.8 Penanganan Terapeutik Gangguan Tidur pada Lansia

Nicassio menganjurkan aturan-aturan berikut untuk mempertahankan kenormalan pola


tidur :Pergi tidur hanya jika mengantuk.

13
 Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, jangan membaca, menonton televisi, atau
makan di tempat tidur.
 Jika tidak dapat tidur, bangun dan pindah ke ruangan lain. Bangun sampai anda benar-
benar mengantuk, kemudian baru kembali ke tempat tidur. Jika tidur masih tidak biasa
dilakukan dengan mudah, bangun lagi dari tempat tidur. Tujuannya adalah
menghubungkan antara tempat tidur dengan tidur cepat. Ulangi langkah ini sesering
yang diperlukan sepanjang malam.
 Siapkan alarm dan bangun di waktu yang sama setiap pagi tanpa mempedulikan
berapa banyak anda tidur di malam hari. Hal ini dapat membantu tubuh menetapkan
irama tidur bangun yang konstan.
 Kurangi tidur di siang hari.

BAB III
PENUTUP

14
4.6 Kesimpulan

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginanuntuk melakukannya.


lansia rentan terhadap insomnia mencakup ketidakmampuanuntuk tertidur, sering terbangun,
ketidakmampuan untuk kembali tidur danterbangun pada dini hari

 Faktor Predisposisi (Kecenderungan)


Faktor predisposisi adalah termasuk kondisi biologis (misalnya keteraturan tingginya
kortisol), kondisi psikologis (misalnya kecenderungan untuk merasa cemas), atau
kondisi sosial (misalnya jadwal pekerjaan yang tidak sesuai dengan jadwal tidur).
Faktor-faktor tersebut mewakili kerentanan untuk insomnia.
 Faktor Presipitasi (Pengendapan)
Faktor presipitasi adalah peristiwa yang penuh tekanan di dalam hidup, yang dapat
memicu onset (mulai pertama kali muncul) yang tiba-tiba dari insomnia. Pengaruh
dari factor presipitasi ini berkurangdari waktu kewaktu.
 Faktor Prepersuasi (Pengabadian)

Yang termasuk factor prepersuasi yaitu di antaranya seperti langkah coping (mengatasi) yang
maladaptive atau perpanjangan waktu di tempat tidur,

Ada beberapa gangguan tidur yang sering ditemukan pada lansia.

Ditandai dengan :

 Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau tetap tidak segar meskipun
sudah tidur. Keadaan ini berlangsung paling sedikit satu bulan.
 Menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinik atau impairmentsosial,
okupasional, ataufungsi penting lainnya. Gangguan tidur tidak terjadi secara eksklusif
selama ada gangguan mental lainnya.

4.7 Saran

Penyusun hanya menjalankan tugas apabila ada kesalahan mengetik tolong dibenarkan
atau dikoreksi karena kesempurnaan hanya milik Allah swt

DAFTAR PUSTAKA

15
Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut),
Edisi 2. 2000. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Stockslager, Jaime L. 2007 . Buku Saku Gerontik edisi: 2 . Jakarta : EGC.
Stanley M, Patricia GB. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.
Suratum . 2008 . Seri Askep Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal . Jakarta : EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai