Anda di halaman 1dari 9

Dampak Hospitalisasi pada Anak

dan Keluarga
Disusun oleh
Kelompok 3

1. Mustaqorroh
2. Noor Ashijah
3. Nurul Afrida
4. Sri Ningsih
5. Ufik Kusumawati
Pengertian hospitalisasi
 Hospitalisasi adalah bentuk stressor individu yang berlangsung selama individu tersebut dirawat
dirumah sakit.

 Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang
dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1. Lingkungan yang asing
2. Berpisah dengan orang yang berarti
3. Kurang informasi
4. Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5. Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin sering berhubungan
dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya.
6. Prilaku petugas Rumah Sakit.
Reaksi anak terhadap hospitalisasi berdasarkan
tahap usia
Masa bayi(0-1 th)
 Pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang
 Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas
 Menangis keras
 Pergerakan tubuh yang banyak
 Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
Masa todler (2-3 th)
 Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan . Disini respon perilaku anak dengan
tahapnya.
 Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
 Putus asa menangis berkurang,anak tak aktif,kurang menunjukkan minat bermain, sedih,
apatis
 Pengingkaran/ denial
 Mulai menerima perpisahan
 Membina hubungan secara dangkal
 Anak mulai menyukai lingkungannya
Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )
 Menolak makan
 Sering bertanya
 Menangis perlahan
 Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
 Perawatan di rumah sakit :
- Kehilangan kontrol
- Pembatasan aktivitas
 Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada perasaan malu, takut,
menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, tidak mau bekerja sama dengan perawat.
Masa sekolah 6 sampai 12 tahun

 Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai , keluarga, kelompok
sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam
keluarga, kehilangan kelompok sosial,perasaan takut mati,kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisa
digambarkan dengan verbal dan non verbal
Masa remaja (12 sampai 18 tahun )
 Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya.
 Pembatasan aktifitas menyebabkan kehilangan kontrol
 Reaksi yang muncul :
 Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
 Tidak kooperatif dengan petugas
 Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkanrespon :
 bertanya-tanya
 menarik diri
 menolak kehadiran orang lain
Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
 Berbagai macam perasaan muncul pada orang tua yaitu : takut, rasa bersalah, stress dan cemas (Halsom and Elander, 1997)

 Rasa takut pada orang tua selama anak di RS terutama pd kondisi sakit anak yang terminal, karena takut kehilangan anak yang
dicintainya dan adanya perasaan berduka (Brewis, 1995).

 Perasaan orang tua tidak boleh diabaikan karena apabila orang tua merasa stress, hal ini akan membuat ia tidak dapat merawat
anaknya dengan baik dan akan menyebabkan anak menjadi semakin stress (Supartini, 2000).
 Perasaan cemas dan takut

Rasa cemas paling tinggi dirasakan orang tua pada saat menunggu informasi tentang diagnosis penyakit anaknya
(Supartini, 2000)

Rasa takut muncul pada orang tua terutama akibat takut kehilangan anak pada kondisi sakit yang terminal (Brewis, 1995).
 Perilaku yang sering ditunjukan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan cemas dan takut ini adalah : sering bertanya
atau bertanya tentang hal sama berulang-ulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang dan bahkan
marah (Supartini, 2000)
 Perasaan sedih
 Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang tua mengetahui
bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh
 Pada saat menghadapi anaknya yang menjelang ajal, rasa sedih dan berduka akan dialami orang tua
 Pada kondisi ini orang tua menunjukkan perilaku isolasi atau tidak mau didekati orang lain, bahkan
bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan (Supartini, 2000).
 Perasaan frustrasi

 Perasaan frustasi yang dirasakan menurut Supartini (2004) , adalah sebagai berikut :

 Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta
tidak adekuatnya dukungan psikologis yang diterima orang tua, baik dari keluarga maupun
kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan frustrasi.

 Sering kali orang tua menunjukkan perilaku tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan,
bahkan menginginkan pulang paksa (Supartini, 2004).

Anda mungkin juga menyukai