Anda di halaman 1dari 17

PRA PLANNING

RONDE KEPERAWATAN PADA NY. J DENGAN POST SECTIO CAESAREA


DENGAN POSTDATE, KPD, LETSU, PREEKLAMSI DI RUANG DAHLIA
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Departemen Maternitas

Disusun Oleh Kelompok 3:


Iga Wahyu Aprilianto, S.kep
Nora Yuliani Azizah, S.kep
Septiana Margaretta, S. kep
Yasinta Febrianti Kharimah, S.kep
Yoga Madani, S.kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada Ny. J dengan post sectio caesarea dengan postdate, kpd,
letsu, preeklamsi telah dilaksanakan pada tanggal 12 November 2019 di Ruang
Dahlia RSD dr. Soebandi Jember, telah diperiksa dan dipertahankan dihadapan
preceptor akademik dan klinik

Jember, 11 Oktober 2019

Preceptor Akademik

(Ns.Awatifuk Azza, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat.)

Mengetahui,

Kepala Ruang Nifas RSD dr. Soebandi

(Umi Istiqomah. S.ST. M,Si)


APLIKASI RONDE KEPERAWATAN

RONDE KEPERAWATAN PADA NY. J DENGAN POST SECTIO CAESAREA


DENGAN POSTDATE, KPD, LETSU, PREEKLAMSI DI RUANG DAHLIA
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

A. Latar Belakang
Postdate adalah 21 Kehamilan yang berlansung sampai 42 minggu (294 hari)

atau lebih, dihitung dari pertama haid terakhir menurut Naegle dengan siklus haid

rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2014). Berdasarkan Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih

tinggi sebesar 359 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu dibagi menjadi 2

yaitu kematian langsung yang disebabkan oleh komplikasi – komplikasi kehamilan,

persalinan, masa nifas dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari

komplikasi tersebut, sedangkan kematian ibu tidak langsung disebakan oleh penyakit-

penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang

berpengaruh terhadap kehamilan (Prawirohardjo, 2010). Persalinan post matur

mempunyai hubungan erat dengan mortalitas dan morbilitas perintal. Sementara itu,

risiko bagi ibu dengan persalinan post matur dapat berupa perdarahan pasca

persalinan atau tindakan obstetric yang meningkat. Berbeda dengan angka kematian

ibu yang cenderung menurun, angka kematian bayi masih menunjukkan angka yang

cukup tinggi, sehingga pemahaman dan penatalaksanaan yang tepat terhadap

persalinan post matur akan memberi pengaruh dalam upaya menurunkan angka

kematian, terutama kematian perinatal.


Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim dengan

kepala berada di fundus dan bokong di bawah. Persalinan pada bayi dengan presentasi

sungsang dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus

uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah atau di bagian pintu atas panggul. Pada

letak sungsang berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama makin besar,dimulai dari
lahirnya bokong, bahu kemudian kepala. Pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak

sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, sebagian besar janin

ditemukan dalam. presentasi kepala. Pada presentasi bokong, baik ibu dan janin mengalami

peningkatan risiko yang besar dibandingkan dengan presentasi kepala. Persalinan letak

sungsang dengan prematuritas memiliki morbiditas dan mortalitas lebih tinggi.


Kehamilan sungsang dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain: kelahiran kembar,

cairan amniotik berlebihan, hidrosefalus, anensefali, tali pusat pendek dan kelainan rahim.
Pada ibu jarang dijumpai komplikasi yang berkelanjutan, tetapi pada bayi kemungkinan

terdapat sisa (komplikasi) dalam bentuk deformitas, gangguan fungsi saraf, dan menurunnya

intelgensia.
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan letak kepala. Sebab kematian perinatal yang terpenting akibat terjepitnya tali pusat

antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat

retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir.
Selain itu, angka kesakitan pada bayi juga tinggi karena mungkin terjadi fraktur humerus

atau klavikula pada waktu melahirkan lengan, serta paralisis lengan karena tekanan atau

tarikan pada pleksus brakialis.


Seksio sesarea bisa dipertimbangkan pada keadaan ibu yang primi tua, riwayat

persalinan jelek, riwayat kematian perinatal, ada indikasi janin untuk mengakhiri persalinan,

kontraksi uterus tidak adekuat, ingin steril, dan bekas seksio sesarea.
Preeklamsia didefinisikan sebagai sutu keadaan hipertensi pada ibu hamil di usia

kehamilan > 20 minggu yang diikuti dengan protein urine positif serta edema perifer.

Preekalamsia merupakan penyebab kedua kematian ibu di Indonesia setelah

perdarahan. WHO menyebutkan bahwa pada tahun 2005 jumlah ibu yang meninggal

akibat preekalmsia mencapai 43.000. RISKESDAS sendiri menyebutkan bahwa

angka kematian ibu akibat preeklamsia mencapat 17% pada tahun 2007. Selain itu

preeklamsia umumnya terjadi di negara berkembang darpiada negara maju. Hal ini

disebabkan karena di negara maju perawatan prenatalnya lebih baik. Mengingat

tingginya angka kejadian preekamsia yang tinggi, maka langkah yang paling tepat

adalah mencegah terjadinya preeklamsia serta mengtasi masalah preeklamsia yang

sudah terjadi pada ibu hamil mengingat hal ini sendiri dapat berlanjut dan
menimbulkan suatu kondisi yang disebut eklamsia dimana ibu akan mengalami

kejang sehingga potensi untuk terjadi kematian akan menjadi meningkat.


Preeklamsia sendiri dikalsifikan menjadi dua jenis yaitu preeklamsia berat dan

preeklamsia ringan. Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai

proteinuria dan atau edema pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada

masa nifas dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90

mmHg, proteinuria dengan jumlah protein urin ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+.

Sementara itu preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai

dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg. Atau lebih disertai proteinuria lebih dari

5 gr/dl pada sampel urin tampung 24 jam atau ≥ 3+ pada dua sampel urin acak yang

diambil dengan jarak waktu 4 jam atau lebih dan gangguan visus dan serebral berupa

penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, pandangan kabur serta edema pada

kehamilan 20 minggu atau lebih.


Penyebab pasti preeklampsia (salah satu triad of mortality) masih belum

diketahui, meskipun terdapat beberapa faktor risiko dan teori yang dikemukakan

terkait dengan preeklampsia. Adapun kejadian preeklamsia dipengaruhi oleh paritas,

ras, faktor genetik dan lingkungan. Kehamilan dengan preklamsia lebih umum terjadi

pada primigravida, sedangkan pada multigravida berhubungan dengan penyakit

hipertensi kronis, diabetes melitus dan penyakit ginjal. Selain itu faktor nutrisi dan

hereditas juga disinyalir menjadi faktor pencetus terjadinya preekalmsia. Penelitian

menyebutkan bahwa konsumsi sayuran dan atioksidan selama kehamilan dapat

mencegah terjadinya preeklamsia sebesar 85%, selain itu adanya anggota keluarga

yang menderita hipertensi juga ikut andil dalam kejadian preeklamsia. Faktor risiko

yang menjadi akar utama terjadinya preeklamsia antara lain yaitu usia > 35 tahun,

riwayat kehamilan dengan preekamsi sebelumnya, serta kehamilan gemeli/ kembar.


Mengingat tingginya angka kejadian preekalmsia, maka dibutuhkan

penatalaksanaan yang baik dalam kasus preekalmsia antara lain yaitu pada

preeklamsia berar pasien diistirahatkan merupakan terapi utama dalam penanganan

preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan aliran
darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada

ekstremitas bawah menurun dan reabsorpsi cairan bertambah.Selain itu dengan

istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar dan juga

dapat menurunkan tekanan darah. Apabila preeklampsia tersebut tidak membaik

dengan penanganan konservatif, dalam hal ini kehamilan harus diterminasi jika

mengancam nyawa maternal. Sementara itu pada preeklamsia berat segera harus

diberi obat sedatif kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 – 24

jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan terbaik adalah menghentikan kehamilan.

Sebagai pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan larutan magnesium

sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena loading dose dalam 4-5

menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 12 gram dalam 500 cc

ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/menit. Tambahan magnesium sulfat hanya

dapat diberikan jika diuresis pasien baik, refleks patella positif dan frekuensi

pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat ini memiliki efek menenangkan,

menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain magnesium sulfat,

pasien dengan preeklampsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg

secara intramuskular ataupun diazepam 20 mg secara intramuskular. Berdasarkan

fenomena di atas, penulis tertarik untuk mengangkat asuhan keperawatan terintegrasi

yang diaplikasikan dalam bentuk ronde keperawatan di ruang Dahlia RSD. dr.

Soebandi Jember.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyeleseikan masalah keperawatan yang muncul pada Post sectio

caesarea dengan postdate, kpd, letsu, preeklamsi, di ruang Dahlia RSD. dr.

Soebandi Jember.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan justifikasi masalah keperawatan pada klien Post sectio

caesarea dengan postdate, kpd, letsu, preeklamsi di ruang Dahlia RSD.

dr. Soebandi Jember


b. Mendiskusikan penyelesaian masalah keperawatan yang muncul dengan

pembimbing akademik dan pembimbing ruangan, bidan ruangan serta

mahasiswa lain yang ada di ruang Dahlia RSD. dr. Soebandi Jember.
c. Mampu melakukan pengkajian pada klien Post sectio caesarea dengan

postdate, kpd, letsu, preeklamsi di ruang Dahlia RSD. dr. Soebandi

Jember
d. Mampu melakukan analisa data dan menentukan prioritas diagnose

keperawatan pada klien Post sectio caesarea dengan postdate, kpd, letsu,

preeklamsi di ruang Dahlia RSD. dr. Soebandi Jember


e. Mampu melanjutkan intervensi keperawatan sesuai masalah

keperawatan
f. Mampu melakukan implementasi keperawatan sesuai masalah

keperawatan
g. Mampu melakukan evaluasi keperawatan sesuai masalah keperawatan
C. Sasaran
Ny. J dengan Post sectio caesarea dengan postdate, kpd, letsu, preeklamsi di

ruang Dahlia RSD. dr. Soebandi Jember.


D. Materi yang Didiskusikan
1. Teori asuhan keperawatan pada klien post sectio caesarea dengan postdate,

kpd, letsu, preeklamsi


2. Masalah keperawatan yang muncul pada klien kelolaan dengan kasus

postdate, kpd, letsu, preeklamsi


3. Intervensi keperawatan dan implementasi keperawatan serta evaluasi yang

telah dilakukan
4. Masukan dan saran dari anggota ronde yang lain untuk intervensi

selanjutnya
E. Metode
Ronde Keperawatan
F. Media
1. Dokumen pasien
2. Sarana diskusi (buku, bollpoint)
3. Materi disampaikan secara lisan

G. Ronde
1. Pembimbing akademik dan mahasiswa mengadakan pertemuan di ruang

perpustakaan.
2. Dalam kegiatan ini pembimbing akademik dan mahasiswa membagi tugas,

dimana mahasiswa ada yang menjadi kepala ruangan, penanggung jawab

pasien dan menjadi anggota tim.


3. Mahasiswa yang berperan sebagai kepala ruang membuka acara ronde

keperawatan dengan memperkenalkan anggota tim ronde keperawatan,

dilanjutkan dengan penjelasan topik atau kasus yang akan dirondekan.


4. Kepala ruangan, penanggung jawab pasien, pembimbing klinik dan anggota

tim ronde keperawatan melakukan kunjungan ke klien yang akan dilakukan

ronde keperawatan.
5. Kepala ruangan sebagai fasilitator mempersilahkan kepada mahasiswa yang

bertanggung jawab pada klien yang akan dilakukan ronde untuk memulai

pelaksanaan ronde keperawatan.


6. Mahasiswa yang bertanggung jawab mulai melaksanakan kegiatan ronde

keperawatan dengan memperkenalkan klien kepada anggota tim ronde,

menjelaskan riwayat singkat penyakit klien, masalah keperawatan yang

dihadapi klien, intervensi yang sudah diberikan dan perkembangan klien.


7. Kepala ruang dan pembimbing akademik melakukan validasi atas penjelasan

yang telah diuraikan mahasiswa.


8. Mahasiswa memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk

berdiskusi tentang masalah keperawatan klien.


9. Mahasiswa mengucapkan terima kasih kepada klien dan keluarga untuk

berdiskusi tentang masalah keperawatan klien.


10. Kepala ruang mempersilahkan anggota tim ronde keperawatan untuk

kembali ke ruang perpustakaan guna melanjutkan diskusi dari hasil

pelaksanaan ronde keperawatan


11. Kepala ruang, anggota tim ronde dan pembimbing akademik memberikan

alternativ pemecahan masalah


12. Kepala ruang menyimpulkan hasil evaluasi dan proses pemecahan masalah

klien sekaligus menutup acara ronde.


H. Mekanisme Kegiatan

N Waktu Kegiatan Pelaksana Keterangan Tempat


o
1 Pra Ronde: Mahasiswa - Ruang Dahlia
1. Menetukan kasus
sebelum
pelaksanaan ronde
2. Menetukan literatur
3. Diskusi
pelaksanaan
2 5 Ronde Pembukaan: Mahasiswa Ruang
menit 1. Salam pembukaan sebagai perpustakaan
2. Memperkenalkan kepala
tim ronde ruangan
3. Menyampaikan
topik ronde yang
akan disampaikan
mahasiswa
3 15 Penyajian Masalah: Mahasiswa Mahasiswa Bed Klien
menit Penyajian masalah sebagai yang lain
akan disampaikan penanggung mendengar
mahasiswa jawab pasien kan aktif,
menyimak
aktif,
bertanya
dan
berkontrib
usi dalam
diskusi
4 10 Pasca Ronde : Mahasiswa - Ruang
menit 1. Evaluasi sebagai perpustakaan
pelaksanaan ronde kepala
2. Revisi dan ruang, dan
perbaikan pembimbing
akademik

I. Kriteria Evaluasi
1. Bagaimana koordinasi persiapan dan pelaksanaan ronde.
2. Bagaimana partisipasi dan peran klien saat ronde.
3. Bagaimana peran mahasiswa sebagai kepala ruangan, penanggung jawan

pasien dan anggota tim ronde dalam pelaksanaan pengorganisasian ronde.


J. Pengorganisasian
Kepala Ruang : Iga Wahyu A.
Penanggung Jawab Pasien : Septiana Margaretta
Anggota Tim Ronde : Yoga Madani
Yasinta Febrianti Kharimah
Nora Yuliani A
Pembimbing / Supervise : Ns. Awatiful Azza, M.Kep., Sp.Kep.Mat
K. Waktu Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Rabu, November 2019
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Ruang Dahlia, RSD dr. Soebandi Jember

RONDE KEPERAWATAN PADA NY. Z DENGAN POST SECTIO CAESAREA


DENGAN PREEKLAMSIA BERAT (PEB) DI RUANG DAHLIA RSD dr.
SOEBANDI JEMBER
A. PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan tanggal 11 November 2019 pada pukul 15.00 WIB pada

Ny. J Usia 19 tahun seorang ibu rumah tangga, beragama islam, bahasa yang

biasanya digunakan sehari-hari adalah bahasa madura, pendidikan terakhir SMA,

Ny.J dengan diagnosis Post Sectio Caesarea dengan Post Date, KPD, Letak

Sungsang, Preeklamsi di ruang Dahlia (Ruang Gabung) RSD dr. Soebandi

Jember. Ny.J masuk rumah sakit pada tanggal 11 November 2019 dengan

diagnosa Post Sectio Caesarea dengan Post Date, KPD, Letak Sungsang,

Preeklamsi dan dilakukan tindakan operasi pada tanggal 10 November 2019.

Keluhan utama pasien saat ini yaitu nyeri di area jahitan operasi. Riwayat

penyakit sekarang yaitu pasien mengeluh nyeri skala 7, nyeri terasa sampai

punggung dan nyeri timbul jika bergerak, air susu sedikit keluar.

Pada riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan tidak memiliki penyakit

kronis hanya saja penderita mengalami tekanan darah tinggi semenjak usia

kehamilan 8 bulan. Sebelum MRS pasien memeriksakan kehamilan di posyandu

sebanyak 2 kali, setalah diketahui bahwa tekanan darah pasien tinggi dianjurkan

ke Puskesmas, ketika di Puskesmas Pasien dirawat selama ½ hari, kemudian

dirujuk ke RSD dr Seobandi Jember.

Pola-pola fungsi kesehatan pasien yaitu pada pola persepsi dan tata laksana

hidup sehat pasien mengatakan ketika dia sakit dia membeli obat kewarung dan

jika sakitnya terasa sangat berat pasien langsung memeriksakan ke tenaga

kesehatan terdekat. Pada pola nutrisi dan metabolisme diketahui sebelum MRS

pasien mengatakan makan 3x sehari, 1 porsi habis, minum 4-5x sehari, air putih,

sedangkan setelah MRS klien mengatakan makan 3x sehari ¼ porsi habis, minum

sesuai dengan pengeluaran urine. Pada pola aktivitas sebelum MRS pasien

mengatakan dia beraktivitas sebagai ibu rumah tangga, bersih-bersih rumah, dan

pergi kesawah membantu suaminya dan setelah MRS pasien mengatakan hanya
miring kanan, miring kiri, dan 2 hari setelah operasi sectio caesarea pasien sudah

bisa duduk dan kekamar mandi sendiri.

Pada pola eliminasi sebelum MRS pasien mengatakan BAK 4x sehari

warna kuning, BAB 1x/hari, konsistensi lunak berbentuk, dan saat pengkajian

pasien sudah tidak menggunakan kateter. Pada pola persepsi sensoris pasien

dapat berbicara dengan lancar dan mengikuti intruksi dari mahasiswa perawat,

fungsi pendengaran normal, fungsi penciuman normal, fungsi pengecapan

normal. Pada pola konsep diri pasien mengatakan dia merasa jenuh dirumah sakit

dan ingin segera pulang. Pada pola hubungan dan peran pasien mengatakan

hubungannya dengan keluarganya harmonis. Pada pola reproduksi dan seksual

pasien mengatakan menikah pada usia dini yaitu usia 17 tahun dan mempunyai

suami 1 dengan 1x pernikahan, pasien mengatakan menarche pada usia 13 tahun,

menstruasi teratur (±7 hari dengan siklus normal 28 hari) sebelum sakit,

disminore (+). Pada pola penanggulangan stres pasien mengatakan setiap ada

masalah selalu didiskusikan dengan keluarga dalam menyelesaikannya.

Riwayat kehamilan dan persalinan pasien mengatakan hamil pertama dan

mempunyai anak pertama dengan jenis kelamin laki-laki dilahirkan dengan post

Sectio Caesarea pada tanggal 11 November 2019 Jenis kelamin laki-laki berat

badan 3600 gram. Riwayat penggunaan kontrasepsi pasien mengatakan tidak

menggunakan alat kontrasepsi.

Pemeriksaan fisik pada Ny. J didapatkan sebagai berikut: keadaan umum

cukup, kesadaran composmentis, suhu tubuh: 36,5°C, respirasi: 24x/menit,

denyut nadi: 90x/menit, TB / BB: 153/62, Tensi darah: 140/90 mmHg, kepala

dan leher: tidak ada nyeri tekan, rambut tidak rapi, warna hitam distribusi

normal, agak kotor, mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih, bibir

lembab. Thorax/dada: simetris, suara jantung s1-s2 tunggal, tidak ada nyeri

tekan, suara paru vesikuler, sonor. Pemeriksaan payudara: payudara simetris,

aerola berwarna hitam, puting menonjol, colostrum belum keluar. Abdomen:


flat,terdapat luka Sectio Caesarea, Suara abdomen tympani. Genetalia dan anus:

genetalia bersih, tidak ada pembengkakan, tidak ada kemerahan, anus bersih,

tidak ada hemoroid. Punggung: tidak ada kelainan pada punggung. Ekstremitas:

akral hangat, CRT <2 detik, infus sudah di aff. Integumen: tidak ada lesi, warna

sawo matang, turgor < 2 detik.

B. ANALISA DATA

Analisa data pada tanggal 11 November 2019 pukul 15.00 WIB yang

pertama didapatkan data subjektif pasien mengatakan masih merasa nyeri di

bagian perut bekas luka post sectio caesaria. Data objektif yang didapatkan yaitu

pasien tampak meringis kesakitan sesuai dengan data PQRST, P (Problem) yaitu

luka post operasi, Q (Quality/Quantity) yaitu nyeri seperti tertusuk-tusuk, R

(Regio) yaitu nyeri hanya diarea bekas operasi sectio caesarea, S (Scale) yaitu

skala nyeri 7 NPRS, T (Time) yaitu nyeri hilang timbul dan paling terasa ketika

dibuat bergerak. Nadi yaitu 90 x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, kondisi

luka dengan terbalut offset. Masalah keperawatan yang diambil yaitu nyeri akut

yang berhubungan dengan agen injuri fisik (luka post operasi sectio caesarea)

ditandai dengan pasien tampak meringis kesakitan, terdapat luka post operasi,

nyeri seperti tertusuk-tusuk, dibagian bekas luka operasi sectio caesarea, skala

nyeri 6 NPRS, nyeri hilang timbul dan paling terasa ketika dibuat bergerak. Nadi

yaitu 90 x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, kondisi luka dengan terbalut

offset.

Analisa data kedua didapatkan data subjektif pasien mengatakan terdapat

luka jahitan pasca operasi sectio caesarea. Data objektif yang didapatkan yaitu

tampak luka jahitan post operasi sectio caesarea, suhu yaitu 36,5 OC, pasien dapat

mobilisasi bebas. Masalah keperawatan yang diambil yaitu risiko

Ketidakefektifan yang berhubungan dengan perfusi jaringan otak (Hipertensi)

ditandai dengan tekanan darah 140/90 mmHg.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data didapatkan diagnosa keperawatan pada tanggal 11

November 2019 pukul 15.45 WIB sesuai dengan prioritas yaitu yang pertama

yaitu risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak (Hipertensi) ditandai dengan

tekanan darah tinggi 140/90 mmHg.

Diagnosa yang kedua nyeri akut yang berhubungan dengan agen injuri fisik

(luka post operasi) ditandai dengan pasien tampak meringis kesakitan, terdapat

luka post operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk, menjalar sampai ke pinggang dan

paha, skala nyeri 7 NPRS, nyeri hilang timbul dan paling terasa ketika dibuat

bergerak. Nadi yaitu 80 x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, kondisi luka

dengan terbalut offset.

A. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Rencana tindakan keperawatan pada tanggal 11 November 2019 pukul

16.00 WIB yang akan diambil sesuai diagnosa prioritas yaitu pertama yaitu risiko

ketidakefektifan perfusi jaringan otak (Hipertensi) ditandai dengan tekanan darah

140/90 mmHg.. Tujuannya adalah Risiko jatuh teratasi dalam waktu 1x 60 menit.

Kriteria hasil yaitu tekanan darah (120/80—130/90 mmHg), jantung tidak merasa

berdebar, Nadi (60-100 x/menit), Skala nyeri 1-2, suhu normal (36,50C – 37,50C).

Rencana tindakan yang dilakukan yang pertama adalah anjurkan pasien Bedrest,

Batasi mobilisasi pasien, posisikan pasien dengan nyaman, Kedua yaitu

monitoring keadaan pasien, tanda-tanda vital,. Ketiga yaitu berikan pendidikan

kesehatan tentang pencegahan risiko jatuh kepada pasien dan keluarga. Keempat

yaitu kolaborasi dengan dokter pemberian Furosemide dan nifedipine.

Rencana tindakan keperawatan yang kedua nyeri akut yang berhubungan

dengan agen injuri fisik (luka post operasi sectio caesarea) ditandai dengan

pasien tampak meringis kesakitan, terdapat luka post operasi sectio caesarea,

nyeri seperti tertusuk-tusuk, di daerah bekas luka operasi sectio caesarea, skala

nyeri 6 NPRS, nyeri hilang timbul dan paling terasa ketika dibuat bergerak. Nadi

yaitu 90 x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, kondisi luka dengan terbalut
offset. Tujuannya adalah Nyeri teratasi dalam waktu 1x60 menit. Kriteria hasil

yaitu skala nyeri berkurang menjadi 2 NPRS, pasien mampu beradaptasi dengan

menggunakan tekhnik manajemen nyeri, nadi normal (60-100x/menit), suhu

normal (36,50C – 37,50C), tekanan darah normal (120/80mmHg), luka bersih,

mobilisasi (+). Rencana tindakan yang dilakukan yang pertama adalah lakukan

manajemen nyeri dengan tekhnik napas dalam, tekhnik relaksasi Benson, dan

mobilisasi dini. Intervensi kedua yaitu monitoring karakteristik nyeri (PQRST)

dan tanda-tanda vital pasien. Intervensi ketiga yaitu berikan pendidikan

kesehatan penggunaan tekhnik manajemen nyeri yang tepat. Intervensi keempat

yaitu kolaborasi dokter penggunaan obat analgesik per oral yaitu asamefenamat.

B. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi pada tanggal 11 November 2019 pukul 16.30 WIB yaitu

Implementasi pertama melakukan manajemen nyeri dengan tekhnik napas dalam

dengan respon pasien memahami dan melakukan anjuran perawat, melakukan

tekhnik relaksasi benson dengan respon pasien memahami dan melakukan

anjuran perawat dengan menggunakan kalimat istighfar, mobilisasi dini dengan

respon pasien melakukan miring kanan dan miring kiri, memposisikan pasien

dengan nyaman, dan menganjurkan pasien bedrest, membatasi mobilisasi

pasien. . Implementasi kedua yaitu Memonitoring karakteristik nyeri (PQRST),

keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital pasien dengan respon skala nyeri 1-2

(sedang), TD: 120/80 mmHg, Nadi: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 36,5 0C,

memonitoring kondisi luka pasien, dan tanda-tanda vital. Implementasi ketiga

yaitu memberikan pendidikan kesehatan penggunaan tekhnik manajemen nyeri

yang tepat dan memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan risiko

jatuh kepada pasien dan keluarga dengan respon pasien memahami dan

melakukan anjuran perawat. Implementasi keempat yaitu berkolaborasi dengan

dokter penggunaan obat analgesik per oral asamefenamat, furosemide dan

nifedipine.
C. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi pada tanggal 11 November 2019 pukul 18.00 WIB yaitu diagnosa

keperawatan yang pertama Risiko Ketidekefektifan perfusi jaringan otak

( hipertensi dengan Subjektif: Klien mengatakan jantung klien sudah tidak

berdebar-debar, Objektif: TD: 120/80 mmHg, Nadi: 80 x/menit, pasien sudah

membatasi mobilisasi, suhu: 37°C, RR: 22x/m, Analysa: Masalah teratasi,

Planning: Rencana tindakan dihentikan.

Diagnosa keperawatan yang kedua nyeri akut dengan Subjektif: pasien

mengatakan nyeri perut dibagian luka post operasi sectio caesarea, Objektif

pasien tampak meringis kesakitan sesuai dengan data PQRST, P (Problem) yaitu

luka post operasi, Q (Quality/Quantity) yaitu nyeri seperti tertusuk-tusuk, R

(Regio) yaitu nyeri dibagian luka operasi sectio caesarea, S (Scale) yaitu skala

nyeri 4 NPRS, T (Time) yaitu nyeri hilang timbul dan paling terasa ketika dibuat

bergerak. Nadi yaitu 80 x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg, kondisi luka

dengan terbalut offset, Analysa: Masalah belum teratasi, Planning: lanjutkan

rencana tindakan keperawatan.


PENUTUP RONDE KEPERAWATAN RONDE KEPERAWATAN PADA NY. J

DENGAN POST SECTIO CAESAREA DENGAN POSTDATE, KPD, LETSU,

PREEKLAMSI DI RUANG DAHLIA RSD dr. SOEBANDI JEMBER

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari aplikasi ronde ini meliputi:
1. Pengkajian keperawatan telah dilaksanakan pada Ny. J di Dahlia dr. Soebandi

Jember dengan masalah kesehatan atau keperawatan prioritas yang timbul

pada Ny. J adalah nyeri akut yang berhubungan dengan agen injuri fisik (luka

post operasi sectio caesarea) dan risiko jatuh yang berhubungan dengan

penyakit vaskuler (Hipertensi). .


2. Rencana strategis dibuat berdasarkan masalah prioritas dan utama yang terjadi

pads Ny. J sesuai dengan kebutuhannya.


3. Pelaksanaan rencana strategis dilakukan sesuai dengan rencana yang telah

dibuat sesuai dengan masalah yang terjadi.


4. Evaluasi adalah hasil implementasi yang di observasi dalam 1x pelaksanaan

untuk memantau perkembangan dari pasien Ny. J

B. Saran
1. Bagi mahasiswa

Ronde keperawatan dapat diterapkan dalam hal apa saja utamanya

untuk mendiskusikan masalah-masalah dan penatalaksanaan yang tepat serta

dibutuhkan oleh pasien. Serta harus lebih teliti dan dalam lagi dalam

melakukan pengkajian dan analisis pada Ny. J dengan Post Sectio Caesarea

dengan Post Date, KPD, Letak Sungsang, Preeklamsi, sehingga benar-benar

dapat memaksimalkan dan mendukung terapi medis.

2. Bagi Perawat

Ronde keperawatan seyogyanya dapat benar-benar diaplikasikan

sesuai tahapan-tahapannya karena ronde keperawatan merupakan salah satu

menejemen pasien yang mengandung asuhan keperawatan terintegrasi.

3. Bagi RSD dr. Soebandi


Ronde keperawatan dapat dijadikan salah satu aplikasi menenejemen

kesehatan dalam rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai