KEPERAWATAN GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN INSOMNIA
KELOMPOK 7
KELAS AJ 1 B20
Yayuk Ratnasari Dewi Anggreni 131711123061
Marini Stevani Baker 131711123062
Endang Susiana 131711123063
Richa Kumalasari 131711123064
Muhammad Hadiyanul Haqi 131711123065
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan anugrahnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui
oleh karena itu saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
tidur sehingga pada lansia kuantitas tidur yang dalam pada seseorang akan
berkurang (Cooke, dkk., 2011), dan dapat sebagai gejala atau gangguan.
tidur, kesulitan dalam mempertahankan tidur maupun kualitas tidur buruk dan
disertai keadaan penyulit (Buysse, 2008). Gejala insomnia sering terjadi pada
Pada tahun 2010 sekitar 67% dari 1.508 lansia di Amerika usia >65 tahun
seringkali diabaikan dan tidak terlalu diperhatikan. Hanya sebagian kecil saja
mengeluh kesulitan untuk tidur, kesulitan untuk tetap terjaga, kesulitan untuk
tidur kembali tidur setelah terbangun di malam hari, terjaga terlalu cepat, dan
tidur siang yang berlebihan. Masalah ini diakibatkan oleh perubahan terkait
usia dalam siklus tidur-terjaga (Potter & Perry 2009). Gangguan tidur pada
lansia jika tidak segera ditangani akan berdampak serius dan akan menjadi
terjadi efek-efek seperti pelupa, konfusi dan disorientasi serta sering jatuh
2012).
aktivitas fisik secara teratur di siang hari dan lansia harus pula dibantu untuk
kepada klien lansia dalam hal ini lansia yang mengalami insomnia. Sebagai
pola tidur lansia terhadap keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola interaksi ini
perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat. Sebagai advokat klien lansia,
klien dan klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang
terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien lansia khususnya
insomnia.
1.3 MANFAAT
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
lansia lebih pendek dan fase tidurnya lebih maju. Seringnya terbangun pada
malam hari menyebabkan keletihan, mengantuk, dan mudah jatuh tidur pada siang
kecenderungan untuk tidur dan bangun lebih awal. Toleransi terhadap fase atau
kerja. Adanya gangguan ritmik sirkadian tidur juga berpengaruh terhadap kadar
dan kortisol pada lansia. Hormon-hormon ini dikeluarkan selama tidur dalam.
tidur. Sekresinya terutama pada malam hari. Apabila terpajan dengan cahaya
merekam otak orang yang sedang tidur, digunakan poligrafi EEG. Dengan cara ini
kita dapat merekam stadium tidur adalah sebagai berikut: (Haponik, 1990)
Gambar 2.1 Struktur tidur pada lansia dibandingkan dengan anak dan dewasa
muda
Sumber: (Haponik EF. Disorder Sleep in the Elderly dalam Principles of Geriatric
Stadium I dan II disebut sebagai tidur ringan, sedangkan Stadium III dan
IV sebagai tidur dalam. Stadium I, II, III dan IV disebut Stadium non-REM
(NREM). Stadium REM (Rapid Eye Movement) dikatakan sebagai tidur ringan,
sehingga stadium ini juga disebut sebagai paradoxical sleep. Pada stadium REM,
indera ikut terangsang. Terdapat perubahan tidur secara subjektif dan objektif
Perubahan dalam struktur tidur pada usia lanjut, dimana yang paling
mencolok pada karakteristik tidur pada usia lanjut ialah konfirmasi poligrafik
pada upaya setelah dimulai tidur. Struktur tidur pada usia lanjut berubah dengan
(misalnya gagal jantung kongestif), sedangkan yang lain tanpa adanya penyebab.
Deprivasi tidur pada usia lanjut berkaitan dengan keletihan, iritabilitas, fungsi
dimaksudkan untuk digunakan oleh kesehatan dan medis umum dokter jiwa (yang
merawat orang dewasa, usia lanjut, dan pasien anak). Individu dengan gangguan
kualitas, waktu, dan jumlah tidur. Tiga kategori utama gangguan tidur dalam
Gangguan tidur primer terdiri atas dissomnia dan parasomnia. Dissomnia adalah
suatu kelompok gangguan tidur yang heterogen, ditandai dengan gangguan pada
jumlah, kualitas dan waktu tidur. Dissomnia terdiri dari : (i) insomnia primer, (ii)
dengan pernafasan, (v) gangguan tidur irama sirkadian, dan (vi) dissomnia yang
tidak dapat terklasifikasi. Parasomnia adalah suatu kelompok gangguan tidur yang
dikaitkan dengan perilaku tidur dan peristiwa fisiologis yang dikaitkan dengan
tidur, stadium tidur tertentu atau perpindahan tidur bangun, serta kadang terjadi
(nightmare disorder), (ii) gangguan teror tidur, dan (iii) gangguan tidur berjalan.
Dari gangguan tidur primer tersebut, yang berkaitan dengan usia lanjut adalah
insomnia dan hipersomnia primer.
dan kualitas hidup seseorang (Dombrowsky, 2013). Kemudian lebih lanjut The
kesulitan tidur, seperti sulit untuk memulai dan mempertahankan tidur, yang
menyebabkan seseorang tidak dapat mencapai kualitas dan kuantitas tidur yang
siang hari.
dari tidur), dan Insomnia terminal (ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah
bangun tidur pada malam hari). Sedangkan menurut (Stanley, 2006), insomnia
dibagi menjadi :
dicintai, tekanan di tempat kerja. Biasanya kondisi ini dapat hilang tanpa
menimbulkan ansietas.
pada gelombang lambat, terutama stadium empat, gelombang alfa menurun, dan
organik dan aliran darah otak seperti kejang, mengompol dan reluks
obat-obatan seperti kafein, alcohol, atau efek samping akibat obat resep
penyakit kronis.
d. Gangguan juga terjadi pada dalamnya tidur sehingga lansia sangat sensitif
terang atau gelap, suhu yang ekstrim, kelembaban lingkungan, dan tatanan
pada siang hari yang terlalu lama, dan toleransi terhadap fase atau jadwal
tidur-bangun menurun.
Keluhan yang paling sering disampaikan oleh pasien insomnia yaitu : sulit
memulai tidur, sulit terbangun dari tidur, sulit untuk tidur kembali setelah bangun
Disorders edisi keempat (DSM-V, 2013), yang termasuk kriteria diagnostik dalam
mempertahankan tidur, serta terbangun dini hari dan tidak bisa tidur
kembali)
medikasi)
tidur. Pada lanjut usia, tahap tidur yang terganggu biasanya adalah tahap ke
pada dini hari. Karena insomnia merupakan gejala, maka perhatian harus
Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur NREM 3 dan NREM 4. Pada
beberapa lansia ditemukan tidak memiliki tahap NREM 4 (Perry & Potter, 2005).
Lanjut usia mudah terbangun pada malam hari dan mengalami kesulitan untuk
memulai tidur. Perubahan pola tidur yang dialami oleh lansia disebabkan oleh
perubahan pola sistem saraf pusat yang mengatur pola tidur. Penurunan kondisi
fisik dan sistem tubuh pada lansia mengurangi sensitifitas waktu dalam
Kesulitan untuk memulia tidur dimalam hari digantikan dengan tidur pada siang
hari. Hal ini dapat diakibatkan oleh munculnya penyakit kronik pada lansia seperti
lansia yang mengalami arthritis akan mengalami kesulitan tidur karena sulit untuk
relaksasi akibat nyeri yang dirasakan. Peningkatan jumlah tidur di siang hari pada
Lebih lanjut dalam (Perry & Potter, 2005), kualitas tidur lansia mengalami
juga dapat berdampak bagi kualitas tidur seseorang. Beberapa masalah kesehatan
yang dapat mengganggu kualitas tidur lansia adalah arthritis, nyeri kronis, depresi,
awakenings, kesulitan bernapas. Lima puluh hingga tujuh puluh persen pasien
mempertahankan tidur.
keempat (DSM-V, 2013), dampak insomnia pada lansia adalah adanya gangguan
psikiatrik (ansietas, depresi), penurunan kualitas hidup, gangguan fisik yang
1. Terapi Nonfarmakologis
a. Stimulus control
pasien datang ke tempat tidur, akan tetapi jika selama 15- 20 menit
berada disana pasien tidak bisa tidur maka pasien harus bangun dan
tidur sekitar 30-40 menit. Terapi ini tidak hanya bermanfaat untuk
b. Sleep restriction
c. Sleep higiene
yaitu: olahraga secara teratur pada pagi hari, tidur secara teratur,
d. Terapi relaksasi
mudah terjaga di malam hari saat tidur. Pada beberapa usia lanjut
pasien usia lanjut sangat sulit melakukan metode ini karena tingkat
harus tidur selama 8 jam setiap malam, jika pasien tidur kurang
dari 8 jam maka pasien merasa kualitas tidurnya menurun. Hal ini
2. Terapi Farmakologis
kualitas hidup pada usia lanjut. Ada lima prinsip dalam terapi
zolpidem MR lebih efektif dan aman untuk usia lanjut. Beberapa obat
a. Benzodiazepine
life, disamping itu pada usia lanjut lebih sensitif terhadap BZDs
meskipun memiliki konsentrasi yang sama jika dibandingkan
pada pasien yang mendapat terapi long acting BZDs. Pada pasien
fraktur.
b. Non-Benzodiazepine
pada usia lanjut karena dapat diberikan dalam dosis yang rendah.
1) Zaleplon
2) Zolpidem
3) Eszopiclone
kronik.
4) Sedating Antidepressant
pekerjaan.
tidur dan bangun, jumlah jam tidur, jumlah dan lamanya bangun
terjadi pada pola tidur, riwayat masalah dan pengalaman pola tidur di
a. Polisomnograf
Seperti telah dijelaskan pada bab pembahasan di atas, gangguan tidur yang
nightmare/ night terrors (mimpi buruk) dan apnea / tidak bernapas dan/
atau mendengkur
(mis. nyeri).
pada setiap saat di mana serangan tidur itu datang), pergerakan ekstremitas
4.1 PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Oktober 2017 pukul 10.00 WITA,
1. Identitas Klien
Nama : Tn. AD
Umur : 70 tahun
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Nama : Ny. RJ
3. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Tidak bekerja
4. Riwayat Keluarga
Saudara kandung
o Nama :-
o Usia :-
o Penyebab :-
setiap kamar)
Privasi : ya
pegangan )
membahayakan)
menantu, 2 cucu.
dan bunga
cucu.
7. Sistem Pendukung
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi* : ada
8. Deskripsi Kekhususan
terakhir, dimana klien tidak bisa tidur sama sekali pada malam
pada pukul 01.30 atau 02.00 dan tidak bisa memulai tidur
kunang.
dialami oleh klien kurang dari setahun yang lalu, yang terjadi
nyeri dada, lelah, dan kaki terasa nyeri saat berjalan jauh yang
Tidak ada riwayat alergi klien baik makanan, obat atau faktor
1) Kondisi Umum :
Ya Tidak
Kelelahan : Ya -
Perubahan BB : - Tidak
Perubahan nafsu : - Tidak
makan
Masalah tidur : Ya, klien mengeluh tidak bisa -
tidur sama sekali pada malam
hari, sering terbangun
dimalam hari dan kesulitan
untuk memulai tidur kembali
sampai dengan esok harinya.
Klien juga mengatakan
jumlah tidur malam sekitar 1-
2 jam saja.
Kemampuan ADL : Ya, mampu melakukan -
sendiri secara mandiri dan
pelan pelan.
KETERANGAN : Klien mengalami Insomnia. Klien biasa tidur
siang selama satu sampai dengan dua jam. Klien
mengatakan jumlah waktu tidurnya saat ini
masih belum memenuhi kualitas tidur yang
residen harapkan. Klien membiarkan televisi
menyala dan menonton televisi sampai pagi hari
karena sulit memulai dan mempertahankan tidur
dimalam hari. Klien mengatakan badan terasa
pegal-pegal, mudah lelah saat melakukan
aktifitas, sukar berkonsentrasi dan sering
mengantuk saat melakukan aktifitas disiang hari.
Klien mengatakan saat bangun tidur merasa tidak
segar dan jumlah waktu tidur nya sangat kurang,
serta sulit memejamkan mata dan
mempertahankan tidur. Klien ingin tidur dengan
cukup sehingga disiang hari residen tidak merasa
mengantuk dan ingin lebih bertenaga dan
bersemangat saat melakukan aktifitas disiang
hari tanpa ada rasa kantuk.
2) Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : - Tidak
Pruritus : - Tidak
Perubahan pigmen : - Tidak
Memar : - Tidak
Pola penyembuhan : - Tidak
lesi
KETERANGAN : Pada pengkajian fisik integument, normal dan
tidak ditemukan masalah. Warna kulit klien sawo
matang, tidak ada luka insisi, nyeri tekan atau
edema.
3) Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : - Tidak
Pembengkakan : - Tidak
kelenjar limfe
Anemia : - Tidak
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah.
4) Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : - Tidak
Pusing : - Tidak
Gatal pada kulit : - Tidak
kepala
KETERANGAN : Pengkajian fisik pada kepala, bentuk kepala normal,
rambut lurus, keadaan kebersihan cukup terjaga,
rambut jarang-jarang, beruban, tidak ada benjolan,
luka atau nyeri tekan, serta tidak ada masalah.
5) Mata
Ya Tidak
Perubahan : Ya -
penglihatan
Pakai kacamata : Ya -
Kekeringan mata : - Tidak
Nyeri : - Tidak
Gatal : - Tidak
Photobobia : - Tidak
Diplopia : - Tidak
Riwayat infeksi : - Tidak
KETERANGAN : Pada pengkajian fisik mata, bentuk mata kanan dan
kiri simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
agak keruh, pupil isokor, terdapat kantung mata,
terdapat lingkaran hitam sekitar bawah mata,
keadaan berair, padangan berkunang-kunang. Klien
menggunakan kacamatan konkav dan hanya
digunakan saat membaca.
6) Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : Ya -
Discharge : - Tidak
Tinitus : - Tidak
Vertigo : - Tidak
Alat bantu dengar : - Tidak
Riwayat infeksi : - Tidak
Kebiasaan membersihkan : Ya -
telinga
Dampak pada ADL : Tidak
KETERANGAN : Pada pengkajian fisik telinga, bentuk
simetris, keadaan kebersihan terjaga, tidak
ada luka, ada penurunan pendengaran,
tampak serumen.
7) Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : - Tidak
Discharge : - Tidak
Epistaksis : - Tidak
Obstruksi : - Tidak
Snoring : - Tidak
Alergi : - Tidak
Riwayat infeksi : - Tidak
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah.
8) Mulut dan Tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : - Tidak
Kesulitan : - Tidak
menelan
Lesi : - Tidak
Perdarahan gusi : - Tidak
Caries : - Tidak
Perubahan rasa : - Tidak
Gigi palsu : - Tidak
Riwayat Infeksi : - Tidak
Pola sikat gigi : 2 x sehari, pagi dan sore hari saat mandi.
KETERANGA : Pada pengkajian fisik mulut, keadaan mulut bersih, gigi
N tampak berih dan terawat dengan baik walupun tidak
lengkap, mukosa bibir lembab, dan tidak ada
pembengkakan stonsil.
9) Leher
Ya Tidak
Kekakuan : - Tidak
Nyeri tekan : - Tidak
Massa : - Tidak
KETERANGA : Pengkajian fisik pada leher, bentuk normal dan tidak
N ditemukan masalah.
10) Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : - Tidak
Nafas pendek : - Tidak
Hemoptisis : - Tidak
Wheezing : - Tidak
Asma : - Tidak
KETERANGA : Respiration Rate = 21 x/menit.
N Tidak ditemukan masalah. Pada pengkajian fisik inspeksi
dan palpasi dada, bentuk simetris, gerakan dada kanan
dan kiri simetris, tidak ada kelainan pada dada, terdengar
suara sonor diseluruh lapang paru, suara napas vesikuler,
tidak ada suara napas tambahan, tidak ada nyeri tekan
atau edema.
11) Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : Ya, klien mengeluh -
terkadang nyeri ringan
datang saat malam hari
ketika akan tidur saja.
Palpitasi : - Tidak
Dipsnea : - Tidak
Paroximal : - Tidak
nocturnal
Orthopnea : - Tidak
Murmur : - Tidak
Edema : - Tidak
KETERANGAN : Blood Pressure = 140/100 mmHg. Nadi = 90 x/menit.
Nyeri akut. P = cemas pada penyakit jantungnya/
kelelahan beraktifitas, Q = ditusuk-tusuk, R =
diseluruh bagian dada, S = skala nyeri 2-3 (0-10), T =
dimalam hari ketika akan tidur.
Bunyi jantung S1 S2 tunggal regular, tidak ada
murmur dan gallop. Saat pengkajian tidak ada keluhan
nyeri dada
12) Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : - Tidak
Nausea / vomiting : - Tidak
Hemateemesis : - Tidak
Perubahan nafsu : - Tidak
makan
Massa : - Tidak
Jaundice : - Tidak
Perubahan pola BAB : - Tidak
Melena : - Tidak
Hemorrhoid : - Tidak
Pola BAB : 1-2 x sehari.
KETERANGAN : Tinggi Badan = 175 cm dan Berat Badan = 70 kg.
pengkajian fisik inspeksi dan palpasi pada abdomen,
bentuk simetris, tidak ada ascites, tidak ada nyeri
tekan, bising usus normal 12x/ menit.
Klien tidak memiliki masalah pada makan, dimana
klien sehari-hari makan 3x yaitu pada pagi hari dan
siang hari. Tidak ada keluhan disphagia, nausea atau
perubahan nafsu makan. Porsi makan klien tidak
banyak dan keluarga juga sudah paham dengan diet
rendah garam karena klien memiliki riwayat
hipertensi dan jantung, klien biasa sarapan pagi
dengan roti atau havermout dan susu low fat.
Sedangkan di siang dan malam hari, klien biasa
makan nasi dengan sayur dan lauk. Klien minum air
putih sebanyak ±8 gelas/hari.
Klien tidak mengalami masalah pada pola eliminasi.
Klien defekasi sebanyak satu sampai dengan dua kali
sehari. Tidak ada hambatan saat defekasi, konsistensi
lembut dan tidak keras.
13) Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : - Tidak
Frekuensi : Tidak ada
Hesitancy : - Tidak
Urgency : - Tidak
Hematuria : - Tidak
Poliuria : - Tidak
Oliguria : - Tidak
Nocturia : - Tidak
Inkontinensia : - Tidak
Nyeri : - Tidak
berkemih
Pola BAK : 5-6 x sehari.
KETERANGA : Tidak ada masalah. Klien mengatakan tidak memiliki
N hambatan saat miksi. Klien melakukan miksi sebanyak
kurang lebih lima sampai dengan enam kali dan tidak
mengalami inkontinensia.
14) Reproduksi
Ya Tidak
Lesi : - Tidak
Discharge : - Tidak
Postcoital bleeding : - Tidak
Nyeri pelvis : - Tidak
Prolap : - Tidak
Riwayat menstruasi : Tidak
Aktifitas seksual : Tidak ada masalah.
Pap smear : Tidak
KETERANGAN : Tidak ada masalah.
15) Mukuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : Ya, bila berjalan atau -
berdiri atau melakukan
aktifitas berat yang
terlalu lama
Bengkak : - Tidak
Kaku sendi : - Tidak
Deformitas : - Tidak
Spasme : - Tidak
Kram : - Tidak
Kelemahan otot : - Tidak
Masalah gaya : - Tidak
berjalan
Nyeri punggung : - Tidak
Pola latihan :
Dampak ADL : Lebih berhati-hati dalam beraktivitas.
KETERANGAN : Tidak ada masalah pada ekstremitas atas dan bawah
klien. Tidak terdapat kelainan pergerakan atau
kekakuan sendi, tidak ada luka, tidak teraba benjolan
atau massa, tidak ada edema dan kekuatan otot 5, tidak
ada edema atau clubbing finger.
Klien dapat berjalan tanpa bantuan, namun jari kaki
klien akan terasa nyeri jika berjalan lama dan terasa
agak kaku, namun tidak mengganggu mobilisasi klien.
Klien dapat beraktifitas secara mandiri tanpa bantuan,
baik makan, mandi, aktifitas di kamar mandi,
berpindah dan beberapa aktifitas lainnya. Tidak ada
keluhan nyeri sendi, bengkak, kaku sendi kram atau
kelemahan otot. Aktifitas klien jika dirumah pada pagi
hari setelah bangun tidur, klien biasa duduk didepan
teras menghadap halaman untuk sarapan. Kemudian
dilanjutkan dengan menyiram bunga, berkebun dan
mengurusi peliharan ayam, seperti membersihkan dan
memberi makan ayamnya setiap pagi. Pada malam
hari, klien selalu menyempatkan waktu untuk
berbincang dan bermain bersama cucu. Keluarga
mengatakan klien adalah lansia yang cukup aktif pada
kegiatan masyarakat, seperti kegiatan senam lansia
yang diadakan sebulan dua kali dan selalu shalat
magrib berjamaah di masjid.
16) Persyarafan
Ya Tidak
Headache : - Tidak
Seizures : - Tidak
Syncope : - Tidak
Tic/tremor : - Tidak
Paralysis : - Tidak
Paresis : - Tidak
Masalah memori : - Tidak
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah.
6. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam? Klien
bulan terakhir ini ia terbangun pukul 02.00 dan tidak bisa tertidur
Skor total 28 Tidak ada gangguan kognitif
DO :
- Pada pengkajian fisik mata, terdapat kantung
mata, terdapat lingkaran hitam sekitar bawah
mata, keadaan berair, padangan berkunang-
kunang.
- Berdasarkan jumlah intrepetasi skor PSQI = 17,
yaitu kualitas tidur klien yang buruk.
- Tanda vital klien Blood Pressure = 140/100
mmHg. Nadi = 90 x/menit. Respiration Rate = 21
x/menit.
- Pada pengkajian klien mengeluh cemas pada
penyakit jantungnya/ kelelahan beraktifitas, nyeri
dirasa ditusuk-tusuk diseluruh bagian dada, skala
nyeri 2-3 (0-10), dan terjadi di dimalam hari
ketika akan tidur dan tengah malam.
- Bunyi jantung S1 S2 tunggal regular, tidak ada
murmur dan gallop. Saat pengkajian tidak ada
keluhan nyeri dada.
5.1 Kesimpulan
Insomnia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan
tidur, seperti sulit untuk memulai dan mempertahankan tidur, yang menyebabkan
seseorang tidak dapat mencapai kualitas dan kuantitas tidur yang diharapkan,
keempat (DSM-V, 2013), insomnia pada lansia akan berdampak pada adanya
5.2 Saran
Insomnia dapat menimbulkan kecemasan dan gangguan yang kompleks
pada lansia. Oleh karena itu, perawat diharuskan untuk memberikan asuhan
melibatkan peran keluarga dalam proses keperawatannya. Selain itu perawat juga
harus berkolaborasi dengan petugas kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, dan
diimplementasikan kepada lansia. Pada konteks ini pemahaman dan kerja sama
oleh lansia maupun keluarga merupakan hal yang penting untuk proses