Anda di halaman 1dari 8

EVIDENT BASE PRACTISE

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) TERHADAP


PROSES PENYEMBUHAN PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Disusun oleh
PROGRAM PROFESI NERS NON REG
ANGKATAN I

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI BANDUNG


PROGRAM PROFESI NERS
2016
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur alhamdullilah kami panjatkan kehadirat Alloh SWT dengan
rahmat dan anugrahnya kami dapat menyelesaikan makalah Evidence Besad practice yang
mengambil bahasan tentang “PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA”

Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bimbingan dari pembimbing
lapangan dan juga pembimbing akademik, beliau memberikan arahan dan masukan mulai dari
pencarian materi, pencarian sumber – sumber dan juga pembuatan makalah.
Makalah ini masih jauh dari sempurna karenanya kami menerima kritik dan perbaikan
yang membangun guna perbaikan kami selanjutnya. Kami ucapkan terimakasih

Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Kesehatan menurut Pasal 1 Undang-undang Republik Indonesia No. 36


Tahun 2009 adalah keadaan yang sehat baik fisik, mental, spiritual maupun sosial,
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal maka salah satu aspek
yang tidak boleh diabaikan adalah kesehatan jiwa. Dimana kesehatan jiwa
menurut Pasal 1 Undang-undang kesehatan jiwa No. 3 Tahun 1996 adalah kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal
dari seseorang dan perkembangan ini berjalan secara optimal dari seseorang dan
perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain. ( Yosep, 2007).
Era globalisasi memberikan dampak yang positif dan negatif dalam
kehidupan. Semakin terbukanya interaksi antara negara maju dan negara
berkembang mengakibatkan persaingan yang ketat terjadi dalam berbagai aspek
kehidupan terutama bidang ekonomi. Persaingan kehidupan yang semakin ketat
ditambah dengan konflik yang terkait agama, ras dan politik menjadi pemicu
terjadinya gangguan jiwa. Prevalensi gangguan jiwa dari tahun ketahun diberbagai
negara meununjukan peingkatan. World Health Organization (WHO) telah
memperkirakan terdapat sekitar 450 juta orang didunia yang mengalami
kesehatan gangguan jiwa. Data hasil riset kesehatan dasar tahun 2007,
diperkirakan ada 19 juta penderita gangguan jiwa di Indonesia. Satu juta
diantaranya mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis (Depkes, 2008)
Seiring dengan perkembangan masyarakat saat ini, yang banyak
mengalami perubahan dalam segala aspek kehidupan sehri – hari, sebagai
manusia tentu saja tidak terlepas dari masalah. Setiap individu mempunyai cara
tersendiri untuk mengatasi masalah tersebut. Besar kecilnya suatu masalah dalam
kehidupan memang harus dihadapi, tetapi tidak sedikit pula individu yang tidak
mampu menyelesaikan masala-masalah tersebut. Hal ini yang dapat
mempengaruhi seseorang mengalami masalah psikologi atau gangguan
kesehatan jiwa.
Salah satu gangguan jiwa yang dimaksud adalah skizofrenia. Skizofrenia
merupakan masalah kesehatan umum diseluruh dunia. Prevalensi skizofrenia di
Indonesia sendiri adalah tiga sampai lima per seribu penduduk. Bila diperkirakan
jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang akan terdapat gangguan jiwa dengan
skizofrenia kurang lebih 660 ribu sampe satu juta orang. Hal ini merupakan angka
yang cukup besar serta perlu penanganan yang serius ( Sulistyowati, dkk. 2006).

II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Diharapkan Mahasiswa Ners dapat melakukan terapi aktivitas kelompok
berdasarkan data ilmiah
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mencari retiratur yang mendukung tentang aktivitas
kelompok
2. Perawat ruangan mampu melakukan terapi aktivitas kelompok pada
pasien gangguan jiwa dengan baik dan benar
3. Mahasiswa dapat mengembangkan dan mampu memberikan asuhan
keperawatan jiwa sesuai dengan tahapan tahapan strategi pelaksanaan
keperawatan jiwa.
III. Metode Penulisan
BAB I : terdiri atas latar belakang masalah, tujuan penulisan, dan metode
penulisan
BAB II : terdiri atas Pengertian, tujuan EBP, Ciri EBP, Kelebihan EBP,
kekurangan EBP, Keterbatasan EBP, Penerapan EBP, Panduan EBP, Metode
penulisan
BAB III : Pembahasan
BAB IV : Kesimpulan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari teori dan hasil beberapa penelitian yang dilakukan dibeberapa rumah
sakit didapatkan data bahwa terdapat pengaruh pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi terhadap kemampuan sosialisasi klien dengan kerusakan
interaksi sosial. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi dapat
menurunkan tingkat kecemasan pada klien dengan gangguan persepsi perseptual
halusinasi.
Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan terapi aktivitas
kelompok mampu membantu dalam proses penyembuhaan pasien dengan
gangguan jiwa.
B. Saran
1. Perawat
 Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu memberikan terapi
aktivitas kelompok pada pasien dengan gangguan jiwa.
 Perlu diadakan pelatihan-pelatihan kepada perawat tentang pemberian
terapi aktivitas kelompok agar perawat mampu menjadi terapis yang dapat
menjalankan terapi aktivitas kelompok dengan baik dan benar.
2. Mahasiswa
Mahasiswa harus dapat mengembangkan dan mampu memberikan asuhan
keperawatan jiwa sesuai dengan tahapan tahapan strategi pelaksanaan
keperawatan jiwa.
3. Rumah sakit
Rumah sakit diharapkan dapat mendukung perawat jiwa untuk dapat
melakukan terapi aktivitas kelompok yang selama ini masih jarang dilakukan di
ruang 12 perawatan jiwa RS Dustira.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian. Cetakan 13. PT.Rineka Cipta: Jakarta. Hidayat,
A Aziz Alimul. Uliyah, Musrifatul. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Cetakan 1. EGC: Jakarta.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. Edisi 2. ECG: Jakarta. 117.Notoatmojo,
Soekidjo, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan 1.
EGC: Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan KesehatanMaternal dan


Neonatal. Cetakan 6. YBP-SP: Jakarta.

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Cetakan 1. EGC. Jakarta

www. Cendika.com

MOBILISASI DINI PADA PASIEN


POST SECSIO CAESARIA

No. Dokumen: No. Revisi: Halaman:


RUMKIT TK.II 03.05.01 DUSTIRA - 1/

Ditetapkan,
KEPALA RUMAH SAKIT TK.II 03.05.01
Tanggal Terbit : DUSTIRA
SPO
Mobilisasi dini adalah suatu tindakan keperawatan untuk selekas
PENGERTIAN mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan

1. Mempercepat penyembuhan klien.


TUJUAN 2. Membanu klien agar dapat segera memenuhi kebutuhannya
secara mandiri.
3. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli
KEBIJAKAN

1. Berikan penjelasan kepada klien tentang pentingnya mobilisasi


dini
2. Ajarkan cara melakukan mobilisasi dini
3. Enam jam post section caesaria ajarkan klien untuk
menggerakkan lengan, tangan dan kaki
4. Sepuluh jam post secsio caesaria anjurkan dan ajarkan klien
untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan
trombo emboli
5. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk
duduk.
PROSEDUR
6. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan. Beri
waktu sekitar 1 jam pada setiap sesi.
7. Misalnya anjurkan klien duduk bersandar selama 1 jam, bila
tidak ada keluhan pusing dan berdebar maka klien dapat mulai
melakukan duduk dipinggir tempat tidur. Berikan waktu 1 jam
pada klien untuk melakukan hal ini. Bila klien tidak merasakan
adanya keluhan maka klien dapat meneruskan mobilisasi pada
tahap berdiri dengan berpegang pada pinggir tempat tidur, beri
waktu ½ jam bila klien tidak ada keluhan maka klien dapat
diajarkan untuk mulai berjalan

1. Instalasi rawat inap


UNIT TERKAIT
2. Instalasi rawat jalan

Anda mungkin juga menyukai