Anda di halaman 1dari 20

APLIKASI MODEL KONSEPTUAL ADAPTASI ERNESTINE

WIEDENBACH PADA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NY.N


DENGAN PERSALINAN NORMAL G3P2A0 UK 39-40 MINGGU
INPARTU DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUANG VK
BERSALIN RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Penugasan Pratik


Profesi Ners Departemen Maternitas

Pembimbing:
Diyan Indiyani, S. Kp., M. Kep., Sp. Mat.
Ikawati Wulandari, S.ST.

Oleh:
Oky Winarni, S.Kep.
1901031016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
OKTOBER, 2019
LEMBAR PENGESAHAN

APLIKASI MODEL KONSEPTUAL ADAPTASI ERNESTINE WIEDENBACH


PADA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NY.N DENGAN PERSALINAN
NORMAL G3P2A0 UK 39-40 MINGGU INPARTU DENGAN KETUBAN
PECAH DINI DI RUANG VK BERSALIN RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Ikawati Wulandari, S.ST. Diyan Indriyani, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat.


NIP. 19780424200312 2 002 NIP. 19701103 200501 2002

Mengetahui,

Kepala Ruangan VK Bersalin


RSD dr. Soebandi Jember

Eni Kisnawati, S.ST.


NIP. 19801111100212 2 002
APLIKASI MODEL KONSEPTUAL ADAPTASI ERNESTINE WIEDENBACH
PADA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NY.N DENGAN PERSALINAN
NORMAL G3P2A0 UK 39-40 MINGGU INPARTU DENGAN KETUBAN
PECAH DINI DI RUANG VK BERSALIN RSD dr. SOEBANDI JEMBER

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Hampir semua perempuan pasti akan mengalami proses persalinan baik
secara normal maupun caesar. Persalinan merupakan proses hasil konsepsi (janin
dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain (Prawirohardjo, 2010). Adanya proses
persalinan akan membuat ibu dan ayah berharap dapat mempunyai bayi yang
sehat dan lahir dengan keadaan yang selamat selain itu mereka akan menyiapkan
peran barunya sebagai orang tua. Dalam proses persalinan ibu sangat
membutuhkan dukungan keluarga terutama suami. Kebutuhan dari ibu selama
proses persalinan tidak bisa dilakukan secara mandiri, ibu membutuhkan
bantuan orang lain.
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan
keluarga. Peranan ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peranan keluarga
adalah memberikan bantuan dan dukungan pada ibu ketika terjadi proses
persalinan. Dalam hal ini peranan petugas kesehatan khususnya bidan tidak
kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu agar seluruh
rangkaian proses persalinan berlangsung dengan aman baik bagi ibu maupun
bagi bayi yang dilahirkan (Setyorini, 2013). Model konsep Wiedenbach
memiliki tujuan untuk membantu individual dalam mengatasi masalah yang
berkaitan dengan kemampuan untuk memenuhi tekanan atau kebutuhan yang
dihasil dari suatu kondisi, lingkungan, situasi atau waktu (Torres, 1986).
B. Perumusan Masalah
Persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama
perdarahan pasca persalinan, hipotermia dan afiksia bayi baru lahir. Sehingga
hal ini memerlukan suatu perhatian dan penatalaksanaan yang khusus pada klien
dalam melalui kehamilan dan kelahiran dengan aman. Dalam proses persalinan
ibu sangat membutuhkan bantuan dan dukungan, oleh karena itu diperlukan
indentifikasi kebutuhan ibu selama persalinanguna membantu mempercepat dan
memperlancar proses persalinan.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mempelajari aplikasi model konsep keperawatan Wiedenbach pada kasus
klien Ny.N dengan status obstetrik G3P2A0 dengan usia kehamilan 39-40
minggu dalam bentuk asuhan keperawatan di Ruang Bersalin RSD dr.
Soebandi Jember.
2. Tujuan Khusus
a. Menguraikan alasan ketertarikan dalam pengambilan kasus persalinan
normal pembukaan 10 cm dalam kala II pada klien Ny.N.
b. Melakukan penerapan model konsep keperawatan Wiedenbach pada
kasus persalinan normal pada Ny.N pembukaan 10 cm dalam kala II.
c. Melakukan pengelolaan pada kasus persalinan normal pada
Ny.N pembukaan 10 cm dalam kala II dengan menggunakan pendekatan
model konsep keperawatan Wiedenbach.
d. Melakukan pembahasan terhadap kasus yang telah dikelola.
e. Menarik kesimpulan dari proses penerapan model konsep tersebut
pada persalinan normal, pembukaan 10 cm dalam kala II.
II. Konsep Dasar Medis
A. Pengertian
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2002 dalam Kurniarum,
2016).
Periode intranatal atau sering disebut sebagai persalinan, adalah suatu
proses dimana fetus dan plasenta keluar dari uterus, ditandai dengan
peningkatan aktivitas otot rahim (frekuensi dan intensitas kontraksi) yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lendir darah
(bloody show) dari vagina (Manurung, 2011 dalam Karjatin, 2016)
B. Etiologi
1. Teori keregangan : Keregangan otot rahim mempunyai batas tertentu oleh
karena itu setelah melewati batas tertentu akan terjadi kontraksi.
2. Teori penurunan progesteron : Proses penuaan plasenta, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, penyempitan pembuluh darah, sehingga terjadi
kebuntuan menyebabkan produksi progesteron mengalami penurunan.
3. Teori oxcytoksin internal : Keseimbangan progesteron dan estrogen,
meningkatkan pengeluaran oxcytoksin dan mengakibatkan peningkatan
aktivitas kontraksi rahim.
4. Teori prostaglandin : Peningkatan prostaglandin sejak usia kehamilan 15
minggu dan prostaglandin sebagai pemicu terjadinya persalinan.
5. Tekanan kepala bayi pada ganglion cervikalis dan fleksus franken house
dapat menimbulkan kontraksi rahim dan reflek mengejan.
Faktor yang mempengaruhi
1. Power (kontraksi/HIS ibu)
Otot rahim atau myometrium berkontraksi dan memendek (relaksasi) selama
kala I persalinan. Kontraksi atau HIS yang perlu Anda kaji pada ibu bersalin
kala I adalah:
a. Frekuensi: dengan cara menghitung banyaknya kontraksi selama 1
menit (misalnya, terjadi setiap 3–4 menit).
b. Durasi: dengan cara menghitung lama terjadinya kontraksi, tercatat
dalam hitungan detik (misalnya, setiap kontraksi berlangsung 45–50
detik).
2. Intensitas: Kekuatan kontraksi. Hal ini dievaluasi dengan palpasi
menggunakan ujung jari pada bagian fundus perut ibu dan digambarkan
sebagai:
a. Ringan: dinding rahim mudah menjorok selama kontraksi.
b. Sedang: dinding rahim tahan terhadap lekukan selama kontraksi.
c. Kuat: dinding rahim tidak dapat identifikasi selama kontraksi.
3. Passageway (Jalan lahir)
Bagian ini meliputi tulang panggul dan jaringan lunak leher rahim/serviks,
panggul, vagina, dan introitus (liang vagina).
4. Passenger (janin, plasenta dan ketuban)
Passenger/janin dan hubungannya dengan jalan lahir, merupakan faktor
utama dalam proses melahirkan. Hubungan antara janin dan jalan lahir
termasuk tengkorak janin, sikap janin, sumbu janin, presentasi janin, posisi
janin dan ukuran janin
5. Psikologis ibu
Jika cemas ibu berlebihan maka dilatasi/ pelebaran serviks akan terhambat
sehingga persalinan menjadi lama serta meningkatkan persepsi nyeri. Jika
ibu mengalami kecemasan maka akan meningkatkan hormone yang
berhubungan dengan stress seperti beta–endorphin, hormone
adrenocorticotropic, kortisol dan epineprin. Hormon–hormon tersebut
mempengaruhi otot polos uterus. Jika hormon tersebut meningkat maka
menurunkan kontraktilitas (kontraksi) uterus.
6. Posisi Ibu
Posisi ibu melahirkan dapat membantu adaptasi secara anatomis dan
fisiologis untuk bersalin.
C. Tanda Gejala
1. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut :
a. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
b. Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya
makin besar
c. Mempunyai pengaruh pada pembukaan cervix.
d. Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan
pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
2. Penipisan dan pembukaan serviks
Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya pengeluaran
lendir dan darah sebagai tanda pemula.
3. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar
disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena
lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga
beberapa capillair darah terputus.
4. Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat
ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau
pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan
merupakan tanda yang lambat sekali.
1. Fase Persalinan Normal
a. Kala I
Kala I dimulai dengan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur
& meningkat (frekuensi & kekuatannya) hingga servix membuka lengkap
(10 cm). Kala I sendiri dibagi dalam 2 fase yaitu:
1) Fase Laten
Dimulai sejak awal berkontraksi hingga serviks membuka < 4 cm.
Umumnya berlangsung hampir/ hingga 8 jam.
2) Fase Aktif
a) Frekuensi dan lama kontraksi meningkat (3x dalam 10 menit, selama
40 detik).
b) Dimulai sejak pembukaan 4-10 dengan kecepatan 1 cm/ jam pada
primipara dan >1-2 cm/ jam pada multipara.
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
b. Kala II
Kala II dimulai ketika servik membuka 10 cm sampai lahirnya bayi. Kala II
juga dapat diketahui ketika kepala bayi terlihat melalui introtus vagina.
Karakteristik:
1) Terjadi selama 50 menit pada primigravida dan 20 menit pada
multigravida.
2) Adanya peningkatan tekanan pada rektum/ vagina
3) Kontraksi terjadi semakin sering setiap 2 menit selama 60 menit.
4) Peningkatan pengeluaran bloody show.
5) Perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter ani membuka.
c. Kala III
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi sampai lepasnya plasenta dari dinding
rahim. Umumnya terjadi selama 5- 20 menit setelah bayi lahir.
Tanda lepasnya plasenta:
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus uterus.
2) Tali pusat memanjang.
3) Adanya semburan darah yang cepat dan singkat.
d. Kala IV
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam setelah
plasenta lahir
D. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim,
penurunan progesteron, peningkatan oxytoksin, peningkatan prostaglandin, dan
tekanan kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan
segmen atas rahim dan penipisan segmen bawah rahim. Penipisan segmen
bawah rahim menyebabkan pembukaan servik. Penurunan kepala bayi yang
terdiri dari beberapa tahap antara lain enggament, descent, fleksi, fleksi
maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi kepala janin, rotasi eksterna.
Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan rasa mengejan sehingga terjadi
ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir akibatnya
akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit,
kemudian akan berkontraksi lagi. Kontraksi akan mengurangi area plasenta,
rahim bertambah kecil, dinding menebal yang menyebabkan plasenta terlepas
secara bertahap. Dari berbagai implantasi plasenta antara lain mengeluarkan
lochea, lochea dan robekan jalan lahir sebagai tempat invasi bakteri secara
asending yang dapat menyebabkan terjadi risiko tinggi infeksi. Dengan
pelepasan plasenta maka produksi estrogen dan progesteron akan mengalami
penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai.
III. Konsep Dasar Model Adaptasi Wiedenbach
Menurut Teori Ernestine Wiedenbach konsep model kebidanan dibagi menjadi
lima, yaitu :
1. The Agents
Empat elemen dalam ” clinical nursing ” yaitu: filosofi, tujuan, praktik dan
seni. (Raleigh, 1989 dan Wiedenbach, 1964 ). Selain itu juga dikemukakan
tiga poin dasar dalam filosofi keperawatan/kebidanan, yaitu:
a. Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan
b. Menghargai sebuah kehormatan, suatu yang berharga, otonomi dan
individualisme pada setiap orang
c. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang lain
(Raleigh,1989) Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan
ibu dan bayi yang segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih
luas yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua.
2. The Recipient
Perawat/bidan memberikan intervensi kepada individu disesuaikan dengan
situasi dan kebutuhan masing-masing (Raleigh, 1989). Recipient meliputi
wanita, keluarga, dan masyarakat. Perempuan menurut masyarakat oleh
masyarakat tertentu tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Wiedenbach
sendiri berpandangan bahwa recipient adalah individu yang berkompeten
dan mampu melakukan segalanya sendiri, sehingga bidan/perawat
memberi pertolongan hanya apabila individu tersebut mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.
3. The Goal/Purpose
Tujuan dari proses keperawatan adalah membantu orang yang
membutuhkan pertolongan. Konsep Wiedenbach tujuan akhir dari
perawatan “sebuah ukuran atau tindakan yang diperlukan dan diinginkan
seseorang dan berpotensi untuk merubah atau memperpanjang kemampuan
seseorang tersebut untuk mengatasi keterbatasan” (Danko et al., 1989 cite
Wiedenbachs (1964). Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu
perlu diketahui sebelum menemukan goal. Bila sudah diketahui kebutuhan
ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai dengan
mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis yang
berbeda dari kebutuhan yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing individu dengan memperhatikan tingkah laku fisik,
emosional atau psikologis. Untuk bisa mengidentifikasi kebutuhan pasien,
bidan/perawat harus menggunakan mata, telinga, tangan, serta pikirannya.
4. The Means
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan Wiedenbach menentukan
beberapa tahap yaitu :
a. Identifikasi kebutuhan klien;
b. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian pertolongan
yang dibutuhkan;
c. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan merupakan
bantuan yang dibutuhkan;
d. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Untuk bisa membantu pasien,
perawat/bidan harus mempunyai:
1) Pengetahuan, untuk bisa memahami kebutuhan pasien;
2) Penilaian, kemampuan pengambilan keputusan;
3) Ketrampilan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
5. Framework Yaitu kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan sosial,
organisasi, dan professional.
IV. Aplikasi Model Konsep Ernestine Wiedenbach Pada Studi Kasus
A. Pengkajian
1. Riwayat pasien
a. Identitas
Klien Ny. N, berusia 24 tahun, suku/bangsa jawa/WNI, pendidikan
terakhir SMK, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Wuluhan.
b. Keluhan Utama
Keluar rembesan air ketuban dari jalan lahir.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sempat periksa ke puskesmas wuluhan, kemudian
dari puskesmas wuluhan di rujuk ke IBI, di IBI klien mengatakan
keluar cairan ketuban dari vagina mulai tgl 13-10-2019 jam 19.00 wib.
Kemudian dari IBI, klien dirujuk ke RSD dr. Soebandi Jember tgl 14-
10-2019 jam 01.30 wib. Di IBI klien mengatakan sudah pembukaan 1,
sampai di RSD dr. Soebandi pembukaan 2.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit hipertensi dan penyakit
dahulu seperti asma, alergi dan DM. Klien hanya sakit batuk, pilek,
demam biasa.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya baik keluarga sendiri maupun
keluarga suaminya tidak ada yang mengalami penyakit menular dan
penyakit kronis dan tidak ada yang mempunyai riwayat gangguan saat
kehamilan maupun persalinan.
f. Riwayat Obstetrik
1) Riwayat KB
Klien mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan.
2) Riwayat Menstruasi
Klien mengatakan awal mentruasi usia kurang lebih 13 tahun,
lamanya 6-7 hari, siklus 1 bulan sekali kadang tidak teratur, klien
mengatakan HPHT lupa, ada nyeri saat menstruasi.
3) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
G3P2A0, usia kehamilan 39-40 minggu. Riwayat: Anak pertama
laki-laki usia 5 tahun lahir di bidan, kelahiran cukup bulan dan
lahir spontan. Anak kedua laki-laki usia 3 tahun lahir di bidan,
kelahiran cukup bulan dan lahir spontan. Sekarang hamil yang
ketiga.
4) Riwayat kelainan Obstetrik
Klien mengatakan tidak ada kelainan saat hamil maupun persalinan
sebelumnya hanya pada kehamilan sekarang mengalami ketuban
pecah sebelum waktunya.
g. Pola Hubungan dan Peran
Klien cenderung menutup-nutupi identitas suaminya. Klien juga
cenderung menutup-nutupi keluarganya. Hubungan dengan petugas
kesehatan baik.
h. Pola reproduksi dan seksual
Klien cenderung menutup-nutupi suaminya. Saat ini klien Ny. N hamil
anak ke tiga.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, GCS 4-5-6 composmentis, tanda-tanda vital tekanan
darah 120/80, nadi 85x/menit, suhu 36,5°C, respiratory rate 22x/menit,
tinggi badan 156 cm dan berat badan 53 kg. Kepala dan leher: rambut
hitam, konjungtiva merah muda, hidung bersih, mulut bersih, mukosa bibir
kering, wajah gelisah, meringis, merintih, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid. Thorax/dada: simetris, tidak ada retraksi dada, ictus cordis tidak
terlihat, tidak ada bekas luka operasi, suara jantung S1-S2 tunggal, tidak
ada nyeri takan, irama paru vesikuler, sonor. Payudara: payudara bersih,
bentuk payudara simetris, payudara membesar, aerola berwarna coklat,
puting menonjol, colostrum belum keluar. Abdomen: tidak ada lesi, tidak
ada luka bekas operasi, terdapat striae, bentuk abdomen cembung dan
tympani. Leopold 1 bagian fundus teraba kepala, TFU 3 jari diatas pusat.
Leopold II punggung kanan. Leopold III presentasi kepala sudah masuk
PAP. Leopold IV: 4/5. His 3x10x40 detik. DJJ: 129 x/menit reguler. Mc.
Donald = 29 cm. Vulva/vagina normal, konsistensi portio lunak, eff 100%,
pembukaan 10, ketuban jernih, bagian terbawah kepala, keluar darah dan
lendir serta air ketuban merembes. Punggung: tidak ada kelainan
punggung. Ekstremitas: akral hangat, tidak ada gangguan pergerakan,
reflek patela (+), tidak terdapat odema disemua ekstremitas. Integumen:
kulit coklat, tidak ada lesi, turgor kulit < 2 detik. Anus: tidak ada tanda
hemoroid.
3. Pengkajian Terhadap Proses Persalinan
Tanggal 14-10-2019/12.00 WIB
Kala II/Pengeluaran bayi:
Pada tanggal 14-10-2019 pukul 12.00 WIB klien pembukaan 9 cm. Kontraksi
uterus 2x10x25’, ketuban jernih, bagian terbawah kepala. Pada jam 15.00
WIB pembukaan lengkap 10 cm, ada semburan. Jam 15.15 telah partus
spontan dengan presentasi kepala, jenis kelamin laki-laki, bayi langsung
menangis, AS 7-8, ketuban jernih, BB=3300 gram, PB=54 cm, LK=34 cm,
LD 32 cm, LA 30 cm, anus (+), tidak ada cacat, hemoroid (-), makro/mikro
cephalus (-).
Kala III/Pengeluaran plasenta:
Kala III berlangsung 5 menit. Setelah bayi lahir, injeksi oksitoksin 10 IU,
dilakukan PTT hingga plasenta lahir dan masase perut ibu. Plasenta lahir
dengan berat ±400 gram, diameter 3,5 cm, perdarahan ±20 cc dan plasenta
lengkap.
Kala IV/Observasi:
Keadaan umum baik, perdarahan ±10cc, kontraksi uterus baik, kandung
kemih kosong, TFU 2 jari dibawah pusat, TD 120/70 mmHg, nadi 88x/m, RR
23x/m, suhu 36,5°C.
B. Analisa Data
1. 14-10-2019/11.15 WIB
DS: klien mengtakan perutnya kenang-kencang
DO:
- Pembukaan 2 cm
- His 2x10x25
- His semakin sering
- Skala nyeri 8
- Wajah meringis
- Nadi 88x/mnt
- TD 120/80 mmHg
Etiologi : Kontraksi uterus
Masalah : Nyeri persalinan

2. 14-10-2019/11.15 WIB
DS: klien mengatakan ketuban sudah pecah dari kemarin
DO:
1. Terdapat rembesan
2. DJJ 129 x/mnt
Etiologi : Ketuban pecah dini
Masalah : Risiko infeksi
C. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri persalian yang berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai
dengan klien mengatakan perutnya kencen-kenceng, pembukaan 2 cm. His
2x10x25, his semaki sering, skala nyeri 8, wajah merngis, nadi 88x/menit,
RD 120/80 mmHg.
2. Risiko infeksi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai
dengan klien mengatakan ketuban sudah pecah dari kemarin, ada
rembesan yang keluar, DJJ 129 x/mnt.
3. .Risiko perdarahan yang berhubungan dengan proses pengeluaran plasenta
ditandai dengan klien mengatakan nyeri sudah berkurang dan lega bayi
sudah lahir wajah meringis dan merintih berkurang, bayi lahir, TFU
setinggi pusat, tampak tali pusat menjulur dari vagina, memasuki kala 3
persalinan.
4. Keletihan yang berhubungan dengan proses persalinan ditandai dengan
klien mengatakan lelah dan haus setelah melahirkan, wajah tampak lesu
dan kelelahan, terlihat mengantuk, TD 120/80 mmHg, nadi 86x/menit.
D. Rencana Tindakan
Tanggal 14-10-2019/ 15.15 WIB
Dx: Nyeri persalian yang berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai
dengan klien mengatakan perutnya kencen-kenceng, pembukaan 2 cm. His
2x10x25, his semaki sering, skala nyeri 8, wajah merngis, nadi 88x/menit, RD
120/80 mmHg.
Tujuan: Nyeri persalinan klien adaptif setelah dilakukan tindakan keperawatan
1x30 menit.
Kriteria hasil:
a. Nyeri adaptif
b. Wajah meringis berkurang
c. Merintih berkurang
d. Skala nyeri 5-6
e. Janin lahir
Rencana Keperawatan:
1. Lakukan management nyeri persalinan:
a. Identifikasi kontraksi uterus
Rasional: mengetahui indikator kontraksi yang baik/lembek
b. Anjurkan mengatur pernapasan
Rasional: Tarik napas dalam dapat merelaksasikan tubuh.
c. Ajarkan teknik mengejan yang benar
Rasional: Teknik mengejan yang salah dapat menambah nyeri dan
memperlambat proses bayi lahir.
d. Berikan posisi persalinan yang benar (posisi litotomi)
Rasional: Posisi litotomi adalah proses persalinan yang benar agar bayi
cepat lahir dan mengurangi rasa nyeri akibat posisi persalinan yang salah.
e. Lakukan massage
Rasional: merangsang persalinan
2. Lakukan monitoring dan evaluasi:
a. Adaptasi nyeri
Rasional: Adaptasi nyeri tiap orang berbeda-beda
b. Wajah
Rasional: wajah meringis dan merintih merupakan tanda nyeri persalinan.
c. Skala nyeri
Rasional: skala nyeri adalah tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien
d. Kemajuan persalinan
Rasional: Bayi lahir dapat menghentikan nyeri persalinan
3. Lakukan health education pada klien tentang nyeri persalinan
Rasional: Pengetahuan tentang nyeri pada klien dapat mengadaptasikan nyeri
dengan baik.
4. Kolaborasi Oksitosin 10 iu/drip
E. Implementasi
1. Memberikan posisi persalinan yang benar
Respon: Posisi klien litotomi
2. Mengajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam
Respon: Klien dapat melakukan teknik tarik napas dalam
3. Mengajarkan teknik mengejan yang benar
Respon: Klien mengejan dengan benar
4. Melakukan health education pada klien tentang nyeri persalinan
Respon: Klien memahami dengan baik dan mulai beradaptasi dengan nyeri
persalinan.
5. Melakukan monitoring dan evaluasi:
a. Adaptasi nyeri
Respon: Klien dapat mengadaptasi nyeri dengan cara tarik napas dalam
dan mengejan dengan benar tiap nyeri akibat kontraksi uterus timbul.
b. Wajah
Respon: Wajah merintih dan meringis
c. Skala nyeri
Respon: Skala nyeri 10
d. Kemajuan persalinan
Respon: Bayi lahir
F. Evaluasi
Tanggal 14-10-2019/ 15.15 WIB
S: klien mengatakan nyeri sudah berkurang dan lega bayi sudah lahir
O: - Wajah meringis dan merintih berkurang
- Bayi lahir
- TFU setinggi pusat
- Tampak tali pusat menjulur dari vagina
- Memasuki kala 3 persalinan
A: Nyeri persalinan teratasi
Risiko perdarahan yang berhubungan dengan proses pengeluaran plasenta.
P: 1. Berikan oksitoksin 10 IU IM.
1. Lakukan PTT (Perenggangan Tali pusat Terkendali)
2. Lakukan masase uterus
3. Monitoring dan evaluasi: perdarahan dan kontraksi uterus
4. Kolaborasi pemberian cairan parenteral
I: 1. Memberikan oksitoksin 10 IU IM setelah melahirkan dan 5 menit setelah
Melahirkan 10 IU IM.
1. Melakukan PTT (perenggangan tali pusat terkendali)
2. Melakukan masase uterus
3. Memonitoring dan mengevaluasi: perdarahan dan kontraksi uterus
4. Menghecting perineum
5. Kolaborasi pemberian cairan parenteral RL 500 cc drip oksitosin 5 IU.
E: 1. Plasenta lahir lengkap
2. Perdarahan ±200cc
3. Berat kurang lebih 400 gram
4. Kontraksi uterus baik

Tanggal 14-10-2019/ 15.40 WIB


S: Klien mengatakan lelah dan haus setelah melahirkan
O: - Wajah tampak lesu dan kelelahan
- Terlihat mengantuk
- TD 120/80 mmHg
- Nadi 86x/menit
A: Keletihan yang berhubungan dengan proses persalinan
P: 1. Berikan posisi yang nyaman
2. Bersihkan area partus
3. Ganti underpad
4. Berikan minum
5. istirahatkan ibu
6. Lakukan health education kepada klien tentang nutrisi ibu pasca persalinan
7. Monitoring dan evaluasi: kelelahan, lemas, keadaan umum.
8. Kolaborasi pemberian cairan parenteral
I: 1. memberikan posisi yang nyaman
2. membersihkan area partus
3. mengganti underpad
4. memberikan minum
5. mengistirahatkan ibu
6.Melakukan health education kepada klien tentang nutrisi ibu pasca
persalinan
7. Memonitoring dan evaluasi: kelelahan, lemas, keadaan umum.
8. Melakukan kolaborasi pemberian cairan parenteral RL 500 ml.
E: 1. Wajah lebih rileks
2. Rasa kantuk mulai hilang
3. Keadaan umum baik
4. TD 120/70 mmHg
5. TFU 2 jari bwh pusat
V. Pembahasan
Berdasarkan teori dari ernestine Wiedenbach tentang model konsep
keperawatan maternitas/kebidaan dalam kasus kali ini teridentifikasi sebagai
berikut: (1) agents dalam kasus ini yang memiliki 4 elemen dalam clinical nursing
adalah perawat dan bidan. Perawat dan bidan di RSD dr. Soebandi memiliki filosofi,
tujuan, praktik dan seni dalam menolong persalinan. (2) Recipents dalam kasus
Ny.N dengan persalinan normal G3P2A0 pada usia kehamilan 39-40 minggu
dengan rembesan pervaginam belum waktunya adalah Ny.N, tampak tidak ditemani
keluarganya hanya menemani 2 orang temannya. Ny.N adalah individu yang
berkompeten dan mampu melakukan segalanya sendiri, sehingga bidan/perawat
memberi pertolongan hanya apabila individu tersebut mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhannya sendiri. (3) The goal/purpuse dalam kasus ini adalah
semua tujuan dan kriteria hasil yang perlu untuk dicapai dalam rangka memecahkan
persoalan yang menjadi masalah Ny.N yang ditemani 2 orang temannya. (4) The
means yang merupakan tahap-tahap dalam memecahkan masalah klien mulai dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan
berdasarkan tahapan proses keperawatan maternitas/ kebidanan Wiedenbach
(identifikasi, ministration, validation dan coordination). (5) Frame work yang
merupakan kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan rumah sakit saat ini, struktur
organsisasi, administrasi maupun klinik di rumah sakit, serta profesionalisme dari
seluruh tenaga kesehatan yang terlibat dalam kasus ini.
Penerapan model konsep ernestian wiedenbach dalam kasus asuhan
keperawatan persalinan normal lebih difokuskan pada fase akut yang terjadi selama
proses persalinan. Berdasarkan filosofi tersebut maka data fokus yang perlu
diidentifikasi dalam kasus ini antara lain meliputi nama, umur, paritas, penolong
persalinan, proses persalinan (kala II, kala III dan kala IV), TFU, kontraksi uterus,
perdarahan, TTV, tingkat kesadaran, ekspresi wajah dan genetalia. Berdasarkan
hasil pengkajian pada recipent dalam kasus ini, didapatkan sejumlah permasalahan
yang menjadi kebutuhan mendasar yang perlu ditangani oleh perawat adalah nyeri
persalinan. Hasil pengkajian tersebut tentunya telah mengalami proses validasi
dengan mengidentifikasi ulang kebutuhan apa saja yang bersifat perlu segera
ditangani.
Dalam tahap ministrasi, setelah diketahui apa saja yang menjadi permasalahan
klien, perawat segera mencari sumber daya pertolongan yang dibutuhkan. Dalam hal
ini perawat bersama-sama tenaga kesehatan lainnya segera melakukan kolaborasi
perencanaan tindakan sesuai dengan prioritas masalah yang perlu ditangani. Nyeri
persalinan yang dialami klien pada kala II persalinan merupakan masalah aktual
yang saat ini terjadi dan perlu untuk segera mendapat pertolongan. Dalam upaya
memecahkan masalah tersebut, perawat mengerahkan segala sumber daya, baik
peralatan maupun sumber daya keilmuan, seni dan filosofi keperawatan.
Selanjutnya, dari sumber daya yang telah dikumpulkan tersebut, perawat
mengkoordinasikan seluruh sumber daya yang ada untuk memberikan pertolongan.
Pengaturan mengenai tindakan apa yang diperlukan, kapan diberikan, bagaimana
tindakan dilaksanakan, serta siapa yang melakukan perlu dilakukan untuk menjamin
pertolongan diberikan seefektif mungkin.

VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan model konsep Ernestian Wiedenbach dalam asuhan
keperawatan persalinan normal lebih difokuskan pada fase akut yang terjadi
selama proses persalinan. Ada 5 konsep keperawatan maternitas/kebidanan
yang perlu diidentifikasi yaitu, agents, recipients, goal/purpose, the means
dan frame work.
Aplikasi model konsep Wiedenbach dalam asuhan keperawatan
persalinan normal pada kasus Ny.N G3P2A0 dengan usia kehamilan 39-40
minggu dengan ketuban pecah belum waktunya dapat dilakukan melalui
tahap: identifikasi, validasi, ministrasi dan koordinasi.
B. Saran
Pada pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Ny.N
dengan usia kehamilan 39-40 minggu dengan ketuban pecah belum
waktunya, pesalinan normal sangat diperlukan terlebih dahulu untuk
mengidentifikasi tingkat kebutuhan yang diperlukan klien. Hal ini
dimaksudkan untuk penetapan tujuan dan rencana tindakan dalam membantu
mengatasi masalah kesehatan klien.
Pendekatan model konsep ernestian wiedenbach sangat tepat untuk
diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan klien dengan kasus
persalinan normal. Namun hal ini dapat dikombinasikan dengan mengunakan
model konsep yang lain untuk pemberian asuhan yang lebih komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Sofian, Amru. 2011. Sinopsis Obstetri Edisi 3. Jakarta: EGC


Huda.A dan Kusuma H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Jogjakarta: Mediaction
Prawirohardjo. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Setyorini, R. 2013. Belajar Tentang Persalinan. Jogjakarta:Graha Ilmu
Nanda. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11
editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda., Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda (North American Nursing
Diagnosis Association) Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction

NIC-NOC

Depkes (2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID

Gary dkk. (2006). Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta, EGC.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka
Sarwana Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai