CALLISTA ROY
Diajukan sebagai salah satu tugas pada ujian gerbong departemen maternitas
Pembimbing:
Diyan Indriyani, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat.
Disusun Oleh :
Dwi Rizki Novitasari, S.Kep (1901031024)
2019/2020
Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Post Partum Spontan dengan Partus Lama di
Ruang Dahlia RSD dr Soebandi Jember, telah dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober
2019, oleh mahasiswa Praktik Profesi Ners,
2. Tujuan Khusus
a. Menguraikan alasan ketertarikan dalam pengambilan kasus Nn. S
denganPost Partum Spontan dengan partus lama.
b. Melakukan penerapan model konsep keperawatan adaptasi Roy pada
kasus Nn. S denganPost Partum Spontan dengan partus lama.
c. Melakukan pengelolan pada kasus Nn. S denganPost Partum Spontan
dengan partus lamamenggukan pendekatan model konsep keperawatan
tersebut.
d. Melakukan pembahasan kasus yang di kelola.
e. Menarik kesimpulan dari proses penerapan model konsep keperawatan
adaptasi Roy pada kasus Post Partum Spontan dengan partus lama.
II. TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP POST PARTUM
A. DEFINISI
Post Partum atau yang biasa disebut sebagai masa nifas pada ibu pasca
melahirkan merupakan periode yang sangat penting untuk diketahui
(Indriyani, Asmuji, Wahyuni. 2016).
Menurut bobak (2005) periode post partum adalah masa enam minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil. Periode ini juga disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan.
Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal.
B. PERIODE POST PARTUM
1. Periode Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering
terjadi banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Yang
harus dilakukan adalah pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea,
tekanan darah, dan suhu.
2. Periode early postpartum (24 jam –1 minggu)
Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode Late postpartum
Pada periode ini tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling KB.
C. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA IBU POST PARTUM
1. Sistem Reproduksi dan Struktur Terkait
a. Uterus
1) Proses Involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
2) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat setelah bayi lahir, diduga
terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uterin
sangat besar.
3) Afterpains
Kondisi ini banyak terjadi pada primipara, tonus uterus meningkat
sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan
kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa
menimbulkan nyeri yang bisa bertahan sepanjang awal
puerperium.
b. Tempat plasenta
Setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskuler dan
trombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi
dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas
menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah
pembentukan jaringan parut yang menjadi karakterikstik
penyembuhan luka.
c. Lokea
Adaah rabas uterus setelah bayi lahir. Lokea dibedakan menjadi 3
yaitu:
1) Lokea rubra
1-3 berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua, verniks
kaseosa, rambut lanugo, sisa mikonium, sisa darah.
2) Lochea Sanguinolenta
3-7 hari berwarna putih campur merah kecoklatan.
3) Lokea serosa
7-14 hari berwarna kekuningan.
4) Lokea alba
Setelah hari ke-14 berwarna putih.
d. Servik
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensi menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula.
e. Vagina dan Perineum
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan
mukosa vagina dan hilangnya ruga. Vagina yang semula sangat
meregang akan kembali bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8
minggu setelah bayi lahir. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar
minggu keempat. Mukosa akan tetap atropik pada wanita yang
menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali.
f. Topangan Otot Panggul
Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu
melahirkan dan masalah ginekologi dapat timbul di kemudian hari.
2. Sistem Endokrin
a. Hormon plasenta
Terjadi penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta
b. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui dampaknya
berperan dalam menekan ovulasi.
3. Abdomen
Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan
sebelum hamil.
4. Sistem Urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah melahirkan.
Diperlukan kira-kira 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan
dilatasi pada ureter serta ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil.
5. Sistem Cerna
a. Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga diperbolehkan
mengonsumsi makanan ringan.
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot tratus cerna menetap
selama waktu singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi
BAB secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu
melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan kerena tonus otot menurun
selama proses persalinan dan pada awal masa post partum.
6. Payudara
Hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil
(estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin, kortisol
dan insulin) menurun setelah bayi lahir.
a. Ibu tidak menyusui
Payudara teraba granular. Nodularitas bersifat bilateral dan difus.
Pada wanita tidak menyusui sekresi dan ekskresi kolostrum menetap
selama beberapa hari pertama setelah melahirkan. Pada saat hari ke3
atau ke4 post partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang,
keras, nyeri bila ditekan dan hangat bila teraba.
b. Ibu menyusui
Ketika laktasi terbentuk teraba suatu massa, tetapi kantung susu yang
terisi berubah posisi dari hari ke hari. Sebelum laktasi dimulai
payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yaitu kolostrum
dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi dimulai payudara teraba
keras dan hangat bila disentuh. Nyeri akan menetap selama 48 jam.
Susu putih kekuningan dapat dikeluarkan dari puting susu.
7. Sistem Kardiovaskuler
a. Volume Darah
Perubahan volume darah tergantung dari beberapa faktor misal
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilitas serta pengeluaran
cairan ekstravaskuler.
b. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung akan meningkat
selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit euro
plasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
c. Tanda-tanda Vital
Peningkatan darah sistole maupun diastole dapat timbul dan
berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan.
d. Varises
Varises, bukan varises vulva yang jarang dijumpai akan mengecil
dengan cepat setelah bayi lahir.
8. Sistem Neurologi
Perubahan neurologis pada masa puerperium disebabkan oleh trauma yang
dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
9. Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi muskuloskeletal membantu relaksasi dan perubahan ibu akibat
pembesaran rahim.
10. Sistem Integumen
Kloasma yang muncul selama hamil biasanya menghilangg saat
kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak
menghilang secara sepenuhnya setelah bayi lahir. Kulit yang meregang
pada payudara, abdomen, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak
hilang sepenuhnya. Rambut halus akan menghilang setelah melahirkan.
Rambut kasar akan menetap.
D. Perubahan Psikologis pada Ibu Post Partum
Menurut bobak (2005) dalam Indriyani, Asmuji, & Wahyuni (2016) adaptasi
psikologis ibu post partum adalah sebagai berikut:
1. Fase Menerima (Taking-in)
Terjadi selama 1 sampai 2 hari pertama post partum, ketergantungan ibu
sangat menonjol. Segala kebutuhan dapat dipenuhi orang lain. Ibu
memindahkan energi psikologis kepada anak. Ibu memerlukan
perlindungan dan perawatan.
2. Fase Dependen- Mandiri (Taking hold)
Muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan penerimaan dari orang
lain dan keinginan untuk melakukan sesuatu secara mandiri. Berlangsung
selama 10 hari.
3. Fase Interdependen (Letting-go)
Ibu dan keluarga bergerah maju bergerak maju sebagai suatu sistem
dengan para angota keluarga saling berinteraksi. Merupakan fase yang
penuh stress bagi orang tua.
E. PERAWATAN DIRI IBU NIFAS
1. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini atau bias disebut early ambulation ialah kebijaksanaan
untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya
dan membimbing nya selekas mungkin berjalan.
Keuntungan mobilisasi dini atau early ambulation adalah (Bagian Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung,
1983) :
a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat dengan early ambulation.
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
c. early ambulation memungkinkan kita mengejar ibu memelihara
anaknya, memandikan, mengganti pakaian, memberi makanan, dll.
Selama ibu masih di Rumah Sakit.
d. lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis).
2. Diet
Diet harus sangat diperhatikan dalam nifas karena makanan yang baik
mempercepat penyembuhan ibu, lagipula makanan ibu sangat
mempengaruhi susunan air susu.
3. Suhu
Harus diawasi terutama dalam minggu pertama dari masa nifas karena
kenaikan suhu adalah tanda pertama infeksi.
4. Mictie
Tiap penderita disuruh kencing 6 jam post partum.
5. Defekasi
Jika penderita hari ketiga belum juga buang air besar, maka diberi clysma
air sabun atau glycerine.
6. Putting Susu
Putting susu harus diperhatikan kebersihannya dan luka pecah harus
segera diobati, karena kerusakan putting susu merupakan awal masuknya
kuman dan dapat menimbulkan mastitis.
F. PATHWAY
Setelah keluarnya bayi dan
plasenta melalui jalan lahir
Setelah kala IV
Proses laktasi
Risiko
Pengeluaran asi infeksi
Usia kehamilan
37-42 minggu
Plasenta lepas
Kelelahan
Hambatan
Imobilitas fisik Risiko Risiko Defisiensi
Perdaraha Volume Cairan
n
D. Risiko Perdarahan
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Lakukan manajemen risiko 1. Manajemen risiko perdarahan
perdarahan dapat menurunkan terjadinya
perdarahan
a. beri klien minum a. Pemberian minum sebagai
pencegahan kekurangan cairan
b. beri makanan yang b. Zat besi berguna untuk
mengandung zat gizi tinggi pembentukan sel darah merah
2. Monitoring dan evaluasi 2. Memantau keadaan klien
a. Kontraksi uterus a. Kontraksi uterus yang baik
menandakan vasokontriksi
pembuluh darah yang cepat
b. TTV b. Menentukan tolak ukur
dehidrasi
c. Capilari Refil Time c. Menentukan keadaan perfusi
jaringan perifer
3. Berikan edukasi pada keluarga 3. Menigkatan pengetahuan untuk
klien mengenai risiko memberi dukungan pada klien
perdarahan mengenai risiko perdarahan
4. Kolaborasi 4. Kolaborasi mendukung tingkat
keberhasilan tindakan
a. Pemberian PRC a. Menggantikan darah yang
hilang dari tubuh
KONSEP PARTUS LAMA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Partus lama merupakan fase laten lebih dari 8 jam yang persalinannya
telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir, disertai dengan
dilatasi serviks di kanan garis waspada pada persalinan fase aktif.(Sari,
2010)
Partus lama adalah berlangsung lebih dari 24 jam yang dinyatakan lama
jika terjadi keterlambatan 2-3 jam di belakang partograf normal.(Sari,
2010)
2. Etiologi
a. Kelainan letak janin.
b. Kelainan-kelainan panggul.
c. Kelainan his.
d. Pimpin partus yang salah.
e. Janin besar atau ada kelainan congenital.
f. Primitua.
g. Perut gantung, grandemulti.
h. Ketuban pecah dini.
1. Tanda Gejala
a. Pada ibu
1) Gelisah, letih, suhu badan meningkat, nadi cepat, pernafasan
cepat, meteorismus.
2) Di daerah lokal sering dijumpai edema vulva, edema serviks,
cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
b. Pada janin
1) Denyut jantung janin cepat/tidak teratur, bahkan negatif, air
ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
2) Kaput suksadenum yang membesar.
3) Moulage kepala yang hebat.
4) Kematian janin dalam kandungan.
B. Patofisiological Pathway
Presentasi janin dapat juga menyebabkan perpanjangan masa persalinan,
misalnya posisi oksipito demikian juga besarnya janin lebih dari 4000 gram
tidak mudah dilahirkan pervaginam, meskipun ukuran panggul normal.
(Rohani, 2011)
Faktor penyebab kala II lama yaitu kelahiran jalan lahir yang sering ditemui
saat kepala fetus terlalu besar untuk rongga pelvis, adanya persalin yang tidak
efektif serta dystosia jaringan lunak, maka kondisi tersebut akan menghambat
kemajuan persalinan serta akan menimbulkan komplikasi pada ibu maupun
janin (Prawirohardjo, 2010).
C. Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum
a. Nilai cepat keadaan umum wanita hamil tersebut termasuk tanda-
tanda vital tingkat hidrasinya.
b. Periksa denyut jantung janin selama atau segera sesudah his. Hitung
frekuensinya sekurang-kurangnya sekali dalam 30 menit selama fase
aktif dan tiap 5 menit selama kala II.
c. Memperbaiki keadaan umum
1) Berikan cairan searah oral atau parenteral dan upaya buang air
kecil.
2) Berikan analgesia : tramadol atau petidin 25 mg IM (maksimum 1
mg/kg BB), jika pasien merasakan nyeri yang sangat.
2. Penanganan khusus
a. Persalinan palsu / belum inpartu (False labor)
Bila his belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang.
Periksa adanya infeksi saluran kencing. Ketuban pecah dan bila
didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat. Bila tidak pasien
boleh rawat jalan.
b. Fase laten yang memanjang (Prolonged latent phase)
c. Diagnosis fase laten yang memanjang dibuat secara retrospektif.
Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada
kemajuan, lakukan pemeriksaan dalam :
1) Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks tidak
didapatkan tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya
kemungkinan ibu belum dalam keadaan inpartu.
2) Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan
serviks, lakukan drips oksi dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose
atau NaCl mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30 menit ditambah
4 tetes sampai his adekuat maksimum 40 tetes per menit atau
berikan preparat prostaglandin lakukan penilaian 4 jam.
3) Bila didapatkan adanya tanda amnionitis, berikan induksi dengan
oksitosin 5 unit dalam 500 cc dekstrose mulai dengan 8 tetes per
menit, setiap 15 menit di tambah 4 tetes sampai his yang adekuat
(maksimum 40 tetes per menit) atau di berikan preparat
prostaglandin serta obati infeksi dengan ampisilin 2 gr Intra Vena
(IV) sebagai dosis awal dan 1 gr Intra vena (IV) setiap 6 jam dan
gentamisin 2 X 80 mg.
d. Fase aktif yang memanjang (prolonged active phase)
Bila tidak didapatkan adanya chefalo pelvik disproporsi (CPD) atau
adanya obstruksi :
1) Berikan penanganan kontraksi dan mempercepat kemajuan
persalinan.
2) Bila ketuban utuh, pecahkan ketuban
3) Bila kecepatan permukaan serviks pada waktu fase aktif kurang
dari 1 cm per jam lakukan penilaian kontraksi uterus.
Disproporsi sefalopelvik (CPD). CPD terjadi karena bayi terlalu besar
atau pelvis kecil. Bila dalam persalinan terjadi CPD akan didapatkan
persalinan yang macet. Cara penilaian pelvis yang baik adalah dengan
melakukan partus percobaan (trial of labor). Kegunaan pelvimetri
klinis terbatas :
1) Bila diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan seksio
sesarea
2) Bila bayi mati lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak
mungkin lakukan seksio sesarea).
e. Obstruksi (partus macet)
Bila ditemukan tanda – tanda obstruksi :
1) Bayi hidup lakukan SC
2) Bayi meninggal lakukan kraniotomi/embriotomi (bila tidak
mungkin, lakukan seksio sesarea).
1) Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri)
2) Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disproporsi atau obstruksi
bisa disingkirkan, kemungkinan penyebab persalinan lama adalah
inersia uteri.
3) Pecahkan ketuban dan lakukan induksi dengan oksitosin 5 unit
dalam 500 cc dekstrosa (atau NaCl) atau prostaglandin.
Evaluasi kemajuan persalinan dengan pemeriksaan vaginal 2 jam
setelah his adekuat :
1) Jika tidak ada kemajuan, lakukan seksio sesarea
2) Jika ada kemajuan, lanjutkan infuse oksitosin dan evaluasi setiap 2
jam
f. Kala II yang memanjang (prolonged espulsive phase)
Menghadapi persalinan lama dalam Kala II, dan tidak mungkin untuk
merujuk penderita atau terjadi gawat janin diusahakan mengakhiri
persalinan dengan episiotomi dan dorongan (eksresi) yang dilakukan
dengan hati hati dan tarikan (Ekstraksi) vakum atau tarikan cunam.
Adapun syarat-syarat terpenuhi jika terdapat penyimpangan, dapat di
usahakan mengakhiri persalinan.
1) Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan,
berikan infus oksitosin.
2) Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala
a) Kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simfisis pubis, atau bagian
tulang kepala di station (0), dilakukan ekstraksi vakum atau
cunam.
b) Kepala diantara 1/5-3/5 diatas simfisis pubis, atau bagian tulang
kepala diantara station (0)-(-2), dilakukan ekstraksi vakum.
c) Kepala lebih dari 3/5 diatas simfisis pubis, atau bagian tulang
kepala diatas station (-2), lakukan secsio sesarea.(Saifuddin,
2006)
D. Pengkajian
1. Biodata meliputi:
Nama, Umur mengetahui usia ibu apakah termasuk resiko tinggi / tidak
(terlalu muda apabila < 20 tahun atau terlalu tua > 35 tahun), Pendidikan
pemberian informasi yang tepat bagi klien, pekerjaan (Depks RI, 1993:
65).
2. Keluhan Utama.
Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke
perut, adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah,
perasaan selalu ingin buang air kemih, bila buang air kemih hanya sedikit-
sedikit (Cristina’s Ibrahim, 1993,7).
3. Riwayat penyakit sekarang .
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan anatara 38
–42 minggu (Cristina’s Ibrahim, 1993,3) disertai tanda-tanda menjelang
persalinan yaitu nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, his makin
sering, tertaur, kuat, adanya show (pengeluaran darah campur
lendir).kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4. Riwayat haid.
Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu) (Cristina’s Ibrahim1993,3),
prematur kurang dari 37 minggu (D.B. Jellife, 1994:28).
5. Riwayat kebidanan.
Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah, daan lain-lain. Pada
primigravida persalinan berlangsung 13-14 jam dengan pembukaan 1cm
/jam, sehingga pada multigravida berlangsung 8 jam dengan 2 cm / jam
(Sarwono Prawirohardjo, 1999,183).
6. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah, nadi, his, Vaginal touch, leoport 1-4.
E. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut ybd agens cidera fisik dd adanya keluhan nyeri post sc
2. Keletihan ybd peningkatan kelelahan fisik dd kelelahan
3. Ketidakefektifan pemberian ASI ybd nyeri ibu post sc dd tampak
ketidakadekuatan asupan susu
4. Risiko gangguan perlekatan ybd perpisahan orang tua-anak
Sumber (NANDA, 2017)
F. Intervensi dan Rasional
1. Nyeri akut ybd agens cidera fisik dd adanya keluhan nyeri post sc
Intervensi Rasional
1. Lakukan manajemen nyeri akut 1. Penatalaksanaan yang baik
menjamin keberhasilan
a. Beri posisi yang nyaman a. Membantu klien dalam
mengatasi nyeri
b. Ajarkan teknik napas dalam b. Meningkatkan aliran oksigen
dan memperlancar aliran
darah
c. Beri massage bila perlu c. Meningkatkan rileksasi otot
dan vasodilatasi pembuluh
darah
d. Mempercepat proses
d. Ajarkan mobilisasi dini
penyembuhan luka
e. Menyusui mampu
e. Bantu proses meyusui ibu
mengalihkan perhatian ibu
kepada bayi
2. Perubahan intensitas nyeri
2. Monitoring dan evaluasi diketahui dengan monitoring dan
terhadap evaluasi
a. Mengetahui peningkatan
a. Intensitas nyeri intensitas nyeri
b. Skala nyeri sebagai indikator
b. Skala nyeri peningkatan nyeri
c. Nyeri diiringi dengan
peningkatan nadi
c. Nadi
3. Penatalaksanaan yang baik
menjamin keberhasilan
3. Beri edukasi tentang nyeri post 4. Meningkatkan profesionalisme
sc a. Menghambat reseptor nyeri
4. Kolaborasi
a. Analgetik
2. Keletihan ybd peningkatan kelelahan fisik dd kelelahan
Intervensi Rasional
1. Lakukan manajemen keletihan 1. Penatalaksanaan yang baik
menjamin keberhasilan
a. Istirahatkan pasien a. Istirahat membantu proses
pemulihan
b. Beri posisi yang nyaman b. Posisi meningkatkan rasa
nyaman dan membantu klien
beristirahat
c. Beri pasien pakaian longgar c. Meningkatkan rasa nyaman
d. Beri massage bila perlu d. Masase meningkatkan rasa
rileksasi
e. Batasi pengunjung e. Mencegah gangguan klien
dalam beristirahat
2. Perubahan keletihan diketahui
2. Monitoring dan evaluasi dengan monitoring dan evaluasi
terhadap a. Tolok ukur dalam
a. Raut wajah menentukan respon subjektif
klien
b. Kebugaran fisik merupakan
b. Kebugaran fisik tanda seseorang terbebas dari
kelelahan
3. Penatalaksanaan yang baik
menjamin keberhasilan
4. Meningkatkan profesionalisme
3. Beri edukasi tentang pentingnya
a. Membantu meningkatkan
istirahat pasca sc
daya tahan tubuh
4. Kolaborasi
a. Vitamin
Tidak
1 9 bln Normal Bidan Tidak ada H P 16 th 40 hr Ya Tidak ada
ada
Tidak
2 9 bln Normal Bidan Tidak ada H P 5 th 40 hr Ya Tidak ada
ada
Bidan di
Colostrum
39 Tidak RS dr Kala II Baru Hari Di
3 Normal H P belum
mgg ada Soebandi memanjang lahir pertama bantu
keluar
Jember
f. Riwayat Kehamilan Sekarang
1. Trimester I : klien mengalami mual muntah dan
penurunan nafsu makan, ANC sejak usia kehamilan 2
bulan, periksa ke posyandu 2x, dianjurkan untuk memenuhi
nutrisi saat hamil.
2. Trimester II : tidak ada keluhan, periksa ke posyandu 1x,
diajurkan banyak makan sayur dan buah.
3. Trimester III : mulai merasa sering kencing, pergerakan
janin ±5x setiap harinya, periksa ke posyandu 1x dan ke
puskesmas saat akan melahirkan.
g. Riwayat kelainan obstetrik
Tidak ada kelainan obstetrik
h. Riwayat penggunaan kontrasepsi
Klien tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi.
i. Riwayat Ginekologi
Tidak ada riwayat.
j. Riwayat penyakit sekarang
Nyeri area kemaluan skala 6.
k. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu
seperti hipertensi, asma, diabetes mellitus, jantung, ginjal,
maupun riwayat partus lama, dll.
l. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit keturunan seperti hipertensi, asma dan diabetes
mellitus, dll.
m. Riwayat psikososial
Keluarga selalu mendampingi klien, ketika ada masalah
diselesaikan dengan diskusi bersama keluarga.
n. Pola seksualitas
Tidak ada gangguan pada pola seksualitas .
o. Pengkajian Spiritual
Klien menyatakan dirinya seorang muslim, saat akan
melahirkan klien selalu berdoa agar diberi kelancaran dan
keselamatan dalam persalinan.
2) Aplikasi Teori Adaptasi Roy
a. Pengkajian tahap pertama
I. Physiological Mode
a. Oksigenasi
Pernapasan 20 x/menit, pernapasan regular, ekspansi
dada maksimal, auskultasi paru vesikuler, ronchi (-),
wheezing (-).
b. Nutrisi
Status nutrisi klien baik. Sebelum MRS klien makan
3x perhari, 1 porsi habis, ketika sudah MRS nafsu
makan berkurang hanya ½ porsi RS. Klien tidak
melakukan pantangan makanan.
c. Eliminasi
Sebelum MRS : BAB 1x/ hari, BAK 4-5x/hari
Saat MRS : belum BAB dan BAK 1x, klien
mengatakan kencingnya keluar sedikit.
d. Aktivitas istirahat
Sebelum MRS : Klien tidur siang 1-2 jam, tidur
malam 7-8 jam.
Saat MRS : Klien belum tidur.
e. Proteksi
Klien selalu ditemani keluarga, ketika beraktivitas
dibantu dan didampingi oleh keluarga.
f. Senses/perasaan
Klien mengatkan area kemaluan terasa nyeri, takut
untuk bergerak bebas.
g. Cairan dan elektrolit
Tidak ada gangguan pada cairan dan elektrolit. Saat
MRS klien sudah minum 1 gelas air mineral.
h. Fungsi Neurologis
Kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, tidak ada
gangguan neurologis.
i. Fungsi endokrin
Secara klinis tidak ditemukan ganguan hormonal.
II. Self Concept Mode
a. Physical self
Klien mengatakan dirinya ingin segera pulang dari RS
dan menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
b. Personal self
Klien merupakan istri dengan 3 orang anak, klien
mengatakan bahwa sudah siap untuk merawat dan
menjaga anak ketiga yang baru dilahirkan.
III. Role Function Mode
Klien mengatakan perannya dalam keluarga adalah
sebagai seorang istri dan ibu. Sejak klien di RS tidak
dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri dan
ibu.
IV. Interdependensi Mode
Hubungan dengan keluarga harmonis, klien sangat dekat
dengan keluarganya.
B. Pengkajian tahap ke dua
1. Faktor fokal
Saat ini klien merasa nyeri pada area kemaluan seperti ditusuk-
tusuk. Klien mendapatkan obat untuk meredakan nyeri yang
dirasakan.
2. Faktor kontekstual
Klien mengalami perubahan fisiologi dan psikologi yaitu paska
melahirkan.
3. Faktor Residual
Kurang pengetahuan mengenai perubahan fisiologis dan
psikologis serta perawatan saat masa nifas.
3) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Cukup, composmentis GCS 456
b. Tanda-tanda vital
Pernapasan 20x/menit, nadi 88 x/menit, suhu tubuh 36,5ºC,
tekanan darah 130/80 mmHg
c. Kepala dan leher
Kepala : rambut bersih, warna hitam, distribusi merata. Mata :
konjungtiva baik, sklera tidak ikterik. Telinga : bersih, tidak
ada serumen. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe. Mulut : mukosa bibir lembab. Hidung : bersih,
tidak ada sekret.
d. Dada
Jantung:
I: dada normal. P: iktus kordis teraba di ics 4-5. P: pekak. A:
S1-S2 tunggal
Paru:
I: gerakan dada simetris. P: fokal fremitus teraba sama. P:
sonor. A: tidak terdapat bunyi nafas tambahan, vesikuler,
wheezing (-), ronchi (-)
e. Payudara
Payudara bersih, areola hiperpigmentasi, puting susu menonjol,
colostrum belum keluar.
f. Abdomen
Bentuk cembung, tidak ada luka bekas operasi, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada linea alba, TFU teraba 2 hari bawah pusat,
kontraksi uterus bagus.
g. Genetalia dan anus
Adanya perdarahan postpartum tidak banyak ±100cc, ada luka
jahitan pada perineum, anus bersih, tidak ada hemoroid..
h. Punggung
Kelainan bentuk tidak ada.
i. Ekstremitas
Bentuk kaki tidak sama, lebih besar kaki sebelah kiri, klien
mengatakan memang dari dulu kakinya seperti itu, tidak ada
varises, turgor kulit elastis, akral hangat, CRT <2 detik, klien
dipasang infus pada tangan sebelah kiri dengan cairan RL 20
tpm.
Kekuatan otot
55555 55555
55555 55555
j. Integument
Hiperpigmentasi pada aerola mamae, turgor kulit < 2 detik,
kebersihan cukup, halus, akral hangat.
4) Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Hematologi Lengkap
Hemoglobin : 11,4 gr/dL
Lekosit : 20,9 ‘/mm
Hematokrit : 32,6 %
Trombosit : 351 ‘/mm
b. USG
Hasil :
C. ANALISA DATA
Tanggal 14 Oktober 2019 / 23.45 WIB
1. Analisa 1
DS : Klien mengatakan nyeri pada area kemaluan.
DO : Skala nyeri 6 yaitu nyeri sedang. TD =130/80 mmHg, nadi :
88x/menit, pernafasan = 20x/menit. Wajah klien tampak meringis.
Masalah Keperawatan : Nyeri akut
Kemungkinan Penyebab: agen cedera fisik (luka jahitan paska
melahirkan)
2. Analisa 2
DS : klien mengatakan ingin menyusui anaknya dan memberikan asi
secara langsung namun colostrum masih belum keluar.
DO : puting menonjol, colostrum belum keluar. K/U : cukup.
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan pemberian asi
Kemungkinan Penyebab : colostrum yang belum keluar
3. Analisa 3
DS : Klien mengatakan takut untuk bergerak bebas karena merasa
sakit diarea kemaluan.
DO : Aktivitas diatas tempat tidur, pergerakan klien terbatas.
Masalah Keperawatan : gangguan mobilitas fisik
Kemungkinan Penyebab : adanya bekas luka jahitan di area
perineum sehingga klien takut untuk bergerak bebas
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka jahitan
paska melahirkan).
2. Ketidakefektifan pemberian asi yang berhubungan dengan
colostrum belum keluar.
3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan klien takut
untuk bergerak bebas.
E. RENCANA TINDAKAN
1. Diagnosa keperawatan (1)
a. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan, diharapkan
nyeri berkurang
b. Kriteria Hasil
Skala nyeri 3-4 yaitu nyeri ringan. Klien tidak mengeluhkan
nyeri lagi. Wajah klien rileks. TTV dalam batas normal TD:
120/80 mmHg, N: 60-100 x/menit, RR : 16-24 x/menit
c. Intervensi
1. Pantau keadaan umum klien.
Rasional: untuk mendapatkan indikator keadaan klien.
2. Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk
oleh klien.
Rasional: untuk mendapatkan sumber nyeri.
3. Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
Rasional: skala merupakan metode yang mudah untuk
menentukan intensitas nyeri.
4. Ajak komunikasi terapeutik dengan penuh perhatian.
Rasional: dengan kepercayaan kepada orang lain klien akan
merasa toleransi dengan nyeri sehingga nyeri akan
berkurang.
5. Jelaskan penyebab nyeri klien.
Rasional: dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat
bertoleransi terhadap nyeri.
6. Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi,
massage.
Rasional: memodifikasi reaksi fisik dan psikis terhadap
nyeri.
7. Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian
analgetik.
Rasional: untuk meningkatkan derajat kesehatan.
IV PEMBAHASAN
Post Partum atau yang biasa disebut sebagai masa nifas pada ibu pasca
melahirkan merupakan periode yang sangat penting untuk diketahui
(Indriyani, Asmuji, Wahyuni. 2016).
Menurut bobak (2005) periode post partum adalah masa enam minggu
sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal
sebelum hamil. Periode ini juga disebut puerperium atau trimester ke empat
kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap
normal.
Pada pasien Post Partum akan mengalami perubahan fisiologis dan
psikologis, biasanya perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap pola
kebiasaan sehari hari, seperti pola nutrisi, pola istrahat tidur, pola aktivitas
dan gangguan fisiologis yang lain. Selain itu juga dapat terjadi gangguan
konsep diri, perubahan psikologis, spiritual dan lain-lain.
Ny. S dengan post partum spontan dengan partus lama juga mengalami
perubahan fisik dirinya yang menyebabkan perubahan bio-psiko-sosial, yang
menjadikan stressor dengan kurangnya pengetahuan klien tentang perubahan
fisiologis maupun psikologisnya, maka mekanisme koping klien tidak efektif
serta ideal diri klien tidak realistis sehingga diperlukan peran perawat dan
support keluarga dalam mengatasinya. Perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan mempunyai tugas merawat pasien secara holistik sesuai dengan
kepribadian caring yaitu perawat menciptakan lingkungan fisik, mental,
sosiokultural dan spiritual yang suportif, protektif dan korektif. Perawat harus
mengenal pengaruh lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi
kondisi sehat-sakit individu. Konsep relevan dengan lingkungan yang internal
adalah kesehatan mental spiritual, kesejahteraan, dan sosiokultural yang
dimiliki individu. Sedangkan lingkungan eksternalnya meliputi kenyamanan,
keamanan, privacy, kebersihann, dan lingkungan yang estetik. Melalui faktor
ini, perawat menyediakan lingkungan yang suportif yang menjamin rasa
aman dan nyaman baik fisik maupun psikologis klien.
Masalah keperawatan fisiologis yang muncul pada Ny. S antara lain: nyeri
akut dan gangguan mobilitas fisik. Sedangkan masalah psikologis yang
muncul adalah ketidakefektifan pemberian asi. Pada kesempatan ini penulis
menekankan pada dokumentasi masalah keperawatan psikologis. Dengan
support keluarga yang sudah begitu baik, muncul harapan yang tidak realistis
dari klien bahwa perubahan fisiologis dan psikologis nya merupakan hal yang
tidak normal, sehingga muncul ideal diri yang tidak realistis. Perlunya
intervensi perawat agar klien dan keluarga menyiapkan diri untuk berproses,
meningkatkan kemampuan klien dalam menerima keadaan yang sebenarnya
serta merubah pola pikir klien kearah yang lebih realistis.
Hasil evaluasi pada tanggal 15 Oktober 2019, dari masalah yang muncul
dan telah dilakukan intervensi pada ketiga diagnosa tersebut setelah dilakukan
analisa didapatkan dari ketiga masalah tersebut semua intervensi dihentikan.
Harapan perawat untuk Ny. S saat di rumah, yaitu klien dapat melanjutkan
perawatan payudara, menjaga personal hygiene, pola nutrisi yang baik, serta
memberikan solusi untuk mengatasi nyeri apabila nyeri tiba-tiba timbul saat
di rumah. Dengan dilakukannya intervensi terhadap masalah psikologis dan
fisiologis diharapkan klien dan keluarga siap dalam menghadapi segala
situasi yang mungkin muncul nantinya, walaupun hasilnya belum maksimal
namun support keluarga sangatlah bagus sehingga sangat membantu klien
dalam menghadapi penyakitnya.
V PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada kasus Post Partum pada prinsipnya di
tujukan untuk meningkatkan kesiapan dan semangat merawat bayi serta
kesiapan pasien dalam menghadapi perubahan fisiologis maupun
psikologinya, dengan menggunakan mekanisme koping yang konstruktif
atau destruktif (adaptif atau maladaptif).
Hasil evaluasi memberikan intervensi terhadap peningkatan support
keluarga didapatkan respon yang positif sehingga diharapkan klien dan
keluarga mampu berproses, merubah kerangka fikir pasien, meningkatkan
nilai spiritual pasien, dan mempunyai semangat dalam menjalani
kehidupan, sehingga pasien mampu hidup dengan semangat dalam
menghadapi perubahan fisiologis dan psikologisnya.
B. Saran
Model adaptasi Roy dapat digunakan untuk mengidentifikasi adaptasi
terhadap perubahan fisik dan psikologis pada pasien post partum dengan
partus lama, sehingga dapat diketahui apakah adaptasi yang dilakukan Ny.
S termasuk adaptasi adaptif atau maladaptive.
Berkaitan dengan pengkajian yang masih belum bisa diadopsi melalui
pendekatan adaptasi Roy maka perawat dapat memodifikasi dengan
menggunakan pendekatan model konsep yang lain untuk melengkapi.