Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR
GANGGUAN PADA KEBUTUHAN TIDUR
“INSOMNIA”
DOSEN PENGAMPU: RAIHANA N,SST., M.Keb

KELAS :I A

KELOMPOK :1

ELLISYA ROBIYATUL ZANNAH


HERLANGGA
MUHAMMAD AZMI
MUHAMMAD RIZKI PADILLAH
NURUS SHOBAH
SHINTYA
SITI MAWADDAH
YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI
AKADEMI KEPERAWATAN INTAN MARTAPURA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Eesa karena dengan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Insomnia” dalam tugas mata
kuliah Keperawatan Dasar oleh dosen Raihana N,SST., M.Keb
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pembuatan
makalah ini, namun kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Jika didalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,maka kami
memohon maaf atasnya. Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari
kesempurnaan.

Martapura, 4 Desember 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................ i
Daftar isi ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN:
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi ............................................................................................. 3
2. Etiologi ............................................................................................. 4
3. Klasifikasi Insomnia ......................................................................... 6
4. Tanda dan Gejala .............................................................................. 8
5. Komplikasi Insomnia ...................................................................... 10
6. Penanganan ..................................................................................... 11
7. Dampak Insomnia .......................................................................... 12
BAB III PROSES ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
GANGGUAN TIDUR : INSOMNIA
A. Pengkajian………………………………………………………...13
B. Diagnosa…………………………………………………………..14
C. Intervensi …………………………………………………………14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan yang
baik dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan
jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosivtergantung
pada kemampuan untuk memnuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan
tidur yan cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan
berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas.
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan menyebabkan
gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya insomnia.
Insomnia merupakan ganggguan tidur yang paling sering dikeluhkan.
Penelitian menunjukkan bahwa kurang lebih 1/3 dari orang dewasa pernah menderita
insomnia setiap tahunnya. Gangguan tidur ini dapt mempengaruhi pekerjaan, aktifitas
social dan status kesehatan penderitanya. Bukti lain menunjukkan bahwa adanya
korelasi yang bermakna antara kurang tidur dan kecelakaan lalulintas.
Kesulitan untuk memulai tidur ( initiating sleep ) lebih sering dijumpai pada
wanita, sedangkan kesulitan mempertahankan tidur dan terbangun pada pagi hari
memiliki prevalensi yang sama antara wanita dan pria . Keluhan insomnia lebih sering
didapat pada orang yang mudah cemas atau depresi, orang dengan sosial ekonomi yang
rendah, bercerai , mereka dengan penyakit kronis, dan pada peminum alkohol berat.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pembelajaran/ seminar diharapkan mahasiswa dapat


mengetahui dan mengaplikasikan asuhan keperawatan klien dengan gangguan tidur;
insomnia.
2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan definisi insomnia

b. Menjelaskan etiologi insomnia

c. Menjelaskan klasifikasi insomnia

d. Menjelaskan manifestasi insomnia

e. Menjelaskan komplikasi insomnia

f. Menjelaskan penatalaksanaan insomnia

g. Menjelaskan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan insomnia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Insomnia didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana seseorang merasa tidak


cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut
sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan perasaan
yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur .
Insomnia adalah kelainan atau gangguan atau kesulitan saat ingin tidur. Selain itu
insomnia juga kelainan berupa kesulitan untuk mempertahankan tidur. Insomnia sendri
bisa disebabkan oleh gangguan psikologis seseorang, selain itu ada juga beberapa faktor
dari luar yang bisa membuat seseorang menderita insomnia.

Ada beberapa definisi insomnia dari beberapa sumber referensi:


 Insomnia didefinisikan sebagai keluhan kesulitan untuk memulai tidur, kesulitan
mempertahankan tidur, atau mengalami nonrestorative sleep, dan biasanya dihubungkan
dengan masalah pada aktifitas siang hari ( Stepanski, 2009 )
 Menurut clinical practice guideline adult insomnia: assesement to diagnosis(panduan
praktis klinis insomnia untuk orang dewasa : assessment untuk diagnosis) (2007;3)
mendefinisikan insomnia sebagai kesulitan memasuki tidur, kesulitan untuk tetap tidur,
atau tidur yang tidak dapat menyegarkan pada seseorang yang padahal ia mempunyai
kesempatan untuk tidur malam tang normal, yaitu 7-8 jam.
 Menurut hoeve (1992) insomnia merupakan keadaan tidak dapat tidur, sukar untuk jatuh
tidur, atau mudah terbangun dan kemudian tidak dapat tidur lagi

Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek
( short sleepers ), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek,
mereka tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang hari,
dan mereka tidak mengeluh tentang tidur mereka di malam hari.
Tidur tidak sekadar mengistirahatkan tubuh, tapi juga mengistirahatkan otak,
khususnya serebral korteks, yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi,
yang digunakan untuk mengingat, memvisualkan serta membayangkan, menilai dan
memberikan alasan sesuatu.
Tes yang pernah dilakukan terhadap beberapa ratus pria yang bersedia menjadi
sukarelawan untuk tidak tidur selama berhari-hari menunjukkan, setelah 4 - 8 hari,
memang tidak terjadi kemerosotan fisik yang berarti. Namun dalam 24 jam saja tidak
tidur, gejala gangguan mental serius sudah terlihat, seperti cepat marah, memori hilang,
timbul halusinasi, ilusi, dll. Meski begitu, dengan tidur kembali keesokan harinya semua
gangguan itu hilang. Malah ada ahli menyatakan, mendingan orang tidak makan dan
minum daripada tidak tidur. Tes laboratorium pada hewan menunjukkan, mereka bisa
bertahan hidup tanpa makan dan minum sampai 20 hari, tapi tidak tidur hanya bertahan
tidak lebih dari lima hari.
Sejumlah ahli yang memonitor aktivitas tubuh menuju tidur menambahkan,
saat tidur pikiran dan otot-otot kita saling merangsang. Ketegangan otot menyebabkan
korteks terus aktif sedangkan ketegangan otak menyebabkan otot terus aktif. Kelelahan
akan mengurangi irama kerja otot, demikian juga di kala beristirahat, sehingga semua ini
akan menurunkan kegiatan dalam korteks.
Menurunnya aktivitas dalam korteks akan membiarkan otot-otot kita semakin
rileks. Begitu rangsangan antara pikiran dan otot menurun, kita akan mengantuk lalu
tertidur. Selagi tidur, jantung kita akan berdetak lebih lamban, tekanan darah menurun,
dan pembuluh-pembuluh darah melebar. Suhu badan turun sekitar 0,5oF (-17,5oC) tetapi
perut dan usus tetap bekerja. Sementara tidur, tubuh sekali-kali bergerak. Gerakan
sebanyak 20 - 40 kali masih dianggap normal. Terganggu insomnia berarti kerja pikiran
dan otot tidak berjalan seiring. Pikiran kita akan sulit tertidur bila otot masih tegang.
Sebaliknya, akan sulit bagi otot untuk tertidur jika pikiran masih terjaga, tegang, dsb.
2. ETIOLOGI

Beberapa factor yang merupakan penyebab Insomnia yaitu :

a. Faktor Psikologi :

Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyabab dari Insomnia jenis
kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi penyebab
insomnia transient.

b. Problem Psikiatri

Depresi paling sering ditemukan. Jika bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak
diingininkan, adalah gejala paling umum dari awal depresi, Cemas, Neorosa, dan
gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.

c. Sakit Fisik

Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung yang
tersumbat dapat merupakan penyebab gangguan tidur. Selama penyebab fisik atau
sakit fisik tersebut belum dapat ditanggulangi dengan baik, gangguan tidur atau sulit
tidur akan dapat tetap dapat terjadi.

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan kereta api,
pabrik atau bahkan TV tetangga dapat menjadi faktor penyebab susah tidur.

e. Gaya Hidup

Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga
dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.
3. KLASIFIKASI INSOMNIA

Adapun macam-macam dari tipe insomnia yaitu :

a. Insomnia sementara (transient)

Yakni insomnia yang berlangsung beberapa malam dan biasanya berhubungan dengan
kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung sementara dan biasanya menimbulkan stress dan
dapat dikenali dengan mudah oleh pasien sendiri. Diagnosis transient insomnia biasanya
dibuat secara retrospektif setelah keluhan pasien sudah hilang. Keluhan ini kurang lebih
ditemukan sama pada pria dan wanita dan episode berulang juga cukup sering ditemukan,
faktor yang memicu antara lain akibat lingkungan tidur yang berbeda, gangguan irama
sirkadian sementara akibat jet lag atau rotasi waktu kerja, stress situasional akibat lingkungan
kerja baru, dan lain-lainnya. Transient insomnia biasanya tidak memerlukan terapi khusus
dan jarang membawa pasien ke dokter.

b. Insomnia jangka pendek

Yakni gangguan tidur yang terjadi dalam jangka waktu dua sampai tiga minggu. Kedua jenis
insomnia ini biasanya menyerang orang yang sedang mengalami stress, berada di lingkungan
yang ribut-ramai, berada di lingkungan yang mengalami perubahan temperatur ekstrim,
masalah dengan jadwal tidur-bangun seperti yang terjadi saat jetlag, efek samping
pengobatan.

c. Insomnia kronis

Kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama sebulan atau lebih. Salah satu
penyebab chronic insomnia yang paling umum adalah depresi. Penyebab lainnya bisa berupa
arthritis, gangguan ginjal, gagal jantung, sleep apnea, sindrom restless legs, Parkinson, dan
hyperthyroidism. Namun demikian, insomnia kronis bisa juga disebabkan oleh faktor
perilaku, termasuk penyalahgunaan kafein, alkohol, dan substansi lain, siklus tidur/bangun
yang disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan malam hari lainnya, dan stres kronis.
4. TANDA DAN GEJALA

a. Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal

b. Wajah kelihatan kusam

c. Mata merah, hingga timbul bayangan gelap di bawah mata

d. Lemas, mudah mengantuk

e. Resah dan mudah cemas

f. Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori, dan gampang tersinggung.

5. KOMPLIKASI INSOMNIA

a. Efek fisiologis. Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat


peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga penurunan
produksi melatonin.

b. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi , irritable,


kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.

c. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.

d. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat
promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan
keluarga.

e. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan
hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin
disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka
harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia
mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari
penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali
lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang
normal.

6. PENANGANAN

Prinsip penanganan gangguan tidur selain menjelaskan, memastikan dan


memberikan saran juga mengoptimalkan pola tidur yang sehat, baik dari segi kualitas
ataupun waktunya. Terapi insomnia dapat dilakukan dengan menggunakan obat ataupun
tanpa obat. Terapi tersebut dapat berupa :
1. Psikoterapi
Keberhasilan mengatasi insomnia, sangat tergantung dari kemampuan pasien untuk
santai dan belajar bagaimana cara-cara tidur yang benar. Terapi perilaku bisa
menyembuhkan insomnia kronik dan terapi ini efektif untuk segala usia, terutama
pada pasien usia tua.
2. Herbal
Bahan-bahan seperti valerian (untuk relaksasi otot), melatonin (untuk gangguan
irama sirkadian seperti jetlag). Melatonin menurunkan fase tidur laten,
meningkatkan efisiensi tidur, dan meningkatkan persentasi tidur REM (Rapid Eye
Movement), dan chamomile (untuk mengurangi kecemasan) banyak dipakai untuk
terapi insomnia.
3. Terapi cahaya
Prinsip terapi ini adalah bahwa cahaya terang dapat mengurangi rasa mengantuk dan
kegelapan bisa menyebabkan mengantuk.
4. Farmakoterapi
Tujuan pengobatan dengan obat-obatan hipnotik bukan hanya untuk meningkatkan
kualitas dan durasi tidur, tapi juga untuk meningkatkan derajat kewaspadaan pada
siang harinya dan untuk menghilangkan hyperarousal state. Sayangnya, banyak
dosis obat hipnotik yang dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas tidur pada malam
hari juga menyebabkan sedasi pada siang harinya. Untuk menghindari komplikasi
ini, short acting benzodiazepine dapat digunakan. Obat hipnotik long acting bisa
mengganggu kualitas psikomotorik yang bisa menyebabkan kecelakaan yang
berhubungan dengan kendaraan bermotor Terapi dengan obat-obatan hipnotik
sedatif harus dimulai dengan dosis kecil dan untuk maintenancenya menggunakan
dosis efektif yang terkecil. Efek toleransi terjadi pada penggunaan kebanyakan obat
hipnotik, karena itu penggunaan obat ini tidak boleh lebih dari 1 bulan. . Rebound
insomnia bisa terjadi jika penghentian obat dilakukan secara mendadak. Untuk
menghindari efek ini, digunakan obat dengan dosis kecil dan tappering off.

7. DAMPAK INSOMNIA

Insomnia dapat memberi efek pada kehidupan seseorang, antara lain :


a) Efek fisiologis : Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress
b) Efek psikologis : Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi,
kehilangan motivasi, depresi dan lain-lain.
c) Efek fisik/somatic : Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi dan sebagainya.
d) Efek sosial : Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat
promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan
keluarga.
e) Kematian orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan
hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam.

Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang mengindiksi insomnia yang
memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada
insomnia. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih
besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang
yang normal (Turana, 2007).
BAB III

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN MASALAH GANGGUAN TIDUR : INSOMNIA

A. PENGKAJIAN

1. Kaji riwayat tidur klien

· Apakah anda mengalami sakit kepala ketika bangun?

· Kapan pertama kali anda menyadari masalah ini?

· Sudah berapa lama masalah ini terjadi?

· Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk tertidur?

· Bagaimana pengaruh kurang tidur bagi anda?

2. Kaji pola tidur biasa

· Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?

3. Kaji penyakit fisik, TTV

· Apakah anda menderita penyakit fisik yang dapat mengganggu tidur anda?

4. Kaji terhadap peristiwa hidup yang baru terjadi

5. Kaji status emosional dan mental

6. Kaji rutinitas menjelang tidur

· Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?

7. Kaji lingkungan tidur


B. DIAGNOSA

1. Gangguan pola tidur (kesulitan tertidur) b.d kekhawatiran kehilangan pekerjaan


(Potter & Perry, 2005)

2. Kemampuan koping keluarga tidak efektif b.d pemahaman klien dan pasangan yang
buruk tentang insomnia (Potter & Perry, 2005)

C. INTERVENSI

1. Gangguan pola tidur (kesulitan tertidur) b.d kekhawatiran kehilangan pekerjaan

a. Anjurkan agar kafein dan alcohol dihilangkan dari diet klien di malam hari

b. Minta klien mengikuti ritual tidur, naik ke tempat tidur pada jam yang sama
setiap malam, dan meminum segelas susu

c. Tentukan waktu sebelum klien pergi tidur untuk latihan relaksasi yang tenang,
dan mandi

d. Kendalikan sumber-sumber kebisingan di lingkungan dan pastikan bahwa


kamar tidur sudah digelapkan dan memiliki ventilasi yang baik

2. Kemampuan koping keluarga tidak efektif b.d pemahaman klien dan pasangan yang
buruk tentang insomnia

a. Minta klien dan pasangan untuk menjelaskan sifat dari masalah tidur

b. Tanyakan pada klien dan pasangan apakah masalah tidur mempengaruhi


hubungan mereka

c. Buat catatan tidur bangn selama seminggu

d. Berikan pendidikan kesehatan mengenai gangguan tidur


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Insomnia adalah suatu persepsi dimana seseorang merasa tidak cukup tidur
atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut sebenarnya memiliki
kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan perasaan yang tidak bugar
sewaktu atau setelah terbangun dari tidur.
Etiologi insomnia dapat berupa faktor psikologi, problem psikiatri, sakit fisik,
faktor lingkungan, dan gaya hidup. Insomnia dapat diklasifikasian menjadi 3 macam,
yaitu transient insomnia, insomnia jangka pendek, dan insomnia kronis.
Gejala insomnia antara lain; perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal, wajah
kelihatan kusam, mata merah, lemas, mudah mengantuk, mudah cemas, sulit
berkonsentrasi, dll.
DAFTAR PUSTAKA

Rafknowledge. 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta : PT


Elex Media Komputindo.

Nevid, J. F., dkk. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.

Stepanski, E.J. 2009. Causes of Insomnia. In : Lee-Chiong, T.L., 2009. Sleep


Medicine Esentials. Division of Sleep Medicine, Department of Medicine, National
Jewish Health, University of Colorado Denver School of Medicine. Denver,
Colorado.

Hoeve, V. 1992. Ensiklopedi (Terjemahan Oleh Irsad, M). Jakarta: Ichtar


Baru.

Vrisaba, Rahadian. 2002. Mengapa anda sulit tidur. Bandung: Pionir Jaya.

Lanywati, Endang. 2001. Insomnia: Gangguan Sulit Tidur. Yogyakarta:


Kanisius.

Hardjanta, G. 2003. Efektivitas Perlakuan Intensi Paradoksal pada Penderita


Insomnia. Psikodimensia: Kajian Ilmiah Psikologi. Semarang: Universitas Katolik
Soegijapranata. Vol.1. No. 1 (21-26).

Anda mungkin juga menyukai