Asuhan Keperawatan pada Ny. J dengan post sectio caesarea dengan postdate, kpd,
letsu, preeklamsi telah dilaksanakan pada tanggal 12 November 2019 di Ruang
Dahlia RSD dr. Soebandi Jember, telah diperiksa dan dipertahankan dihadapan
preceptor akademik dan klinik
Preceptor Akademik
Mengetahui,
A. Latar Belakang
Postdate adalah 21 Kehamilan yang berlansung sampai 42 minggu (294 hari)
atau lebih, dihitung dari pertama haid terakhir menurut Naegle dengan siklus haid
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih
tinggi sebesar 359 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu dibagi menjadi 2
persalinan, masa nifas dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari
komplikasi tersebut, sedangkan kematian ibu tidak langsung disebakan oleh penyakit-
penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang
mempunyai hubungan erat dengan mortalitas dan morbilitas perintal. Sementara itu,
risiko bagi ibu dengan persalinan post matur dapat berupa perdarahan pasca
persalinan atau tindakan obstetric yang meningkat. Berbeda dengan angka kematian
ibu yang cenderung menurun, angka kematian bayi masih menunjukkan angka yang
persalinan post matur akan memberi pengaruh dalam upaya menurunkan angka
kepala berada di fundus dan bokong di bawah. Persalinan pada bayi dengan presentasi
sungsang dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus
uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah atau di bagian pintu atas panggul. Pada
letak sungsang berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama makin besar,dimulai dari
lahirnya bokong, bahu kemudian kepala. Pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak
sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, sebagian besar janin
ditemukan dalam. presentasi kepala. Pada presentasi bokong, baik ibu dan janin mengalami
peningkatan risiko yang besar dibandingkan dengan presentasi kepala. Persalinan letak
cairan amniotik berlebihan, hidrosefalus, anensefali, tali pusat pendek dan kelainan rahim.
Pada ibu jarang dijumpai komplikasi yang berkelanjutan, tetapi pada bayi kemungkinan
terdapat sisa (komplikasi) dalam bentuk deformitas, gangguan fungsi saraf, dan menurunnya
intelgensia.
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan letak kepala. Sebab kematian perinatal yang terpenting akibat terjepitnya tali pusat
antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat
retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir.
Selain itu, angka kesakitan pada bayi juga tinggi karena mungkin terjadi fraktur humerus
atau klavikula pada waktu melahirkan lengan, serta paralisis lengan karena tekanan atau
persalinan jelek, riwayat kematian perinatal, ada indikasi janin untuk mengakhiri persalinan,
kontraksi uterus tidak adekuat, ingin steril, dan bekas seksio sesarea.
Preeklamsia didefinisikan sebagai sutu keadaan hipertensi pada ibu hamil di usia
kehamilan > 20 minggu yang diikuti dengan protein urine positif serta edema perifer.
perdarahan. WHO menyebutkan bahwa pada tahun 2005 jumlah ibu yang meninggal
angka kematian ibu akibat preeklamsia mencapat 17% pada tahun 2007. Selain itu
preeklamsia umumnya terjadi di negara berkembang darpiada negara maju. Hal ini
tingginya angka kejadian preekamsia yang tinggi, maka langkah yang paling tepat
sudah terjadi pada ibu hamil mengingat hal ini sendiri dapat berlanjut dan
menimbulkan suatu kondisi yang disebut eklamsia dimana ibu akan mengalami
proteinuria dan atau edema pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada
masa nifas dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90
mmHg, proteinuria dengan jumlah protein urin ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+.
Sementara itu preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg. Atau lebih disertai proteinuria lebih dari
5 gr/dl pada sampel urin tampung 24 jam atau ≥ 3+ pada dua sampel urin acak yang
diambil dengan jarak waktu 4 jam atau lebih dan gangguan visus dan serebral berupa
penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, pandangan kabur serta edema pada
diketahui, meskipun terdapat beberapa faktor risiko dan teori yang dikemukakan
ras, faktor genetik dan lingkungan. Kehamilan dengan preklamsia lebih umum terjadi
hipertensi kronis, diabetes melitus dan penyakit ginjal. Selain itu faktor nutrisi dan
mencegah terjadinya preeklamsia sebesar 85%, selain itu adanya anggota keluarga
yang menderita hipertensi juga ikut andil dalam kejadian preeklamsia. Faktor risiko
yang menjadi akar utama terjadinya preeklamsia antara lain yaitu usia > 35 tahun,
penatalaksanaan yang baik dalam kasus preekalmsia antara lain yaitu pada
preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan aliran
darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada
istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar dan juga
dengan penanganan konservatif, dalam hal ini kehamilan harus diterminasi jika
mengancam nyawa maternal. Sementara itu pada preeklamsia berat segera harus
diberi obat sedatif kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 – 24
jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan terbaik adalah menghentikan kehamilan.
sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena loading dose dalam 4-5
menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 12 gram dalam 500 cc
ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/menit. Tambahan magnesium sulfat hanya
dapat diberikan jika diuresis pasien baik, refleks patella positif dan frekuensi
yang diaplikasikan dalam bentuk ronde keperawatan di ruang Dahlia RSD. dr.
Soebandi Jember.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyeleseikan masalah keperawatan yang muncul pada Post sectio
caesarea dengan postdate, kpd, letsu, preeklamsi, di ruang Dahlia RSD. dr.
Soebandi Jember.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan justifikasi masalah keperawatan pada klien Post sectio
mahasiswa lain yang ada di ruang Dahlia RSD. dr. Soebandi Jember.
c. Mampu melakukan pengkajian pada klien Post sectio caesarea dengan
Jember
d. Mampu melakukan analisa data dan menentukan prioritas diagnose
keperawatan pada klien Post sectio caesarea dengan postdate, kpd, letsu,
keperawatan
f. Mampu melakukan implementasi keperawatan sesuai masalah
keperawatan
g. Mampu melakukan evaluasi keperawatan sesuai masalah keperawatan
C. Sasaran
Ny. J dengan Post sectio caesarea dengan postdate, kpd, letsu, preeklamsi di
telah dilakukan
4. Masukan dan saran dari anggota ronde yang lain untuk intervensi
selanjutnya
E. Metode
Ronde Keperawatan
F. Media
1. Dokumen pasien
2. Sarana diskusi (buku, bollpoint)
3. Materi disampaikan secara lisan
G. Ronde
1. Pembimbing akademik dan mahasiswa mengadakan pertemuan di ruang
perpustakaan.
2. Dalam kegiatan ini pembimbing akademik dan mahasiswa membagi tugas,
ronde keperawatan.
5. Kepala ruangan sebagai fasilitator mempersilahkan kepada mahasiswa yang
bertanggung jawab pada klien yang akan dilakukan ronde untuk memulai
I. Kriteria Evaluasi
1. Bagaimana koordinasi persiapan dan pelaksanaan ronde.
2. Bagaimana partisipasi dan peran klien saat ronde.
3. Bagaimana peran mahasiswa sebagai kepala ruangan, penanggung jawan
Pengkajian dilakukan tanggal 11 November 2019 pada pukul 15.00 WIB pada
Ny. J Usia 19 tahun seorang ibu rumah tangga, beragama islam, bahasa yang
Ny.J dengan diagnosis Post Sectio Caesarea dengan Post Date, KPD, Letak
Jember. Ny.J masuk rumah sakit pada tanggal 11 November 2019 dengan
diagnosa Post Sectio Caesarea dengan Post Date, KPD, Letak Sungsang,
Keluhan utama pasien saat ini yaitu nyeri di area jahitan operasi. Riwayat
penyakit sekarang yaitu pasien mengeluh nyeri skala 7, nyeri terasa sampai
punggung dan nyeri timbul jika bergerak, air susu sedikit keluar.
kronis hanya saja penderita mengalami tekanan darah tinggi semenjak usia
sebanyak 2 kali, setalah diketahui bahwa tekanan darah pasien tinggi dianjurkan
Pola-pola fungsi kesehatan pasien yaitu pada pola persepsi dan tata laksana
hidup sehat pasien mengatakan ketika dia sakit dia membeli obat kewarung dan
kesehatan terdekat. Pada pola nutrisi dan metabolisme diketahui sebelum MRS
pasien mengatakan makan 3x sehari, 1 porsi habis, minum 4-5x sehari, air putih,
sedangkan setelah MRS klien mengatakan makan 3x sehari ¼ porsi habis, minum
sesuai dengan pengeluaran urine. Pada pola aktivitas sebelum MRS pasien
mengatakan dia beraktivitas sebagai ibu rumah tangga, bersih-bersih rumah, dan
pergi kesawah membantu suaminya dan setelah MRS pasien mengatakan hanya
miring kanan, miring kiri, dan 2 hari setelah operasi sectio caesarea pasien sudah
warna kuning, BAB 1x/hari, konsistensi lunak berbentuk, dan saat pengkajian
pasien sudah tidak menggunakan kateter. Pada pola persepsi sensoris pasien
dapat berbicara dengan lancar dan mengikuti intruksi dari mahasiswa perawat,
normal. Pada pola konsep diri pasien mengatakan dia merasa jenuh dirumah sakit
dan ingin segera pulang. Pada pola hubungan dan peran pasien mengatakan
pasien mengatakan menikah pada usia dini yaitu usia 17 tahun dan mempunyai
menstruasi teratur (±7 hari dengan siklus normal 28 hari) sebelum sakit,
disminore (+). Pada pola penanggulangan stres pasien mengatakan setiap ada
mempunyai anak pertama dengan jenis kelamin laki-laki dilahirkan dengan post
Sectio Caesarea pada tanggal 11 November 2019 Jenis kelamin laki-laki berat
denyut nadi: 90x/menit, TB / BB: 153/62, Tensi darah: 140/90 mmHg, kepala
dan leher: tidak ada nyeri tekan, rambut tidak rapi, warna hitam distribusi
normal, agak kotor, mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih, bibir
lembab. Thorax/dada: simetris, suara jantung s1-s2 tunggal, tidak ada nyeri
genetalia bersih, tidak ada pembengkakan, tidak ada kemerahan, anus bersih,
tidak ada hemoroid. Punggung: tidak ada kelainan pada punggung. Ekstremitas:
akral hangat, CRT <2 detik, infus sudah di aff. Integumen: tidak ada lesi, warna
B. ANALISA DATA
Analisa data pada tanggal 11 November 2019 pukul 15.00 WIB yang
bagian perut bekas luka post sectio caesaria. Data objektif yang didapatkan yaitu
pasien tampak meringis kesakitan sesuai dengan data PQRST, P (Problem) yaitu
(Regio) yaitu nyeri hanya diarea bekas operasi sectio caesarea, S (Scale) yaitu
skala nyeri 7 NPRS, T (Time) yaitu nyeri hilang timbul dan paling terasa ketika
dibuat bergerak. Nadi yaitu 90 x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, kondisi
luka dengan terbalut offset. Masalah keperawatan yang diambil yaitu nyeri akut
yang berhubungan dengan agen injuri fisik (luka post operasi sectio caesarea)
ditandai dengan pasien tampak meringis kesakitan, terdapat luka post operasi,
nyeri seperti tertusuk-tusuk, dibagian bekas luka operasi sectio caesarea, skala
nyeri 6 NPRS, nyeri hilang timbul dan paling terasa ketika dibuat bergerak. Nadi
yaitu 90 x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, kondisi luka dengan terbalut
offset.
luka jahitan pasca operasi sectio caesarea. Data objektif yang didapatkan yaitu
tampak luka jahitan post operasi sectio caesarea, suhu yaitu 36,5 OC, pasien dapat
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data didapatkan diagnosa keperawatan pada tanggal 11
November 2019 pukul 15.45 WIB sesuai dengan prioritas yaitu yang pertama
Diagnosa yang kedua nyeri akut yang berhubungan dengan agen injuri fisik
(luka post operasi) ditandai dengan pasien tampak meringis kesakitan, terdapat
luka post operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk, menjalar sampai ke pinggang dan
paha, skala nyeri 7 NPRS, nyeri hilang timbul dan paling terasa ketika dibuat
bergerak. Nadi yaitu 80 x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, kondisi luka
16.00 WIB yang akan diambil sesuai diagnosa prioritas yaitu pertama yaitu risiko
140/90 mmHg.. Tujuannya adalah Risiko jatuh teratasi dalam waktu 1x 60 menit.
Kriteria hasil yaitu tekanan darah (120/80—130/90 mmHg), jantung tidak merasa
berdebar, Nadi (60-100 x/menit), Skala nyeri 1-2, suhu normal (36,50C – 37,50C).
Rencana tindakan yang dilakukan yang pertama adalah anjurkan pasien Bedrest,
kesehatan tentang pencegahan risiko jatuh kepada pasien dan keluarga. Keempat
dengan agen injuri fisik (luka post operasi sectio caesarea) ditandai dengan
pasien tampak meringis kesakitan, terdapat luka post operasi sectio caesarea,
nyeri seperti tertusuk-tusuk, di daerah bekas luka operasi sectio caesarea, skala
nyeri 6 NPRS, nyeri hilang timbul dan paling terasa ketika dibuat bergerak. Nadi
yaitu 90 x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg, kondisi luka dengan terbalut
offset. Tujuannya adalah Nyeri teratasi dalam waktu 1x60 menit. Kriteria hasil
yaitu skala nyeri berkurang menjadi 2 NPRS, pasien mampu beradaptasi dengan
mobilisasi (+). Rencana tindakan yang dilakukan yang pertama adalah lakukan
manajemen nyeri dengan tekhnik napas dalam, tekhnik relaksasi Benson, dan
yaitu kolaborasi dokter penggunaan obat analgesik per oral yaitu asamefenamat.
B. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
respon pasien melakukan miring kanan dan miring kiri, memposisikan pasien
keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital pasien dengan respon skala nyeri 1-2
(sedang), TD: 120/80 mmHg, Nadi: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 36,5 0C,
jatuh kepada pasien dan keluarga dengan respon pasien memahami dan
nifedipine.
C. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi pada tanggal 11 November 2019 pukul 18.00 WIB yaitu diagnosa
mengatakan nyeri perut dibagian luka post operasi sectio caesarea, Objektif
pasien tampak meringis kesakitan sesuai dengan data PQRST, P (Problem) yaitu
(Regio) yaitu nyeri dibagian luka operasi sectio caesarea, S (Scale) yaitu skala
nyeri 4 NPRS, T (Time) yaitu nyeri hilang timbul dan paling terasa ketika dibuat
bergerak. Nadi yaitu 80 x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg, kondisi luka
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari aplikasi ronde ini meliputi:
1. Pengkajian keperawatan telah dilaksanakan pada Ny. J di Dahlia dr. Soebandi
pada Ny. J adalah nyeri akut yang berhubungan dengan agen injuri fisik (luka
post operasi sectio caesarea) dan risiko jatuh yang berhubungan dengan
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
dibutuhkan oleh pasien. Serta harus lebih teliti dan dalam lagi dalam
melakukan pengkajian dan analisis pada Ny. J dengan Post Sectio Caesarea
2. Bagi Perawat