Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya
sehingga penulisan makalah dengan judul “Tetralogy Of Fallot” dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun delam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia program studi S1 Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan.
Makalah ini disusun untuk memberikan kontribusi bahan bacaan dan
referesi untuk pihak-pihak yang dibutuhkan. Selain itu untuk memberikan bantuan
bahan bacaan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pubertas belum pada
waktunya.
Makalah ini disusun tidak lepas dari bantuan pihak-pihak yang sangat
bermanfaat. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih. Semoga segala
bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan
yang sesuai dari Allah SWT. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang untuk perbaikan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
2. Ventrikel dekstra
Berhubungan dengan atrium dekstra melalui osteum atrioventrikular
dekstrum dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum pulmonalis.
Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan.
a. Valvula trikuspidalis melindungi osteum atrioventrikuler, dibentuk
oleh lipatan endokardium disertai sedikit jaringan fibrosa, terdiri dari
tiga kuspis atau saringan (anterior, septalis, dan inferior). Basis kuspis
melekat pada cincin fibrosa rangka jantung. Bila ventrikel berkontraksi
M. Papilaris berkontraksi mencegah agar kuspis tidak terdorong ke
atrium dan terbalik waktu tekanan intraventrikular meningkat.
b. Valvula pulmonalis melindungi osteum pulmonalis, terdiri dari
semilunaris arteri pulmonalis, dibentuk oleh lipatan endokardium
disertai sedikit jaringan fibrosa. Mulut muara kuspis arahnya ke atas,
ke dalam trunkus pulmonalis. Selama sistolik ventrikel katup kuspis
tertekan pada dinding trunkus pulmonalis oleh darah yang keluar.
Selama diastolik, darah mengalir kembali ke jantung masuk ke sinus.
Katup kuspis terisi dan menutup osteum pulmonalis.
3. Atrium sinistra
Terdiri dari aurikula, terletak di belakang atrium kanan, membentuk
sebagian besar basis (fascies posterior), di belakang atrium sinistra
terdapat sinus oblig perikardium serosum dan perikardium fibrosum.
Bagian dalam atrium sinistra halus dan bagian aurikula vena pulmonalis
dari masing-masing paru bermuara pada dinding posterior dan mempunyai
valvula osteum atrioventrikular sinistra, dilindungi oleh valvula mitralis.
4. Ventrikel sinistra
Ventrikel kiri berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum
atrioventrikular sinistra dan dengan aorta melalui osteum aorta. Dinding
ventrikel sinistra tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan. Tekanan darah
intraventrikuler kiri enam kali lebih tinggi dibanding tekanan dari
ventrikel dekstra.
2.6 Etiologi
Penyebab dari sebagian besar penyakit jantung bawaan (CHDs) tidak
diketahui, meskipun studi genetik menunjukkan etiologi multifaktorial.
Sebuah studi dari Portugal melaporkan bahwa metilen tetrahidrofolat
reduktase (MTHFR) polimorfisme gen dapat dianggap sebagai gen kerentanan
untuk tetralogi Fallot (Bhimji & C Mari, 2016).
Sebuah penelitian yang lebih baru telah melaporkan bahwa VEGF
polimorfisme genetik, 2578C> A dan 634C> G, mungkin terkait dengan
peningkatan risiko untuk tetralogi Fallot, sedangkan risiko yang berpotensi
mengurangi dengan 936C> polimorfisme T, usia ibu hamil di atas 40 tahun,
Kekurangan gizi selama masa kehamilan (Li X et al., 2015).
Diduga penyebab tetralogi of fallot karena faktor eksogen dan endogen
yaitu:
1. Faktor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
2.7 Patofisiologi
Faktor prenatal yang berhubungan dengan insiden yang lebih tinggi dari
tetralogi Fallot (TOF) termasuk rubella ibu (atau penyakit virus lainnya)
selama kehamilan, gizi prenatal miskin, penggunaan alkohol ibu, usia ibu
yang lebih tua dari 40 tahun, fenilketonuria ibu (PKU) lahir cacat, dan
diabetes. Anak-anak dengan sindrom Down juga memiliki insiden yang lebih
tinggi dari tetralogi Fallot, seperti halnya bayi dengan sindrom hydantoin janin
atau sindrom karbamazepin janin (Bhimji & C Mari, 2016).
Sebagai salah satu malformasi conotruncal, tetralogi Fallot dapat dikaitkan
dengan spektrum lesi dikenal sebagai CATCH 22 (cacat jantung, facies yang
abnormal, hipoplasia timus, bibir sumbing, hipokalsemia). Analisis sitogenetik
dapat menunjukkan penghapusan dari segmen kromosom Band 22q11
(DiGeorge daerah kritis). Ablasi sel-sel pial neural telah terbukti mereproduksi
malformasi conotruncal (Bhimji & C Mari, 2016).
Kelainan ini berhubungan dengan sindrom DiGeorge dan kelainan
lengkung branchial (Bhimji & C Mari, 2016).
Hemodinamik dari tetralogi Fallot tergantung pada derajat ventrikel (RV)
obstruksi saluran keluar yang tepat (RVOTO). defek septum ventrikel (VSD)
biasanya nonrestrictive, dan RV dan ventrikel kiri (LV) tekanan yang
menyamakan kedudukan. Jika obstruksi parah, intracardiac shunt adalah dari
kanan ke kiri, dan aliran darah paru dapat nyata berkurang. Dalam hal ini,
aliran darah mungkin tergantung pada patent ductus arteriosus (PDA) atau
jaminan bronkus (Bhimji & C Mari, 2016).
2.8 Pathway Tetralogi Of Fallot
2.11 Komplikasi
1. Abses serebri
ToF yang tidak dioperasi merupakan faktor predisposisi penting
abses serebri. Kejadian abses serebri berkisar antara 5-18,7% pada
penderita ToF, sering pada anak di atas usia 2 tahun. Beberapa patogen
penyebabnya antara lain Streptococcus milleri, Staphylococcus, dan
Haemophilus. ToF bisa menyebabkan abses serebri karena hipoksia,
polisitemia, dan hiperviskositas. Dampaknya adalah terganggunya
mikrosirkulasi dan menyebabkan terbentuk mikrotrombus,
ensefalomalasia fokal, serta terganggunya permeabilitas sawar darah otak.
Meningitis terjadi pada 20% anak ToF dan septikemia terjadi pada
23% anak ToF. Umumnya abses hanya tunggal, bisa ditemukan abses
multipel walaupun jarang. Lokasi tersering di regio parietal (55%), lokasi
lain yang sering adalah regio frontal dan temporal. Abses multipel
terutama ditemukan pada anak luluh imun (immunocompromised) dan
endokarditis.
Pada abses serebri terjadi peningkatan tekanan intrakranial yang
tidak spesifi k, seperti nyeri kepala, letargi, dan perubahan tingkat
kesadaran. Demam jarang ditemukan. Sering muncul muntah dan kejang
pada saat awal terjadinya abses serebri. Makin banyak terbentuk abses,
nyeri kepala dan letargi akan makin menonjol. Defisit neurologis fokal
seperti hemiparesis, kejang fokal, dan gangguan penglihatan juga dapat
muncul. Tanda lain defi sit neurologis adalah papiledema, kelumpuhan
nervus III dan VI menyebabkan diplopia, ptosis, hemiparesis. Perubahan
tanda vital yang dapat terjadi adalah hipertensi, bradikardi, dan kesulitan
bernapas. Ruptur abses dapat terjadi, ditandai dengan perburukan semua
gejala. Pemeriksaan penunjang pemeriksaan darah tepi menemukan
leukositosis dan LED meningkat. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan
CT-scan kepala atau MRI.
2. Gagal jantung
Gagal jantung sering ditemukan pada penderita ToF yang tidak
menjalani terapi bedah. Umumnya terjadi pada penderita ToF usia dewasa,
juga sering ditemukan pada usia remaja.Penyebab gagal jantung
multifaktorial, biasanya bergantung pada besarnya pirau antara aorta dan
arteri pulmonalis. Gagal jantung juga dapat disebabkan oleh terapi bedah
yang tidak tuntas atau kurang tepat. Beberapa hal yang sering
menyebabkan gagal jantung akibat terapi bedah adalah kerusakan septum
ventrikal yang masih tersisa, kerusakan pirau antara aorta dan arteri
pulmonalis, tidak berfungsinya ventrikel kanan, gangguan otot septum
ventrikel, regurgitasi katup pulmonal dan trikuspid, hipertensi arteri
pulmonalis, kerusakan ventrikel kiri karena terganggunya aliran darah
koroner, heart block, dan regurgitasi katup aorta. Gagal jantung pada
penderita ToF berkaitan erat dengan disfungsi miokard. Miokard yang
terkena tidak hanya di ventrikel kanan, namun dapat pula di ventrikel kiri
akibat hipoksia yang berlangsung lama.
Selain itu gagal jantung bisa akibat polisitemia berat menyebabkan
trombo-emboli, oklusi koroner, berakibat iskemi atau infark miokard yang
dapat mencetuskan gagal jantung. Hipoksia berat menyebabkan disfungsi
miokard berat. Kondisi yang sering menyertai terjadinya gagal jantung
adalah anemia dan endokarditis bakterial. Pada kondisi anemia yang berat,
gejala gagal jantung semakin terlihat.
3. Endokarditis
Kejadian endokarditis paling sering ditemukan pada ToF di antara
semua penyakit jantung bawaan sianotik. Penyebab tersering adalah
streptokokus. Beberapa hal dapat berkaitan dengan terjadinya endokarditis
pada ToF. Faktor pertama yang penting adalah struktur abnormal jantung
atau pembuluh darah dengan perbedaan tekanan atau turbulensi bermakna
yang menyebabkan kerusakan endotel, yaitu mikrolesi pada endokardium,
dan pembentukan platelet, fibrin, trombus. Faktor kedua adalah
bakteremia. Bakteremia dapat terjadi karena mikroorganisme di dalam
darah menempel pada mikrolesi sehingga menimbulkan proses peradangan
selaput endokardium.
Gejala klinis endokarditis bervariasi. Demam pada endokarditis
biasanya tidak terlalu tinggi dan lebih dari satu minggu. Anoreksia,
malaise, artralgia, nyeri dada, gagal jantung, splenomegali, petekie, nodul
Osler, Roth spot, lesi Janeway, dan splinter hemorrhage dapat dijumpai.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan kultur darah yang positif atau terdapat
vegetasi pada ekokardiografi.
4. Echocardiography
Ductus arteriosus, otot defek septum ventrikel (VSD), atau defek septum
atrium (ASD) secara akurat didiagnosis dengan colorflow Doppler
echocardiography. Anatomi koroner dapat terungkap dengan beberapa tingkat
akurasi, dan perubahan valvar dapat dideteksi dengan mudah. Dalam banyak
lembaga, echocardiography adalah satu-satunya studi diagnostik yang
digunakan sebelum operasi (Bhimji & C Mari, 2016).
Echocardiograms biasanya akan mengungkapkan VSD besar dengan aorta
utama dan derajat variabel ventrikel (RV) obstruksi saluran keluar yang tepat
(RVOTO) (Bhimji & C Mari, 2016).
5. Radiografi
Awalnya, radiografi dada mungkin tidak mengungkapkan kelainan apapun;
Namun, berkurang vaskularisasi di paru-paru dan berkurang menonjol dari
arteri paru secara bertahap menjadi jelas (Bhimji & C Mari, 2016).
Ciri khas dari tetralogi Fallot adalah jantung bootshaped klasik (coeur en
sabot) (lihat gambar berikut) (Bhimji & C Mari, 2016).
Gambar 3. Terangkat puncak dan tidak adanya segmen arteri pulmonalis
melambang an "coeur en sabot" (yaitu, bootshaped jantung) dari tetralogi
Fallot (Bhimji & C Mari, 2016).
7. Elektrokardiografi
Penggunaan elektrokardiografi (EKG) mungkin dibatasi jika beberapa cacat
septum ventrikel (VSD) atau anomali arteri koroner yang hadir atau jika arteri
paru-paru distal tidak dapat divisualisasikan secara memadai. Deviasi aksis
kanan (+ 120 ° sampai + 150 °) dengan ventrikel kanan (RV) pembesaran
dapat dilihat (Bhimji & C Mari, 2016).
Gabungan ventrikel hipertrofi dan hipertrofi atrium kanan dapat hadir.
Jika RV hipertrofi tidak hadir pada EKG, diagnosis tetralogy of Fallot harus
diragukan.
Sebuah EKG pra operasi yang khas ditunjukkan di bawah ini.
sebagian atau lengkap bundel kanan blok cabang dapat hadir; ini benar
terutama dari pasien setelah operasi perbaikan (lihat gambar berikut).
Gambar 5. Temuan khas pada elektrokardiogram pasca operasi (EKG) untuk
tetralogi Fallot (Bhimji & C Mari, 2016).
Pada pemeriksaan ini, dapat ditemukan right axis deviation (RAD), terutama
pasien ToF dengan sianosis. Pada pasien asianosis, umumnya aksis QRS normal.
RVH juga dapat ditemukan dengan pola yang tidak biasa, karena tekanan RV
bukan suprasistemik. Pada kondisi asianotik, dapat ditemukan hipertrofi ventrikel
bilateral. Hipertrofi atrium kanan juga dapat ditemukan dengan pemeriksaan
EKG.
2.15 Pengobatan
Asimtomatik bayi tidak memerlukan perawatan medis khusus.
Pembedahan adalah pengobatan definitif untuk pasien sianotik dengan
tetralogy of Fallot (TOF). Peran utama dari terapi medis dalam persiapan
untuk operasi. Kebanyakan bayi memiliki saturasi yang memadai dan
biasanya menjalani perbaikan elektif. Pada bayi dengan episode sianotik akut,
menempatkan mereka pada posisi yang kneechest bisa membantu selain
pemberian oksigen dan infus (IV) morfin (Bhimji & C Mari, 2016).
Dalam episode yang parah, IV propranolol (Inderal) dapat diberikan, yang
merenggangkan kejang otot infundibular menyebabkan ventrikel kanan (RV)
obstruksi saluran keluar (RVOTO). Hipoksemia progresif dan terjadinya
mantra sianosis indikasi untuk operasi awal. Konsultasikan dengan ahli
jantung pediatrik dan ahli bedah pediatrik (Bhimji & C Mari, 2016).
Komplikasi Bedah (Bhimji & C Mari, 2016).
Komplikasi pasca operasi dini berikut perbaikan tetralogi Fallot (TOF)
meliputi penciptaan blok jantung dan cacat septum ventrikel residu (VSD).
Aritmia ventrikel lebih umum dan dilaporkan penyebab paling sering dari
akhir kematian pasca operasi. Kematian mendadak dari aritmia ventrikel telah
dilaporkan pada 0,5% dari individu dalam 10 tahun perbaikan. The aritmia
diperkirakan terjadi pada kurang dari 1% pasien menjalani operasi awal.
Seperti operasi jantung yang paling, risiko endokarditis adalah seumur hidup,
tetapi risiko jauh lebih sedikit dibandingkan pada pasien dengan tetralogi tidak
dikoreksi of Fallot (Bhimji & C Mari, 2016).
Analgesik
Agen Analgesik mengurangi ventilasi drive. Selain itu, kontrol nyeri
memastikan kenyamanan pasien dan mempromosikan toilet paru. Sebagian
besar agen analgesik memiliki sifat menenangkan, yang bermanfaat bagi
pasien yang mengalami episode hypercyanotic (Bhimji & C Mari, 2016).
Alphaadrenergic Agonis
Kelas Ringkasan
Alphaadrenergic agen meningkatkan status hemodinamik dengan
meningkatkan kontraktilitas miokard dan meningkatkan denyut jantung,
mengakibatkan peningkatan curah jantung. Resistensi perifer meningkat
dengan vasokonstriksi, peningkatan curah jantung, dan tekanan darah tinggi
(Bhimji & C Mari, 2016).
Phenylephrine
Lihat informasi obat penuh
fenilefrin adalah alphareceptor stimulan postsynaptic kuat dengan aktivitas
beta adrenergic sedikit. Obat ini menghasilkan vasokonstriksi arteriol,
sehingga meningkatkan aliran balik vena perifer (Bhimji & C Mari, 2016).
Farmakologi
Mekanisme Aksi
efek alpha yang kuat mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh
darah perifer dan tekanan darah ; menurunkan cardiac output dan ginjalperfusi
(Bhimji & C Mari, 2016).
Penyerapan:
Bioavailabilitas <38%
Onset: 1015 min
Duration: 15 menit
Waktu puncak plasma: 0,752 hr
Distribusi
Vdss: 184.543 L
Metabolisme
Ekstensif dimetabolisme di dinding usus; cukup dimetabolisme dihati:
Metabolit Mhydroxymandelic acid (tidak aktif)
Eliminasi
Waktu paruh: 23 hr (fase terminal)
Ekskresi: Urin (8090%)
2.16 Penatalaksanaan
A. Tatalaksana penderita rawat inap
1. Mengatasi kegawatan yang ada.
2. Oksigenasi yang cukup.
3. Tindakan konservatif.
4. Tindakan bedah (rujukan) yaitu:
a. Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi total:
dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang jelas. (derajat
III dan IV)
b. Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD + reseksi
infundibulum.
5. Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
6. Tatalaksana radang paru kalau ada.
7. Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis.
D. Tindakan Bedah
Merupakan suatu keharusan bagi semua penderita Tetralogi Fallot.
Pada bayi dengan sianosis yang jelas, sering pertama-tama dilakukan
operasi pintasan atau langsung dilakukan pelebaran stenosis trans
ventrikel. Koreksi total dengan menutup Ventrikel Septal Defect
seluruhnya dan melebarkan Stenosis Pulmonal pada waktu ini mungkin
sudah dilakukan. Umur optimal pada saat ini adalah 7-10 tahun.
Tujuan pokok dalam menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer
yaitu penutupan defek septum ventrikel dan pelebaran infundibulum
ventrikel kanan. Umumnya koreksi primer dilaksanakan pada usia kurang
lebih 1 tahun dengan perkiraan berat badan sudah mencapai sekurangnya 8
kg. Namun jika syaratnya belum terpenuhi, dapat dilakukan tindakan
paliatif, yaitu membuat pirau antara arteri sistemik dengan dengan arteri
pulmonalis, misalnya Blalock-Tausig shunt (pirau antara A. subclavia
dengan cabang A. pulmonalis). Bila usia anak belum mencapai 1 tahun
atau berat badan.
Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan
bisa diajari tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
1. Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan.
2. Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.
3. Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang.
4. Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.
5. Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada
selama serangan sianosis.
Umur (pasien dengan Tetralogi Of Fallot biasanya terjadi pada usia bayi
tempat sianosis muncul, misalnya pada mukosa membran bibir dan mulut)
B. Keluhan Utama
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi tampak
biru setelah tumbuh.
G. Pemeriksaan Fisik:
a. Pada awal bayi baru lahir biasanya belum di temukan sianotik, bayi
tampak biru setelah tumbuh
b. Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan
c. Serang sianotik mendadak (blue spells/ cyanotic, spells/ paroxysmal
hiperpnea, hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan
dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
d. Anak akan squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah
berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam waktu sebelum ia
berjalan kembali.
e. Pada auskultasi terdengan bising sistolik yang keras disaerah pulmonal
yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.
f. Bunyi jantung 1 normal, sedang bunyi jantung II tunggal dan keras
g. Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar
tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
h. Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik
2) Diagnosa
a. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung yang berhubungan dengan
riwayat penyakit kardiovaskuler pada keluarga ditandai dengan
pembengkakan ekstermitas
b. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan
elektrokardiogram ditandai dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
c. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi perfusi ditandai dengan pola pernafasan
abnormal.
(Nanda, 2015)
3) Intervensi
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
1 Resiko penurunan perfusi jaringan jantung Cardiac Care
yang berhubungan dengan riwayat penyakit a. Evaluasi adanya nyeri dada
kardiovaskuler pada keluarga ditandai b. Catat adanya distrimia jantung
dengan pembengkakan ekstermitas. c. Catat adanya tanda dan gejala
Tujuan: resiko penurunan perfusi jaringan penurunan cardiac output
jantung teratsi setelah dilakukan d. Monitor status kardiovaskuler
pemeriksaan 2x24 jam. e. Monitor status pernafasan yang
Kriteria Hasil: menandakan gagal jantung
- Tekanan systole dan diastole dalam Vital Sign Monitoring
rentang yang di harapkan a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Nadi perifer kuat dan normal b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Denyut jantung, AGD, ejeksi fraksi c. Monitor VS saat pasien berbaring,
dalam batas normal duduk, atau berdiri
- Bunyi jantung abnormal tidak ada d. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
- Nyeri dada tidak ada bandingkan
e. Monitor jumlah dan irama jantung
Li X, Liu CL, Li XX, Li QC, Ma LM, Liu GL. VEGF gene polymorphisms are
associated with risk of tetralogy of Fallot. Med Sci Monit. 2015 Nov
12. 21:3474-82 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26558525
Nanda. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.2015-2017.
JakartaEGC
Nanda. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-
Noc Edisi Revisi Jilid 3. 2015. Mediaction
Nikma, Rohmatur & Walid Saiful. 2014. Proses Keperawatan teori & Aplikasi.
2014. Ar-Ruzz Media
Ruslie, Riska, H & Darmadi. 2013. Diagnosis dan Tata Laksana Tetralogi of
Fallot. CDK-202 40/3/2013.
http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_202Diagnosis%20dan%20Tat
a%20Laksana%20Tetralogy%20of%20Fallot.pdf
Shabir Bhimji, MDPhD, Yasmine Subhi Ali, MD FACC, FACP MSCI, Mary C
Mancini, MD, PhD, MMM. 2016 september 27. Tetralogi Of Fallot.
The heart org medscape. 23/3/2017
http://emedicine.medscape.com/article/2035949-overview#a6
Supit, Alis. Kaunang, Erlin. November 2012. Tetralogi Fallot. 4/3/2012.
file:///C:/Users/user/Downloads/1205-2327-2-PB.pdf
Syaifuddin, H, AMK, 2014. Anatomi Fisiologi. 2014. Jakarta EGC