DI RS DHIA TANGERANG
SELATAN
DISUSUN OLEH :
AHMAD FAHRUROZI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Konsep Nyeri
a. Pengertian
Nyeri merupakan suatu hal yang bersifat subjektif dan tidak ada dua orang
yang mengalami kesamaan rasa nyeri dan tidak ada dua kejadian menyakitkan yang
mengakibatkan respons atau perasaan yang sama pada individu (Potter & Perry,
2014). Nyeri merupakan pengalaman personal secara subjektif dan tidak ada dua
individu merasakan nyeri dengan pola yang sama atau identik (Black & Hawks,
2014). Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
b. Pola Nyeri
Menurut Black & Hawks (2014) nyeri memiliki 2 pola dasar yang
membedakannya, yaitu:
1) Nyeri akut
dalam waktu yang singkat yaitu kurang dari 6 bulan dan memiliki onset yang
tiba-tiba. Nyeri ini memiliki durasi waktu yang terbatas dan dapat diperkirakan,
seperti nyeri pasca operasi yang biasanya menghilang ketika luka sembuh.
Individu yang merasakan nyeri akut menjelaskan rasa nyeri menggunakan kata-
Menurut Black & Hawks (2014) nyeri akut dapat disertasi dengan
b. Takikardia
c. Diaphoresis
d. Takipnea
2) Nyeri kronis
Nyeri kronis berlangsung dalam waktu yang lama yaitu 6 bulan atau
lebih. Nyeri ini dapat dimulai dari nyeri akut maupun nyeri yang penyebabnya
tidak diketahui kapan nyeri tersebut pertama kali dirasakan. Individu dengan
nyeri kronis mungkin mengalami nyeri lokal atau menyebar serta terasa sakit
saat disentuh, beberapa terasa nyeri di titik yang dapat diprediksi, namun hanya
Menurut Black & Hawks (2014) nyeri kronis dapat disertai dengan
b. Gangguan tidur
c. Keterbatasan fungsi
Menurut Black & Hawks (2014) nyeri memiliki sumber atau awal nyeri.
1) Nyeri kutaneus
sebagai nyeri yang tiba-tiba dengan kualitas yang tajam, menyengat atau nyeri
nyeri kutaneus berakhir dibawah kulit, karena tingginya konsentrasi ujung saraf
2) Nyeri somatic
Nyeri somatic berasal dari ligament, tendon, tulang, pembuluh darah dan
saraf. Nyeri ini dideteksi oleh nosiseptor somatic. Nyeri ini terasa tumpul, sulit
3) Nyeri visceral
Nyeri visceral berasal dari visera tubuh atau organ. Nosiseptor visera
terletak dibagian tubuh dan celah bagian dalam. Terbatasnya jumlah nosiseptor
di area ini menyebabkan nyeri yang dirasakan individu lebih menyakitkan dan
menjalar, meskipun sensasi nyeri bukan berada di lokasi cedera (Black &
Hawks, 2014).
4) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik disebabkan oleh kerusakan atau cedera pada serat saraf
di perifer atau kerusakan pada system saraf pusat (SSP). Hal tersebut tidak
kondisi ini dihasilkan dilokasi cedera. Oleh kerana itu nyeri terasa kebas,
terbakar atau terasa tertusuk dan sengatan listrik (Black & Hawks, 2014).
d. Fisiologi Nyeri
Proses fisiologi nyeri menurut Price & Wilson (2016) meliputi beberapa
tahap, antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subyektif nyeri terdapat
1) Transduksi
Berbagai zat kimia yang dibebaskan didaerah cedera meliputi ion kalium,
histamine, sel mast yang aktif (seperti stimulant nyeri yang kuat, bradikinin).
Atau oleh sel T yang telah tersensititasi dan makrofag aktif berbagai zat yang
disebut sitokin, termasuk toksin, faktor nekrosis tumor (TNF) (Price & Wilson,
2016).
stimulus berhenti serta penyebaran bertahap hiperalgesia dan nyeri tekan (Price
2) Transmisi
transmisikan oleh saraf afferent (A-δ dan C). Kornu dorsalis medulla spinalis
Impuls akan bersinaps di substansia gelatinosa (lamina II dan lamina III) yang
fast pain atau akut. Di bagian thalamus dan korteks serebri inilah individu
merasakan nyeri akut meliputi lokasi, sifat dan intensitas nyeri (Price & Wilson,
2016).
panas, pegal dan sensasi yang lokalisasinya samar. System ini mempengaruhi
ekspresi nyeri dalam hal toleransi, perilaku dan respon otonom simpatis (Price
3) Modulasi
serat eferen yang berjalan dari korteks serebrum turun ke medua spinalis.
spinal yang datang dari mekanisme umpan balik yang melibatkan substansia
4) Presepsi nyeri
2016).
e. Teori Nyeri
Serat A-α dan A-β dengan sensorik bermielin besar (L) maupun serat A-δ
dan C dengan sensorik bermielin kecil (S) membawa informasi mengenai nyeri
ke sel T yang berakibat meningkatnya intensitas nyeri (Price & Wilson, 2016).
2) Teori Endorfin-Enkefalin
spinalis terbukti dapat menghambat nyeri. Reseptor ini dapat diikat oleh obat
masing berasal dari precursor yang berlainan dan memiliki penyebaran yang
berbeda yaitu: (1) Golongan enkefalin terjadi rangsang listrik pada bagian lain
yang lebih lemah daripada endorphin lain tetapi lebih poten dan bekerja lebih
lama daripada morfin. (2) Beta endorfin merupakan analgesic yang jauh lebih
dan sedikit di medulla spinalis. (3) Dinorfrin adalah endorfin yang memiliki
efek analgesik paling kuat sekitar 50 kali lebih kuat dibandingkan beta-
endorfin.
efek analgesik serupa yang ditimbulkan oleh opiate eksogen (morfin). Reseptor
Menurut Black & Hawks (2014) Pengalaman nyeri pada seseorang dapat
1) Persepsi nyeri
membedakan antara batas nyeri dan toleransi nyeri. Batas nyeri merupakan titik
terendah dari stimulus yang menyakitkan seperti inflamasi atau cedera di dekat
reseptor nyeri. Sedangkan toleransi nyeri merupakan intensitas atau durasi nyeri
dapat mengantisipasi kemungkinan nyeri yang akan datang (Black & Hawks,
2014).
2) Faktor Sosiobudaya
termasuk respon nyeri. Individu belajar tentang respon nyeri dan pengalaman
juga memiliki kesulitan menerima pengalaman nyeri dari dari kelompok sosial
3) Usia
semakin bertambah usia individu maka semakin mentoleransi rasa nyeri yang
timbul begitu juga sebaliknya semakin muda usia individu semakin kecil
toleransi terhadap nyeri yang dirasakan (Niven cit Solehati & Kosasih, 2015).
Individu dewasa mungkin tidak melaporkan rasa nyeri yang dirasakan
karena takut bahwa hal tersebut mengindikasikan diagnosis yang buruk. Beda
halnya dengan Individu lansia berfikir bahwa nyeri merupakan suatu hal yang
harus dilalui dan merupakan suatu hal yang alami dari proses penuaan (Black &
Hawks, 2014).
4) Jenis kelamin
tidak berarti bahwa pria tidak merasakan nyeri namun pria lebih jarang
Hasil studi dilaporkan bahwa pria kurang merasakan nyeri dibandingkan wanita
(Solehati 2015).
5) Arti nyeri
Menurut Solehati & Kosasih (2015) arti nyeri meliputi: kerusakan, komplikasi,
mengetahui penyebab nyeri akan mengintepretasikan arti nyeri kea rah negative
yang berdampak pada psikologis seperti: rasa ketakutan dan cemas (Black &
Hawks, 2014).
6) Ansietas
Individu yang gelisah lebih sensitif terhadap nyeri dan lebih sering mengeluh
pengertian atas nyeri. Jika penyebab nyeri tidak diketahui maka ansietas akan
cederung lebih tinggi dan nyeri semakin memburuk (Black & Hawks, 2014).
individu saat ini dan waktu yang akan datang. Individu dengan pengalaman
negatif dapat memiliki kesulitan mengatasi nyeri diwaktu yang akan datang.
8) Lingkungan
terhadap presepsi nyeri. Lingkungan yang ribut atau tidak tenang dapat
2015).
9) Keadaan Umum
Kondisi fisik yang tidak stabil atau menurun misalnya kelelahan dan
fisik dan respon tingkah laku. Nyeri akan menstimulasi system saraf simpatis
wajah pucat, banyak berkeringat, dilatasi pupil serta kulit terasa dingin dan lembab.
Respon tingkah laku merupakan perubahan perilaku yang terlihat secara langsung
dari individu yang merasakan nyeri yaitu: menangis, merintih, gelisah, banyak
bergerak, tidak tenang, tidak konsentrasi, insomnia, mengusap bagian tubuh yang
Nyeri akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Bila tidak ditangani
secara adekuat, nyeri yang hebat akan memberikan efek yang membahayakan
jantung dan tekanan darah, pernapasan cepat dan tidak teratur (Potter & Perry,
2014).
h. Penatalaksanaan Nyeri
1) Farmakologi
analgesic yang memberikan efek paling kuat dan digunakan untuk nyeri
sedang dan berat. Obat ini digunakan untuk nyeri pacaoperasi dan nyeri
antagonis opioid merupakan obat yang melawan efek dari obat opioid
dan butorfanol.
2) Non farmakologi
kelompok yaitu: (1) Terapi dan modalitas fisik merupakan terapi cara
untuk mengatasi nyeri pada individu. Menurut Solehati & Kosasih (2015)
1. Distraksi
4. Akupuntur
5. Hipnotis
6. Position
7. Massage
8. Relaksasi Benson
Potter & Perry (2014) nyeri dapat diukur menggunakan Faces pain rating scale
(FPRS) yaitu skala yang menggunakan model gambar animasi atau kartun dengan
enam tingkatan nyeri yang dilengkapi angka 0-5. Cara pengukuran skala ini yaitu
dengan meminta anak untuk memilih wajah yang sangat mencerminkan nyeri
mereka dan mencatat angka yang tepat. Skala ini efektif digunakan untuk mengukur
1) Definisi
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
2) Penyebab
b) Objektif
Tampak meringis
Gelisah
Sulit tidur
b) Objektif
Menarik diri
Diaforesis
a) Kondisi pembedahan
b) Cedera traumatis
c) Infeksi
e) Glaukoma
f) Gastritis
k. Intervensi keperawatan
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018) &Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018))
memperingan nyeri
penggunaan analgetik
2. Terapeutik
a) Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
bermain)
kebisingan)
3. Edukasi
nyeri
secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan
e. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
4. Kolaborasi
jika perlu
B. PEMBERIAN ANALGETIK
(I.08243)
1. Observasi
frekuensi, durasi)
nyeri
pemberian analgesik
2. Terapeutik
b) Pertimbangkan penggunaan
analgesic untuk
d) Dokumentasikan respon
3. Edukasi
4. Kolaborasi
I. PENGKAJIAN
A. Biodata
1. Nama : Tn. S
a. Umur : 24 tahun
d. Suku/Bangsa : Jawa/indonesia
f. Agama : Islam
Tablet
B. Penanggung jawab
a. Nama : Ny. R
b. Umur : 54 Tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
III.RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang ke Ugd Rsia Dhia pada tanggal 11 Oktober 2021 dengan
keluhan demam 2 hari, sakit perut sebelah kiri seperti di tekan nyeri hilang
timbul dan pasien mengeluh sulit untuk tidur mual muntah setiap kali makan
dan minum lemas.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak ada penyakit genetik dan tidak pernah dirawat di rs
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mampuyai penyakit
yang sama
IV.RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1) Data psikologi
Konsep diri
2) Data sosial
keluarga baik.
V. RIWAYAT SPIRITUAL
Klien beragama islam dan klien selalu berdoa agar capat sembuh dari
penyakitnya
Pemeriksaan persistem
1) Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, gerakan normal, pergerakan bola
mata normal, konjungtiva anemis, sklera an ikterik, pupil isokor, kornea normal,
2) System pendengaran
Daun telinga normal, tidak ada nyeri, tidak ada cairan telinga yang keluar, fungsi
3) System wicara
indonesia.
4) System pernafasan
Bentuk simetris, tidak terdapat benjolan, klien tidak menggunakan alat bantu
pernafasan, frekuensi pernafasan 20 x / menit.
5) System cardiovaskuler
Conjungtiva anemis, bibir pucat, suara jantung lup dup, TD : 130/80 mmHg,
N:105x/menit, S: 37,5˚C, tidak terdapat oedema, irama jantung regular, tidak ada
6) System pencernaan
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran hati dan limpa, terdapat nyeri tekan dengan
skala 5 (sedang), peristaltic usus 18 x / menit.
7) System urinaria
8) System integument
Warna kulit sawo matang, turgor kulit normal
9) System musculoskeletal
Tonus otot baik, ekstremitas atas : tangan kanan dan kiri tidak ada keluhan,
pergerakan bebas, ekstremitas bawah : kaki kiri dan kanan tidak ada keluhan,
pergerakan bebas
I. Nervus olfaktori
Penciuman baik, ditandai dengan klien dapat ,menebak bau minyak kayu putih
Fungsi penglihatan baik ditandai dengan klien dapat membaca papan nama
perawat
Pupil mengecil saat diberi cahaya langsung,pergerakan bola mata baik, bisa
IV. Throcklearis
V. Nervus trigeminus
Klien tidak ada kesulitan membuka rahang ditandai ketika klien diminta
Klien bisa bisa mendengar suara perawat, dapat berkomunikasi dengan baik.
X. Nervus Vagus
Klien tidak ada keluhan untuk menggerakan kepala dan leher tetapi jika
menggerakan secara cepat tidak bisa karna pusing dan sakit kepala
Mukosa bibir kering, tidak ada peradangan pada mulut, gigi klien masih
Menu 1 porsi
Porsi 1/2 porsi
Suka asam dan (lembut)
Makanan Kesukaan
makanan pedas Tidak di
Pantangan habiskan
Cemilan
Tidak ada
Tidak ada.
Jumlah Jangan
5 gelas makan
Minuman Kesukaan
Minuman pedas-
bersoda, dan pedas,
manis dan
jangan
memakan
yang
terlalu
keras
3 gelas
2 Eliminasi BAB
Frekuensi 1-3 x sehari 1x
Warna Kuning sehari
Bau Khas
Konsistensi Lembek Kunin
Kesulitan g
Khas
lembe
BAK
k
Frekuensi 5 x sehari
Warna Kuning jernih
Bau
Khas
Konsistensi
Cair
Kesulitan 3x
sehari
Kuning
jernih
Khas
Cair
nonton tv
6 Ketergantungan
Merokok tidak tidak
Minuman merokok meroko
Obat-obatan Tidak Ada k
Analgesik Tidak
1x1 tablet Ada
Analge
sik 1x1
tablet
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM.
UREA : 21,8 10 – 50 mg / dl
SGOT : 20 Up to 25 U / L
SGPT : 13 Up to 29 U / L
X. DATA FOKUS
DO :
klien tampak lemas
klien tampak mual
klien tampak muntah
Nama : Tn. S
Diagnosa: THYPHOID FEVER
NO HARI/ JAM DX IMPLEMENTASI PARAF DAN NAMA
TANGGAL
1. Jumat, 15 Oktober 17.00 I Observasi
2021 WIB - Mengidentifikasi intensitas
nyeri
Respon: klien mengeluh
nyeri perut
- Mengidentifikasi skala
nyeri
Respon: Ekspresi wajah
klien memperlihatkan
skala nyeri ada pada angka
5 yaitu sedang
- Memonitor efek samping
penggunaan analgesik AHMAD FAHRUROJI
Respon: Klien mengatakan
nyeri berkurang
terapeutik
- Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(terapi relaksasi nafas
dalam)
Respon: Klien mengatakan
perutnya terasa mulai
membaik
edukasi
- Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
Respon: klien tampak
mengerti dan
menganggukan kepalanya
Ketika di jelaskan strategi
nyeri
- Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(SSBM)
- Menganjurkan
menggunakan analgetik
secara
Tepat
Respon: klien mengatakan
nyerinya menurun skla
nyeri (3)
2. Jumat, 15 Oktober 19.00 II Observasi
2021 WIB - Mengidentifikasi makanan
yang disukai
Respon : klien menyukai
semua makanan tetapi saat
terapeutik
- lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis. Pijat ,
pengaturan posisi,
akupresure)
- sesuaikan jadwal
pemberian obat dan atau
tindakan untuk
menunjang siklus tidur
terjaga
CATATAN PERKEMBANGAN EVALUASI
LAPORAN RESUME
RESUME KEPERAWATAN
Nama : Tn. S
Umur : 24 Tahun
Jenis Kelamin :L
Agama : Islam
Alamat :Jl. Cendrawasih no 74 Tanggerang Selatan
No. Rekam Medik : 202765
Ruang : UGD/home care
Tgl. Masuk RS : 11 Oktober 2021
Tgl. Keluar RS : 11 Oktober 2021
dengan klien mengeluh mual, muntah, klien mengatakan lemas, tidak nafsu
makan
dibuktikan dengan klien mengeluh sulit tidur, klien mengeluh istirahat tidak
: 80x/menit.
4. Nasihat untuk pasien : Buatlah pola hidup sehat, Berolahraga dan makanan